MEMBANGUN ZONA INTEGRITAS MENUJU WILAYAH BEBAS DARI KORUPSI
S elanjutnya BPKP
menetapkan Per- aturan Kepala Badan Pengawasan Keuang- an dan Pembangunan tentang Perpanjangan Batas Usia Pensiun
mor PER-698/K/SU/1012 tanggal 29 Mei bagi Pegawai Negeri Sipil yang menduduki
2012. Dalam Peraturan Ka BPKP Bab Jabatan fungsional Auditor jenjang Madya
I Pasal 2 ayat (3) Setiap perpanjangan dan Utama di lingkungan Badan Penga-
BUP sebagaimana dimaksud pada ayat wasan Keuangan dan Pembangunan No-
(2) ditetapkan untuk jangka waktu paling
26 Vol. 7 No. 1 Tahun 2012
lama 2 (dua) tahun. Mencermati kata-kata “dapat” pada PP 41
tahun 2012 dan Surat dari Badan Kepega- waian Negara tersebut diatas kiranya bisa diartikan bahwa Auditor Madya dan Utama, batas usia pensiunnya “tidak semua dan ti- dak otomatis” dapat diperpanjang sampai dengan usia 60 (enam puluh) tahun. Se- hingga akan timbul dilematika dan perma- salahan dalam menentukan apakah semua pemangku Jabatan Fungsional Auditor Madya berhak untuk mendapatkan BUP sampai 60 (enam puluh) tahun ? Bagaima- na dengan Auditor Madya yang karena alasan/sesuatu hal menjadi sangat riskan apabila mendapatkan perpanjangan BUP ?
Pertimbangan tersebut kiranya harus sedemikian rupa sehingga dapat mewakili kepentingan organisasi dan juga Auditor itu sendiri. Dengan kata lain, perpanjangan batas usia pensiun tersebut harus mem- pertimbangkan efektiitas dan eisiensi bagi Institusi Pengawasan, juga untuk pening- katan kinerja Auditor.
Seperti halnya Inspektorat Jenderal Ke- menterian Perhubungan, pejabat fungsion- al yang memiliki sertiikasi Pengendali Mutu saat ini telah menjadi Pejabat Struktural dan
menduduki jabatan Es- elon II. Sehingga saat ini pejabat fungsional/ Auditor belum ada yang memiliki sertiikasi Pengendali Mutu. Pada setiap kegiatan Rapat Dinas maupun Evaluasi Program Ker- ja, paparan para Inspe- ktur selalu mengangkat
masalah kekurangan tenaga auditor baik dari segi jumlah maupun kompetensi dalam bidang teknis tertentu termasuk Pengendali Mutu. Terkait dengan perpanjangan BUP auditor, jumlah Auditor Madya yang ada saat ini dapat dirinci sebagai berikut :
Dari jumlah Auditor Madya sebanyak 44 (empat puluh empat ) Orang, dalam pelak- sanaan PKPT, mereka diperankan dalam berbagai macam komposisi. Sebagaian dari mereka diperankan sebagai Pengen- dali Mutu, sebagaian besar lagi diperankan sebagai Pengendali Teknis, bahkan ada pula yang diperankan hanya sebagai Ketua Tim. Setiap bulan kecuali bulan Januari ma- sing-masing Inspektorat menugaskan rata- rata 2 (dua) orang yang diperankan sebagai Pengendali Mutu untuk 5 (lima) tim Audit dengan masing-masing Tim dipimpin oleh
1 (satu) orang Pengendali Teknis. sehingga dalam hal ini dibutuhkan 5 x 2 Pengendali Mutu = 10 Pengendali Mutu. Kiranya per- panjangan batas usia sampai dengan 60 (enam puluh ) tahun merupakan peluang untuk “Mencetak” Auditor Utama, sehingga dapat memenuhi kebutuhan organisasi/in- stitusi.
