Pengujian Bahan Dasar Beton

3.5. Pengujian Bahan Dasar Beton

Untuk mengetahui sifat dan karakteristik dari material pembentuk beton maka dalam penelitian ini dilakukan pengujian terhadap bahan – bahan pembentuk beton yang akan dipakai dalam mix design. Pengujian ini hanya dilakukan terhadap agregat halus dan agregat kasar yang akan digunakan dalam campuran pembuatan benda uji ketahanan kejut.

3.5.1. Standar Pengujian Agregat Standar pengujian agregat halus adalah sebagai berikut :

1. ASTM C 40 = Standar untuk tes kotoran organik dalam agregat halus

2. ASTM C 117 = Standar untuk tes agregat yang lebih halus dari ayakan 75µm (No.200) dalam agregat halus dengan pencucian.

3. ASTM C 128 = Standar untuk menentukan spesific gravity agregat halus

4. ASTM C 136 = Standar penelitian untik analisis saringan agregat halus Standar Pengujian Agregat Kasar adalah sebagai berikut :

1. ASTM C 127 = Standar untuk menentukan spesific gravity agregat kasar

2. ASTM C 131 = Standar penelitian untuk pengujian abrasi agregat kasar

3. ASTM C 136 = Standar pengujian untuk analisis ayakan agregat kasar

3.5.2. Pengujian Agregat Halus

1. Pengujian Kandungan Zat Organik Agregat Halus

Pasir sebagai agregat halus dalam campuran beton tidak boleh mengandung zat organik terlalu banyak karena akan mengakibatkan penurunan kekuatan beton yang dihasilkan.

Kandungan zat organik ini dapat dilihat dari percobaan warna dari Abrams Harder dengan menggunakan larutan NaOH 3% sesuai dengan ASTM C 40 dengan warna tidak gelap. Jika wana yang dihasilkan memberikan hasil jernih atau kuning muda, maka agregat halus dianggap memenuhi syarat ASTM C 40.

a. Tujuan : Mengetahui kadar zat organik dalam pasir.

b. Alat dan bahan antara lain :

1) Pasir kering oven

2) Larutan NaOH 3%

3) Gelas ukur 250 cc

c. Cara Kerja :

1) Mengambil pasir kering oven sebanyak 130 cc ke dalam gelas ukur.

2) Menuangkan NaOH 3% hingga volume mencapai 200 cc.

3) Mengocok selama 10 menit.

4) Meletakkan campuran tersebut pada tempat terlindung selama 24 jam.

5) Mengamati warna air yang ada pada gelas ukur.

2. Pengujian Kadar Lumpur Agregat Halus

Agregat halus yang umum dipergunakan sebagai bahan dasar beton adalah pasir. Kualitas pasir sudah tentu akan mempengaruhi kualitas beton yang dihasilkan. Untuk itu maka pasir sudah tentu akan mempengaruhi kualitas beton yang dihasilkan. Untuk itu maka pasir yang akan digunakan harus memenuhi beberapa persyaratan, salah satunya adalah pasir harus bersih dari kandungan lumpur. Lumpur adalah bagian dari pasir yang lebih halus dari 75 mikron (ASTM C 117). Syarat dari pemeriksaan kandungan lumpur adalah kandungan lumpur dalam agregat halus tidak boleh lebih dari 5 % sesuai dengan ASTM C 33-99 Tabel 1.

Apabila kadar lumpur yang ada lebih dari 5% dari berat keringnya, maka pasir harus dicuci terlebih dahulu sebelum digunakan sebagai material penyusun beton.

a. Tujuan : Mengetahui kadar lumpur yang terkandung dalam pasir.

b. Alat dan bahan antara lain :

1) Pasir kering oven

2) Air bersih

3) Gelas ukur 250 cc

4) Oven listrik yang dilengkapi pengatur suhu 4) Oven listrik yang dilengkapi pengatur suhu

1) Mengambil pasir sebanyak 250 gram

2) Mengeringkan pasir dalam oven dengan temperature 110 o

C selama 24 jam

3) Mengambil pasir kering oven sebanyak 100 gram lalu di masukkan ke dalam gelas ukur 250 cc.

