PENERAPAN PENDEKATAN MULTIPLE INTELEGENCE LINGUISTIC INTELEGENCE UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS SISWA KELAS V SDN I BETELEME
PENERAPAN PENDEKATAN MULTIPLE INTELEGENCE LINGUISTIC INTELEGENCE UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS SISWA KELAS V SDN I BETELEME
Oleh :
Helnice Talingkau 1)
ABSTRAK
Kemampuan menulis menjadi salah satu kesulitan yang dialami oleh setiap siswa, karena kurangnya penguasaan kosa kata, rendahnya keberanian siswa untuk bertanya pada guru, pola komunikasi guru-siswa searah, dan budaya belajar yang masih senang menerima, sehingga kemampuan menulis siswa masih tergolong rendah. Untuk itu, peneliti termotivasi untuk melakukan penelitian tindakan kelas dan berkolaborasi dengan guru kelas V untuk menerapkan suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif sehingga siswa memahami materi tersebut secara keseluruhan. Tujuan Penelitian ini yaitu untuk mengetahui bagaimana penerapan pendekatan multiple intelegence : linguistic intelegence dapat meningkatkan kemampuan menulis siswa kelas
V SDN 1 Beteleme. Rancangan penelitian tindakan kelas ini mengikuti model alur Kemmis dan Mc. Taggart yang dilakukan dalam dua siklus, dengan setiap siklus melalui 4 tahap, yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi, dan (4) refleksi. Penelitian ini dilakukan di kelas V SDN 1 Beteleme pada semester ganjil tahun pelajaran 20132014, dengan subjek penelitian adalah siswa kelas V SDN 1 Beteleme berjumlah 21 siswa. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa hasil belajar siswa kelas V SDN 1 Beteleme pada tes awal nilai rata-rata ketuntasan belajar klasikal hanya sebesar 28,58. Setelah menerapkan pendekatan multiple intelegence : linguistic intelegence, mengalami peningkatan hasil belajar siswa dengan ketuntasan belajar siswa 52,38. Dari hasil wawancara, observasi, dan hasil belajar siswa pada siklus I, disimpulkan bahwa penelitian tindakan belum berhasil dan dilanjutkan pada siklus II untuk melihat kemajuan belajar siswa dengan memperbaiki kekurangan-kekurangan yang terjadi pada siklus I. Pada Siklus II hasil belajar siswa mengalami peningkatan yang signifikan, yaitu untuk rata-rata ketuntasan belajar mencapai 85,71.
Kata Kunci: Multiple Intelegence, Linguistic Intelegence, Keterampilan, Menulis, Menulis puisi.
I. PENDAHULUAN
pembelajaran yang ada di kelas V Sekolah Dasar mata pelajaran bahasa Indonesia
yaitu aspek menulis.
ditingkatkan, untuk meningkatkan kualitas
Menulis
merupakan suatu
pendidikan. Secara mikro, harus ditemukan
keterampilan berbahasa secara produktif
strategi atau pendekatan pembelajaran yang
yang dipergunakan secara tidak langsung,
efektif di kelas yang dapat memberdayakan
tidak secara tatap muka dengan orang lain.
potensi siswa.
Kemampuan
menulis menjadi satu
Guru dituntut untuk merancang
kesulitan yang dialami oleh setiap siswa.
kegiatan pembelajaran yang mampu
Pandangan yang mengatakan bahwa
mengembangkan kompetensi, baik dalam
menulis sulit karena rasa kepercayaan yang
ranah kognitif, ranah afektif maupun
kurang. Padahal, salah satu tujuan
psikomotorik siswa. Guru harus mampu
pembelajaran umum mata pelajaran Bahasa
merancang pembelajaran sesuai dengan
Indonesia
adalah,
“Siswa mampu
karakteristik dan kondisi siswa. Setiap
mengekspresikan berbagai pikiran, gagasan,
siswa mempunyai kemampuan yang
pendapat dan perasaaan melalui menulis
berbeda-beda di dalam bidang tertentu.
dari pikiran.