Permasalahan yang akan timbul bila per- panjangan usia pensiun sampai 60 (enam
Vol. 7 No. 1 Tahun 2012 Vol. 7 No. 1 Tahun 2012
kebutuhan akan Auditor Utama dan yang
1. Bila Auditor Madya yang sudah senior diharapkan dapat sekaligus menekan jum- namun kurang produktif, perpanjangan
lah Auditor Madya menjadi angka kebutu- usia pensiun sampai 60 (enam puluh )
han yang relatif ideal, adalah sebagai beri- tahun akan menjadi tidak efektif dan kut : ineisiensi. Selain akan membebani
1. Memperbanyak peran Pengendali Mutu Keuangan Negara, juga akan berdam-
dengan penambahan jumlah peran pak buruk bagi Auditor yang lain.
Pengendali Mutu masing-masing Ins- pektorat yang semula 2 orang menjadi
3 orang. Dengan adanya peran “keatas” tor ditingkat Madya, akan mengakibat-
2. Dengan menumpuknya jumlah Audi-
yaitu Auditor Madya melaksanakan per- kan Auditor tidak selalu mendapatkan
an Auditor Utama dan dengan jumlah peran sesuai sertiikasi yang dimilikinya
yang bertambah yaitu dari 2 (dua) Pen- dan cenderung mendapatkan peran
gendali Mutu menjadi 3 (tiga) Pengen- dibawahnya, sehingga dapat berdam-
dali Mutu setiap bulannya; pak rendahnya jumlah perolehan angka kredit.
2. Diharapkan “embrio” Auditor Utama yaitu golongan IV/c yang jumlahnya ma-
3. Secara umum kesehatan dan kekuatan sih sangat sedikit yaitu 3 (tiga) personil isik pada usia menjelang 60 (enam pu-
segera terlaksana, dan seterusnya un- luh) tahun tentunya tidak sebaik ketika
tuk golongan IV/b yang jumlahnya 21 masih pada usia muda. Mengingat loka-
personil, secara selektif sesuai kebutuh- si auditi tidak selalu ada di provinsi atau
an dapat meningkat menjadi golongan kota-kota besar, bahkan lokasi auditi
IV/c, sehingga kebutuhan akan Auditor seringkali berada di pelosok nusan- tara. Untuk sampai ke lokasi auditi, ti- dak jarang seorang auditor harus men- empuh jarak dan waktu yang sangat panjang dengan kendaraan yang kurang nyaman. Untuk menempuh perjalanan dengan medan yang sulit, diperlukan stami- na dan kesehatan yang prima.
28 Vol. 7 No. 1 Tahun 2012
Utama dapat cepat terpenuhi; lebih cepat “mencetak” Auditor Utama;
5. Perlu melakukan evaluasi terhadap Au- nya Pelatihan di Kantor Sendiri (PKS),
3. Memperbanyak dan memacu diadakan-
ditor Madya atau Utama setiap 2 (dua) pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan
tahun sesuai Peraturan Ka BPKP Bab (Diklat), penulisan di Jurnal Transpar-
I Pasal 2 ayat (3) Setiap perpanjangan ansi dan sebagainya, untuk meningkat-
BUP sebagaimana dimaksud pada ayat kan pertambahan angka kredit unsur
(2) ditetapkan untuk jangka waktu pa- Pengembangan Profesi;
ling lama 2 (dua) tahun. Untuk dapat di- perpanjang atau tidak batas usia pensi-
4. Merencanakan pelaksanaan Diklat Pen- unnya sampai dengan 60 (enam puluh) jenjangan Pengendali Mutu dengan
tahun, hasil evaluasi dan berbagai per- pelaksanaan secara berjenjang karena
timbangan tas diantaranya keefektifan jumlah Auditor Madya yang relatif ber-
dan keeisienan bagi Instutusi Penga- lebih dibanding dengan kebutuhan.
wasan dan Keuangan Negara menjadi Dengan adanya perpanjangan batas
prioritas utama. usia pensiun, kiranya dapat dianggap
Penulis,
sebagai peluang/kesempatan untuk
Kuncoro Supadi Wiguno
Vol. 7 No. 1 Tahun 2012
SELINTAS PERJALANAN USPK (UNIT SIMPAN PINJAM KARYAWAN) INSPEKTORAT JENDERAL
Bermula dari bentuk keprihatinan pimpinan mengenai banyaknya pegawai yang meminjam uang ke Bendahara Keuangan, maka dibentuklah USPK (Unit simpan Pinjam Karyawan) Inspektorat Jenderal. Walau namanya Unit Simpan Pinjam Kar- yawan, USPK ini berbeda dari koperasi pegawai pada umumnya. Karena modal usahanya sama sekali tidak terhimpun dari iuran anggotanya, tetapi berasal dari sumbangan dan pinjaman suka rela dari beberapa pimpinan yang tergugah un- tuk memberi kemudahan dan fasilitas bagi pegawai yang membutuhkan pinjaman uang.
