Peranan Reksadana Syariah Dalam Peningkatkan Investasi Di Indonesia

(1)

Disusu Sa

un dan Diaj rjana Huku

D

UN

jukan Untuk um Pada Fa

M N DEPARTE

FAK

NIVERSIT

S K R I P

k Melengka akultas Huku

Oleh

M. RASYID NIM : 0902 EMEN HUK

KULTAS

TAS SUM

MEDA

2013

P S I

api Persyara um Univers h RIDHA 200258 KUM EKO

HUKUM

MATERA

AN

3

atan Mempe itas Sumate ONOMI

M

UTARA

eroleh Gela era Utara ar


(2)

PERANAN REKSADANA SYARIAH DALAM PENINGKATKAN INVESTASI DI INDONESIA

S K R I P S I

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum

Oleh

M. RASYID RIDHA NIM : 090200258

DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

Disetujui Oleh

Ketua Departemen Hukum Ekonomi

(WINDHA, SH., M. Hum) NIP. 19750112200501 2002

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

(Prof. Dr. Bismar Nasution, SH, MH) (Dr. Mahmul Siregar, SH,M.Hum) NIP. 19560329 198601 1001 NIP. 19530215 198903 2002


(3)

ABSTRAK

PERANAN REKSADANA SYARIAH DALAM PENINGKATKAN INVESTASI DI INDONESIA

M. RASYID RIDHA

Reksadana syariah yang juga sering disebut dengan istilah Islamic

Investment Fund atau Syariah Mutual Fund merupakan lembaga intermediari (intermediary) yang membantu surplus unit melakukan penempatan dana untuk

selanjutnya diinvestasikan kembali (reinvestment). Selain untuk memberikan

kemudahan bagi calon investor untuk berinvestasi di pasar modal maka

pembentukan Islamic Investment Fund atau Syariah Mutual Fund juga bertujuan

untuk memenuhi kebutuhan kelompok investor yang menginginkan keuntungan dari sumber dan mekanisme investasi yang bersih dan dapat dipertanggungjawabkan secara religius serta tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah.

Permasalahan dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah pengaturan

reksadana syariah di Indonesia? Bagaimanakah bentuk-bentuk pelaksanaan perjanjian (akad) dalam mekanisme investasi melalui reksadana syariah? Dan Bagaimanakah perlindungan hukum terhadap investor dalam investasi melalui reksadana syariah?

Metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode penelitian hukum normatif. Dengan pengumpulan data secara studi pustaka (library Reseach). Penulis menggunakan suatu penelitian kepustakaan/library reseach. Dalam hal ini penelitian hukum dilakukan dengan cara penelitian kepustakaan atau disebut dengan penelitian normative..

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa Pengaturan reksadana syariah di Indonesia, pengaturan mengenai reksadana ini dalam hukum positif, baik yang konvensional maupun yang berdasarkan Prinsip syariah adalah sama yaitu diatur dalam Undang-Undang No. 8 Tahun tentang Pasar Modal dan peraturan teknis berupa Peraturan Pemerintah, Keputusan Menteri Keuangan, dan peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh Bapepam dan peraturan-peraturan yang

dikeluarkan oleh Bursa Efek selaku Self Organitation Rgulatory (SRO).

Bentuk-bentuk pelaksanaan perjanjian (akad) dalam mekanisme investasi melalui reksadana syariah, mekanisme investasi reksadana sebenarnya mirip dengan investasi bagi hasil. Para investor dan manajer investasi “patungan” untuk melakukan investasi kedalam berbagai produk investasi yang memerlukan modal yang besar. Perlindungan hukum terhadap investor dalam investasi melalui reksadana syariah, bentuk-bentuk perlindungan hukum terhadap investor yang

terdapat dalam perjanjian, Peraturan Bapepam dan fiduciary duty, berkaitan

dengan tugas Manajer Investasi dalam mengelola Reksa Dana untuk kepentingan investor.


(4)

KATA PENGANTAR

Bismillahirahmaanirrahim

Syukur alhamdulillah penulis panjatkan yang tiada henti-hentinnya akan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan hidayahnya yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini, yang merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatara Utara, shalawat dan salam tak lupa penulis panjatkan kepada junjungan Nabi Muhammad SWT yang telah memberikan jalan dan menuntun umatnya dari jalan yang gelap menuju jalan yang terang yang disinari oleh Nur Iman dan islam

Skripsi ini disusun guna melengkapi dan memenuhi tugas dan syarat untuk meraih gelar Sarjana hukum di Universitas Sumatera Utara, dimana hal tersebut merupakan kewajiban bagi setiap mahasiswa/i yang ingin menyelesaikan perkuliahannya.

Adapun judul skripsi yang saya kemukakan adalah “Peranan Reksadana Syariah Dalam Peningkatan Investasi Di Indonesia” . Saya telah mencurahkan segenap hati, pikiran dan kerja keras dalam penyusunan skripsi ini. Namun saya menyadari bahwa di dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangannya baik isi maupun kalimatnya. Oleh sebab itu skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan.

Di dalam penyusunan skripsi ini, saya mendapat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu saya mengucapkan banyak terima kasih kepada :


(5)

1. Bapak Prof. Dr. Runtung, SH. M.Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

2. Bapak Prof. Dr. Budiman, SH. M.Hum., selaku Pembantu Dekan I Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara;

3. Bapak Syarifuddin Hasibuan,SH, M.H, DFM selaku Pembantuan Dekan II

Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

4. Bapak Muhammad Husni,SH,M.Hum selaku Pembantu Dekan III Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara;

5. Ibu windha, SH, M.Hum., selaku Ketua Departemen Hukum Ekonomi di

Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah banyak membantu dan mempermudah dalam penulisan skripsi ini;

6. Bapak Ramli Siregar, SH, M.Hum., selaku Sekretaris Departemen Ekonomi di

Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang juga telah banyak membantu dan mempermudah dalam penulisan skripsi ini;

7. Bapak Prof. Bismar Nasution, SH, M.H., selaku Dosen Pembimbing I yang

telah banyak meluangkan waktunya dalam memberikan bantuan, bimbingan dan arahan-arahan kepada penulis pada saat penulisan skripsi ini;

8. Bapak Dr. Mahmul Siregar, SH, M.Hum., selaku Dosen Pembimbing II saya

yang juga telah banyak membantu dan mempermudah dalam penulisan skripsi ini;

9. Seluruh Dosen dan Staf pengajar di Fakultas Hukum Universitas Sumatera

Utara yang telah mendidik dan membimbing saya selama menempuh pendidikan di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;


(6)

10.Teristimewa untuk kedua Orangtua, Ayah saya Ir. Daswirman Damanhuri, M.Sc, dan ibu saya Asmainarti, S.Pd, terima kasih atas perhatian, dukungan, doa, dan segala hal yang telah diberikan selama ini kepada saya sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini;

11.Saudara-saudaraku tersayang, M. Doni Ariyandi, M. Deni Alhamdi, terima

kasih atas perhatian, doa, bantuan dan tingkah aneh kalian masing-masing;

12.Teman-teman di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara stambuk 2009,

terutama aji goib sh, irol sh, rico hampir sh,faisal tengik, anes sh, azis prof sh, ikhsan26, marwan senior, Julia, sharin, winda, amanda, buncit, bang rahman, bunda kantin, bondan buntal, angga, bang ade. Abang kakak dan teman-teman lainnya yang tidak disebutkan, yang sudah berkenan memberikan dukungan, perhatian dan doanya sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini;

Saya menyadari bahwa skripsi ini tidak luput dari kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saya mengharapkan saran dan kritik yang membangun dan dapat menyempurnakan skripsi ini. Dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, April 2013

Penulis,


(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

BAB I PENDAHULIAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 9

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 9

D. Keaslian Penelitian ... 10

E. Tinjauan Kepustakaan ... 11

F. Metode Penelitian ... 20

G. Sistematika Penulisan ... 22

BAB II PENGATURAN REKSADANA SYARIAH DI INDONESIA .. 24

A. Pengertian Reksadana Syariah, ... 24

B. Sejarah Reksadana Syariah di Indonesia, ... 29

C. Jenis dan Bentuk Badan Hukum Reksadana, ... 35

D. Pengaturan Reksadana Syariah. ... 38

BAB III BENTUK – BENTUK PELAKSANAAN PERJANJIAN (AKAD) DALAM MEKANISME INVESTASI REKSADANA SYARIAH 53 A. Para Pihak dalam Reksadana Syariah, ... 53

B. Hak dan Kewajiaban Para Pihak Dalam Reksadana Syariah, . 54 C. Penerapan Prinsip Syariah dalam Pengelolaan Reksadana Syariah ... 57


(8)

D. Bentuk pelaksanaan perjanjian (akad) dalam mekanisme

investasi melalui reksadana syariah. ... 60 BAB IV PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP INVESTOR DALAM

INVESTASI MELALUI REKSADANA SYARIAH ... 65

A. Manfaat dan risiko investasi melalui reksadana syariah ... 65

B. Peranan Reksadana Syariah Dalam Peningkatan Investasi di

Indonesia ... 70

C. Bapepam dan DSN sebagai lembaga pengawas... 80

D. Wanprestasi dalam perjanjian investasi melalui reksadana

Syariah ... 85 D. Perlindungan Hukum Terhadap Investor Reksadana Syariah ... 88

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 100

A. Kesimpulan ... 100 B. Saran ... 104 DAFTAR PUSTAKA


(9)

ABSTRAK

PERANAN REKSADANA SYARIAH DALAM PENINGKATKAN INVESTASI DI INDONESIA

M. RASYID RIDHA

Reksadana syariah yang juga sering disebut dengan istilah Islamic

Investment Fund atau Syariah Mutual Fund merupakan lembaga intermediari (intermediary) yang membantu surplus unit melakukan penempatan dana untuk

selanjutnya diinvestasikan kembali (reinvestment). Selain untuk memberikan

kemudahan bagi calon investor untuk berinvestasi di pasar modal maka

pembentukan Islamic Investment Fund atau Syariah Mutual Fund juga bertujuan

untuk memenuhi kebutuhan kelompok investor yang menginginkan keuntungan dari sumber dan mekanisme investasi yang bersih dan dapat dipertanggungjawabkan secara religius serta tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah.

Permasalahan dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah pengaturan

reksadana syariah di Indonesia? Bagaimanakah bentuk-bentuk pelaksanaan perjanjian (akad) dalam mekanisme investasi melalui reksadana syariah? Dan Bagaimanakah perlindungan hukum terhadap investor dalam investasi melalui reksadana syariah?

Metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode penelitian hukum normatif. Dengan pengumpulan data secara studi pustaka (library Reseach). Penulis menggunakan suatu penelitian kepustakaan/library reseach. Dalam hal ini penelitian hukum dilakukan dengan cara penelitian kepustakaan atau disebut dengan penelitian normative..

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa Pengaturan reksadana syariah di Indonesia, pengaturan mengenai reksadana ini dalam hukum positif, baik yang konvensional maupun yang berdasarkan Prinsip syariah adalah sama yaitu diatur dalam Undang-Undang No. 8 Tahun tentang Pasar Modal dan peraturan teknis berupa Peraturan Pemerintah, Keputusan Menteri Keuangan, dan peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh Bapepam dan peraturan-peraturan yang

dikeluarkan oleh Bursa Efek selaku Self Organitation Rgulatory (SRO).

Bentuk-bentuk pelaksanaan perjanjian (akad) dalam mekanisme investasi melalui reksadana syariah, mekanisme investasi reksadana sebenarnya mirip dengan investasi bagi hasil. Para investor dan manajer investasi “patungan” untuk melakukan investasi kedalam berbagai produk investasi yang memerlukan modal yang besar. Perlindungan hukum terhadap investor dalam investasi melalui reksadana syariah, bentuk-bentuk perlindungan hukum terhadap investor yang

terdapat dalam perjanjian, Peraturan Bapepam dan fiduciary duty, berkaitan

dengan tugas Manajer Investasi dalam mengelola Reksa Dana untuk kepentingan investor.


