bobot jenis komponen terpen teroksigenasi lebih besar dibandingkan dengan terpen tak teroksigenasi Sastrohamidjojo, 2004.
2.2.3.2 Indeks bias
Indeks bias merupakan perbandingan antara kecepatan cahaya di dalam udara dengan kecepatan cahaya didalam zat tersebut pada suhu tertentu. Indeks
bias minyak atsiri berhubungan erat dengan komponen - komponen yang tersusun dalam minyak atsiri yang dihasilkan. Sama halnya dengan berat jenis dimana
komponen penyusun minyak atsiri dapat dipengaruhi oleh nilai dari indeks bias minyak atsiri yang di uji. Berat jenis sering dihubungkan dengan fraksi berat
komponen-komponen yang terkandung didalamnya Depkes RI, 1984. Semakin banyak komponen berantai panjang seperti sesquiterpen atau
komponen bergugus oksigen ikut tersuling, maka kerapatan medium minyak atsiri akan bertambah sehingga cahaya yang datang akan lebih sukar untuk dibiaskan.
Hal ini menyebabkan indeks bias minyak lebih besar. Minyak atsiri dengan nilai indeks bias yang besar lebih bagus dibandingkan dengan minyak atsiri dengan
nilai indeks bias yang kecil Sastrohamidjojo, 2004.
2.2.3.3 Putaran optik Sifat optik dari minyak atsiri ditentukan menggunakan alat polarimeter
yang nilainya dinyatakan dengan derajat rotasi. Sebagian besar minyak atsiri jika ditempatkan dalam cahaya yang dipolarisasikan maka memiliki sifat memutar
bidang polarisasi ke arah kanan dextrorotary atau ke arah kiri laevorotary. Pengukuran parameter ini sangat menentukan kriteria kemurnian suatu minyak
atsiri Depkes RI, 1984.
2.2.3.4 Kelarutan dalam alkohol
Kelarutan dalam alkohol merupakan nilai perbandingan banyaknya minyak atsiri yang larut sempurna dengan pelarut alkohol. Setiap minyak atsiri
mempunyai nilai kelarutan dalam alkohol yang spesifik, sehingga sifat ini bisa digunakan untuk menentukan suatu kemurnian minyak atsiri. Minyak atsiri
banyak yang mudah larut dalam etanol dan jarang yang larut dalam air, sehingga kelarutannya mudah diketahui dengan menggunakan etanol pada berbagai tingkat
konsentrasi. Untuk menentukan kelarutan minyak atsiri juga tergantung pada kecepatan daya larut dan kualitas minyak atsiri tersebut. Kelarutan minyak juga
dapat berubah karena lamanya penyimpanan Sastrohamidjojo, 2004. Kondisi penyimpanan kurang baik dapat mempercepat polimerisasi
diantaranya cahaya, udara, dan adanya air bisa menimbulkan pengaruh yang tidak baik. Minyak atsiri mempunyai sifat yang larut dalam pelarut organik dan tidak
larut dalam air. Alkohol diketahui merupakan gugus OH. Alkohol dapat larut dengan minyak atsiri maka pada komposisi minyak atsiri yang dihasilkan tersebut
terdapat komponen-komponen terpen teroksigenasi yang larut dalam alkohol dengan perbandingan yang sesuai Guenther, 1987.
2.2.4 Metode penyulingan minyak atsiri