S beberapa kali dalam setahun dan jumlah-
aat itu memang tingkat kesejahteraan
pegawai relatif masih rendah, kesem-
nyapun relatif kecil.
patan untuk melakukan perjalanan dinas terbatas hanya untuk pimpinan, para Ins-
Bermodal awal sebesar Rp. 5.000.000,- pektur dan Pemeriksanya.
(lima juta rupiah) dari Bapak TB. Yogyanto akhir tahun 1997 yang diterima oleh salah
Sedangkan untuk staf selain gaji setiap seorang karyawati dalam upacara seder- bulan, tambahan diperoleh dari uang PNP
hana di ruang kerja Inspektur Jenderal. Ter- (sekarang PNA) yang frekuensinya hanya
bentuknya USPK mendapat sambutan baik
30 Vol. 7 No. 1 Tahun 2012
31
dari semua ihak di lingkungan Inspektorat Jenderal. Sejumlah pegawai segera me- ngajukan pinjaman untuk berbagai keper- luan, namun dengan jumlah batas pinjaman hanya sebesar Rp. 500.000,- (lima ratus ribu rupiah). Pengembalian pinjaman terse- but dapat dicicil selama 10 (sepuluh) bulan melalui pemotongan gaji dengan beban bunga yang sangat kecil yaitu sebesar 1%. Pegawai yang akan meminjam uang wajib mengajukan permohonan dengan mengisi formulir yang telah disediakan oleh pengu- rus USPK, dengan diketahui oleh atasan langsung dan Bendahara, serta mendapat persetujuan dari Ketua USPK.
Mengingat jumlah peminjam semakin hari semakin banyak, atas kesadaran be- berapa pimpinan, mereka meminjamkan modal yang cukup besar, bahkan ada yang memberikan sumbangan suka rela untuk tambahan modal guna memenuhi permintaan tersebut. Hanya dalam waktu kurang dari dua tahun, dana yang bergulir dipinjam pegawai mencapai lebih dari Rp. 20.000.000,- (dua puluh juta rupiah) de- ngan jumlah peminjam rata-rata sebanyak
20 sampai 30 pegawai setiap tahun. Dengan terbentuknya USPK ini, manfaat
yang dirasakan bukan hanya bagi Staf Sekretariat saja, tetapi juga dirasakan man- faatnya oleh sebagian pemeriksa (sebelum menjadi Jabatan fungsional auditor) tidak terkecuali Cleaning Service yang ada di ling- kungan Inspektorat Jenderal.
Modal yang terhimpun terus bertambah, hingga tahun 2006 telah mencapai lebih dari Rp. 60.000.000,- (enam puluh juta rupiah). Seiring desakan kebutuhan pega- wai yang semakin besar, maka besaran pinjamanpun ditingkatkan, yang semula hanya Rp. 500.000,-, kemudian menjadi Rp. 1.000.000,- hingga mencapai Rp. 3.000.000,- (tiga juta rupiah) yang dapat dicicil sesuai kesepakatan yaitu 5 10 bu- lan, namun jasa tambahan modal diturun- kan dari 1% menjadi ¾% saja. Adapun rata-rata jumlah peminjam sebanyak 30 sampai dengan 40 orang setiap tahunnya.
Seiring dengan jumlah Pagu Anggaran In- spektorat Jenderal yang semakin besar, menuntut peningkatan jumlah SDM dalam pelaksanaan PKPT (Program Kerja Penga- wasan Tahunan). Saat itu jumlah Auditor masih jauh dari jumlah yang seharusnya, untuk itu Pimpinan Inspektorat Jenderal mengeluarkan kebijakan dengan mengi- kutsertakan staf Sekretariat maupun Staf di TU Inspektorat dalam pelaksanaan PKPT tersebut. Dengan demikian bagi staf keikut- sertaannya dalam PKPT merupakan tam- bahan penghasilan yang cukup besar, se- hingga tingkat kesejahteraan pegawaipun semakin baik.
