ACARA: KOMPOSISI PARTIKEL SEDIMEN

IV. 6. Interpretasi

a. Nama Sedimen Berdasarkan klasifikasi dari Pettijohn (1977), sedimen pada tiap lokasi pengamatan dapat diberi nama batuannya jika telah mengalami litifikasi sesuai dengan perbandingan antara kandungan kuarsa (Q), feldspar (F), dan lithik (L) seteah normalisasi adalah sebagai berikut:

LP 1, Q = 40,8 %; F = 22,8 %; L = 36,4 % LP 2, Q = 36,3 %; F = 20,4 %; L = 43,2 % LP 3, Q = 40,8 %; F = 12 % ; L = 47,2 %

Maka dari ketiga LP tersebut dapat diinterpretasikan bahwa apabila menjadi batuan akan bernama litharenite.

b. Provenance Mineral Berat Analisa mineral berat sangat bermguna dalam pengidentifiiasian batuan sumber (provenance) serta peristiwa yang terjadi pada batuan sumber tersebut. Berdasarkan Tabel Asosiasi Mineral Berat dengan Provenancenya (Mc Lane, 1995), kita dapat mengetahui provenance dari mineral-mineral berat yang teridentifikasi pada pengamatan dengan mikroskop.

Provenance Heavy Mineral Suite

Batuan sedimen Rounded zircon, tourmaline, rutile sphene, magnetite.

Batuan metamorf tingkat rendah, Andalusite, staurolite, chonddrolite, batuan metamorfisme kontak

corundum. Topaz, tourmaline, esuvianite, zoicite, wollastonite, chlorite, muscovite.

Batuan metamorf tingkat tinggi, batuan Garnet, epidote, zoicite, staurolite, metamrof dinamotermal

kyanite, sillimanite, andalusite, magnetite, ilmenite, sphene, zircon, biotit.

Batuan beku asam Monazite, sphene, zircon, tourmalin, rutile, magnetite, apatite, muscovite.

Batuan beku basa Ilmenite, magnetite, anatase, brookite,diopside, rutile, chromite, olivine.

Pegmatit Tourmaline, beryl, topaz, monazite, cassiterite, muscovite.

Maka dapat diinterpretasikan bahwa provenancenya merupakan batuan beku basa hingga intermediet atau dengan kata lain hasil erupsi Gunung Merapi yang memiliki magma bersiafat basa-intermediet.

c. Setting Tektonik LP 1, Q = 40,8 %; F = 22,8 %; L = 36,4 % LP 2, Q = 36,3 %; F = 20,4 %; L = 43,2 % LP 3, Q = 40,8 %; F = 12 % ; L = 47,2 %

Batuan sumber (provenance) dari sedimen yang diperoleh pada daerah pengamatan merupakan batuan yang terbentuk pada kerangka tektonik berdasarkan komposisi kuarsa, feldspar, dan lithik adalah strike slip. Hal ini menunjukkan bahwa batuan sumber dipengaruhi oleh adanya pengaruh dari sesar geser dimana sesar geser cukup banyak di jumpai di daerah Jawa bagian tengah.

d. Iklim LP 1, Q = 40,8 %; F = 22,8 %; L = 36,4 % LP 2, Q = 36,3 %; F = 20,4 %; L = 43,2 % LP 3, Q = 40,8 %; F = 12 % ; L = 47,2 %

Berdasarkan pengeplotan data komposisi kuarsa, feldspar, dan lithik pada klasifikasi Suttner et al (1981) dan Basu (1985), secara garis besar batuan sumber terbentuk pada daerah yang dipengaruhi oleh iklim plutonic source humid climate. Iklim ini sesuai dengan kondisi daerah pengamatan yang beriklim tropis dan lembab, serta dekat dengan sumber Gunung Merapi Berdasarkan pengeplotan data komposisi kuarsa, feldspar, dan lithik pada klasifikasi Suttner et al (1981) dan Basu (1985), secara garis besar batuan sumber terbentuk pada daerah yang dipengaruhi oleh iklim plutonic source humid climate. Iklim ini sesuai dengan kondisi daerah pengamatan yang beriklim tropis dan lembab, serta dekat dengan sumber Gunung Merapi

Dari komposisi kuarsa, feldspar, dan lithik dari masing-masing sampel menunjukkan bahwa sedimen yang diamati memiliki tipe provenance recycled orogen . Recycled orogenic merupakan batuan yang berada di bagian kerak dan kemudian terangkat dan terdeformasi membentuk jalur pegunungan dan komposisi utamanya berupa batuan sedimen, namun ada pula yang berasal dari vulkanik dan metasedimen (Tucker, 1991). Jika dikaitkan dengan setting tektonik, provenance terbentuk akibat adanya subduksi kompleks. Seperti yang telah kita ketahui bahwa memang terjadi penunjaman (subduksi) di Jawa bagian selatan yang kemudian membentuk deretan gunungapi. Batuan sumber dari sedimen yang dianalisa adalah hasil dari proses vulkanisme yang terjadi akibat adanya subduksi aktif. Selain itu, provenance tipe ini memiliki komposisi feldspar yang rendah akibat pengaruh iklim tropis yang menyebabkan mineral ini akan lebih mudah terlapukkan.

f. Relief Jika ditinjau dari relief daerah sekitar, daerah pengamatan memiliki relief yang rendah karena daerah ini termasuk wilayah sekitar Yogyakarta. Sebagaimana kita tahu daerah Yogyakarta sendiri merupakan suatu dataran rendah dengan f. Relief Jika ditinjau dari relief daerah sekitar, daerah pengamatan memiliki relief yang rendah karena daerah ini termasuk wilayah sekitar Yogyakarta. Sebagaimana kita tahu daerah Yogyakarta sendiri merupakan suatu dataran rendah dengan

Dokumen yang terkait

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

Perancangan Sarana Praktikum Prestasi Mesin Pendingin Pembuat Es Batu

10 135 1

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN DALAM PROSES PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (StudiKasusPada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Oro-Oro Dowo Malang)

160 705 25

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

Hubungan antara Kondisi Psikologis dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Kelas IX Kelompok Belajar Paket B Rukun Sentosa Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2012-2013

12 269 5

Analisis pengaruh modal inti, dana pihak ketiga (DPK), suku bunga SBI, nilai tukar rupiah (KURS) dan infalnsi terhadap pembiayaan yang disalurkan : studi kasus Bank Muamalat Indonesia

5 112 147

Dinamika Perjuangan Pelajar Islam Indonesia di Era Orde Baru

6 75 103

Perspektif hukum Islam terhadap konsep kewarganegaraan Indonesia dalam UU No.12 tahun 2006

13 113 111

Pengaruh Kerjasama Pertanahan dan keamanan Amerika Serikat-Indonesia Melalui Indonesia-U.S. Security Dialogue (IUSSD) Terhadap Peningkatan Kapabilitas Tentara Nasional Indonesia (TNI)

2 68 157