Penentuan Informan IMPLEMENTASI TRI HITA KARANA DALAM PENGELOLAAN WARISAN BUDAYA DUNIA SEBAGAI DAYA TARIK PARIWISATA DI BALI.

6 penelitian, buku-buku, data dokumentasi serta arsip, internet yang berkaitan dan mendukung penelitian ini.

2.3 Penentuan Informan

Mengingat penelitian ini akan menggunakan pendekatan penelitian kualitatif, maka data dan informasi yang dibutuhkan akan digali melalaui pengamatan dan wawancara mendalam. Oleh karena itu, informan merupakan narasumber yang amat penting dalam penelitian ini, sebab tanpa informan akan sulit memperoleh data dan keterangan untuk mencapai tujuan penelitian. Sudah dapat dipastikan informan dalam penelitian ini adalah warga masyarakat di kawasan warisan budaya dunia, baik sebagai warga biasa maupun sebagai tokoh, aparat pemerintah desa, dan aparat dari instansi pemerintah yang terkait dengan pengelolaan warisan budaya dunia, seperti Dinas Pariwisata Kabupaten Badung dan Dinas Pariwisata Kabupaten Gianyar. Sehubungan dengan itu, Kepala Desa Dinas dan Kepala Desa Adat setempat akan dijadikan informan pangkal dalam penelitian ini Sebagaimana dikemukakan oleh Koentjaraningrat 1989 : 130, informan pangkal adalah orang-orang yang dapat memberikan petunjuk kepada peneliti tentang adanya individu lain yang paham tentang berbagai sektor kehidupan masyarakat yang ingin dikaji oleh peneliti. Individu-individu lain ini disebut informan pokok atau informan kunci key informant. Berdasarkan petunjuk informan pangkal itu yakni kepala desa tersebut akan dikembangkan jumlah informan, baik informan pangkal yang lainnya maupun informan kunci dan informan selanjutnya. Dengan demikian, pengembangan informan dalam penelitian ini bersifat snowboll, yakni dari informan ke informan lain. Penambahan informan akan diakhiri apabila terdapat indikasi bahwa tidak ada lagi variasi informasi dan kategorisasi data dan informasi telah jenuh. 7 Wisatawan nusantara dan mancanegara juga ditetapkan sebagai responden dalam penelitian ini, karena merekalah yang mengonsumsi warisan budaya dunia yang ditetapkan sebagai daya tarik wisata. Persepsi dan informasi para wisatawan sangat penting untuk memahami implementasi THK dalam pengelolaan warisan budaya dunia sebagai daya tarik wisata di Bali. Persepsi wisatawan akan sangat penting terkait dengan keberlanjutan atau kesinambungan sustainability daya tarik wista tersebut. 2.4 Metode Pengumpulan Data dan Informasi 2.4.1 Pengamatan