GOOD GOVERNANCE DAN PERAN PENGAWASAN
GOOD GOVERNANCE DAN PERAN PENGAWASAN
Pengertian Good Governance dijalankan Pemerintah atau Negara harus Istilah Good Governance mengemuka se-
dirumuskan melalui semacam konsensus jak tahun 1983. Bagai mantra, kata-kata
dari pelaku-pelaku di luar pemerintah. Yang ini banyak diucapkan orang, entah itu kan-
disebutkan terakhir ini juga memiliki kom- tor Bank Dunia di Washington, AS, atau
petensi untuk ikut membentuk, mengon- di kantor sebuah LSM di pinggiran kota.
trol, dan mematuhi wewenang yang diben- Semuanya ramai-ramai menyerukan kata
tuk secara kolektif.
ini kepada Pemerintah, khususnya di ne- gara berkembang, termasuk di Indonesia,
Dalam konteks pembangunan, governance dimana mulai muncul dan popular sekitar
berarti mekanisme pengelolaan sumber- tahun 1990 an.
daya ekonomi dan sosial untuk tujuan pembangunan. Good Governance, dengan
Good Governace atau sering disebut “tata demikian adalah mekanisme pengelolaan kelola pemerintahan yang baik” berbeda
sumberdaya ekonomi dan sosial untuk dengan pemerintahan yang bersih dan
pembangunan yang stabil dan merata. Ter- berwibawa (clean government). Tata kelola
minologi inilah yang digunakan oleh bank kepemerintahan yang baik sebagai kata sifat adalah cara-cara penyelenggaraan pemerintahan secara eisien dan efektif. Good Gover- nance menurut UNDP meru- pakan proses penyeleng- garaan kekuasaan negara dalam melaksanakan penye- diaan public goods and ser- vice.
Governance adalah me- kanisme pengelolaan Sum- berdaya ekonomi dan sosial yang melibatkan pengaruh sektor negara dan sektor non pemerintah dalam suatu usaha kolektif. Pemerintah menjadi aktor penting dalam mekanisme ini, tapi ia tidak boleh terlalu dominan. Se- lain itu, kewenangan yang
48 Vol. 7 No. 1 Tahun 2012
Vol. 7 No. 1 Tahun 2012 49
Dunia dalam menerapkan kebijakannya pada negara-negara penerima dana terma- suk Indonesia.
Aspek-Aspek Good Governance Ada 4 (empat) aspek Good Governance, yaitu (i) pelaku-pelaku atau aktor; (ii) prin- sip koordinasi; (iii) interaksi politik; dan (iv) unsur-unsur Good Governance itu sendiri. Pelaku-pelaku atau aktor governance terdi- ri dari negara atau pemerintah, Organisasi Politik, Organisasi non Pemerintah, Kelom- pok Bisnis, dan Masyarakat. Dalam negara yang masih dalam tahap memperbaiki me- kanisme sumberdayanya seperti Indonesia, yang dominan memang institusi negara. Pelaku-pelaku lain baru terlibat secara insi- dental. Akan tetapi, ke depan, keterlibatan ini harus tercakup dalam mekanisme yang jelas. Komponen dari Good Governance terdiri dari rule of law, penentuan kebijakan yang transparan, pelaksana kebijakan yang accountable, birokrasi yang berkualiatas, dan masyarakat sipil yang cakap.
Prinsip Koordinasi, dapat bersifat formal atau non formal. Yang diutamakan adalah koordinasi formal yang didasarkan pada rule of law. Hanya saja, pendekatan ini mu- dah terpelesat pada pendekatan yang ber- orientasi pada negara. Koordinasi formal juga menghadapi kendala banyaknya ke- lompok-kelompok dalam masyarakat yang mengandalkan aturan informal dan tradisi. Selain itu, koordinasi formal juga bisa men- gurangi dinamika kelompok sosial. Na- mun, pengembangan rule of law ini tetap merupakan pilihan yang mencakup bidang ekonomi dan politik hendaknya menjadi fokus pada awal pembentukan Good Go- vernance.
Interaksi Politik, terdiri dari 3 (tiga) elemen, yaitu komunikasi antara negara dengan sektor non negara dalam pembentukan wewenang. Wewenang ini tidak boleh sta-
tis, dibentuk sendiri oleh pemerintah dan umumnya bersifat formal. Batas wewenang ini ditentukan oleh dua bentuk interaksi lainnya, yaitu representasi, seperti mengi- kutsertakan masyarakat dalam mekanisme pengambilan keputusan, entah pada ta- hap pembentukan gagasan, pemantauan, atau penilaian tentang arah baru kebijakan. Bagaimana Pemerintah menjalankan ke- wenangannya akan dinilai, inilah legitimasi. Elemen inilah yang akan menentukan apa- kah suatu Pemerintah dapat dipilih kembali, termasuk untuk mengubah wewenang dan kebijakan.
Untuk mewujudkan Good Governance, perlu dilakukan perubahan cara kerja dari negara dan membuat pemerintah lebih ac- countable. Ini tidak dapat dicapai dengan hanya mengubah karakteristik dan cara kerja institusi negara dan pemerintah, tetapi juga harus dengan pembangunan pelaku- pelaku di luar negara supaya cakap dan ikut berperan serta membuat sistem baru yang bermanfaat secara umum.