Sisi lain dari peningkatan kesejahteraan pegawai tersebut tercermin dari makin berkurangnya pegawai yang mengaju- kan pinjaman ke USPK, namun tetap ada peningkatan jumlah modal hingga menca-
Vol. 7 No. 1 Tahun 2012
pai Rp. 75.000.000,- (tujuh puluh lima juta Sampai saat ini, dari data Laporan Keuang- rupiah) walau terjadi penurunan jumlah an Per 31 Desember 2011, dana USPK pendapatan jasa dan bunga Bank.
yang terhimpun telah mencapai jumlah lebih dari Rp. 100.000.000,- (seratus juta
Selama terbentuknya USPK Inspektorat rupiah), sementara plafon pinjaman men- Jenderal ini, terdapat beberapa kali per-
jadi Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah) sam- gantian pengurus. Semula Ketua USPK pai Rp. 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah). adalah Ir. Imran Rasyid, MBA, Sekretaris Penambahan Modal USPK juga diperoleh Tjiptaningsih dan Bendahara Firmansyah,
dari uang jahit pengadaan pakaian dinas SE, MM. Namun karena Ketua mendapat-
pegawai selama beberapa tahun terakhir kan tugas lain diluar Inspektorat Jenderal,
ini.
Ketua USPK mengalami pergantian yaitu Ketua Drs. Iqbal Rusli, M.Si, Sekretaris
Perjalanan yang cukup panjang selama 15 merangkap Bendahara sampai saat ini di-
(lima belas tahun) ini merupakan suatu pen- jabat oleh Firmansyah Chaniago, SE, MM.
capaian yang tidak mudah bagi pengurus untuk mengelolanya. Dibutuhkan kearifan,
Dalam perjalanannya hingga saat ini, ke- ketelitian dan kesabaran dalam mengha- hadiran USPK dirasa sangat membantu dapi masalah yang kadang timbul akibat dalam menanggulangi kebutuhan yang pegawai yang kurang disiplin dalam proses sangat mendesak baik untuk keperluan bi-
pengajuan permohonan dan pengembalian aya anak masuk sekolah, perbaikan rumah,
pinjaman. Harapan kita bersama semoga biaya rumah sakit, biaya pulang kampung
kehadiran USPK dapat membantu merin- dll. Selain pengembaliannya bisa dicicil, gankan beban pegawai yang tengah ter- juga terdapat pinjaman jangka pendek yang
himpit masalah keuangan. masa pengembaliannya antara 1 sampai
2 bulan saja, bahkan hanya 1 sampai 2 PENULIS minggu.
Firmansyah Chaniago, SE. M.Si Lely Kurnia Sadikin
32 Vol. 7 No. 1 Tahun 2012
OPINI INTEGRITAS DAN PELAYANAN PUBLIK
(TINJAUAN TERHADAP PELAYANAN PUBLIK/PERIZINAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN)
Sejak lama, Presiden SBY mengajak Lembaga Negara dan Swasta baik di pusat maupun daerah menggunakan motto “permudahlah semua urusan”. Jangan gu- nakan seloroh atau cemooh masa lalu yang mengatakan, “kalau bisa dipersulit ke- napa dipermudah.” (Presiden Susilo Bambang Yudhoyono)
J utama perubahan tersebut adalah INTEG-
ika kita analisa secara lebih mendalam
terhadap amanat Bapak Presiden terse-
RITAS.
but, terdapat 2 (dua) hal penting yang perlu menjadi perhatian kita bersama, yaitu :
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia - merupakan perintah bagi kita semua (KBBI), integritas diartikan sebagai: Keter- untuk bersama-sama senantiasa mem-
paduan, kebulatan, keutuhan, jujur dan dapat berikan pelayanan yang terbaik kepada
dipercayai. Jadi, arti kata integritas adalah masyarakat;
Kesesuaian antara kata dan perbuatan kita - merupakan cermin keperihatinan se-
yang dilakukan dalam kejujuran, sehingga orang pemimpin atas buruknya kinerja
kita dapat dipercayai oleh orang lain. para penyelenggara pelayanan publik dalam memberikan pelayanan kepada
Integritas adalah komitmen diri pada karak- masyakarat.