Setiap siswa memiliki keunikan, dan
Kondisi
di
lapangan, pada
kecerdasan mereka berkembang dalam
umumnya siswa kelas V SDN 1 Beteleme
bentuk yang berbeda-beda. Untuk itu,
kurang termotivasi terhadap materi menulis.
seorang guru harus mampu mengenal
Siswa merasa kesulitan dalam menulis
kemampuan anak didiknya. Dengan begitu,
karangan karena kurangnya penguasaan
potensi yang dimiliki seorang siswa dapat
kosa kata, rendahnya keberanian siswa
berkembang sesuai dengan kemampuan
untuk bertanya pada guru, pola komunikasi
yang dimilikinya. Beberapa aspek
guru-siswa searah, dan budaya belajar yang masih senang menerima maka alternatif
Guru SDN 1 Beteleme yang
diambil
dengan menerapkan
pendekatan multi intelegence.
Pendekatan multiple intelligence
kecerdasan ini dengan proporsi yang
pada dasarnya menekankan hal terbaik yang
berbeda - beda.
dapat dilakukan guru di kelas selain menggunakan buku teks dan papan tulis
2.2 Pembelajaran Berbasis Linguistic
guna membangkitkan pikiran anak. Selain
Intelegence
itu, pendekatan ini memberikan pedoman
Kecerdasan
Linguistik
kepada guru dalam memilih metode
didefinisikan oleh Linda Campbell, sebagai
mengajar yang terbaik disertai prosedur
kemampuan untuk berfikir dalam bentuk
pengembangannya yang melibatkan unsur
kata-kata dan menggunakannya untuk
metode, materi dan tekhnik mengajar.
mengekspresikan dan menghargai makna
Penerapan strategi pembelajaran
yang kompleks. Kemampuan peserta didik
multiple intelegence yang berkenaan
yang
suka
berbicara dalam
dengan linguistic intelegence ini diharapkan
mengekspresikan gagasan, memahami atau
dapat meningkatkan hasil pembelajaran
menghafal pelajaran. Biasanya yang terjadi
bahasa Indonesia aspek keterampilan
dalam kenyataan bila peserta didik selalu
menulis pada siswa kelas V SDN 1
ribut di dalam kelas, selalu membuat gaduh
Beteleme.
maka pendidik akan marah, bahkan sampai
Dari
hasil observasi,
dapat
menghukum. Padahal peserta didik ini
diidentifikasi masalah yang menyebabkan
mempunyai kecerdasan linguistik, pendidik
rendahnya hasil belajar siswa dalam aspek
tersebut tidak memahami kemampuan
menulis, antara lain :
peserta didiknya. Maka pendidik harus
Metode yang digunakan tidak sesuai
pandai mengaplikasikannya dalam sebuah
dengan kebutuhan siswa.
pembelajaran dengan kecerdasan linguistik
Budaya belajar yang masih senang
yang dimiliki siswa. Contoh, secara
menerima.
bergantian siswa membacakan sebuah
Kurangnya penguasaan kosa kata
cerita.
Rendahnya keberanian siswa untuk
Pembelajaran berbasis linguistic
bertanya pada guru
intelegence sangat efektif sebab mampu
Kurangnya pengetahuan dan informasi
meningkatkan aktivitas dan kreativitas
materi tentang menulis karangan,
siswa dalam bentuk interaksi baik antara
ungkapan dan pengembangan kata yang
siswa dengan guru maupun antara siswa
minim membuat para siswa kesulitan
dengan siswa lainnya dalampembelajaran
dalam mengungkapkan gagasannya.