4) Menuangkan air ke dalam gelas ukur hingga setinggi 12 cm di atas permukaan pasir.

5) Mengocok air dan pasir minimal 10 kali lalu membuang airnya.

6) Mengulangi langkah (5) hingga air dalam gelas ukur tampak jernih.

7) Memasukkan air ke dalam cawan lalu mengeringkannya dalam oven dengan temperatur 110 o

C selama 24 jam.

8) Setelah 24 jam cawan dikeluarkan dan diangin-anginkan hingga mencapai suhu kamar.

9) Menimbang pasir dalam cawan.

10) Menghitung kadar lumpur d engan Persamaan berikut:

Â̜Ȗ̜Ϝ Υaj aϜ= Ė 3 Æ 3 Ė 3

100% ............................................... (3.1) Dengan:

a 1 = berat pasir kering oven (100 gram)

b 1 = berat pasir kering oven setelah pencucian (gram)

3. Pengujian Spesific Gravity Agregat Halus

Berat jenis merupakan salah satu variabel yang sangat penting dalam merencanakan campuran adukan beton, karena dengan mengetahui variabel tersebut dapat dihitung volume pasir yang diperlukan. Pengujian specific gravity agregat halus dengan berpedoman pada ASTM C 128-79.

a. Tujuan :

1) Mengetahui bulk specific gravity, yaitu perbandingan antara berat pasir dalam kondisi kering dengan volume pasir total.

2) Mengetahui bulk specific gravity SSD (Saturated Surface Dry), yaitu perbandingan antara berat pasir jenuh kondisi kering permukaan dengan volume pasir total.

3) Mengetahui apparent specific gravity, yaitu perbandingan antara berat pasir kering dengan volume butir pasir.

4) Mengetahui daya serap air (absorbtion), yaitu perbandingan antara berat air yang diserap dengan berat pasir kering.

b. Alat dan bahan antara lain:

1) Cawan

2) Volumetric flash.

3) Conical mould

4) Neraca

5) Pasir kering oven ±1000 gram.

c. Cara Kerja :

1) Membuat pasir dalam keadaan SSD dengan cara :

a) Mengambil pasir yang telah disediakan.

b) Memasukkan pasir dalam conical mould sampai 1/3 tinggi,

kemudian ditumbuk dengan temper sebanyak 15 kali.

c) Memasukkan lagi pasir ke dalam conical mould sampai 2/3 tinggi, kemudian ditumbuk lagi dengan temper sebanyak 15 kali.

d) Memasukkan lagi pasir sampai penuh dan ditumbuk lagi sebanyak

15 kali.

e) Memasukkan pasir lagi sampai penuh kemudian diratakan

permukaannya.

f) Mengangkat conical mould sehingga pasir akan merosot. Bila penurunan pasir mencapai 1/3 tinggi atau 2,5 cm maka pasir tersebut sudah dalam keadaan kering permukaan (SSD).

g) Mengambil pasir dalam keadaan SSD sebanyak 500 gram.

2) Memasukkan pasir tersebut ke dalam volumetric flash kemudian tambahkan air sampai penuh dan mendiamkannya selama 24 jam.

3) Menimbang volumetric flash yang berisi pasir dan air tersebut, setelah 24

jam (c 2 ).

4) Mengeluarkan pasir dari volumetric flash dan masukkan ke cawan degnan membuang air terlebih dahulu. Jika dalam cawan masih ada air keluarkan dengan menggunakan pipet.

5) Memasukkan pasir dalam cawan ke dalam oven dengan suhu 110 o C selama 24 jam.

6) Mengisi volumetric flash yang telah kosong dan bersih dengan air sampai

penuh dan menimbangnya (b 2 ).

7) Mendiamkan pasir yang telah dioven sampai mencapai suhu ruang

kemudian menimbang pasir tersebut (a 2 ).