(10)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Negara Indonesia merupakan negara yang dikategorikan sebagai negara berkembang. Adapun karakteristik dari negara berkembang adalah adanya kegiatan pembangunan di segala bidang yang masing-masing memiliki tujuan atau sasaran. Pembangunan nasional tersebut dilakukan dengan berlandaskan pada Trilogi Pembangunan, yaitu adanya pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya yang menuju pada terciptanya keadilan sosial bagi seluruh rakyat; pertumbuhan

ekonomi yang tinggi dan stabilitas nasional yang sehat dan dinamis1.

Seiring dengan pelaksanaan pembangunan nasional tersebut maka pembangunan di bidang ekonomi memperoleh skala prioritas. Adapun sasaran umum dari pembangunan di bidang ekonomi adalah untuk terciptanya perekonomian yang mandiri dan andal dengan peningkatan kemakmuran rakyat

yang merata.2

Untuk mencapai pertumbuhan dan pemerataan pembangunan bidang ekonomi tersebut maka pembuatan kebijakan moneter diarahkan untuk mendorong agar lembaga-lembaga keuangan dapat meningkatkan volume dana masyarakat. Hal tersebut didasarkan pada alasan bahwa dana masyarakat mempunyai peran penting dalam proses pembangunan negara. Selain berfungsi sebagai modal utama dalam rangka pembangunan suatu negara maka dana       

1

Nindyo Pramono, Sertifikasi Saham PT. Go Public dan Hukum Pasar Modal di Indonesia. (Bandung : Citra Aditya Bakti, 1997) hal 1

2


(11)

masyarakat tersebut juga memiliki dampak positif yang berupa mengurangi tingkat ketergantungan negara terhadap sejumlah pinjaman asing baik yang berasal dari suatu organisasi keuangan internasional ataupun dari negara-negara

asing lainnya3.

Pembuatan kebijakan hendaknya harus didasarkan pada beberapa pertimbangan yang tepat dan proporsional. Hal ini bertujuan agar pelaksanaan dari kebijakan tersebut tidak menimbulkan dampak yang merugikan bagi masyarakat. Selain itu, faktor pengawasan juga merupakan hal yang sangat diperlukan dalam proses implementasi kebijakan yang telah dibuat.

Selain pengaturan melalui sarana kebijakan maka diperlukan juga sarana penunjang lainnya yang dapat mendukung pelaksanaan pembangunan di bidang ekonomi. Adapun sarana penunjang yang dimaksud adalah dengan dibuatnya tatanan hukum yang mampu mendorong, mengarahkan dan mengendalikan berbagai kegiatan pembangunan di bidang ekonomi. Pembentukan tatanan hukum tersebut merupakan bagian dari politik hukum nasional yang mengamanatkan untuk melakukan pembuatan dan pembaruan terhadap produk-produk hukum

yang sesuai dengan tingkat perubahan masyarakat4.

Pada dasarnya, proses pembentukkan dan perubahan produk hukum yang disesuaikan dengan pertumbuhan dan perkembangan masyarakat merupakan

refleksi dari sifat norma hukum sebagai suatu norma dinamis5. Hukum sebagai

alat kontrol sosial akan selalu berubah dan berkembang seiring dengan       

3

Ibid. hal. 2

4

Mahfud M.D, Moh. Politik Hukum Di Indonesia. (Jakarta : Pustaka LP3ES Indonesia, 1998), hal. 9

5

Setiyono. Eksistensi Reksa Dana Syariah Dalam Pasar Modal Indonesia. (Jakarta : Universitas Muhammadiyah), 2003,hal 70


(12)

berkembangnya suatu masyarakat. Hal ini sesuai dengan pendapat yang

dikemukakan oleh kaum Savignian yang menjelaskan bahwa hukum yang bersifat

ideal adalah hukum yang akan selalu beradaptasi dengan tingkat perkembangan

masyarakat6.

Dibentuknya Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (untuk selanjutnya disebut dengan UUPM) diharapkan dapat memenuhi tingkat kebutuhan masyarakat khususnya untuk mendorong, mengarahkan dan mengendalikan berbagai kegiatan pembangunan di bidang ekonomi. Selain itu, dengan adanya UUPM diharapkan pasar modal dapat memberikan kontribusi yang lebih besar sehingga tujuan dari sasaran umum pembangunan di bidang ekonomi dapat tercapai, khususnya yang terkait dengan peningkatan kesejahteraan rakyat. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, maka pasar modal memiliki peran strategis yaitu sebagai lembaga pembiayaan bagi dunia usaha dan sebagai wahana investasi bagi masyarakat termasuk investor kecil maupun menengah.

Seiring dengan peran pasar modal tersebut maka seringkali terdapat suatu persepsi yang muncul dalam benak masyarakat umum, khususnya bagi calon investor, bahwa untuk dapat berinvestasi di pasar modal memerlukan modal yang cukup besar dan keahlian khusus untuk menganalisis pergerakan harga saham termasuk instrumen pasar modal lainnya. Oleh karena itu, untuk menghilangkan persepsi yang sedemikan rupa, maka UUPM telah mengintrodusir suatu lembaga

investasi baru yang dikenal dengan nama reksadana7

      

6

Theo Huijbers, Filsafat Hukum Dalam Lintasan Sejarah. (Yogyakarta : Yayasan Kanisius, 1984), hal. 118

7


(13)

Dengan adanya lembaga reksadana diharapkan dapat menciptakan persepsi baru bahwa untuk berinvestasi di pasar modal sangat mudah dan diperlukan modal yang tidak terlalu besar. Selain itu, munculnya lembaga reksadana juga merupakan simbol yang mempertegas persepsi bahwa pasar modal bukan merupakan wadah yang didominasi dan dimonopoli oleh investor-investor yang memiliki modal besar saja. Melalui reksadana, masyarakat strata menengah bawah dapat pula berpartisipasi untuk melakukan investasi dan juga untuk menikmati keuntungan yang menjanjikan dari saham dan instrumen investasi lainnya. Hal tersebut seiring dengan tujuan utama pendirian reksadana, yaitu untuk memperluas basis pemodal lokal. Semakin luas basis tersebut maka semakin

berkembang pula pasar modal di Indonesia8.

Dalam perkembangannya, kemudian muncul bentuk inovatif dari lembaga reksadana yang mekanisme pengelolaannya didasarkan pada prinsip-prinsip syariah. Munculnya reksadana berdasarkan prinsip syariah tersebut (untuk selanjutnya disebut reksadana syariah) dikarenakan alasan adanya penerapan sistem bagi hasil dalam mekanisme pembagian keuntungannya. Sejak dibentuk pertama kali pada tahun 1997, pada kenyataannya eksistensi reksadana syariah berhasil menarik minat investor. Hal tersebut dapat dilihat dari adanya kenaikan nilai investasi reksa dana syariah yang sampai dengan tahun 2003 meningkat 17 % (tujuh belas persen). Untuk lebih mendukung kegiatan operasional reksadana

syariah maka dibentuk pula indeks syariah di bursa efek9.

      

8

Salim, Felia. Reksa Dana Perluas Basis Pemodal Lokal dalam Mengapa Harus Reksa Dana. Ed. Tim Uang dan Efek. (Jakarta : Glory Offset Press 1997), hal. 113

9


(14)

Reksadana syariah yang juga sering disebut dengan istilah Islamic Investment Fund atau Syariah Mutual Fund merupakan lembaga intermediari (intermediary) yang membantu surplus unit melakukan penempatan dana untuk

selanjutnya diinvestasikan kembali (reinvestment). Selain untuk memberikan

kemudahan bagi calon investor untuk berinvestasi di pasar modal maka

pembentukan Islamic Investment Fund atau Syariah Mutual Fund juga bertujuan

untuk memenuhi kebutuhan kelompok investor yang menginginkan keuntungan dari sumber dan mekanisme investasi yang bersih dan dapat dipertanggungjawabkan secara religius serta tidak bertentangan dengan

prinsip-prinsip syariah10.

Sama halnya dengan reksadana konvensional, maka dalam operasionalisasi reksadana syariah juga membutuhkan manajer investasi yang profesional. Manajer investasi sebagai lembaga yang bertanggung jawab atas pengelolaan investasi reksadana syariah harus mematuhi ketentuan sebagaimana yang telah diatur dalam UUPM dan ketentuan perundangan-undangan terkait lainnya. Manajer investasi wajib melaksanakan tugas dan kewajiban pengelolaan

reksadana syariah dengan itikad baik (good faith) demi kepentingan reksadana11.

Terkait dengan karakteristiknya sebagai suatu lembaga investasi syariah, maka setiap kebijakan investasi reksadana syariah yang dirumuskan oleh manajer investasi sebagai harus berpedoman dan tidak boleh menyimpang dari prinsip-prinsip investasi syariah sebagaimana yang diatur dalam hukum ekonomi Islam. Oleh karena itu, manajer investasi juga dituntut untuk dapat lebih memahami       

10

Achsien, Iggi H. Investasi Syariah Di Pasar Modal : Menggagas Konsep Dan Praktek Manajemen Portofolio Syariah. (Jakarta : Gramedia, 2000), hal. 83-84

11


(15)

prinsip-prinsip invetasi syariah. Selain itu, eksistensi reksadana syariah juga membutuhkan lembaga yang bertugas melakukan pengawasan atas implementasi kebijakan investasi oleh manajer investasi.

Islam sebagai agama wahyu merupakan sumber pedoman hidup bagi seluruh umat manusia. Oleh karena itu, seluruh aktivitas yang dilakukan dalam bidang ekonomi Islam mengutamakan metode pendekatan sistem nilai

sebagaimana yang tercantum dalam sumber-sumber hukum Islam yang berupa

Al-Quran, Sunnah, Ijmadan Ijtihad.

Sistem nilai tersebut diharapkan dapat membentuk suatu sistem ekonomi Islam yang mampu mengentaskan kehidupan manusia dari ancaman pertarungan serta timbulnya perpecahan akibat adanya persaingan dan kegelisahan yang menyebabkan keserakahan sebagai bentuk krisis dari sistem ekonomi kapitalis

individualistik dan marxis sosialistik12. Islam menginginkan suatu ekonomi pasar

yang dilandaskan pada nilai-nilai moral. Segala kegiatan ekonomi harus

berdasarkan pada prinsip kerjasama dan prinsip tanggung jawab13.

Karakteristik utama dari sistem ekonomi Islam adalah digunakannya

konsep segitiga (triangle concept) yang memiliki tiga elemen dasar. Adapun

ketiga elemen dasar tersebut adalah Allah SWT, manusia dan alam. Dalam melaksanakan segala aktivitas ekonomi, maka manusia akan selalu berhubungan

dengan manusia lainnya (hablum minannaas). Sedangkan elemen alam pada

konsep segitiga dimaksudkan sebagai wahana atau tempat yang mampu memberikan dan mencukupi kebutuhan seluruh mahluk hidup, khususnya umat       

12

Muhamad, Lembaga-Lembaga Keuangan Umat Kontemporer. (Yogyakarta : UII Press, 2000), hal. 14-16

13


(16)

manusia. Namun demikian, manusia yang telah ditakdirkan sebagai mahluk hidup yang diberikan akal memiliki kewajiban untuk menjaga kelestarian dan kelangsungan hidup dari alam tersebut. Pada akhirnya, keseluruhan hubungan horisontal antara kedua elemen tersebut harus mengacu pada sebuah garis lurus

vertikal, yaitu Allah SWT (hablum minnallah). Hal tersebut merupakan salah satu

bentuk filsafat ekonomi Islam14.

Dalam filsafat ekonomi Islam terdapat tiga asas pokok yaitu sebagai berikut :15

1. Asas yang menjelaskan bahwa dunia dan seluruh isinya, termasuk alam

semesta, adalah milik Allah SWT dan berjalan menurut kehendak-Nya.