ter ketimbang keuntungan pribadi, pada orang ketimbang benda, pada pelayan-
Amanat tersebut seharusnya menjadi cam- an ketimbang kekuasaan, pada prinsip buk bagi kita selaku aparat Pemerintah ketimbang kesenangan, pada pandangan untuk merubah paradigma dalam pelak-
jangka panjang ketimbang jangka pendek sanaan pelayanan publik. Salah satu kunci
(John C. Maxwell)
Vol. 7 No. 1 Tahun 2012
Hakekat pelayanan publik adalah pembe- oleh penyelenggara/pelaksana yang jujur rian pelayanan prima kepada masyarakat
dan dapat dipercaya (berintegritas). yang merupakan perwujudan kewajiban aparatur pemerintah sebagai abdi masyara-
Pelaksanaan Pelayanan Publik kat. Pelaksanaan pelayanan publik telah
1. Pengelompokan diatur tersendiri dalam Undang Undang
Dilihat dari keluaran yang dihasilkan, Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan
pelayanan publik dikelompokkan men- Publik. Dalam UU tersebut yang dimaksud
jadi :
dengan Pelayanan publik adalah kegiatan
a. Kelompok pelayanan administratif, atau rangkaian kegiatan dalam rangka
yaitu pelayanan yang menghasilkan pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai
berbagai bentuk dokumen resmi dengan peraturan perundang-undangan
yang dibutuhkan oleh publik yang bagi setiap warga negara dan penduduk
bersifat legalitas seperti akte kelahi- atas barang, jasa, dan/atau pelayanan ad-
ran, sertiikasi, identitas kependudu- ministratif yang disediakan oleh penyeleng-
kan, perizinan dll gara pelayanan publik.
b. Kelompok pelayanan barang/isik,
1. Kepentingan Umum; yaitu pelayanan yang menghasilkan
2. Kepastian Hukum; berbagai bentuk/jenis barang/isik
3. Kesamaan Hak; yang digunakan oleh publik seperti
4. Keseimbangan hak dan kewajiban, jalan, jembatan, gedung sekolah, pemberi dan penerima pelayanan pub-
gedung rumah sakit, dll. lik harus memenuhi hak dan kewajiban
c. Kelompok pelayanan jasa/non isik, masing-masing pihak;
yaitu pelayanan yang menghasilkan
5. Keprofesionalan; berbagai bentuk jasa yang dibutuh-
6. Partisipatif, mendorong peran serta kan oleh publik dan pemanfaatan- masyarakat dalam penyelenggaraan
nya dirasakan secara personal sep- pelayanan publik dengan memperha-
erti pendidikan, kesehatan, dll. tikan aspirasi, kebutuhan dan harapan masyarakat;
2. Standar Pelayanan
7. Persamaan perlakuan/tidak diskriminatif Dalam pelaksanaan pelayanan publik dalam arti tidak membedakan suku, ras,
terdapat prasyarat utama yang wajib agama, golongan, gender dan status
disediakan oleh para penyelenggara/ ekonomi;
pelaksana pelayanan publik yaitu Stan-
8. Keterbukaan, bersifat terbuka, mudah dar Pelayanan. Setiap penyelenggaraan dan dapat diakses oleh semua pihak
pelayanan publik harus memiliki stan- yang membutuhkan dan disediakan se-
dar pelayanan dan dipublikasikan se- cara memadai serta mudah dimengerti;
bagai jaminan adanya kepastian bagi
9. Akuntabilitas, dapat dipertanggungjaw- penerima pelayanan. Standar pelay- abkan sesuai dengan ketentuan per-
anan merupakan ukuran yang dibaku- aturan perundang-undangan.