bahasa Indonesia. Bahkan interaksi ini lebih
Dari identifikasi masalah tersebut
didominasi oleh interaksi antara siswa
di atas, peneliti termotivasi untuk
dengan siswa sedangkan guru hanya
melakukan penelitian tindakan kelas
bersifat sebagai moderator dan fasilitator
dengan menerapkan pendekatan multiple
saja.Tanya jawab antarsiswa berjalan
intelegence: linguistic intelegence dengan
dengan sangat baik dan setiap penilaian
harapan dapat meningkatkan keterampilan
yang diberikan oleh guru maupun siswa
menulis karangan pada siswa kelas V SDN
lainnya mampu memacu dirinya untuk lebih
1 Beteleme.
menggali konsep-konsep materi yang diajarkan, sehingga menghasilkan rasa
II. TINJAUAN PUSTAKA
keingintahuan dan percaya diri yang tinggi. Menurut Gardner (Hoerr, 2007: 18)
2.1 Konsep Dasar Multiple Intelegences
mengatakan kecerdasan bahasa dapat
Multiple intelegences mengacu
ditumbuhkembangkan dengan menulis
pada sebuah teori kecerdasan yang
cerita dan esai; menceritakan lelucon,
dikembangkan pertengahan tahun 1980-an
cerita, plesetan, menggunakan kosakata
oleh Howard Gardner, seorang profesor
yang luas, menggunakan kosakata luas;
dalam bidang pendidikan di Universitas
bermain word game, menggunakan kata
Harvard. Setiap orang memiliki ke semua
untuk menggambarkan sebuah cerita.
Berdasarkan pendapat Gardner
dasarnya tidak terlepas dari tiga
(Sandjaja,2011: 8) ada beberapa langkah
keterampilan berbahasa lainnya, yaitu
untuk menyusun rencana pembelajaran
menyimak, berbicara, dan membaca
terpadu dengan intelegensi linguistik, yaitu:
(Edelsky, 1991; Froese, 1990; Goodman,
Menentukan topik yang akan dibahas.
1986; Weafer, 1992, dalam Santosa, 2004).
Rumuskan topik berdasar masalah atau
Menulis didorong oleh kegiatan berbicara,
kebutuhan siswa secara riil dan sesuai.
membaca, dan menyimak. Menulis
Hal ini sesuai dengan teori aplikasi
membawa ide-ide dari seseorang dengan
teknologi Gestalt dalam pendidikan,
tujuan dan makna yang berbeda. Siswa
bahwa mengajar yang efektif adalah
melalui bermacam kegiatan menulis, dapat
berfokus pada masalah dan kebutuhan
mengembangkan perasaan audiens dan
riil murid. Pada gilirannya, hasil
merasakan kegiatan menulis sebagai
tindakan yang relevan yang terjadi di antara
digunakan untuk hidup sehari-hari.
diri sendiri, orang lain, dan masyarakat.
Membuat
skema
pembelajaran
kecerdasan linguistik yang berisi
III.
METODE PENELITIAN
alternatif kegiatan belajar mengajar, isi pembelajaran, alat peraga dan fasilitas
3.1 Desain Penelitian
(peralatan) yang dibutuhkan serta alat
Penelitian ini adalah penelitian
evaluasinya.
tindakan kelas, maka peneliti menggunakan
Memilih dan mengurutkan kegiatan
model penelitian mengikuti model yang
belajar mengajar sesuai dengan alokasi
dikembangkan oleh Kemmis dan Mc.
Taggart (dalam Depdikbud, 1999), yang
terdiri dari empat komponen, yaitu: (1)
digunakan.
perencanaan, (2) tindakan, (3) observasi, dan (4) refleksi.
2.3 Peningkatan
Keterampilan
Menulis Melalui Strategi Multiple
3.1.1 Setting dan Subjek Penelitian
Intelegence
Penelitian ini bertempat di SDN 1
2.3.1 Pengertian Keterampilan
Beteleme dan dilaksanakan pada semester
Keterampilan dapat menunjukkan
ganjil tahun pelajaran 20132014, dengan
pada aksi khusus yang ditampilkan atau
subjek penelitian adalah kelas V SDN 1
pada sifat dimana keterampilan itu
Beteleme berjumlah 21 orang.
dilaksanakan. Banyak kegiatan dianggap
A. Prosedur Penelitian
sebagai suatu keterampilan, terdiri dari
Prosedur pelaksanaan penelitian
tindakan kelas ini terdiri dari dua siklus.
penguasaan yang dicapai oleh seseorang
Masing-masing siklus dilaksanakan sesuai
menggambarkan tingkat keterampilannya.
