Aspek Parhyangan IMPLEMENTASI TRI HITA KARANA DALAM PENGELOLAAN WARISAN BUDAYA DUNIA SEBAGAI DAYA TARIK PARIWISATA DI BALI.

61 terdiri atas 15 orang wisatawan mancanegara dan 15 orang wisatawan nusantara. Berikut adalah pembahasan masing-masing aspek Tri Hita Karana sebagai berikut.

5.1 Aspek Parhyangan

Aspek Parhyangan terkait dengan hubungan manusia dengan TuhanIda Sanghyang Widi Wasa. Pihak pengelola Pura Taman Ayun dan Tirta Empul telah menetapkan aturan- aturan atau rambu-rambu untuk wisatawan yang memasuki pura tersebut. Di Pura Taman Ayun pihak pengelola tidak menyediakan kain dan selendang untuk wisatawan yang memasuki pura tersebut. Fenomena yang berbeda ditemukan di Pura Tirta Empul bahwa wisatawan diwajibkan menggunakan kain dan selendang pada saat memasuki pura. Kain dan selendang disiapkan oleh pengelola pura Tirta Empul, sehingga semua wisatawan memakainya ketika mereka memasuki kawasan pura tersebut lihat foto 5.1. Foto 5.1 Petugas di Pura Taman Ayun tidak menyiapkan kain dan selendang, sedang di Pura Tirta Empul disiapkan oleh petugas Adanya ketentuan yang berbeda tersebut menyebabkan wisatawan di Pura Taman Ayun tidak memakai kain dan selendang, sedangkan di Pura Tirta Empul hampir semua wisatawan memakainya lihat foto 5.2 di bawah. Pemakaian kain dan selendang memasuki pura sebagai daya tarik wisata dapat dikatakan salah satu upaya menjaga kesucian pura. 62 Foto 5.2. Pemandangan yang kontras mengenai wisatawan di Pura Taman Ayun kanan dan Pura Tirta Empul kiri Dalam konteks ini, petugas sebaiknya menyiapkan kain dan selendang, sehingga wisatawan diwajibkan memakainya. Wisatawan Prancis menyarankan agar canang sari juga dihaturkan pada setiap palinggih, sehingga dapat menambah kesan kesakralan destinasi tersebut. Usulan yang sangat menarik juga disampaikan oleh wisatawan Prancis itu agar wisatawan yang datang ke Pura Taman Ayun tetap memakai kainsarong dan selendangselempot. Hal ini sangat penting untuk ditindaklanjuti mengingat Pura Taman Ayun sebagai tempat suci sehingga kesakralannya harus tetap dijaga. Sebagai upaya menjaga kesucian pura, wisatawan dilarang memasuki halaman utamajeroan di Pura Taman Ayun. Kondisi alam dan lingkungan yang berbeda tidak memungkinkan hal itu diberlakukan di Pura Tirta Empul. Wisatawan diizinkan memasuki halaman utamajeroan, namun pada area yang terbatas. Pada halaman utamajeroan Pura Tirta Empul dipasang tanda pembatas dan larangan untuk wisatawan memasuki tempat melaksanakan upacara pemujaan di pura tersebut lihat foto 5.3 dan 5.4 di bawah. 63 Foto 5.3 Wisatawan di Pura Taman Ayun dapat menyaksikan halaman utamajeroan dari luar tembokpanyengker. Foto 5.4 Tanda pembatas dan larangan bagi wisatawan memasuki bagian tempat melakukan upacara di halaman utamajeroan Pura Tirta Empul Larangan memasuki halaman utamajeroan pura Taman Ayun dan Tirta Empul ternyata tidak menimbulkan kekecewaan di kalangan wisatawan. Seperti telah diuraikan pada Bab IV di depan bahwa wisatawan sangat puas menikmati keindahan dan arsitektur pura. Wisatawan yang memasuki halaman utamajeroan pura Tirta Empul diwajibkan ke luar di sisi utara jeroanhalaman utama sehingga mereka dapat mengelilingi pura, hanya saja tidak dapat melihat keseluruhan palinggih lihat foto 5.5. Strategi pengelolaan wisatawan di Pura Tirta Empul dapat dikatakan meniru pengelolaan di Pura Taman Ayun, namun kondisi lingkungan yang berbeda sehingga kenyaman yang diperoleh oleh wisatawan tidak sama. 64 Foto 5.5 Wisatawan mengelilingi pura Tirta Empul dari luar halaman utamajeroan Wisatawan masih tetap dapat mengambil foto palinggih yang ada di halaman utamajeroan pura Taman Ayun dan Tirta Empul, meskipun dilakukan dari luar tembok kelilingpanyengker atau pembatas yang ditentukan untuk wisatawan di pura tersebut. Di sisi utara atau pada bagian belakang halaman utamajeroan pura Taman Ayun dibuat semacam teras atau undakan sehingga wisatawan lebih mudah mengambil foto palinggih atau kegiatan keagamaan yang dilaksanakan pada halaman utamajeroan pura. Wisatawan dapat mengambil foto dari halaman utamajeroan pura Tirta Empul, meskipun ada pembatas atau tanda larangan yang dipasang lihat foto 5.6 di bawah. Foto 5.6 Wisatawan mengambil foto dari bagian belakang Pura Taman Ayun dan dari Jeroan Pura Tirta Empul Kemudahan wisatawan untuk mengambil foto palinggih ataupun kegiatan upacara yang dilaksanakan di halaman utamajeroan pura Taman Ayun dan Tirta Empul dapat dikatakan sebagai bentuk turistifikasi atau komodifikasi. Wisatawan meskipun dilarang atau 65 dibatasi aksesnya memasuki halaman utamajeroan, namun mereka tetap dengan leluasa dapat mengambil foto. Wisatawan Jepang yang diwawancarai saat melakukan observasi menyatakan bahwa konsep Tri Hita Karana agar betul-betul diimplementasikan dalam pengelolaan Pura Taman Ayun. Lebih lanjut dinyatakan bahwa ukiran ataupun relief yang kelihatan rusakpatah pada palinggih agar dilaporkan kepada Unesco untuk dapat dipugar. Berdasarkan uraian di depan bahwa pihak pengelola Pura taman Ayun dan Tirta Empul telah berupaya menjaga kesucian pura, terutama bagian utama mandala atau halaman utamajeroan. Pembatasan akses dan larangan yang diberlakukan kepada wisatawan adalah bentuk implementasi Tri Hita Karana dari aspek Parhyangan untuk menjaga kesucian pura tersebut. Upaya menjaga kesucian pura Tirta Empul direpresentasikan dengan menghaturkan canang sari di depan pintu masuk ke pancoran dan saat wisatawan melukat lihat foto 5.7 di bawah. Foto 5.7 Canang sari diaturkan pada pintu masuk dan pancuran tempat melukat

5.2 Aspek Pawongan