8) Menganalisa hasil pengujian dengan Persamaan 3.2 s.d 3.5 sebagai berikut : Bulk Specific Gravity

................................... (3.2) Bulk Specific Gravity SSD =

................................... (3.3) Apparent Specific Gravity =

a 2 = berat pasir kering oven (gram)

b 2 = berat volumetricflash berisi air (gram)

c 2 = berat volumetricflash berisi pasir dan air (gram)

d 2 = berat pasir dalam keadaan kering permukaan jenuh (500 gram)

4. Pengujian Gradasi Agregat Halus

Gradasi pada pasir sebagai agregat halus menentukan sifat workability dan kohesi dari campuran beton, sehingga gradasi pada agregat halus sangat diperhatikan. Pengujian gradasi agregat halus menggunakan standar pengujian ASTM C 136. Modulus kehalusan adalah angka yang menunjukkan tinggi rendahnya tingkat kehalusan butir pasir.

a. Tujuan : Mengetahui gradasi atau variasi ukuran butiran pasir dan persentase modulus kehalusannya.

b. Alat dan bahan antara lain :

1) Satu set ayakan dengan susunan diameter lubang 9.5 mm; 4.75 mm; 2.36

mm; 1.18 mm; 0.60 mm; 0.30 mm; 0.15 mm dan pan.

3) Neraca.

4) Pasir kering oven 3000 gram.

c. Cara Kerja :

1) Menyiapkan pasir yang telah dioven sebanyak 3000 gram

2) Memasang ayakan dengan susunan sesuai urutan besar lubang dan yang terbawah adalah pan.

3) Memasukkan pasir ke dalam ayakan teratas kemudian ditutup rapat.

4) Memasang ayakan terisi tersebut pada mesin penggetar.

5) Memindahkan pasir yang tertinggal dalam masing-masing ayakan ke dalam cawan lalu ditimbang.

6) Menghitung persentase berat pasir tertinggal pada masing-masing ayakan.

7) Menghitung modulus kehalusan pasir dengan Persamaan 3.6 berikut ini : Modulus kehalusan =

Dengan:

a 3 = Σ persentase kumulatif berat pasir tertinggal selain dalam pan

b 3 = Σ persentase kumulatif berat pasir yang tertinggal

3.5.3. Pengujian Agregat Kasar

1. Pengujian Pengujian Spesific Gravity Agregat Kasar

Berat jenis merupakan salah satu variabel yang sangat penting dalam merencanakan campuran adukan beton, karena dengan variabel tersebut dapat dihitung volume dari agregat kasar yang diperlukan. Pengujian spesific gravity agregat kasar dalam penelitian ini menggunakan kerikil dengan diameter maksimal 20 mm. Standar pengujian yang digunakan pada pengujian specific gravity agregat kasar adalah ASTM C 127.

a. Tujuan :

1) Mengetahui bulk specific gravity, yaitu perbandingan antara berat agregat

kasar dalam kondisi kering dengan volume agregat kasar total.

2) Mengetahui bulk specific gravity SSD (Saturated Surface Dry), yaitu perbandingan antara berat agregat kasar jenuh kondisi kering permukaan

3) Mengetahui apparent specific gravity, yaitu perbandingan antara berat

agregat kasar kering dengan volume butir agregat kasar.

4) Mengetahui daya serap air (absorbtion), yaitu perbandingan antara berat air yang diserap dengan berat agregat kasar kering.

b. Alat dan bahan antara lain :

1) Oven listrik

2) Bejana dan container

3) Air

4) Neraca

5) Agregat kasar

c. Cara Kerja :

1) Mencuci agregat lalu dimasukkan dalam oven dengan suhu 110 o C selama 24 jam.

2) Mengambil agregat kasar kering lalu ditimbang sebanyak 3000 gram dan

didiamkan hingga mencapai suhu ruang (a 4 ).

3) Merendam agregat kasar dalam air selama 24 jam, lalu dikeringkan dengan kain lap agar permukaan agregat kering, kemudian menimbang

agregat tersebut (b 4 ).

4) Memasang container pada neraca, lalu menuangkan container dalam bejana hingga container terendam seluruhnya dan mengatur posisi agar neraca seimbang.

5) Memasukkan agregat kasar dalam container hingga seluruhnya terendam air.

6) Menimbang agregat kasar tersebut (c 4 ).