2. Asas yang menjelaskan bahwa Allah SWT merupakan pencipta semua

mahluk hidup yang ada di alam semesta ini. Konsekuensi yang timbul dari hal tersebut adalah bahwa seluruh mahluk hidup tersebut harus tunduk kepada-Nya.

3. Asas yang menjelaskan bahwa iman kepada hari kiamat akan

mempengaruhi pola pikir dan tingkah laku ekonomi manusia menurut horison waktu.

Kekuasaan Allah SWT terhadap dunia beserta isinya bersifat menyeluruh termasuk terhadap harta benda yang dimiliki oleh seorang manusia. Dalam rangka mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan maka manusia yang merupakan khalifatullah harus mampu mengelola harta benda miliknya sesuai dengan ajaran Allah SWT. Pengeloaan tersebut dapat berupa melakukan investasi yang sesuai       

14

Muhamad, Op.Cit. hal.17

15


(17)

dengan nilai-nilai syariah. Hal tersebut sebagimana yang dikemukakan dalam Al- Quran yang menjelaskan sebagai berikut :

1. Sesungguhnya Aku akan menjadikan khalifah di muka bumi (QS. 2 :

29-30).

2. Hai orang-orang beriman makanlah di antara rezeki yang baik-baik yang

telah Kami berikan padamu dan bersyukurlah kepada Allah jika benar-benar kepada-Nya kamu menyembah (QS. 2 : 172)

3. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta

sesamamu dengan jalan yang bathil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka diantara kamu (QS. 4 : 29)

Konsep pengelolaan harta sesuai dengan nilai-nilai syariah tersebut juga dipertegas dalam Hadits Riwayat (HR) Ibn Majah yang menjelaskan bahwa “Bertakwalah kepada Allah dan sederhanakanlah dalam mencari rezeki. Ambillah apa yang halal, dan tinggalkan apa yang haram”. Manajemen pengelolaan harta tersebut juga dijelaskan dalam Hadits Riwayat (HR) Bukhari, yang menjelaskan

“Sesungguhnya Allah tidak menyukai kalian menyiakan harta”16. Oleh karena itu,

pembentukan reksa dana syariah sebagai lembaga investasi syariah juga memiliki keterkaitan yang erat dengan implementasi konsep ekonomi Islam yang mengacu pada sistem nilai dan asas-asas pokok filsafat ekonomi Islam yang berpedoman

pada Al Quran serta sumber-sumber hukum Islam lainnya.

      

16


(18)

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan tersebut, maka yang menjadi pokok permasalahan adalah

1. Bagaimanakah pengaturan reksadana syariah di Indonesia?

2. Bagaimanakah bentuk-bentuk pelaksanaan perjanjian (akad) dalam

mekanisme investasi melalui reksadana syariah?

3. Bagaimanakah perlindungan hukum terhadap investor dalam investasi

melalui reksadana syariah?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan ini adalah:

a. Untuk mengetahui pengaturan reksadana syariah di Indonesia

b. Untuk menjelaskan bentuk pelaksanaan dari perjanjian (akad) dalam

mekanisme investasi melalui reksadana syariah.

c. Untuk mengetahui perlindungan hukum terhadapat investor dalam

investasi melalui reksadana syariah.

2. Manfaat Penelitian

Selain dari tujuan di atas, penulisan skripsi ini juga memberikan manfaat antara lain:


(19)

a. Secara Teoritis

Secara teoritis, pembahasan terhadap masalah ini akan memberikan pandangan dan pemahaman baru tentang reksadana syariah yang dapat dijadikan alternatif berinvestasi bagi masyarakat yang menginginkan

memperoleh return investasi dari sumber yang bersih dan dapat

dipertanggung jawabkan secara syariah.

b. Secara Praktis

Secara praktis, pembahasan ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi para pembaca terutama bagi para pihak yang terlibat dalam reksadana syariah dan dapat memberikan gambaran yang jelas tentang perlindungan hukum terhadap investor dalam reksadana syariah.

D. Keaslian Penulisan

Peranan Reksadana Syariah dalam Peningkatkan Investasi di Indonesia yang diangkat menjadi judul, skripsi ini merupakan hasil karya penulis sendiri dan belum pernah ditulis sebelumnya di fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Dilihat dari permasalahan dan tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan ini, maka dapat dikatakan bahwa skripsi ini merupakan karya asli dengan melihat dasar–dasar yang telah ada baik melalui literatur yang diperoleh dari perpustakaan dan dari media masa baik media cetak maupun media elektronik, yang dituangkan dalam skripsi ini. Bila ternyata suatu saat nanti terdapat judul yang sama dengan skripsi ini, setelah skripsi ini dibuat, maka akan dipertanggungjawabkan


(20)

sepenuhnya. Adapun skripsi yang berhubungan dengan reksadana syariah di Perpustakaan Universitas Sumatera Utara antara lain :

Gading Satria Nainggolan (2010) Perlindungan Hukum Terhadap Investor Dalam Reksadana Berbentuk Perseroan permasalahan dalam penelitian ini adalah 1) Peraturan Mengenai Reksadana Berbentuk Perseroan Dalam Pasar Modal Indonesia, 2) Mekanisme Kerja Antara Para Pihak Terkait Dalam Reksa Dana Berbentuk Perseroan dan 3) perlindungan hukum terhadap investor dalam reksadana berbentuk perseroan.

Adek Suryani Lubis (2009) Akibat Hukum Wanprestasi Reksadana Dikaitkan Dengan Perlindungan Hukum Terhadap Investor (Studi di BNI 46 Cab. Medan) permasalahan dalam penelitian ini adalah 1) Bentuk Wanprestasi Dalam Surat Berharga 2) Penyelesaian Wanprestasi Dalam Reksadana dan 3) perlindungan hukum terhadap investor Reksadana.

E. Tinjauan Kepustakaan

Secara historis, eksistensi reksadana syariah tidak dikenal dalam sejarah kelahiran dan penyebaran agama Islam. Namun demikian, hal tersebut bukan berarti bahwa Islam tidak memiliki konsep-konsep yang dijadikan sebagai dasar pembentukan dan operasionalisasi reksadana syariah. Dalam hukum ekonomi


(21)

bahwa segala sesuatu diperbolehkan selama tidak dilarang oleh Al Quran dan Sunnah17.

Dasar transaksi yang mendasari pembentukan reksadana syariah pertama kali adalah adanya kontrak. Dalam hal reksadana syariah tersebut berbentuk perseroan maka terdapat kontrak antara pihak direksi dengan manajer investasi sebagai pihak pengelola dan bank kustodian sebagai pihak penyimpan kekayaan milik reksadana syariah. Lain halnya dengan reksadana syariah berbentuk kontrak investasi kolektif (KIK) yang pembentukannya hanya didasarkan pada adanya kontrak antara manajer investasi dengan bank kustodian.

Pada dasarnya, hukum ekonomi Islam juga mengatur tentang urgensi kontrak sebagai dasar dari transaksi bisnis khususnya dalam hal pembentukan

reksa dana syariah. Hal tersebut sebagaimana tercantum dalam Al Quran

menjelaskan bahwa “Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu” (QS.5 : 1). Untuk memperjelaskan urgensi kontrak sebagai pedoman dalam melakukan transaksi atau akad maka dalam HR Abud Dawud, Ibn Majah dan Tirmizy dari Amru bin ‘Auf dijelaskan bahwa “Orang-orang Islam wajib memenuhi syarat-syarat yang mereka sepakati, kecuali syarat yang

mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram”18.

Undang-Undang Pasar Modal Nomor 8 Tahun 1995, Pasal 1 ayat 27, Reksadana adalah suatu wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh manajer investasi yang telah mendapat izin dari Bapepam. Reksadana dapat terdiri       

17

Ali, M.D. Azaz-Azaz Hukum Islam (Hukum Islam I), Pengantar Ilmu Hukum Dan Tata Hukum Islam Di Indonesia. (Jakarta : Rajawali, 1990), hal. 33

18


(22)

dari berbagai macam instrumen surat berharga seperti saham, obligasi, instrumen pasar uang, atau campuran dari instrumen-instrumen di atas. Dengan demikian, sebuah reksadana merupakan hubungan trilateral karena melibatkan beberapa

pihak yang terikat sebuah kontrak atau trust deed secara legal. Mereka adalah

pemilik modal, manajer investasi, dan bank kustodian.19

Manajer investasi biasanya berbentuk perusahaan yang kegiatan usahanya

mengelola portofolio efek. Perusahaan pengelola disebut dengan fund

management company. Di samping sebagai pengelola investasi, fund management company juga menangani masalah-masalah yang berhubungan dengan pemasaran dan adaministrasi dana. Portofolio efek adalah kumpulan (kombinasi) sekuritas,

atau surat berharga atau efek, atau instrumen yang dikelola.20

Reksadana Syari’ah (Islamic Investment Funds) dalam hal ini memiliki

pengertian yang sama dengan reksadana konvensional, hanya saja cara pengelolaan dan kebijakan investasinya harus berdasarkan pada syariat Islam, baik dari segi akad, pelaksanaan investasi, maupun dari segi pembagian

keuntungan. Islamic Investment Fund merupakan lembaga intermediaris yang

membantu surplus unit melakukan penempatan dan untuk diinvestasikan. Salah satu tujuan dari Reksadana Syari’ah adalah memenuhi kebutuhan kelompok investor yang ingin memperoleh pendapatan investasi dari sumber dan cara yang

      

19

Pasal 6 angka 1 Fatwa DSN-MUI No. 20/DSN-MUI/IX/2000 tentang Pedoman Pelaksanaan Investasi untuk Reksa Dana Syariah

20

Abdul Manan, Aspek Hukum dalam Penyelanggaraan Investasi di Pasar Modal Syariah Indonesia, (Jakarta: Perdana Media Grup, 2009), hal. 183.


(23)

bersih dan dapat dipertanggungjawabkan secara religius, serta sejalan dengan

prinsip-prinsip syari’ah.21

Sebagai suatu lembaga trust maka hubungan yang terdapat dalam

reksadana syariah merupakan hubungan kepercayaan (fiduciary relation) dan

hubungan kehati-hatian (prudential relation). Unsur utama dari reksa dana syariah

sebagai lembaga trust adalah adanya pelimpahan kepercayaan dari investor

kepada pihak manajer investasi dan bank kustodian. Bentuk dari pelimpahan kepercayaan tersebut adalah dengan adanya pemberian kuasa untuk mengelola dan menyimpan dana milik investor dengan didasarkan pada itikad baik. Terkait dengan kapasitasnya sebagai wakil dari investor maka manajer investasi dituntut untuk dapat melaksanakan kegiatan pengelolaannya secara optimal dan tidak menyimpang dari nilai-nilai syariah serta harus berpedoman pada prinsip

kehati-hatian (prudential principle)22. Dalam hukum ekonomi Islam, konsep perwakilan

yang terdapat dalam reksadana syariah tersebut dikenal dengan prinsip al

wakalah.

Pada dasarnya al wakalah memiliki makna yang berupa penyerahan

sesuatu pekerjaan, pendelegasian atau pemberian mandat dari seseorang kepada

orang lain untuk melakukan pekerjaan yang dimaksud. Selain itu, konsep al

wakalah juga dapat didefinisikan sebagai suatu permohonan seseorang kepada orang lain untuk menggantikan dirinya dalam suatu urusan atau perbuatan seperti

menjual, membeli dan lain-lain23. Oleh karena itu, sebagai wakil dari para investor

      

21

Htpp/:www. Portalreksadana.Com, Diakses pada tanggal 21 Maret 2013

22

Setiyono, Op.Cit.hal. 29-30

23

Siti Hamidah, Berinvestasi Di Pasar Modal Dalam Perspektif Hukum Ekonomi Islam, Majalah Arena Hukum Nomor 23, Juli 2001.hal.34


(24)

reksadana syariah maka segala perbuatan yang dilakukan oleh manajer investasi dan bank kustodian terbatas hanya pada hal-hal yang dikuasakan saja.