kan dalam penyelenggaraan pelayanan publik yang wajib ditaati oleh pemberi
Integritas dan Pelayanan Publik bagai- dan atau penerima pelayanan. Standar kan dua sisi mata uang yang tidak dapat
pelayanan, sekurang-kurangnya meli- dipisahkan. Pelayanan publik yang baik/
puti :
prima adalah caya pelayanan publik yang
a. Sistem, Mekanisme dan Prosedur terpadu dan utuh serta diselenggarakan
pelayanan, prosedur pelayanan
34 Vol. 7 No. 1 Tahun 2012 34 Vol. 7 No. 1 Tahun 2012
an publik/perizinan yang berintegritas. ngaduan;
b. Jangka waktu penyelesaian, waktu Terdapat 4 (empat) permasalahan uta- penyelesaian yang ditetapkan sejak
ma yang sering dikeluhkan oleh ma- saat pengajuan permohonan sam-
syarakat, yaitu :
pai dengan penyelesaian pelayanan
a. Prosedur pelayanan yang berbelit- termasuk pengaduan;
belit, tidak jelas persyaratan yang
c. Biaya/tarif pelayanan termasuk rin- diminta, pengguna jasa pelayanan, ciannya yang ditetapkan dalam
tidak mendapatkan informasi yang proses pemberian pelayanan;
tepat tentang waktu penyelesaian,
d. Produk pelayanan, hasil pelayanan berapa lama akan selesai dan besar yang akan diterima sesuai dengan
biaya yang diperlukan; ketentuan yang telah ditetapkan;
b. SDM yang kurang professional, ti-
e. Sarana prasarana dan/atau fasilitas dak mengerti apa yang harus dilaku- penyediaan sarana dan prasarana
kan, bukannya melayani tapi minta pelayanan yang memadai oleh pe-
dilayani;
nyelenggara pelayanan publik;
c. Policy (Kebijakan/Peraturan) yang
f. Kompetensi pelaksana pemberi pe- jadi acuan pelayanan tidak jelas. layanan, kompetensi petugas pem-
Kebijakan itu pula yang menyebab- beri pelayanan harus ditetapkan
kan penanggung jawab urusan tidak dengan tetap berdasarkan pengeta-
jelas, prosedur berbelit-belit, selain huan, keahlian, keterampilan, sikap
itu antar peraturan banyak yang dan perilaku yang dibutuhkan.
”bertabrakan”;
d. Organisasinya semrawut, tak jelas Di dalam UU Nomor 25 Tahun 2009 pasal
siapa yang bertanggung jawab, ter-
54 juga telah diatur mengenai sanksi yang jadi tumpang tindih, atau bahkan tak diberikan terhadap pelanggaran yang di-
ada yang bertanggung jawab. lakukan dalam pelayanan publik. Sanksi yang diberikan mulai dari teguran tertulis Pelayanan Perizinan di Lingkungan Ke- sampai dengan sanksi terberat yaitu pem-
menterian Perhubungan berhentian tidak dengan hormat. Sanksi berat tersebut diberikan apabila Penye-
Jenis dan Kelompok Perizinan lenggara/Pelaksana Perizinan (pelayanan Berdasarkan jenisnya, perizinan yang ada publik) tidak menyusun dan menetapkan di lingkungan Kementerian Perhubungan standar minimal pelayanan, tidak menjaga
dibagi menjadi 9 (sembilan) jenis, yaitu : rahasia pengaduan serta tidak menindak-
a. Izin (Trayek/Usaha/Operasi/Pelaksanaan) lanjuti pengaduan.
b. Pemberitahuan/Informasi
c. Rekomendasi
3. Permasalahan Umum
d. Persetujuan
Jika kita amati secara mendalam an-
e. Sertiikat
juran dari Bapak Presiden tersebut,
f. Penetapan
maka hampir sebagian besar pelayan-
g. Pengesahan
an publik/perizinan di Indonesia wajib
h. Pengujian
melakukan perubahan. Untuk itu, pela-
i. Akreditasi
yanan publik/perizinan perlu melakukan
Vol. 7 No. 1 Tahun 2012
Jumlah pelayanan perizinan yang ada di prasarana sebagai unsur penunjang lingkungan Kementerian Perhubungan se-
(sumber daya manusia, dll) sebanyak banyak 251 perizinan, yang terdiri dari
95 buah.