dengan perubahan yang dicapai, seperti
Hal ini terjadi karena kebiasaan yang sudah
yang telah didesain dalam faktor-faktor
diterima umum untuk menyatakan bahwa
yang diselidiki.
satu atau beberapa pola gerak atau perilaku
B. Jenis Data
yang diperluas bisa disebut keterampilan,
Jenis data dalam penelitian ini
misalnya menulis, memainkan gitar atau
adalah data kualitatif dan kuantitatif yang
piano, menyetel mesin, berjalan, berlari,
diperoleh dari hasil observasi, wawancara,
melompat dan sebagainya. Jika ini yang
catatan lapangan, angket, dan data tentang
digunakan, maka kata “keterampilan” yang
hasil belajar siswa setelah dilakukan
dimaksud adalah kata benda (Fauzi, 2010: 7
tindakan yang diperoleh melalui tes.
dalam artikelbagus. com)
C. Teknik Pengumpulan Data Dalam pengumpulan data, peneliti
2.3.2 Pengertian Menulis
menggunakan metode :
Keterampilan menulis pada
Tes, adalah alat penilaian dengan pertanyaan-pertanyaan yang diberikan Tes, adalah alat penilaian dengan pertanyaan-pertanyaan yang diberikan
guru telah berada dalam kategori baik atau
tertentu baik dalam bentuk lisan, tulisan
sangat baik. Suatu pembelajaran dikatakan
maupun perbuatan (tindakan).
sangat baik jika semua aspek kegiatan
Observasi, Observasi memungkinkan
terlaksana secara optimal, dikatakan kurang
untuk mengetahui kesesuaian antara
baik jika ada salah satu aspek kegiatan yang
harapan dan kenyataan dari penelitian
tidak terlaksana, dikatakan kurang jika
tindakan kelas dan dilakukan untuk
hanya ada satu aspek kegiatan saja yang
melihat langsung aktifitas guru dan
terlaksana sedangkan aspek yang lain tidak
siswa selama proses pembelajaran.
terlaksana. Kriteria taraf keberhasilan
Wawancara,
dimaksudkan
untuk
tindakan dapat ditentukan (Hadi, 2003 :
menelusuri kesulitan-kesulitan yang
107) yaitu :
dialami oleh siswa selama mengikuti
85 ≤ NR < 100 : sangat baik
pembelajaran.
75 ≤ NR < 84 : baik
Catatan lapangan, bertujuan untuk
65 ≤ NR < 74 : cukup baik
memperoleh data yang akurat dan
55 ≤ NR < 64 : kurang baik
objektif apa adanya, sehingga hal-hal
≤ 54
:sangat kurang baik
yang tidak terekam dalam observasi
dapat dilakukan dengan catatan
IV. HASIL PENELITIAN DAN
lapangan.
PEMBAHASAN
Angket adalah sebuah daftar pertanyaan
yang harus dijawab oleh responden.
4.1 Hasil Penelitian
Penelitian dilaksanakan dalam dua
D. Teknik Analisis Data
siklus dengan dua kali tindakan, dan terbagi
Analisis data dalam penelitian
dalam dua bagian, yaitu :
tindakan kelas ini menggunakan analisis
4.1.1 Kegiatan Pra Tindakan
Sebelum dilaksanakan penelitian,
2006:131). Terhadap perolehan hasil belajar
peneliti melakukan observasi awal terhadap
siswa dianalisis secara kuantitatif dengan
kegiatan pembelajaran Bahasa Indonesia di
memberikan nilai pada hasil belajar siswa.
kelas V, khususnya menulis karangan. Dari
Sedangkan terhadap perolehan data
hasil observasi, dapat diidentifikasi masalah
observasi aktivitas guru dan siswa dalam
yang menyebabkan siswa kesulitan di
proses pembelajaran dianalisis secara
dalam menulis karangan. Salah satunya
kualitatif. Perolehan data melalui observasi
adalah budaya belajar yang masih senang
tersebut dikonsultasikan dengan kriteria
menerima. Hal ini menyebabkan kurangnya
deskriptif kualitatif, yang dikelompokkan
kosa kata sehingga dalam menuangkan ide-
dalam 5 kategori, yaitu baik sekali, baik,
ide ke dalam tulisan dirasakan sulit oleh
cukup, kurang, dan sangat kurang sebagai
siswa. Peneliti berkolaborasi dengan guru
berikut:
kelas V SDN 1 Beteleme dalam
1. Indikator Keberhasilan Ketuntasan
melaksanakan penelitian tindakan kelas.