Dalam perspektif hukum ekonomi Islam maka eksistensi reksadana syariah dalam kapasitasnya sebagai lembaga maka dapat dipersamakan dengan

prinsip mudharabah. Secara teknis, mudharabah didefinisikan sebagai suatu

perjanjian kerja sama antara dua pihak, dalam hal mana satu pihak akan menyediakan dana sebagai modal dan pihak lain akan melakukan pengelolaan atas

dana tersebut24.

Reksadana syariah akan bertindak sebagai pengelola (mudharib)

yang berkewajiban untuk melakukan pengelolaan atas dana milik para investor. Pengelolaan tersebut dilakukan dalam bentuk menempatkan kembali dana (reinvestment) milik para investor dalam berbagai instrumen investasi yang sesuai dengan nilai-nilai syariah, yaitu yang tidak mengandung unsur riba, unsur haram,

unsur perjudian (masyir) dan unsur spekulatif atau unsur risiko (gharar). Dengan

didasarkan pada pola hubungan yang demikian tersebut, maka prinsip mudharabah yang aplikasikan dalam reksadana syariah sering disebut dengan mudharabah bertingkat. Hal ini dikarenakan pada alasan bahwa reksadana syariah

bukan merupakan mudharib murni yang hanya melakukan investasi kembali dana

milik para investor dalam sektor riil saja25. .

Sama halnya dengan eksistensi reksadana konvensional, maka reksadana syariah juga memerlukan pengawasan dari Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) selaku institusi yang memiliki otoritas di pasar modal. Pengawasan       

24

Ibid. hal.34

25

Pontjowinoto, Iwan. P. Prinsip Syariah Di Pasar Modal : Pandangan Praktisi, Materi Workshop Nasional Pasar Modal Syariah. Malang, 29-31 Mei 2003.hal.28


(25)

yang diberikan oleh Bapepam tersebut dilakukan dalam kerangka fungsi

ajudikator (adjudicatory). Oleh karena itu, Bapepam dapat melakukan segala

tindakan yang bersifat judisial (judicial power) seperti mencabut ijin usaha atau

melarang pihak-pihak tertentu yang melakukan pelanggaran di bidang pasar

modal untuk melakukan kegiatan usahanya26.

Selain pengawasan yang dilakukan oleh Bapepam maka terhadap reksadana syariah juga memerlukan pengawasan dari lembaga yang memiliki pemahaman tentang kaidah-kaidah investasi syariah. Adapun lembaga pengawas tersebut dikenal dengan nama Dewan Syariah Nasional.

Pada dasarnya, eksistensi dari Dewan Syariah Nasional tersebut, tidak hanya dibutuhkan untuk melakukan pengawasan terhadap reksa dana syariah saja, tetapi juga untuk melakukan pengawasan terhadap lembaga keuangan syariah lainnya, seperti perbankan syariah. Pengawasan yang dilakukan oleh Dewan Syariah Nasional adalah bersifat substantif, dalam arti bahwa Dewan Syariah Nasional hanya mengawasi terhadap seluruh tindakan dan kegiatan yang dilakukan oleh reksadana syariah tersebut telah sesuai dan tidak bertentangan dengan nilai-nilai syariah atau sebaliknya. Hal ini dikarenakan bahwa reksadana syariah memiliki karakteristik khusus yang berbeda dengan reksadana konvensional. Oleh karena itu, pengawasan terhadap reksa dana syariah dilakukan

oleh 2 (dua) institusi, yaitu Bapepam dan Dewan Syariah Nasional27.

Pengawasan yang dilakukan oleh Dewan Syariah Nasional mempunyai tujuan yang positif. Hal ini sebagaimana didukung oleh pendapat dari seorang       

26

Fuady, Munir. Pasar Modal Modern (Tinjauan Hukum). (Bandung : Citra Aditya Bakti, 1996), hal.117-118

27


(26)

ekonom yang notabene adalah konsultan pada Islamic Development Bank (IDB), yaitu Prof M.A. Manan yang berpendapat bahwa apabila eksistensi dari suatu lembaga keuangan syariah hanya akan membawa kemudharatan, maka sebaiknya lembaga keuangan tersebut tidak perlu menggunakan label syariah. Masyarakat dapat melakukan penilaian tersendiri terhadap suatu lembaga keuangan yang

memang berdasarkan prinsip syariah atau tidak.28

Pemikiran untuk dibentuknya Dewan Syariah Nasional, diajukan pertama kali pada Lokakarya Alim Ulama yang diselenggarakan pada tanggal 29 – 31 Juli 1997 di Jakarta. Alasan pembentukan Dewan Syariah Nasional pada lokakarya tersebut, adalah selain untuk membentuk suatu lembaga yang dapat mengintegrasikan dan mengkoordinir setiap dewan pengawas syariah yang terdapat di setiap lembaga keuangan syariah, juga untuk mengawasi seluruh kegiatan lembaga keuangan syariah, termasuk reksadana syariah, agar tidak menyimpang dari ketentuan syariah. Selain itu, pembentukan Dewan Syariah Nasional juga diharapkan untuk dapat menjawab berbagai permasalahan keuangan dan perekonomian dimana dalam operasionalisasi dan penyelesaiannya memerlukan keterlibatan hukum syariah.

Terkait dengan fungsinya sebagai institusi pengawas lembaga investasi syariah, maka Dewan Syariah Nasional memiliki tugas pokok dan kewenangan.

Adapun yang menjadi tugas pokok dari Dewan Syariah Nasional adalah :29

      

28

Abdul Manan, Aspek Hukum dalam Penyelanggaraan Investasi di Pasar Modal Syariah Indonesia, (Jakarta: Perdana Media Grup, 2009), hal. 183.

29

Suma, Muhammad Amin. “Mengenal Lebih Jauh Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia – DSN MUI,” yang terdapat dalam http://www.tazkia.com/article.php3?sid=21 diakses tanggal 27 Januari 2013


(27)

1. Mengembangkan penerapan nilai-nilai syariah dalam kegiatan perekonomian pada umumnya dan investasi atau keuangan pada khususnya.

2. Mengeluarkan fatwa atau jenis-jenis kegiatan investasi dan keuangan.

3. Mengeluarkan fatwa atas produk investasi dan keuangan syariah.

4. Mengawasi penerapan fatwa yang telah dikeluarkan.

Kewenangan yang dimiliki oleh Dewan Syariah Nasional, adalah sebagai

berikut :30

1. Mengeluarkan fatwa yang bersifat mengikat Dewan Pengawas Syariah

pada lembaga keuangan dan lembaga investasi syariah yang menjadi dasar tindakan hukum terkait.

2. Mengeluarkan fatwa yang menjadi landasan bagi ketentuan atau peraturan

yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang seperti Departemen Keuangan, Badan Pengawas Pasar Modal dan Bank Indonesia ;

3. Memberikan rekomendasi dan / atau mencabut rekomendasi tentang

nama-nama yang akan duduk sebagai Dewan Pengawas Syariah pada suatu lembaga keuangan dan lembaga investasi syariah

4. Mengundang para ahli untuk menjelaskan suatu masalah yang diperlukan

dalam pembahasan ekonomi syariah, termasuk otoritas moneter atau lembaga investasi dan keuangan baik dalam maupun luar negeri.

      

30


(28)

5. Memberikan peringatan kepada lembaga keuangan dan lembaga investasi syariah untuk menghentikan penyimpangan dari fatwa yang telah dikeluarkan oleh Dewan Syariah Nasional.

6. Mengusulkan kepada pihak yang berwenang untuk mengambil tindakan

apabila peringatan yang telah diberikan tersebut tidak diindahkan.

Dalam struktur organisasi, maka Dewan Syariah Nasional juga memiliki Badan Pelaksana Harian dan Dewan Pengawas Syariah. Tugas utama dari Badan Pelaksana Harian adalah untuk melaksanakan tugas pokok Dewan Syariah Nasional. Sedangkan tugas dari Dewan Pengawas Syariah adalah untuk mengawasi pelaksanaan dari keputusan Dewan Syariah Nasional di setiap lembaga keuangan syariah. Dengan demikian, maka setiap pembentukan reksa dana syariah pasti akan memiliki Dewan Pengawas Syariah sebagai organ representatif dari Dewan Syariah Nasional.

Untuk dapat menjaga kredibilitas dan independensi dari Dewan Syariah Nasional, maka diharapkan agar keanggotaan dari Dewan Syariah Nasional dapat berasal dari orang yang memenuhi kriteria tertentu, seperti independen, memiliki ilmu pengetahuan yang cukup khususnya yang terkait dengan masalah ekonomi

Islam, berpengalaman dan juga memiliki integritas31.

Eksistensi dan peranan dari Dewan Syariah Nasional semakin terlihat

dengan dibentuknya Jakarta Islamic Index (JII) pada akhir April tahun 2000.

Indeks tersebut menyediakan informasi tentang daftar saham halal dari para emiten. Namun, sebelum saham emiten dapat masuk dalam indeks syariah, maka

      

31


(29)

harus terlebih dahulu diseleksi dan dinilai oleh Dewan Syariah Nasional. Pelaksanaan seleksi tersebut dilakukan dengan cara menetapkan sejumlah persyaratan. Adapun persyaratan tersebut adalah sebagai berikut :

1. Hasil usaha emiten tidak mengandung unsur riba ;

2. Produk atau jasa yang dihasilkan oleh emiten

tidak dikategorikan Haram.

3. Memberikan informasi yang transparan.

4. Rasio utang terhadap modal yang dimiliki emiten memenuhi kebutuhan.

5. Rasio piutang terhadap pendapatan juga harus memenuhi

ketentuan.

F. Metode Penulisan

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah merupakan penelitian yang menggunakan metode pendekatan yuridis normatif, yaitu metode pendekatan dengan meninjau masalah yang diteliti dari segi ilmu hukum dan melakukan analisis terhadap norma-norma hukum dan peraturan yang berlaku dalam peraturan perundang-undangan berdasarkan bahan primer, sekunder dan tersier untuk mendapatkan kesimpulan dari data-data yang diperoleh selama penelitian.

2. Sumber Data

Dalam menyusun skripsi ini, data dan sumber data yang digunakan adalah :

a. Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat dan terdiri


(30)

tentang Transparansi Informasi Produk Perbankan dan Penggunaan Data Pribadi Nasabah

b. Bahan Hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang menjelaskan tentang

bahan hukum primer, seperti penjelasan Undang-Undang (UU No.8 tahun 1995 tentang Pasar Modal), Fatwa DSN-MUI (Fatwa DSN-MUI NO. 20/DSN-MUI/IX/2000 tentang Pedoman Pelaksanaan Investasi untuk Reksadana Syariah), dan buku-buku atau literatur-literatur yang berkaitan dengan Reksadana.

c. Bahan Hukum tersier, yaitu bahan yang memberikan petunjuk maupun

penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukm sekunder, seperti kamus (hukum), ensiklopedia.

3. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan secara studi pustaka (library Research)

atau disebut dengan penelitian normatif yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka yang disebut dengan data sekunder, berupa perundang-undangan, karya ilmiah para ahli, sejumlah buku-buku, artikel-artikel baik dari surat kabar, majalah maupun media elektronik yang semua itu dimaksudkan untuk memperoleh data-data atau bahan-bahan yang bersifat teoritis yang dipergunakan sebagi dasar dalam penelitian.

4. Analisis Data

Penelitian yang dilakukan oleh penulis dalam skripsi ini termasuk ke dalam tipe penelitian hukum normatif. Pengolahan data pada hakekatnya


(31)

merupakan kegiatan untuk melakukan analisis terhadap permasalahan yang

dibahas. Analisis data dilakukan dengan:32

a. Mengumpulkan bahan-bahan hukum yang relevan dengan permasalahan

yang diteliti.

b. Memilih kaidah-kaidah hukum/ doktrin yang sesuai dengan peneiltian.

c. Mensistematisasikan kaidah-kaidah hukum, azas atau pasal atau doktrin

yang ada.

d. Menarik kesimpulan dengan pendekatan deduktif kualitatif.