7) Menganalisis hasil pengujian dengan Persamaan 3.7 s.d 3.10 sebagai berikut :

Bulk Specific Gravity

Bulk Specific Gravity SSD =

................................... (3.8) Apparent Specific Gravity

................................... (3.9) Absorbsion

Dengan:

a 4 = berat agregat kasar kering (3000 gram)

b 4 = berat agregat kasar setelah direndam 24 jam dan dilap (gram)

c 4 = berat agregat kasar jenuh (gram)

2. Pengujian Gradasi Agregat Kasar

Gradasi pada pasir sebagai agregat kasar menentukan sifat pengerjaan dan sifat kohesi dari campuran beton, sehingga gradasi pada agregat kasar sangatlah diperhatikan. Pengujian gradasi agregat kasar menggunakan standar pengujian ASTM C 136.

a. Tujuan : Mengetahui gradasi atau variasi ukuran butiran kerikil dan persentase modulus kehalusannya.

b. Alat dan bahan antara lain :

1) Satu set ayakan dengan susunan diameter lubang 50 mm; 38.1 mm; 25.4 mm; 19.0 mm; 12.5 mm; 9.5 mm; 4.75 mm; 2.36 mm; 1.18 mm; 0.6 mm dan pan.

2) Mesin penggetar.

3) Neraca kapasitas 5 kg ketelitian 10 gr.

4) Agregat kasar kering oven 3000 gram.

c. Cara Kerja :

1) Menyiapkan agregat kasar yang telah dioven sebanyak 3000 gram.

2) Memasang ayakan dengan susunan sesuai urutan besar lubang dan yang terbawah adalah pan.

3) Memasukkan agregat kasar ke dalam ayakan teratas kemudian ditutup rapat.

4) Memasang ayakan terisi tersebut pada mesin penggetar dan digetarkan selama 5 menit, kemudian susunan ayakan diambil dari mesin penggetar

5) Memindahkan agregat kasar yang tertinggal dalam masing-masing ayakan ke dalam cawan lalu ditimbang.

6) Menghitung persentase berat agregat kasar tertinggal pada masing-

7) Menghitung modulus kehalusan agregat kasar dengan Persamaan 3.11 : Modulus kehalusan =

........................................................... (3.11) Dengan:

a 5 = Σ persentase kumulatif berat kerikil tertinggal selain dalam pan

b 5 = Σ persentase kumulatif berat kerikil yang tertinggal

3. Pengujian Abrasi Agregat Kasar

Agregat kasar harus memiliki ketahanan terhadap keausan akibat gesekan. Standar pengujian abrasi pada agregat kasar menggunakan ASTM C 131, dengan menggunakan mesin Los Angeles. Berat yang hilang akibat gesekan tidak boleh lebih dari 50%.

a. Tujuan : Mengetahui daya tahan agregat kasar terhadap keausan.

b. Alat dan bahan antara lain :

1) Mesin Los Angeles dan bola baja

2) Ayakan

3) Neraca.

4) Agregat kasar

c. Cara Kerja :

1) Mencuci agregat kasar dari kotoran dan debu yang melekat, kemudian dikeringkan dengan oven bersuhu 110 o

C selama 24 jam.

2) Mengambil agregat kasar dari oven dan membiarkannya hingga suhu kamar kemudian mengayak dengan ayakan 12.5 mm; 9.5 mm; 4.75 mm. Dengan ketentuan : lolos ayakan 12.5 mm dan tertampung 9.5 mm sebanyak 5 kg. Lolos ayakan 9.5 mm dan tertampung 4.75 mm sebanyak

5 kg.

3) Memasukkan agregat kasar yang sudah diayak sebanyak 10 kg ke mesin

Los Angeles (a 6 ).

4) Mengunci lubang mesin Los Angeles rapat-rapat lalu menghidupkan

mesin dan mengatur perputaran mesin sampai 500 kali putaran.

5) Mengeluarkan agregat kasar lalu disaring menggunakan saringan 2.36

mm (b 6 ).

6) Menganalisa persentase berat yang hilang dengan Persamaan 3.12 :

Persentase berat yang hilang =

a 6 = berat agregat kasar kering oven mula - mula (gram)

b 6 = berat agregat kasar kering oven yang tertahan ayakan 2.36 mm

setelah pengausan (gram)