a. Indikator Kuantitatif Pembelajaran
Pada pertengahan bulan Agustus 2013,
peneliti memberikan tes awal dalam bentuk
memperlihatkan sebuah gambar sebagai
peningkatan hasil belajar siswa yaitu jika
stimulus dan meminta setiap siswa menulis
daya serap individu memperoleh nilai
berdasarkan gambar yang diperlihatkan
minimal 75 dari skor ideal dan ketuntasan
tersebut. Tes ini lebih dimaksudkan sebagai
klasikal minimal 80. (Depdiknas, 2007).
upaya pengenalan kemampuan siswa dalam
b. Indikator Kualitatif Pembelajaran
menulis.
Indikator Kualitatif pembelajaran
Dari hasil analisis tes awal, dapat
dapat dilihat dari aktifitas siswa dan guru,
diketahui bahwa kemampuan siswa dalam
selama pembelajaran. Penelitian ini
menulis karangan masih sangat rendah, ini
dinyatakan berhasil jika aktifitas siswa dan
dibuktikan dari 21 siswa yang mengikuti tes dibuktikan dari 21 siswa yang mengikuti tes
masih banyak siswa yang belum bisa untuk
hanya sebesar 28,58.
menyampaikan hasil diskusinya dengan
dikarenakan kurangnya
kolaborator mencari solusi dan menetapkan
perbendaharaan kosa kataberbicara secara
pendekatan multiple linguistic : linguistic
sistematis.
intelegence yang akan diterapkan dalan penelitian tindakan kelas, dengan tujuan
4.1.4 Data Hasil Wawancara
untuk meningkatkan keterampilan menulis
Dari hasil wawancara, dapat
pada siswa kelas V SDN 1 Beteleme.
diketahui bahwa 1) siswa senang dengan model pembelajaran yang diterapkan guru,
4.1.2 Hasil Tes Akhir Tindakan Siklus
walau siswa masih merasa kesulitan untuk
I menulis karangan dengan kalimat yang
Tes ini dilakukan untuk menilai
runtut, 2) siswa belum terbiasa untuk
keterampilan menulis siswa dalam menulis
mempresentasikan jawaban di depan kelas
karangan. Tes dilaksanakan secara klasikal
atau berbicara secara sistematis.
dan dikerjakan
mandiri. prosentase
ketuntasan klasikal hanya 52,38. Indikator
4.1.5 Refleksi Tindakan Siklus I
keberhasilan ketuntasan yang ditetapkan
Peneliti
bersama kolaborator
adalah 80. Ini menandakan bahwa
melakukan refleksi terhadap pelaksanaan
ketuntasan belajar klasikal belum tercapai.
siklus I. Dari hasil analisis tes akhir, siswa belum tuntas secara klasikal karena hanya
4.1.3 Data Hasil Observasi
mencapai 52,38 atau dari 21 siswa, yang
Dari hasil pengamatan terhadap
tuntas belajar hanya 11 orang. Hal ini
aktivitas guru, diperoleh informasi bahwa
disebabkan belum optimalnya pembelajaran
dalam aktivitas yang dilakukan guru
yang dilakukan guru dan siswa dan strategi
dikategorikan baik oleh observer, meskipun
yang diterapkan guru masih dirasakan baru
ada beberapa aspek yang dinilai kurang,
oleh siswa.
seperti
Dari hasil observasi terhadap guru,
1). guru kurang mengontrol kegiatan
masih banyak kekurangan yang dilakukan
pembelajaran yang dilakukan siswa saat
guru pada pembelajaran siklus I, untuk itu
kerja kelompok sehingga masih ada
dilakukan refisi agar pembelajaran pada
siswa yang tidak mengerjakan tugas
siklus berikutnya bisa berlangsung dengan
secara keseluruhan,
baik.