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan menjadi salah satu metode yang dipakai dalam melakukan penulisan skripsi ini, hal ini bertujuan untuk mempermudah dalam menyusun serta mempermudah pembaca untuk memahami dan mengerti isi dari skripsi ini. Keseluruhan skripsi ini meliputi 5 (lima) bab yang secara garis besar isi bab-bab di uraikan sebagi berikut:

BAB I PENDAHULIAN

Pada bab ini akan membahas mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, keaslian penelitian, tinjauan kepustakaan, metode penelitian dan sistematika penulisan

      

32

Amiruddin Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004), hal.4


(32)

BAB II PENGATURAN REKSADANA SYARIAH DI INDONESIA

Bab ini akan menguraikan tentang pengertian reksadana syariah, sejarah reksadana syariah di Indonesia, jenis dan bentuk badan hukum reksadana, pengaturan reksadana syariah.

BAB III BENTUK-BENTUK PELAKSANAAN PERJANJIAN (AKAD)

DALAM MEKANISME INVESTASI REKSADANA SYARIAH pada bab ini akan membahas mengenai para pihak dalam reksadana syariah, hak dan kewajiaban para pihak dalam reksadana syariah, penerapan prinsip syariah dalam pengelolaan reksadana syariah, dan bentuk pelaksanaan perjanjian (akad) dalam mekanisme investasi melalui reksadana syariah.

BAB IV PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP INVESTOR DALAM

INVESTASI MELALUI REKSADANA SYARIAH

Pada bagian ini akan membahas tentang Manfaat dan risiko investasi melalui reksadana syariah, Peranan Reksadana syariah dalam peningkatan investasi di Indonesia, Bapepam dan DSN sebagai lembaga pengawas, Wanprestasi dalam perjanjian investasi melalui reksadana syariah, Perlindungan Hukum Terhadap Investor

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini akan menguraikan kesimpulan yang merupakan jawaban permasalahan yang dikemukakan dan saran jawaban dari permasalahan


(33)

A. Pengertian Reksadana Syariah

Secara bahasa Reksadana tersusun dari 2 konsep, yaitu reksa yang berarti jaga atau pelihara dan konsep dana yang berarti himpunan uang. Dengan demikian

secara bahasa reksadana berarti kumpulan uang yang dipelihara.33 Reksadana

(mutual fund) adalah wahana yang digunakan untuk menghimpun dana masyarakat (pemodal) untuk kemudian diinvestasikan ke dalam portofolio efek oleh manajer investasi (MI). Portofolio efek tersebut bisa berupa saham, obligasi,

instrumen pasar uang, atau kombinasi dari beberapa di antaranya.34

Undang-undang Pasar Modal Nomor 8 Tahun 1995 Pasal 1, ayat (27): “Reksadana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat Pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio Efek oleh Manajer Investasi.”Pada reksadana, manajemen investasi mengelola dana-dana yang ditempatkannya pada surat berharga dan merealisasikan keuntungan ataupun kerugian dan menerima dividen atau bunga yang dibukukannya ke dalam “Nilai Aktiva Bersih” (NAB) reksadana tersebut.

Kekayaan reksadana yang dikelola oleh manajer investasi tersebut wajib untuk disimpan pada bank kustodian yang tidak terafiliasi dengan manajer

      

33

Asri Sitompul. Reksa dana;Pengantar dan Pengenalan Umum. (Bandung : Citra Aditya Bakti), 2003 hal 2.

34

Heri Sudarsono. Bank dan lembaga keuangan syariah deskripsi dan ilustrasi. (Yogyakarta : Ekonisia 2004), hal 201


(34)

investasi, dimana bank kustodian inilah yang akan bertindak sebagai tempat penitipan kolektif dan administratur.

Reksadana Syariah adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun

dana dari masyarakat pemodal sebagai pemilik harta (shabib al-mal/rabb al-mal)

untuk selanjutnya diinvestasikan dalam Portofolio Efek oleh Manajer Investasi

sebagai wakil shahib al-mal menurut ketentuan dan prinsip Syariah islam.

Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) No. 20/DSN-MUI/IV/2001, reksadana syariah (Islamic investment funds) adalah reksadana yang beroperasi menurut ketentuan dan prinsip-prinsip syariah Islam, baik dalam bentuk akad antara pemodal dengan manajer investasi (wakil pemodal), maupun antara manajer investasi dengan pengguna investasi. Jika membandingkan dengan reksa dana konvensional, keduanya tidak memiliki banyak perbedaan. Perbedaan mendasar yaitu hanya terletak pada cara pengelolaan dan prinsip kebijakan investasi yang diterapkan. Kebijakan investasi reksa dana syariah adalah berbasis instrumen investasi dengan cara-cara pengelolaan yang halal. Halal disini berarti bahwa perusahaan yang mengeluarkan instrumen investasi tersebut tidak boleh melakukan usaha-usaha yang bertentangan dengan prinsip Islam. Misalnya,tidak melakukan perbuatan riba (membungakan uang) dan tidakmemakai strategi investasi berdasarkan spekulasi, saham, obligasi dan sekuritas lainnya tidak berhubungan dengan produk minuman keras, produk yang mengandung babi,

bisnis hiburan berbau maksiat, perjudian, pornografi, dan sebagainya.35

      

35

ttps://www.google.com/search?q=Menurut+fatwa+dewan+syariah+nasional+%28DSN %29+no.+20 %2FDSM-MUI%2 FIV%2F2001%2C+reksadana&ie=utf-8&oe=utf-&aq=t &rls = org. mozilla :id: official &client=firefox-a diakses tanggal 27 Januari 2013


(35)

Reksadana syariah adalah reksadana yang beroperasi menurut ketentuan dan prinsip syariah Islam, baik dalam bentuk akad antara pemodal sebagai pemilik

harta (sahib sl-mal/ rabb al-mal) dengan manajer investasi sebagai wakil sahib

al-mal, maupun antara manajer investasi sebagai wakil sahib al-mal dengan

pengguna investasi.36 Dengan demikian, reksadana syariah adalah reksadana yang

pengelolaan dan kebijakan investasinya mengacu kepada syariah Islam. Reksadana syariah tidak akan menginvestasikan dananya pada obligasi dari perusahaan yang pengelolaannya atau produknya bertentangan dengan syariah Islam misalnya pabrik minuman beralkohol, industri pertenakan babi, jasa keuangan yang melibatkan riba dalam operasionalnya dan bisnis yang

mengandung maksiat.37

Reksadana syariah merupakan salah satu lembaga keuangan yang dapat

dijadikan alternatif berinvestasi bagi masyarakat yang menginginkan return dari

sumber yang bersih dan dapat dipertanggungjawabkan secara syariah. Tujuan utama reksadana syariah bukan semata-mata hanya mencari keuntungan, tetapi juga memiliki tanggung jawab sosial terhadap lingkungan, komitmen pada nilai-

nilai religiusitas, meskipun tanpa harus mengabaikan kepentingan para investor.38

Reksadana syariah akan memiliki peranan besar dalam pembangunan ekonomi, karena dapat memobilisasi dana dari masyarakat pemodal untuk pertumbuhan dan pengembangan perusahaan nasional baik Badan Usaha Milik       

36

Pasal 1 angka 6 Fatwa DSN-MUI No. 20/DSN-MUI/IX/2000 tentang Pedoman Pelaksanaan Investasi untuk Reksa Dana Syariah

37

Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangna Syariah, (Medan: Prenada Media, 2009), hal. 168-169

38

Burhanuddin Susanto, Pasar Modal Syariah (Tinjauan Hukum), (Yogyakarta: UII Press Yogyakarta, 2008), hal. 74


(36)

Negara (BUMN) maupun swasta. Reksadana merupakan jalan keluar bagi para pemodal kecil yang ingin berperan serta dalam kegiatan pasar modal, meskipun dengan penyertaan dana yang relatif kecil dan kemampuan menanggung resiko yang sedikit.

Panduan bagi masyarkat muslim untuk berinvestasi pada produk ini sudah diberikan melalui fatwa DSN-MUI No. 20 tahun 2000 tentang Pedoman Pelaksanaan Investasi Untuk Reksadana Syariah. Sayangnya produk investasi syariah yang lebih menguntungkan dari produk tabungan atau deposito perbankan syariah ini kurang tersosialisasi. Pemilik dana (investor) yang menginginkan

investasi halal akan mengamanahkan dananya dengan akad wakalah kepada

Manajer Investasi. Reksadana Syariah akan bertindak dalam aqad mudharabah

sebagai Mudharib yang mengelola dana milik bersama dari para investor. Sebagai

bukti penyertaan investor akan mendapat Unit Penyertaan dari Reksadana Syariah. Dana kumpulan Reksadana Syariah akan ditempatkan kembali ke dalam kegiatan Emiten (perusahaan lain) melalui pembelian Efek Syariah. Dalam hal ini

Reksadana Syariah berperan sebagai Mudharib dan Emiten berperan sebagai

Mudharib. Oleh karena itu hubungan seperti ini bisa disebut sebagai ikatan Mudharabah Bertingkat39.

Pembeda reksadana syariah dan reksadana konvensional adalah reksadana syariah memiliki kebijaksanaan investasi yang berbasis instrumen investasi pada portfolio yang dikategorikan halal. Dikatakan halal, jika perusahaan yang menerbitkan instrumen investasi tersebut tidak melakukan usaha yang       

39

Pasal 1 angka 6 Fatwa DSN-MUI No. 20/DSN-MUI/IX/2000 tentang Pedoman Pelaksanaan Investasi untuk Reksa Dana Syariah


(37)

bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam. Tidak melakukan riba atau membungakan uang. Saham, obligasi dan sekuritas lainnya yang dikeluarkan bukan perusahaan yang usahanya berhubungan dengan produksi atau penjualan minuman keras, produk mengandung babi, bisnis hiburan berbau maksiat, perjudian, pornografi, dan sebagainya. Disamping itu, dalam pengelolaan dana reksadana ini tidak mengizinkan penggunaan strategi investasi yang menjurus ke arah spekulasi.

Reksadana syariah akan memiliki peranan besar dalam pembangunan ekonomi, karena dapat memobilisasi dana dari masyarakat pemodal untuk pertumbuhan dan pengembangan perusahaan nasional baik Badan Usaha Milik Negara (BUMN) maupun swasta. Reksadana merupakan jalan keluar bagi para pemodal kecil yang ingin berperan serta dalam kegiatan pasar modal, meskipun dengan penyertaan dana yang relatif kecil dan kemampuan menanggung resiko yang sedikit.

Hasil keuntungan investasi tersebut dibagihasilkan diantara para investor dan manajer investasi sesuai dengan proporsi modal yang dimiliki. Produk investasi ini bisa menjadi alternatif yang baik untuk menggantikan produk perbankan yang pada saat ini dirasakan memberikan hasil yang relatif kecil. Reksadana syariah memang sangat sesuai untuk investasi jangka panjang seperti persiapan menunaikan ibadah haji atau biaya sekolah anak di masa depan. Saat ini pilihannya pun semakin banyak.


(38)

Skema Mekanisme Kerja Reksadana

Mengawasi Unit

Penyertaan Laporan

Investasi

Sumber Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangna Syariah (2009, hal 167)

B. Sejarah Reksadana Syariah di Indonesia

Reksadana mulai dikenal sejak abad ke-19. Cikal bakal Industri bisa dirunut pada tahun 1870, ketika Robert Fleming, seorang tenaga pembukuan pabrik tekstil dari Skotlandia, dikirim ke Amerika untuk mengelola investasi milik bosnya. Di Amerika ia melihat peluang investasi baru, yang muncul menyusul berakhirnya Perang Saudara.