Prinsip Dasar Ada beberapa prinsip dasar yang harus dilakukan untuk membangun Good Gover- nance:
a. Mengembangkan identitas kewarga- negaraan; ini dapat dilakukan dengan membentuk solidaritas kewarganega- raan, mengembangkan etika yang se- suai dengan prinsip demokrasi misalnya menghargai keterbukaan, dan mem- bentuk institusi yang mampu men- disiplinkan ekspresi solidaritas dan kon- frontasi diantara berbagai identitas yang bertentangan;
b. Mengembangkan kecakapan politik;
misalnya dilakukan dengan mengem- bangkan kemampuan berorganisasi ke- lompok masyarakat supaya hak mereka dapat dimanfaatkan, serta upaya kewa- jiban kolektif bisa terjaga; misalnya dilakukan dengan mengem- bangkan kemampuan berorganisasi ke- lompok masyarakat supaya hak mereka dapat dimanfaatkan, serta upaya kewa- jiban kolektif bisa terjaga;
a. Angka kemiskinan dan pengagguran tentang perilaku serta ukuran penilaian-
berkurang;
nya;
b. Aparatur negara yang profesional yang
d. Mengembangkan daya adaptasi; dapat
bermoral.
dilakukan perbaikan mutu pendidikan formal maupun informal;
Memperhatikan output dan outcome Good Unsur-unsur Good Governance, yakni :
Governance, hal ini bukan pekerjaan mu-
a. Akuntabilitas; yang merupakan kewa- dah. KKN di Indonesia dapat dikatakan su- jiban untuk memberikan pertanggung-
dah membudaya, sehinga pada masa re- jawaban atau menjawab dan menerang-
formasi ini, ketika keterbukaan politik telah kan kinerja dan tindakan seseorang/
terwujud, masalah KKN baik di Pusat dan pimpinan suatu unit organisasi kepada
Daerah yang masih terjadi harus terus di- pihak yang memiliki hak atau yang ber-
upayakan pemberantasannya baik melalui wenang untuk meminta pertanggung-
penindakan maupun pencegahan terma- jawaban;
suk pembangunan “Zona Integritas”. Good
b. Transparansi; yaitu dapat diketahuinya Governance akan terwujud apabila unsur oleh banyak pihak (yang berkepenting-
pengawasan yang merupakan bagian dari an) mengenai perumusan kebijaksa-
sistem Good Governance itu sendiri dilak- naan dari pemerintah, organisasi dan
sanakan secara konsisten dan profesional- badan usaha;
isme.
c. Keterbukaan; pemberian informasi se- caraterbuka, dan terbuka terhadap kri-
Pengawasan
tik yang dilihat sebagai partisipasi untuk Pengawasan adalah salah satu fungsi perbaikan;
manajemen, yang merupakan proses ke-
d. Aturan hukum; keputusan, kebijakan giatan pimpinan untuk memastikan dan pemerintah, organisasi, badan usaha menjamin bahwa tujuan dan tugas-tugas yang menyangkut masyarakat, pihak organisasi akan dan telah terlaksana de- ketiga dilakukan berdasar hukum. Jami-
ngan baik sesuai dengan kebijaksanaan, nan kepastian hukum dan rasa keadilan
instruksi, rencana dan ketentuan-keten- masyarakat terhadap setiap kebijakan
tuan yang telah ditetapkan dan yang ber- publik yang ditempuh;
laku. Pengawasan sebagai fungsi manaje-
e. Jaminan fairness; Perlakuan yang adil men sepenuhnya adalah tanggung jawab atau kesetaraan yang perlu dilakukan
setiap pimpinan pada tingkat manapun. pemerintah kepada masyarakat dalam
Hakikat pengawasan adalah mencegah pelayanan publik.
sedini mungkin terjadinya penyimpangan, pemborosan, penyelewengan, hambatan,
Output Good Governance indikatornya kesalahan dan kegagalan dalam penca- adalah :
paian tujuan dan pelaksanaan tugas-tugas
a. Bebas KKN;
organisasi.
b. Pelayanan yang Prima;
c. Peningkatan Inventasi; Sebagai bagian dari aktivitas dan tang-
d. Peningkatan APBN; gung jawab pimpinan, sasaran penga-
e. Tiada/kurangnya keluhan masyarakat. wasan adalah mewujudkan dan mening- katkan eisiensi, efektivitas, rasionalitas dan
Sedangkan Out come nya dapat dilihat ketertiban dalam pencapaian tujuan dan
50 Vol. 7 No. 1 Tahun 2012
Vol. 7 No. 1 Tahun 2012 51
pelaksanaan tugas-tugas organisasi. Hasil pengawasan harus dijadikan masukan oleh pimpinan dalam pengambilan keputusan, untuk :
1) Menghentikan atau meniadakan kesala- han, penyimpangan, penyelewengan, pemborosan, hambatan dan ketidakter- tiban;
2) Mencegah terulangnya kembali kesala- han, penyimpangan, penyelewengan, pemborosan, hambatan dan ketidakter- tiban tersebut;
3) Mencari cara-cara yang lebih baik atau membina yang telah baik untuk men- capai tujuan dan melaksanakan tugas- tugas organisasi.
