Populasi dan Sampel Penelitian
4.2. Populasi dan Sampel Penelitian
4.2.1. Populasi dan Sampel
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti (Notoatmodjo, 2012). Populasi yang dijadikan objek penelitian adalah seluruh pekerja di bagian hanging shed dan crumb rubber PT. Remco Palembang. Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 200 orang. Dari jumlah populasi tersebut akan diambil beberapa pekerja untuk dijadikan sampel. Menurut Notoatmodjo (2012) sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi. Besar sampel penelitian dihitung menggunakan aplikasi sample size dengan rumus :
2 1− 2 ⁄ (1 − ) = 2 2 ( − 1) + 1− 2 ⁄ (1 − )
Keterangan : n
: Besar sampel minimum yang dibutuhkan dalam penelitian Z 1-a2 : Nilai Z pada derajat kemaknaan (biasanya 95 = 1,96) N
: Jumlah populasi
P
: Proporsi suatu kasus tertentu terhadap populasi, bila tidak diketahui proporsinya ditetapkan 50
d : Persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan (10,5 atau 1) Jadi besar sampel yang didapat adalah :
1.96 ×0,452 (1 − 0452)200
(200 − 1) + 1.96 ×0.452(1 − 0.452)
Untuk menghindari adanya missing data, hasil perhitungan sampel ditambah 10 menjadi 100 orang.
Dari rumus diatas dengan jumlah populasi 200 pekerja di bagian hanging shed dan crumb rubber PT Remco Palembang, maka didapatkan sampel sebanyak 100 pekerja di dua bagian tempat kerja tersebut.
Pengukuran iklim kerja panas dilakukan pada 12 titik pengukuran yang mewakili, 7 titik pengukuran pada hanging shed dan 5 titik pengukuran pada crumb rubber.
4.2.2. Teknik Pengambilan Sampel
Dalam penelitian ini, terdapat dua jenis sampel yang digunakan yaitu sampel manusia dan sampel lingkungan.
A. Teknik Pengambilan Sampel Manusia Teknik pengambilan sampel manusia yang digunakan adalah proportional
random sampling. Proportional random sampling merupakan pengambilan sampel secara proporsi dilakukan dengan mengambil subyek dari setiap strata atau setiap wilayah yang ditentukan seimbang dengan banyaknya subyek dalam masing-masing strata atau wilayah (Arikunto, 2006). Adapun besar atau jumlah pembagian sampel untuk masing-masing unit kerja dengan mengunakan rumus alokasi proporsional :
Universitas Sriwijaya
×1
Keterangan : n = Jumlah sampel yang diinginkan setiap strata atau wilayah
X = Jumlah populasi pada setiap strata atau wilayah N = Jumlah seluruh populasi penelitian
N 1 = sampel Berdasarkan rumus, maka jumlah sampel masing – masing unit kerja adalah sebagai berikut :
Hanging shed
200 ×100 = 20 pekerja
Crumb Rubber = 160 = ×100 = 80 pekerja
Agar karakteristik sampel tidak menyimpang dari populasinya, maka sebelum dilakukan pengambilan sampel perlu ditentukan kriteria inklusi maupun kriteria eksklusi. Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri – ciri yang perlu dipenuhi oleh setiap anggota populasi yang dapat diambil sebagai sampel. Sedangkan kriteria eksklusi adalah ciri – ciri anggota populasi yang tidak dapat diambil sebagai sampel (Notoatmodjo,2012).
a. Kriteria Inklusi
1. Bersedia menjadi responden
2. Masih aktif bekerja hingga dilaksanakannya penelitian
b. Kriteria Eksklusi Pekerja yang memiliki riwayat penyakit ginjal, riwayat penyakit diabetes
mellitus,hipertensi, mengkonsumsi obat-obatan seperti anti hipertensi, antasida secara rutin serta pernah menderita penyakit gout.
B. Teknik Pengambilan Sampel Lingkungan
1. Penentuan Titik Ukur Pengukuran temperatur lingkungan kerja maupun pajanan panas personal menurut ACGIH (2012) dilakukan berdasarkan professional judgment. Adapun penilaian yang dilakukan untuk penentuan titik ukur adalah sebagai berikut :
Universitas Sriwijaya Universitas Sriwijaya
b. Pada area tersebut merupakan zona aktivitas pekerja dan pergerakan pekerja serta berpotensi mengalami tekanan panas.
c. Berdasarkan hasil wawancara dengan menggunakan kuesioner, adanya ketidaknyamanan (keluhan subjektif) berkaitan dengan tekanan panas di tempat kerja yaitu keringat berlebih, selalu merasa panas di lingkungan tersebut, dehidrasi, nyeri pinggang belakang, dan kram otot. Berdasarkan SNI 16-7061-2004 Letak titik pengukuran ditentukan
pada lokasi tempat tenaga kerja melakukan pekerjaan dan jumlah titik pengukuran disesuaikan dengan kebutuhan dan tujuan dari kegiatan yang dilakukan.
2. Lama Pengukuran Berdasarkan SNI-16-7061-2004 tentang pengukuran iklim kerja panas dengan parameter indeks suhu basah dan bola tidak dijelaskan berapa lama pengukuran dilakukan pada setiap titik pengukuran. Waktu pengukuran dilakukan sebanyak 3 kali selama 8 jam kerja, yaitu pada awal shift, tengah shift, dan di akhir shift. Menurut OSHA (1999) lama pengukuran dengan perhitungan indeks WBGT dapat dilakukan secara kontinyu (selama 8 jam kerja) atau hanya pada waktu paparan tertentu. Pengukuran seharusnya dilakukan dengan periode waktu minimal 60 menit. Sedangkan untuk pajanan yang terputus-putus minimal selama 120 menit. Dalam penelitian ini lama pengukuran menggunakan standar OSHA yaitu pada waktu paparan tertentu dengan waktu minimal 60 menit.