Ketika pulang ke negerinya, Robert Fleming menceritakan temuannya tersebut kepada beberapa temannya. Ia berniat untuk memanfaatkan peluang tersebut, tetapi ia tidak mempunyai cukup modal. Masalah ini mendorongnya

untuk mengumpulkan uang dari teman-temannya dan kemudian membentuk the

Scottish American Investment Trust, perusahaan menajemen investasi pertama di Bapapem

Manajer investasi Investor

Bank Kustodian

Pasar Modal Pasar Uang Deposito, SBI,

Obligasi, Saham dll

Swasta dan pemerintah


(39)

Inggris, pada 1873. Perusahaan ini mirip dengan apa yang sekarang dikenal sebagi

reksadana tertutup (Closed-end fund).40

Seiring dengan diberlakukannya Undang-Undang No.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (UUPM), Reksadana mulai dikenal di Indonesia sejak diterbitkannya Reksadana berbentuk Perseroan, yaitu PT BDNI Reksadana pada tahun 1995. Pada awal tahun 1996, Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (BAPEPAM-LK) RI mengeluarkan peraturan pelaksanaan tentang reksadana berbentuk Kontrak Investasi Kolektif (KIK). Peraturan-peraturan tersebut membuka peluang lahirnya reksa dan berbentuk KIK untuk tumbuh dan berkembang. Salah satunya adalah munculnya reksadana syariah pertama di

Indonesia pada tahun 1997 yang dikelola oleh PT Danareksa Investment

Management (DIM).41

Munculnya reksadana syariah pertama di Indonesia pada tahun 1997

kelolaan PT. Danareksa Investment Management (DIM) inilah yang menjadi awal

perkembangan instrument syariah di pasar modal. Selanjutnya, pada tanggal 3 Juli

2000 PT Bursa Efek Jakarta (BEJ) bersama dengan PT Danareksa Investment

Management (DIM) meluncurkan Jakarta Islamic Index (JII) yang mencakup 30 jenis saham dari emiten yang kegiatan usahanya memenuhi ketentuan tentang hokum syariah. Penentuan kriteria dari komponen JII tersebut disusun berdasarkan persetujuan dari Dewan Pengawas Syariah (DPS) DIM. Dengan

      

40

http://repository.undip.ac.id/handle/123456789/146, diakses tanggal 27 Januari 2013

41


(40)

adanya indeks ini diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan investor untuk

mengembangkan investasi secara syariah42.

Hadirnya Bank Muamalat, Asuransi Takaful, dan tumbuhnya lembaga keuangan syariah menimbulkan sikap optimis meningkatnya lembaga keuangan syariah menimbulkan sikap optimis meningkatnya gairah investasi yang berbasis pada investor muslim. Bapepam mulai melakukan inisiatif untuk mewadahi muslim, maka mulai tahun 1997 dihadirkan reksadana syariah dengan produknya yang bernama Danareksa syariah, yang disahkan keberadaanya oleh Bapepam pada tanggal 12 Juni 1997. Reksadana syariah yang diidrikan itu berbentuk kontrak investasi kolektif (KIK) berdasarkan UUPM, yang dituangkan dalam Akta Nomor 24 tanggal 12 Juni 1997 yang dibuat di hadapan Notaris Djedjem Wijaya, di Jakarta antara PT. Danareksa Fund Management sebagai manajer investasi dengan Citibank N.A. Jakarta sebagai Bank kustodian. PT. Danareksa Fung Management sendiri, sebagai manajer investasi diirikan pada tanggal 1 Juli 1992, yang kemudian dilegitimasi oleh Menteri Kehakiman RI dengan surat

keputusan nomor C2/7283.HT.01.YH.92 tanggal 3 September 1992.43

Nilai investasi reksadana di Indonesia mengalami perkembangan yang cukup signifikan apabila dibandingkan dengan tingkat nilai pertumbuhan jenis investasi lainnya. Sampai Februari 2005, total dana kelolaan industri ini berjumlah lebih dari Rp 110 triliun. Perkembangan ini ditunjang oleh regulasi pasar modal yang kondusif, jumlah manajer investasi yang meningkat, munculnya produk unit

      

42

Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Op.Cit. hal. 201

43

Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah,(Medan: Prenada Media, 2009, hal. 170


(41)

link yang berbasiskan investasi dan asuransi, dan keluarnya surat utang negara dan

obligasi korporasi44.

Perkembangan reksadana syariah di Indonesia juga mengalami perkembangan yang cukup pesat. Sampai Agustus 2005 total dana kelolaan syariah mencapai Rp 1,5 triliun dan hingga akhir tahun 2005 telah terdapat 17

reksadana syariah telah dinyatakan efektif oleh Bapepam.45

Perkembangan ini terhambat dengan terjadinya krisis yang menimpa reksadana Indonesia sehingga total dana kelolaan tinggal hanya 28 triliun per Desember 2005. Kejadian ini dipicu oleh peningkatan harga minyak dunia, depresiasi rupiah, dan kenaikan tingkat suku bunga yang membuat investor reksadana memindahkan dana mereka ke instrumen investasi lain. Krisis ini juga menimpa reksadana syariah. Total dana kelolaanya turun menjadi hanya Rp 415 miliar rupiah.42 Meskipun dipengaruhi oleh faktor eksternal di atas, salah satu hal yang justru memiliki pengaruh besar terhadap krisis reksadana pada media kedua

2005 adalah terjadinya redemption besar-besaran yang dilakukan para

investornya. Pemahaman sebagian investor yang salah terhadap investasi pada reksadana dan perilaku terhadap risiko yang irasional telah membuat mereka justru menarik dana mereka secara bersamaan dalam jumlah besar sehingga

menyebabkan turunnya nilai unit penyertaan.46

Dalam hal yang menarik terjadi selama krisis. Meskipun akhirnya juga tertimpa krisis, reksadana syariah tidak mengalami krisis secepat reksadana       

44

Nurul Huda dan Musatafa Edwin Nasution, Investasi Pada Pasar Modal Syariah, (Jakarta: Pernada Meida Grup, 2007), hal. 128

45

Ibid.

46


(42)

konvensional. Jika pada reksadana konvensional, krisis telah terjadi pada bulan Maret 2005, reksadana syariah baru mengalami bulan Septembar 2006. salah satu hal yang memungkinkan adalah adanya perbedaan pengetahuan dan perilaku

investor reksadana syariah dengan konvensional.47.

Beberapa reksadana Syariah yang diluncurkan pada tahun 2004, sebagai

berikut:48

1. Pada Januari 2004, PT Permodalan Nasional Madani Investment

Management (PNM-IM) melakukan kerja sama dengan bank Internasional

Indonesia (BII) Syariah Platinum Acces untuk memasarkan reksadana

syariah. BII Syariah Platinum Acces, dalam hal ini, berperan sebagai agen

penjual sekaligus bank penerima pembayaran reksadana PNM syariah yang dikelola PNM-IM.

2. Agustus 2004, Manajer investasi PT Andalan Artha Advisindo (AAA)

Sekuritas bekerja sama dengan unit usaha syariah Bank Danamon meluncurkan produk reksadana syariah. Produk reksadana yang diberi

nama AAA Syariah Fund tersebut dimaksudkan untuk melayani nasabah

yang membutuhkan layanan pengelolaan investasi berprinsip syariah.

3. September 2004, PT Permodalan Nasional Madani Investment

Management (PNM-IM) meluncurkan dua produk reksadana terbarunya, yatiu reksadana PNM Amanah Syariah dan reksadana PNM PUAS (Pasar Unag Andalan Saya). Kedua jenis reksadana ini melengkapi produk reksadana PNM-IM yang sudah lebih dahulu dipasarkan

      

47

ibid

48


(43)

4. November 2004, Bank Syariah Mandiri meluncurkan produk reksadana syariah. Bekerja sama dengan Mandiri Sekuritas selaku manajer investasi dan Deutche Bank sebagai Bank kustodian, produk reksadana syariah ini

menawarkan pilihan investasi dengan return yang lebih menarik kepada

nasabah BSM.

5. Desember 2004, Manajemen PT Bhakti Asset Management (BAM)

mengeluarkan produk reksadana baru yang di beri nama BIG Dana Syariah. Reksadana ini merupakan reksadana terbuka Kontrak Invetasi Kolektif (KIK) dengan hasil investasi yang bersih dari unsur riba dan gharar.

Dari segi return reksadana syariah masih lebih kecil dari reksadana

konvensional, hal ini disebabkan portofolio reksadana syariah masih sangat

terbatas (misalnya tidak boleh investasi pada pasar valuta asing kecuali spot

market, tidak boleh menginvestasikan dana pada sektor usaha yang tidak halal seperti perbankan konvensioanl, rokok, atau perusahaan yang memproduksi

minuman keras). Hasil penelitian Karim Busness Consulting (KBC) rata-rata

reksadana syariah untuk kategori pendapatan tetap (fix income) memberikan

return 11,60. Sedangkan, reksadana konvensional memberikan return rata-rata

13,89. Untuk kategori campuran pun, reksadana syariah memberi return di bawah

reksadana konvensional. Reksadana memberikan return rata-rata 23,62 dan


(44)

reksadana dengan fix income masih kompetitif dibandingkan dengan reksadana

konvensional.49

C. Jenis dan Bentuk Badan Hukum Reksadana Syariah 1. Jenis Reksadana Syariah

Jenis-jenis reksadana sendiri dapat dibendakan berdasarkan potofolio

yakni sebagai beirkut:50

a. Reksadana Pendapatan Tetap (Fixed Income Fund)

Reksadana yang melakukan investasi sekurang-kurangnya 80% dari dana yang dikelola (aktivanya) dalam bentuk efek bersifat utang. Umumnya memberikan penghasilan dalam bentuk bunga, seperti deposito, obligasi syariah, swbi, dan instrument lain. RDPT merupakan salah satu upaya melakukan investasi yang paling baik dalam jangka waktu menengah atau jangka panjang (>3 tahun) dengan resiko menengah

b. Reksadana Saham (Equity Fund)

Reksadana yang melakukan investasi sekurang-kurangnya 80% dari dana yang dikelolanya dalam efek bersifat ekuitas. Pada umumnya efek saham memberikan kontribusi dengan memberikan hasil yang menarik, dalam bentuk caoutak gain dengan pertumbuhan harga-harga saham dan dividen.

      

49

Ibid. hal. 131-132

50

http://ilhamsidik.blogspot.com/2010/10/reksadana-syariah.html, diakses tanggal 27 Januari 2013


(45)

Banyak perspeksi yang menganggap bahwa berinvensti pada saham lebih cenderung spekulatif, atau berudi. Namun secara teori dan pengalaman dilapangan menghatakan bahwa investasi pada saham adalah salah satu bentuk investasi jangka panjang yang cukup menjanjikan.

c. Reksadana Campuran (Siscretionary Fund)

Reksadana yang mempunyai perbandingan target aset alokasi pada efek saham dan pendapatan tetap yang tidak dapat dikategorikan ke dalam ketiga reksadana lainnya. Reksadana campuran dalam orientasinya lebih fleksibel dalam menjalankan investasi. Fleksibel berartikan, pengelolaan investasi dapat digunakan untuk berpindah-pindah dari saham, ke obligasi, maupun ke deposit. Atau tergantung pada kondisi pasar dengan melakukan aktivitas trading,

d. Reksadana Pasar Uang (Money Market Fund)

Reksadana yang investasinya ditanam pada efek bersifat hutang dengan jatuh tempo yang kurang dari satu tahun. Umumnya investasi dalam kategori reksadana pasar uang memiputi, deposito, SBI, Obligasi serta efek hutang lainnya.

Reksadana pasar uang memiliki tingkat resiko yang minim, namun keuntungan yang di dapat juga sangat terbatas. Tujuannya adalah perlindungan modal dan untuk menyediakan likuiditas yang tinggi, sehingga ketika dibutuhkan dapat dicairkan setiap hari kerja dengan resiko penurunan nilai investasi yang hamper tidak ada.


