60
BAB V IMPLEMENTASI TRI HITA KARANA DALAM PENGELOLAAN PURA TAMAN
AYUN DAN TIRTA EMPUL SEBAGAI DAYA TARIK WISATA
Penetapan Lanskap Budaya Bali oleh Unesco sebagai Warisan Budaya Dunia dilandasi oleh filosofi Tri Hita Karana, yang selaras dengan Peraturan Daerah Provinsi Bali
Nomor 2 Tahun 2012 tentang Kepariwisataan Budaya Bali Lansing dan Watson, 2012; Pemerintah Provinsi Bali 2012; Surata, 2013. Nilai-nilai filosofi Tri Hita Karana terdiri atas
tiga aspek yakni hubungan yang selaras dan harmonis antara manusia dengan TuhanIda Sanghyang Widi Wasa Parhyangan, hubungan manusia dengan sesama manusia
Pawongan, dan hubungan manusia dengan lingkungan Palemahan. Pura Taman Ayun dan Tirta Empul adalah warisan budaya dan sekaligus sebagai
tempat suci. Kedua pura dan warisan budaya tersebut sudah tentu dikonstruk dan diinterpretasi ulang ketika berfungsi sebagai daya tarik wisata Hitchcock, M., Victor T.King
and Michael Parnwell, 2010; Park, 2014. Konstruksi dan interpretasi ulang itu mungkin saja menimbulkan komodifikasi, yakni suatu benda yang sebelumnya bukan merupakan komoditi
kemudian diubah sehingga dapat menghasilkan uang. Meminjam istilahnya Michel Picard 2006:164 bahwa Pura Taman Ayun dan Tirta Empul telah mengalami proses turistifikasi
atau sebagai produk pariwisata. Sesuai dengan judul penelitian ini maka ketiga aspek tersebut dibahas berdasarkan
pengamatan empirik di lapangan, hasil wawancara mendalam dengan pengelola Pura Taman Ayun dan Tirta Empul serta instansi terkait, dan persepsi wisatawan yang diperoleh melalui
angket yang diberikan kepada 60 orang wisatawan, yang tediri atas 30 orang wisatawan mancanegara dan 30 orang wisatawan nusantara. Dalam penelitian ini, di masing-masing
destinasi yakni Pura Taman Ayun dan Tirta Empul ditetapkan 30 orang responden, yang
61
terdiri atas 15 orang wisatawan mancanegara dan 15 orang wisatawan nusantara. Berikut adalah pembahasan masing-masing aspek Tri Hita Karana sebagai berikut.
5.1 Aspek Parhyangan