2). guru kurang memberikan penghargaan
Hasil observasi terhadap aktivitas
siswa menunjukkan bahwa masih banyak
mempresentasikan jawabannya,
aspek yang dinilai kurang oleh observer.
3). guru kurang optimal dalam pengelolaan
Untuk itu, diperlukan bimbingan bagi siswa
waktu sehingga tidak sesuai dengan
yang masih merasa kesulitan dalam
rencana yang telah dibuat.
mengikuti pembelajaran, sehingga pada
pembelajaran berikutnya siswa sudah siap
dilakukan
terhadap aktivitas siswa,
dengan metode yang diterapkan guru.
diperoleh informasi bahwa siswa sangat
Pembentukan
kelompok yang
antusias dalam mengikuti pembelajaran,
beranggotakan 3 orang siswa dirasa kurang
apalagi dengan adanya teka-teki kata yang
efektif, karena siswa yang lain tidak
dibuat guru dalam LKS, walau dalam
mengerjakan tugas secara tuntasmasih ada
beberapa aspek masih dinilai kurang oleh
yang tidak aktif di dalam kelompoknya.
observer, seperti: 1) siswa kurang
Untuk itu, strategi akan dirancang ulang
berpartisipasi dalam pembelajaran, 2) tidak
agar semua siswa aktif dalam belajar.
semua siswa aktif dalam pembelajaran
Dari hasil wawancara, observasi,
kelompok, saat diberi kesempatan untuk
dan hasil belajar siswa, dapat disimpulkan
bertanya, masih banyak siswa yang belum
bahwa penelitian tindakan siklus I belum
berani,3)dalam mempresentasikan jawaban,
berhasil dan dilanjutkan pada siklus II berhasil dan dilanjutkan pada siklus II
siswa terhadap pembelajaran bahasa
dengan menggunakan
kekurangan yang terjadi pada siklus I.
pendekatan multiple intelegence : linguistic intelegence diperoleh hasil bahwa untuk
4.1.6 Hasil Tes Akhir Tindakan Siklus
ketiga
kategori
tersebut di atas
II menunjukkan respon yang positif dari
Tes siklus II ini juga dilaksanakan
hampir seluruh siswa.
secara klasikal dan siswa tidak diizinkan untuk bekerjasama. Tes ini dilaksanakan
4.1.8 Data Hasil Wawancara
untuk menilai hasil keterampilan menulis
Dari hasil wawancara, diperoleh
karangan siswa. Siswa juga diberi
informasi bahwa, 1) siswa senang bekerja
kesempatan untuk mengisi angket respon
kelompok karena dapat saling membantu,
siswa terhadap model pembelajaran yang
2) siswa senang dengan strategi guru yang
diterapkan.
bervariasi, 3) siswa senang dengan metode
Dari hasil analisis data, dapat
yang diterapkan karena membantu siswa
dilihat bahwa ketuntasan klasikal mencapai
memperbanyak perbendaharaan kata, 4)
85,71 atau yang tuntas belajar ada 18
siswa senang dalam kegiatan diskusi
siswa dari 21 siswa. Indikator keberhasilan
maupun mempresentasikannya karena dapat
telah tercapai bahkan lebih dari yang
melatih siswa berbicara dengan sistematis.
diharapkan.