(46)

2. Bentuk Hukum Reksadana Syariah

Berdasarkan Undang-undang Pasar Modal Nomor 8 Tahun 1995 Pasal 18, ayat (1), bentuk hukum Reksadana di Indonesia ada dua, yakni Reksadana berbentuk Perseroan Terbatas (PT. Reksadana) dan Reksadana berbentuk Kontrak Investasi Kolektif (KIK).

a. Reksa Dana berbentuk Perseroan (Investemet companies)

Suatu perusahaan (perseroan terbatas), yang dari sisi bentuk hukum tidak berbeda dengan perusahaan lainnya. Perbedaan terletak pada jenis usaha, yaitu jenis usaha pengelolaan portofolio investasi. Reksa dana berbentuk perseroan dibedakan berdasarkan sifatnya menjadi dua yaitu reksadana

terbuka (open end foud) dan reksa dana tertutup (close end foud). Adapun

ciri dari reksadana bentuk perseroan ini adalah51:

1. Badan hukum terbentuk PT

2. Pengelolaan kekayaan Reksadana didasarkan pada kontrak antra

direksi perusahaan dengan manajer investasi yang ditunjuk.

3. Penyimpanan kekayaan reksadana didasarkan pada kontra antara

manajer investasi dengan bank kustondian.

b. Kontrak Investasi Kolektif (Unit Investement Trust)

Kontrak yang dibuat antara Manajer Investasi dan Bank Kustodian yang juga mengikat pemegang Unit Penyertaan sebagai Investor. Melalui kontrak ini Manajer Investasi diberi wewenang untuk mengelola portofolio

      

51

Firdaus Muhammad, Dkk. Briefcase Book Edukasi Profesional Syariah Investasi Halal di Reksa Dana Syariah. (Jakarta : Renaisan,2005), hal. 37


(47)

efek dan Bank Kustodian diberi wewenang untuk melaksanakan penitipan dan administrasi investasi.

Karakteristik dari reksadana kontrak investasi kolektif adalah52:

a. Menjual unit penyertaan secara terus menerus sepanjang ada investor

yang membeli.

b. Unit penyertaan tidak tercatat di bursa

c. Investor dapat menjual kembali unit penyertaan yang dimilikinya

kepada manajer investasi (MI) yang mengelola.

d. Hasil penjualan atau pembayaran pembelian kembali unit penyertaan

akan dibebankan pada kekayaan reksadana.

e. Harga jual/beli unit penyertaan didasarkan pada nilai aktiva bersih

(NAB) perunit dihitung oleh bank kustondian secara harian.

D. Pengaturan Reksadana Syariah

Pada dasarnya pengaturan mengenai reksadana ini dalam hukum positif, baik yang konvensional maupun yang berdasarkan Prinsip syariah adalah sama yaitu diatur dalam Undang-Undang No. 8 Tahun tentang Pasar Modal dan peraturan teknis berupa Peraturan Pemerintah, Keputusan Menteri Keuangan, dan peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh Bapepam dan peraturan-peraturan yang

dikeluarkan oleh Bursa Efek selaku Self Organitation Rgulatory (SRO).

Perbedaannya antara reksadana konvensional dengan reksadana syariah terletak pada pengaturan terhadap reksadana syariah oleh Dewan Syariah Nasional dalam bentuk fatwa, serta pengaturan mengenai akad-akad dalam penerbitan efek syariah       

52


(48)

dan tata cara penerbitan efek syariah sebagaimana tertuang dalam keputusan Bapepam yang dikeluarkan pada tahun 2006.

Beberapa ketentuan mengenai reksadana yang ada dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 antara lain yaitu sebagai berikut:

1. Bentuk Hukum dan Perizinan Reksadana

Reksadana yang dikenal di Indonesia dapat berbentuk Perseroan atau Kontrak Investasi Kolektif. Reksadana berbentuk perseroan adalah emiten yang kegiatan usahanya menghimpun dana dengan menjual saham, dan selanjutnya dalam hasil penjualan saham tersebut diinvestasikan pada berbagai jenis efek yang diperdagangkan di pasar uang dan pasar modal.

Reksadana berbentuk perseroan ini dibedakan lagi berdasarkan sifatnya menjadi reksadana tertutup dan reksadana terbuka. Reksadana tertutup adalah reksadana berbentuk perseroan yang menjual sahamnya kepada investor melalui

penawaran umum perdana (Initial public offering) di bursa efek. Sehingga apabila

investor ingin menjual reksadana tersebut, mereka dapat menjualnya kembali melalui bursa kepada investor lainnya, bukan kepada pihak manajer investasi atau

penerbitnya (issuer).53

Reksadana terbuka adalah reksadana berbentuk perseroan yang menawarkan dan membeli kembali saham-sahamnya dari investor sampai dengan sejumlah modal yang telah dikeluarkan. Pada reksadana terbuka ini dalam hal

pemegang saham melakukan penjualan kembali (redemption), maka pihak

      

53

Abdul Ghofur Anshori, Aspek Hukum Reksa Dana Syariah di Indonesia, (Yogyakarta: PT. Refika Aditama, 2008), hal. 66


(49)

reksadana terbuka wajib membeli saham-saham tersebut. Ketentuan mengenai

kewajiban membeli ini memiliki pengecualian, yaitu:54

a. Bursa efek dimana sebagian besar portofolio efek reksadana

diperdagangkan ditutup.

b. Perdagangan efek atas sebagian besar portofolio efek reksadana di bursa

efek dihentikan.

c. Keadaan darurat: atau

d. Terdapat hal-hal lain yang ditetapkan dalam kontrak pengelolaan investasi

setelah mendapat persetujuan Bapepam.

Pasal 18 ayat (3) UUPM mengatakan Reksadana perseroan merupakan

suatu perseroan yang telah memperoleh izin usaha dari Bapepam”. Penjelasan Pasal 18 ayat (5) menyebutkan bahwa persyaratan dan tata cara perizinan dalam pendirian reksadana perseroan adalah mengenai:

a. Izin usaha;

b. Ketentuan yang wajib diatur dalam anggaran dasar;

c. Kepengurusan;

d. Permodalan.

Pasal 24 PP No. 45 Tahun 1995 mengenai Penyelenggaraan Kegiatan di Bidang Pasar Modal mengatakan bahwa permohonan untuk memperoleh izin usaha reksadana perseroan kepada Bapepam disertai dengan dokumen dan keterangan sebagai berikut:

a. Akta pendirian perseroan yang telah disahkan oleh Menteri Kehakiman;

      

54


(50)

b. Nama dan alamat pendiri reksadana;

c. Nama dan alamat anggota Direksi reksadana;

d. Nama dan alamat manajer Investasi dan Bank Kustodian;

e. Kontrak pengelolaan reksadana;

f. Kontrak mengenai jasa kustodian atas kekayaan reksadana;

g. Penunjukan profesi penunjang Pasar Modal; dan

h. Dokumen dan keterangan pendukung lain yang berhubungan dengan

permohonan izin usaha reksadana yang dittetapkan lebih lanjut oleh BAPEPAM.

Dalam Pasal 25 PP No. 45 Tahun 1995 disebutkan bahwa “Maksud dan tujuan reksadana berbentuk perseroan hanya untuk menyelenggarakan kegiatan usaha reksadana” Sedangkan reksadana Kontrak investasi Kolektif yaitu reksadana yang dibentuk berdasarkan kontrak antara manajer investasi dan bank kustodian. Penjelasan Pasal 18 ayat (1) Huruf b UUPM menyebutkan “Kontrak investasi kolektif adalah kontrak antara Manajer Investasi dan Bank Kustodian yang mengikat pemegang unit penyertaan dimana Manajer investasi diberi wewenang untuk melaksanakan penitipan kolektif”.

Reksadana KIK adalah wahana dimana pemodal dapat ikut serta mengadakan investasi dalam suatu portofolio efek milik bersama yang dikelola oleh manajer investasi yang telah mendapat lisensi dari Bapepam, memperoleh jasa penyimpanan dan pencatatan atas harta bersama dari bank umum yang telah mendapat izin usaha sebagai kustodian dari Bapepam serta berhak atas informasi nilai bersih dari harta bersama secara harian.


(51)

2. Pengelolaan

Aset yang dikelola reksadana secara yuridis bukan merupakan kekayaan dari manajer investasi maupun bank kustodian. Oleh sebab itu kekayaan

reksadana wajib dipisahkan dari kekayaan manajer investasi atau bank kustodian

ataupun dari kekayaan nasabah lain dari bank kustodian. Untuk menghindari terjadinya benturan kepentingan dalam pengelolaan reksadana, kewenangan manajer investasi dan bank kustodian wajib dimuat secara rinci dalamkontrak dan memenuhi ketentuan-ketentuan peraturan reksadana. Manajer investasi hanya bertindak sebagai pengelola, sedangkan bank kustodian menyimpan dan mengadministrasikan kekayaan reksadana. Kewajiban penyimpanan kekayaan reksadana pada bank kustodian dimaksudkan untuk mengamankan kekayaan

reksadana55.

Upaya perlindungan terhadap investor dan memenuhi prinsip-prinsip keterbukaan, maka manajer investasi dan bank kustodian perlu diberlakukan

pemeriksaan hukum (legal audit) yang menyangkut keabsahan

dokumen-dokumen seperti anggaran dasar, izin usaha, dan perkara-perkara baik perdata

maupun pidana yang menyangkutmanajerinvestasi dan bank kustodian56

Pasal 21 UUPM menyebutkan bahwa pengelolaan reksadana, baik yang berbentuk perseroan maupun yang berbentuk KIK, dilakukan oleh manajer investasi berdasarkan kontrak. Adapun kontrak pengelolaan reksadana yang berbentuk perseroan dibuat oleh direksi dengan manajer investasi, sedangkan kontrak pengelolaan reksadana terbuka berbentuk KIK dibuat antara manajer       

55

Ibid

56


(52)

investasi dan bank kustodian. Ketentuan lebih lanjut mengenai pengelolaan reksadana ini diatur dalam keputusan Ketua Bapepam, yaitu Peraturan Nomor IV.A3 Tahun 2002 tentang Pedoman Pengelolaan Reksadana Berbentuk Perseroan dan Peraturan Nomor IV.B.1 tentang Pedoman Pengelolaan reksadana berbentuk Kontrak Investasi Kolektif.

Berdasarkan Peraturan Nomor IV.A.3 Tahun 2002 tentang Pedoman Pengelolaan Reksadana Berbentuk Perseroan pada tanggal 1 menyebutkan bahwa reksadana berbentuk perseroan yang telah memperoleh izin usaha wajib memenuhi ketentuan sebagai berikut:

a. Menugaskan manajer investasi yang telah memperoleh izin usaha untuk

mengelola investasi reksadana dan melaksanakan kegiatan lainnya yang diperlukan serta menunjang fungsinya sebagai manajer investasi berdasarkan suatu Kontrak Pengelolaan reksadana.

b. Dalam hal manajer investai menghentikan kegiatannya atas pengelolaan

suatu reksadana, tidak ada rencana yang dibuat untuk pengalihan atas kontrak pengelolaan reksadana atau pembuatan kontrak reksadana baru, reksadana tersebut wajib dibubarkan.

c. Kontrak pengelolaan reksadana wajib terlebih dahulu memperoleh

persetujuan dari sebagian besar direktur reksadana tersebut.

d. Semua pengalihan dari kontrak pengelolaan reksadana wajib didasarkan


(53)

e. Jabatan direktur reksadana tidak diberikan kepada:

1) Orang yang pernah dinyatakan pailit atau menjadi direktur atau

komisaris yang dinyatakan bersalah menyebabkan suatu perusahaan dinyatakan pailit;

2) Orang yang pernah melakukan perbuatan tercela dan atau dihukum

karena terbukti melakukan tindakan pidana di bidang pasar modal pada khususnya atau dibidang keuangan pada umumnya.

f. Setiap rencana pemutusan Kontrak Pengelolaan Reksadana, wajib terlebih

dahulu memperoleh persetujuan sebagian besar direktur, dan pemutusan tersebut wajib diberitahukan kepada para pemegang saham dan Bapepam sekurang-kurangnya 60 (enam puluh) hari atau dalam jangka waktu yang ditetapkan oleh Bapepam sebelum pemutusan kontrak dimaksud.

g. Manajer investasi wajib menyampaikan kepada direksi semua laporan,

catatan dan informasi material dan relevan lainnya, serta wajib memberikan informasi lain yang berhubungan dengan pengelolaan reksadana yang diminta oleh direksi untuk menilai Kontrak Pengelolaan reksadana.