perizinan sektor transportasi darat seba- nyak 27 jenis perizinan (10,76%), sektor Kondisi Pelayanan perkeretaapian sebanyak 41 jenis perizinan (16,33%), sektor perhubungan laut 72 per-
Dari hasil survei integritas yang dilakukan izinan (28,69 %) dan sektor perhubungan
oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), udara sebanyak 111 perizinan (44,22%). terhadap pelayanan perizinan di lingkung- Berdasarkan jenisnya perizinan tersebut an Kementerian Perhubungan, terdapat 2 dibagi menjadi :
jenis pelayanan perizinan yang dinilai oleh KPK yaitu pelayanan Izin Trayek Angkutan Antar Kota Antar Provinsi (AKAP) yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Da- rat dan pelayanan Surat Ijin Usaha Perusahaan Ang- kutan Laut (SIUPAL) yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Laut.
Pelayanan perizinan di lingkungan Kemen- Berdasarkan hasil penilaian survei integri- terian Perhubungan dapat dibedakan men-
tas tahun 2010 Kementerian Perhubung- jadi 3 (tiga) kelompok , yaitu :
an mendapatkan nilai 4,21 dan berada di peringkat ke-47. Sedangkan untuk hasil
a. Prasarana meliputi pelayanan periz- penilaian Survei Integritas tahun 2011, Ke- inan yang terkait dengan bagian jalan
menterian Perhubungan mendapatkan nilai (transportasi jalan), jalan rel (transportasi
sebesar 7,47 dan berada di peringkat ke-6. kereta api), pelabuhan/dermaga (trans-
Nilai tersebut berada diatas standar yang portasi laut/sungai, danau dan penye-
ditetapkan oleh KPK yaitu 6, serta diatas ni-
berangan) dan bandara (transportasi lai integritas nasional sebesar 6,31. Kondisi udara) termasuk bangunan pelengkap
ini cukup menggembirakan, namun pe- dan perlengkapannya yang diperuntu-
nilaian integritas yang dilakukan oleh KPK kan bagi lalu lintas, yang berada pada
hanya pada 2 jenis pelayanan (0,8%) dari permukaan tanah, di atas permukaan
total 251 pelayanan perizinan yang ada, lalu tanah, bawah permukaan tanah dan/
bagaimana dengan 249 pelayanan publik atau air serta di atas permukaan laut
lainnya?
dan jalan rel sebanyak 67 buah;
b. Sarana adalah pelayanan perizinan Harapan kita bersama semoga jenis pela- yang terkait sarana yang dapat berger-
yanan yang lainpun dapat mempertahan- ak di atas jalan (kendaraan bermotor),
kan peringkat bahkan bila mungkin dapat jalan rel (kereta api), kapal dan pesawat
meningkatkan peringkat Survei Integritas sebanyak 89 buah;
oleh KPK.
c. Penunjang adalah pelayanan perizinan yang tidak terkait dengan sarana dan
Inspektorat Jenderal sebagai aparat pe-
36 Vol. 7 No. 1 Tahun 2012 36 Vol. 7 No. 1 Tahun 2012
1. Melakukan audit pe- layanan perizinan pada pelaksanaan Audit Ki- nerja. Pelayanan per- izinan merupakan ba- gian dari tugas dan
fungsi Unit Pelaksana Teknis (UPT)/ untuk menyediakan layanan pengaduan Satuan Kerja (Satker). Pada saat pelak-
dari masyarakat. Pengaduan tersebut sanaan Audit Kinerja juga harus dilaku-
dapat disampaikan melalui kotak pe- kan audit terhadap pelayanan perizinan
ngaduan, Telpon/Fax, SMS maupun e- yang diberikan dari mulai proses admi-
mail, dll;
5. Mendorong penyederhanaan proses sional dan penerapannya dilapangan;
nistratif sampai dengan proses opera-
pelayanan perizinan sekurang-kurang-
2. Melakukan Audit Dengan Tujuan Terten- nya pada tingat Eselon II/Direktorat. tu (ADTT) terhadap pelayanan perizinan
Penyederhanaan yang dilakukan adalah secara berkala. ADTT yang dilakukan
dengan mendorong sistem pelayanan tidak hanya terhadap UPT/Satker pe-