4.1.9 Refleksi Hasil Tindakan Siklus II
4.1.7 Data Hasil Observasi
Dari hasil analisis tes akhir
Dari hasil pengamatan terhadap
tindakan siklus II, diperoleh informasi
aktivitas guru, diperoleh informasi bahwa
untuk ketuntasan belajar klasikal telah
peneliti sudah melaksanakan pembelajaran
tercapai, yaitu sebesar 85,71 atau ada 18
dengan baik. Kekurangan-kekurangan yang
siswa yang tuntas belajar. Rata-rata siswa
terjadi pada siklus I sudah diperbaiki
memperoleh nilai ≥75. Ini membuktikan
sehingga peneliti sudah mengoptimalkan
bahwa pendekatan multiple intelegence :
kinerjanya pada siklus II ini. Guru dapat
intelegence linguistic dapat meningkatkan
mengelola waktu pembelajaran dengan
keterampilan menulis karangan siswa.
baik, guru dapat mengontrol setiap kegiatan
Dari hasil observasi terhadap
yang dilakukan siswa baik secara mandiri
aktivitas guru (peneliti) dan siswa (subjek),
maupun kelompok, memotivasi siswa lewat
pada siklus II ini menunjukkan peningkatan
tepuk tangan sebagai bentuk penghargaan
dalam semua aspek sehingga berdampak
pada setiap kelompok.
pada hasil belajar siswa yang mengalami
Dari hasil pengamatan terhadap
peningkatan. Guru sudah mengoptimalkan
aktivitas siswa, diketahui bahwa seluruh
kinerja dan potensinya dalam pembelajaran
siswa
terlibat secara aktif dalam
sehingga siswapun terlibat secara aktif dan
pembelajaran. Siswa terlihat antusias saat
dapat berpartisipasi dengan baik dalam
mengerjakan LKS. Setiap kelompok ingin
pembelajaran. Siswa sudah menunjukkan
menjadi yang terbaik. Ini menandakan
hasil belajar yang optimal.
adanya persaingan positif dalam belajar. Siswa dapat bekerjasama dengan baik
4.1.10 Temuan Penelitian
dalam kelompoknya. Secara keseluruhan,
a. Pendekatan multiple intelegence :
seluruh siswa berpartisipasi aktif dalam
linguistic intelegence dapat membantu
pembelajaran.
siswa untuk mengembangkan daya
Dari hasil analisis angket yang
imajinasinya
lewat cerita yang
diisi oleh seluruh siswa, diperoleh
dibacakan dan hal itu membantu siswa
informasi sebagai berikut. diperoleh hasil
dalam menulis karangan.
respon sikap siswa 85,71, keterampilan
b. Pendekatan multiple intelegence :
90,48, dan pemahaman materi 85,71.
linguistic
intelegence dapat
Berdasarkan kategori penilaian respon Berdasarkan kategori penilaian respon
kelompok. Guru terlalu banyak duduk di
kata lewat teka-teki kata.
depan kelas dan tidak membimbing siswa
c. Pendekatan multiple intelegence :
sehingga kurang berpartisipasi aktif dalam
linguistic intelegence dapat membantu
pembelajaran. Kurangnya perbendaharaan
guru untuk melihat potensi yang
kata menyebabkan siswa kesulitan dalam
dimiliki oleh setiap siswa sehingga
menulis juga saat mempresentasikan
jawaban, siswa berbicara dengan susunan
pembelajaran yang pas untuk masing-
kata yang tidak sistematis. Oleh sebab itu,
masing kecerdasan anak.
untuk
kekurangan- kekurangan dalam pembelajaran dan untuk
memperbaiki
V. PEMBAHASAN
melihat progress atau kemajuan belajar siswa dalam menulis karangan, maka
Dari hasil observasi awal, dapat
penelitian ini dilanjutkan pada siklus II.
diidentifikasi masalah yang menyebabkan
Pada pelaksanaan pembelajaran
siswa kesulitan di dalam menulis karangan.
berbasis intelegence linguistic pada siklus II
Salah satunya adalah budaya belajar yang
diberikan pengalaman belajar yang berbeda
masih senang
menerima. Hal ini
dari siklus I. Untuk pengembangan kosa
menyebabkan kurangnya
kosa kata
kata, strategi pada siklus II divariasikan
sehingga dalam menuangkan ide-ide ke
dengan bentuk yang berbeda dari siklus I.
dalam tulisan dirasakan sulit oleh siswa.