Adapun mengenai pengelolaan reksadana berbentuk KIK diatur dalam Peratutan Nomor IV.B.1 Tahun 2004 tentang Pedoman Pengelolaan Reksadana berbentuk Kontrak Investasi Kolektif. Disebutkan dalam peraturan ini bahwa reksa dana berbentuk KIK wajib memenuhi ketentuan sebagai berikut:

a. Bank kustodian wajib menghitung nilai akhir bersih (NAB) reksadana


(54)

b. Penjualan atau pembelian kembali (pelunasan) unit penyertaan dapat dilakukan melalui bank kustodian atau agen penjual uang ditunjuk oleh manajer investasi.

c. Setelah memberitahukan secara tertulis kepada Bapepam, manajer

investasi dapat menginstruksikan kepada bank kustodian dan agen penjual untuk melakukan penolakan pembelian kembali (pelunasan) apabila terjadi hal-hal sebagai berikut:

1) Bursa efek dimana sebagian besar portofolio efek reksadana

diperdagangkan ditutup;

2) Perdagangan efek atas sebagian besar portofolio efek reksadana di

bursa efek dihentikan;

3) Keadaan darurat; atau

4) Terdapat hal-hal lain yang ditetapkan dalam kontrak pengelolaan

investasi setelah mendapat persetujuan Bapepam;

5) Bank kustodian dilarang mengeluarkan unit.

Manajer investasi reksadana terbuka berbentuk Perseroan dan KIK wajib menghitung nilai pasar wajar dari efek dalam portofolio setiap hari bursa berdasarkan ketentuan yang ditetapkan oleh Bapepam. Adapun saham reksadana terbuka berbentuk perseroan dan nilai unit penyertaan KIK ditentukan berdasarkan ketentuan yang ditetapkan oleh Bapepam. Nilai reksadana terbuka (open end fund) berbentuk perseroan nilai unit penyertaan kontrak investasi

kolektif ditentukan berdasarkan NAB.57

      

57


(1)

dilakukan pada instrumen keuangan yang sesuai syari’ah. Keabsahan akad wakalah ini hampir diterima oleh berbagai mazhab.

Kedua, lembaga (Manajer Investasi) dengan pengguna investasi. Adapun akad yang digunakan hendaknya dilakukan dengan sistem Mudharabah/Qiradh. Yang dimaksud dengan Mudharabah disini adalah :" Seseorang memberikan hartanya kepada yang lain untuk diperdagangkan dengan ketentuan bahwa keuntungan yang diperoleh dibagi antara kedua pihak, sesuai dengan syarat-syarat yang disepakati kedua belah pihak. Warga Irak menyebutnya Mudharabah sedangkan warga Hijaz mrnyebutnya Qiradh ( Al Mughni Juz V hal 26 ). Pemilik harta (modal) memberikan harta kepada para pekerja untuk menjadi modal dagang, dengan ketentuan bahwa keuntungannya dibagi bersama sesuai dengan syarat yang disepakati kedua pihak. (Al Fiqhul Islamy wa Adillatuh, Juz IV, hal 836). Dengan demikian Mudharabah/Qiradh disepakati bolehnya dalam syariah oleh 4 mazhab fikih Islam.

3. Perlindungan hukum terhadap investor dalam investasi melalui reksadana syariah, terdiri dari :

a. Perlindungan hukum yang diberikan untuk Investor Reksadana Perseroan menurut ketentuan peraturan perundang-undangan antara lain:

1) Peraturan Bapepam No.IV.A.3 butir 1 huruf (g) menyatakan : Reksadana berbentuk perseroan yang telah mendapat izin usaha wajib memenuhi ketentuan sebagai berikut : yaitu Manajer Investasi wajib menyampaikan kepada direksi semua laporan,


(2)

catatan dan informasi material dan relevan lainnya, serta wajib memberikan informasi lain yang berhubungan dengan pengelolaan Reksadana yang diminta oleh direksi untuk menilai Kontrak Pengelolaan Reksadana;

2) Peraturan Bapepam No.IV.A.3 butir 11 menyatakan : Manajer Investasi wajib memelihara semua catatan penting yang berkaitan dengan laporan keuangan dan pengelolaan Reksadana sebagaimana ditetapkan oleh Badan Pengawas Pasar Modal;

3) Peraturan Bapepam No. IV.A.5 butir 4 menyatakan : Bank Kustodian wajib mengadministrasikan Efek dan dana dari Reksadana, memberikan jasa penitipan efek dan harta lain yang berkaitan dengan efek serta jasa lain, termasuk penerimaan deviden, bunga, hak – hak lain dan menyelesaikan transaksi Efek; 4) Peraturan Bapepam No.IV.A.5 butir 7 menyatakan : Bank

Kustodian wajib melaksanakan pencatatan, balik nama dalam pemilikan efek, pembagian hak yang berkaitan dengan saham Reksadana.

Perlindungan hukum yang merupakan fiduciary duty Manajer Investasi disebutkan dalam Pasal 27 ayat (1) Undang – Undang Pasar Modal, yaitu wajib dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab menjalankan tugas sebaik mungkin semata – mata untuk kepentingan Reksadana. Fiduciary duty tersebut merupakan duty of care and diligence dari Manajer Investasi. Dalam hal ini Manajer


(3)

Investasi yang dipercaya untuk mengelola Reksadana Perseroan diharapkan dapat mengelola Reksadana hingga memberikan keuntungan bagi para pemegang saham Reksadana tersebut. Apabila Manajer Investasi melakukan tindakan yang dilarang seperti yang disebutkan dalam peraturan Badan Pengawas Pasar Modal Nomor IV.A.4 butir 12, maka Manajer Investasi tidak melakukan fiduciary duty nya. Hal ini membawa akibat hukum bahwa Manajer Investasi bertanggung jawab atas kerugian yang diderita Investor sebagai akibat pelanggaran tersebut.

b. Perlindungan hukum terhadap investor dalam Reksadana KIK atau Kontrak Investasi Kolektif yang dibuat dan ditanda tangani oleh Manajer Investasi dan Bank Kustodian. Investor juga mendapat perlindungan hukum dari Undang-Undang Pasar Modal dan peraturan pelaksanaannya, khususnya Peraturan Badan Pengawas Pasar Modal, dan fiduciary duty

yang diatur dalam peraturan perundang – undangan yang berlaku di bidang Pasar Modal.

B. Saran

Berdasarkan dari beberapa hasil kesimpulan sebagaiman yang telah dikemukakan, selanjutnya dapat diajukan beberapa saran sebagai berikut :

1. Dewan Syariah Nasional hendaknya juga mendapatkan pengaturan tersendiri dan khusus. Dewan Syariah Nasional memiliki peran dan tugas yang sangat berarti bagi eksistensi dan perkembangan reksadana syariah di


(4)

Indonesia. Pengaturan tersebut nantinya, tidak hanya mengatur mengenai tugas dan kewenangan dari Dewan Syariah Nasional, namun juga harus mengatur mengenai mekanisme pemilihan dan kriteria pencalonan perorangan yang akan terpilih dalam struktur organisasi Dewan Syariah nasional tersebut.

2. Pengaturan mengenai hubungan atau koordinasi antara Dewan Syariah Nasional dengan sejumlah lembaga keuangan atau lembaga investasi terkait lainnya juga sangat diperlukan. Idealnya, pengawasan yang dilakukan oleh Dewan Syariah Nasional melalui Dewan Pengawas Syariah harus bersifat kontinuitas.

3. Perlindungan hukum yang diberikan hendaknya sesuai mekansime penuntutan ganti rugi bagi nasabah yang mengalami kerugian akibat tidak dilaksanakannya transparansi informasi produk reksadana.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Anshori Ghofur, Abdul Aspek Hukum Reksa Dana Syariah di Indonesia, Yogyakarta: PT. Refika Aditama, 2008.

Ali, M.D. Azaz-Azaz Hukum Islam (Hukum Islam I), Pengantar Ilmu Hukum Dan Tata Hukum Islam Di Indonesia. Jakarta : Rajawali, 1990

Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangna Syariah,(Medan: Prenada Media, 2009

Achsien, Iggi H. Investasi Syariah Di Pasar Modal : Menggagas Konsep Dan Praktek Manajemen Portofolio Syariah. Jakarta : Gramedia, 2000.

Asikin, Amiruddin Zainal, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004

Burhanuddin Susanto, Pasar Modal Syariah (Tinjauan Hukum), (Yogyakarta: UII Press Yogyakarta, 2008)

Fuady, Munir. Pasar Modal Modern (Tinjauan Hukum). Bandung : Citra Aditya Bakti, 1996.

Firdaus Muhammad, Dkk. Briefcase Book Edukasi Profesional Syariah Investasi Halal di Reksa Dana Syariah. Renaisan. Jakarta.2005.

Hamidah, Siti. Berinvestasi Di Pasar Modal Dalam Perspektif Hukum Ekonomi Islam, Majalah Arena Hukum Nomor 23, Juli 2001.

Huijbers, Theo. Filsafat Hukum Dalam Lintasan Sejarah. Yogyakarta : Yayasan Kanisius, 1984.

Irsan dkk, Aspek hukum pasar modal indonesia, Jakarta : kencana, 2001

Manan Abdul, Aspek Hukum dalam Penyelanggaraan Investasi di Pasar Modal Syariah Indonesia, Jakarta: Perdana Media Grup, 2009.

Mahfud M.D, Moh. Politik Hukum Di Indonesia. Jakarta : Pustaka LP3ES Indonesia, 1998.

Muhamad, Lembaga-Lembaga Keuangan Umat Kontemporer. Yogyakarta : UII Press, 2000.


(6)

Nurul Huda dan Musatafa Edwin Nasution, Investasi Pada Pasar Modal Syariah, (Jakarta: Pernada Meida Grup, 2007)

Pontjowinoto, Iwan. P. Prinsip Syariah Di Pasar Modal : Pandangan Praktisi, Materi Workshop Nasional Pasar Modal Syariah. Malang, 29-31 Mei 2003. Pramono, Nindyo. Sertifikasi Saham PT. Go Public dan Hukum Pasar Modal Di

Indonesia. Bandung : Citra Aditya Bakti, 1997.

Pontjowinoto, Iwan. P. Prinsip Syariah Di Pasar Modal : Pandangan Praktisi, Materi Workshop Nasional Pasar Modal Syariah. Malang, 29-31 Mei 2003. Soemitra Andri, Bank dan Lembaga Keuangna Syariah, Medan: Prenada Media,

2009.

Sitompul, Asri. Reksa dana;Pengantar dan Pengenalan Umum. Bandung:Citra Aditya Bakti.2003.

Siamat, Dahlan, Manajemen Lembaga Keuangan, Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia,2004

Sudarsono, Heri. Bank dan lembaga keuangan syariah deskripsi dan ilustrasi. Ekonisia; Yoyakarta. 2004.

Subekti, R. Pokok-Pokok Hukum Perjanjian, Jakarta : Internusa, 1982

Setiyono. Eksistensi Reksa Dana Syariah Dalam Pasar Modal Indonesia. Tesis Program Pasca Sarjana Magister Ilmu Hukum Universitas Muhammadiyah, Jakarta, 2003.

Salim, Felia. Reksa Dana Perluas Basis Pemodal Lokal dalam Mengapa Harus Reksa Dana. Ed. Tim Uang dan Efek. Jakarta : Glory Offset Press, 1997. B. Perundang-Undangan

Fatwa DSN-MUI No. 20/DSN-MUI/IX/2000 tentang Pedoman Pelaksanaan Investasi untuk Reksa Dana Syariah

Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal C. Internet