Oleh karena itu, pengawasan baru ber- makna manakala diikuti dengan langkah- langkah tindak lanjut yang nyata dan te- pat. Dengan kata lain, tanpa tindak lanjut dimaksud di atas, pengawasan sama sekali tidak ada artinya.
Pengawasan Efektif Sistem pengawasan yang efektif itu seha- rusnya mendukung rencana strategik dan memfokuskan diri pada apa yang harus dilakukan, tidak saja pada usaha pengu- kuran. Pokok perhatian ada pada kegiatan yang penting bagi tercapainya tujuan or- ganisasi. Sistem pengawasan harus men- dukung usaha menyelesaikan masalah dengan pengambilan keputusan, tidak hanya menunjukkan penyimpangan-pe- nyimpangan. Sistem tersebut harus dapat menunjukkan mengapa terjadi penyim- pangan dan apa yang harus dilakukan un- tuk perbaikannya.
Sistem pengawasan harus dapat menjadi pelengkap pelaksana tugas dan rencana dengan selalu berorientasi pada pencapai- an tugas. Pengawasan yang berlebihan akan mengakibatkan reaksi yang keras. Sistem pengawasan harus dapat dengan
cepat atau dini mendeteksi penyimpangan sehingga tindakan perbaikan dapat pula dilakukan dengan segera agar terhindar dari hal-hal yang tidak diharapkan. Sistem pengawasan yang efektif memberikan in- formasi yang cukup bagi para pengambil keputusan, artinya informasi yang mudah dimengerti. Sistem pengawasan harus dapat mengakomodasi situasi yang unik atau yang berubah-ubah.
Sistem pengawasan harus pula dapat men- gakomodasi kapasitas seseorang untuk mengawasi dirinya sendiri. Yang penting harus ada saling percaya, komunikasi dan partisipasi pihak-pihak yang berkepenting- an. Pengawasan diri tercipta bila rancang bangun kerja itu jelas dan pemilihan orang yang mampu bagi pekerjaannya dilakukan dengan baik. Sistem pengawasan harus menitikberatkan pada pengembangan, pe- rubahan dan perbaikan, kalau dapat sanksi dan peringatan itu diminimumkan. Kalau sanksi diperlukan haruslah dilaksanakan dengan hati-hati dan manusiawi.
Pengawasan efektif haruslah mengandung syarat-syarat di bawah ini :
1. Berorientasi pada hal-hal yang stra-
tegis pada hasil-hasil
2. Berbasis informasi
3. Tidak kompleks
4. Cepat
5. Dapat dimengerti
6. Luwes
7. Konsisten dengan struktur organisasi
8. Dirancang untuk mengakomodasi pe-
ngawasan diri
9. Positif mengarah ke perkembangan,
perubahan dan perbaikan
10. Jujur dan obyektif. Peran Pengawasan Inspektorat Jenderal
Pengawasan yang dilaksanakan oleh Ins- pektorat Jenderal Kementerian Perhubung- an merupakan fungsi manajemen yang Pengawasan yang dilaksanakan oleh Ins- pektorat Jenderal Kementerian Perhubung- an merupakan fungsi manajemen yang
perkecil peluang penyelewengan terha- apakah Kementerian Perhubungan telah dap pelaksanaan pembangunan, namun melaksanakan kegiatan sesuai dengan tu-
demikian Inspektorat Jenderal tetap akan gas dan fungsinya secara efektif, eisien,
melakukan unsur penindakan (Represif) dan ekonomis, serta sesuai dengan ren-
apabila terjadi penyimpangan seperti KKN, cana, kebijakan yang telah ditetapkan, Kerugian negara atau yang menghambat dan ketentuan yang berlaku. Selain itu, proses pencapaian tujuan Kementerian internal audit diperlukan untuk mendorong
Perhubungan.
terwujudnya Good Governance dan clean government dan mendukung penyeleng-
Langkah Strategis garaan pemerintahan yang efektif, eisien,
Untuk menghadapi berbagai permasa- ekonomis, transparan, akuntabel serta ber-
lahan, diperlukan langkah-langkah strategis sih dan bebas dari praktik korupsi, kolusi,
di bidang pengawasan dalam mendukung dan nepotisme (KKN).
kinerja Kementerian Perhubungan yang efektif, eisien, dan ekonomis, sebagai beri-
Internal audit dilaksanakan oleh Inspek-
kut :
torat Jenderal dalam upaya pemantauan
1. Diperlukan komitmen pimpinan or- terhadap kinerja entitas yang ada dalam
ganisasi dan seluruh jajarannya untuk kendalinya. Pelaksanaan fungsi Inspektorat
melakukan perubahan mental (mind set) jenderal tidak terbatas pada fungsi audit
sesuai tuntutan Reformasi Birokrasi; tapi juga fungsi pembinaan terhadap pe-