Pada sikul II ini, guru membacakan sebuah
Peneliti berkolaborasi dengan guru
cerita rakyat yang dekat dengan lingkungan
kelas V SDN 1 Beteleme dalam
siswa. Siswa diminta menuliskan tema,
melaksanakan penelitian tindakan kelas.
penokohan, alur cerita, dan amanat dari
Peneliti melakukan tes awal sebagai materi
cerita rakyat yang dibacakan guru tadi.
prasyarat untuk mengetahui kemampuan
Bentuk tulisan yang diharapkan dihasilkan
siswa dalam menulis karangan. Dari hasil
oleh siswa adalah tulisan yang dijalin dalam
yang didapatkan, hanya 28,5 siswa yang
bentuk paragraf naratif. Siswa diminta
memperoleh nilai ≥ 75. Peneliti bersama
berimajinasi menulis ulang cerita dengan
kolabotor menyusun strategi dan dengan
mengemukakan tema cerita, penokohan,
alur cerita, dan amanat cerita. Hal ini
intelegence : intelegence inguistic dengan
dilakukan
untuk
menstimulus dan
tujuan untuk meningkatkan keterampilan
merangsang otak siswa untuk berpikir dan
menulis karangan pada siswa kelas V SDN
menuangkan ide-idenya ke dalam bentuk
1 Beteleme.
tulisan.
Pelaksanaan pembelajaran berbasis
Pembelajaran pelaksanaan berbasis intelegence linguistic pada siklus 1 intelegence linguistic pada siklus II sudah
mengindikasi pembelajaran kurang efektif,
dilaksanakan dengan baik. Hal ini
parameternya terlihat dari tulisan siswa. Hal
terindikasi dari hasil belajar, hasil observer,
ini disebabkan siswa belum membuka
dan respon siswa melalui nilai tulisan
cakrawala berpikir untuk menulis cerita.,
siswa. Dari hasil tes akhir tang dilakukan,
walaupun peneliti telah memberikan
siswa sudah dapat menulis tentang
pengalaman belajar untuk menstimulus otak
pengalaman pribadi dengan leluasa dan
siswa lewat teka-teki kata. Dari hasil
lancar. Pilihan kata yang digunakan siswa
analisis data tes akhir siklus I, menunjukkan
sudah bervariasi, hal ini terjadi karena
siswa belum tuntas secara klasikal karena
siswa memiliki referensi kosa kata yang
hanya mencapai 52,38 atau dari 21 siswa,
banyak, yang diperoleh dari pengalaman
yang tuntas belajar hanya 11 orang. Dalam
belajar yang bervariasi. Siswa mengalami
pembagian kelompok yang terdiri dari 3
progres
atau
peningkatan dalam
siswa dalam satu kelompok tidak efektif
pengembangan
bahasa terlihat dari
karena siswa tidak mengerjakan tugas
pengembangan cerita pengalaman pribadi
secara keseluruhan disebabkan guru kurang
siswa yang ditulis dengan lancar dan sesuai
mengontrol pembelajaran saat kerja
dengan tema yang dipilih. Dari hasil dengan tema yang dipilih. Dari hasil
Dengan demikian, dapat diindikasi
belajar klasikal mencapai 85,71 atau
bahwa dengan menerapkan pendekatan
siswa yang memperoleh nilai ≥ 75 ada 18
multiple intelegence : intelegence linguistic
siswa. Dari hasil observasi yang dilakukan
dalam pembelajaran bahasa Indonesia
terhadap guru (peneliti) dan siswa (subjek)
khususnya materi menulis karangan dapat
menunjukkan peningkatan di semua aspek
meningkatakan keterampilan menulis siswa
dan dikategorikan sangat baik oleh
kelas V SDN 1 Beteleme.
observer. Dari hasil angket yang diisi siswa,
Dengan
menerapkan model
menunjukkan bahwa siswa memberi respon
pembelajaran tersebut, dapat memotivasi
dan meningkatkan keterampilan menulis
pembelajaran yang diterapkan, dengan
siswa kelas V SDN 1 Beteleme.
melihat dari 3 kategori yang ada, semua dalam kriteria penilaian baik.
6.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan
VI. PENUTUP
pembahasan peneliti menyarankan beberapa hal yang terkait dengan peningkatan