Ligamentum interspinous dan terutama ligamentum flavum berfungsi untuk mengontrol fleksi yang berlebihan dan translasi anterior.
Ligamentum flavum juga menghubungkan dan memperkuat kapsul sendi facet pada aspek ventral. Ligamentum nuchae merupakan kelanjutan
cephalad ligamentum supraspinous dan memiliki peran penting dalam menstabilkan tulang belakang cervical.
Anak-anak memiliki variasi anatomi yang signifikan dalam persimpangan
craniocervical dibandingkan
dengan orang
dewasa. Manajemen operasi ketidakstabilan persimpangan craniocervical pada anak-
anak merupakan tantangan yang unik. Sedangkan indikasi untuk fusi servikal mirip dengan orang dewasa yang berkaitan dengan teknik operasi, pada anak-
anak, variasi anatomi yang signifikan dalam persimpangan craniocervical mempersulit pendekatan dan membatasi penggunaan fiksasi internal.
Pengobatan terhalang oleh tulang dengan struktur kecil dan ligamen, yang sering dipersulit oleh sindromik kelainan craniovertebral. Kemajuan terbaru
dalam pencitraan telah meningkatkan hasil. Menezes mengulas pada 850 anak-anak yang menjalani fusi craniocervical. Penulis menyajikan tinjauan
rinci teknik fusi, serta indikasi dan sarana menghindari komplikasi, pencegahan mereka, dan manajemennya .
2.1 Epidemiologi
Perubahan degeneratif pada tulang belakang cervical yang biasanya disebut sebagai cervical spondylosis. Ini merupakan kelompok campuran
patologi yang melibatkan diskus intervertebralis, tulang belakang, serta sendi yang terkait dan dapat juga disebabkan oleh penuaan Keausan, degenerasi
atau pengaruh sekunder karena trauma. Gejala klinis yang dominan terdapat nyeri leher, yang sering dikaitkan dengan nyeri bahu. perubahan degeneratif
tersebut dapat menyebabkan central atau foramina yang dapat mengganggu serabut saraf atau spinal cord Gbr. 1. Patologi ini disebut cervical
spondylotic radiculopathy CSR dan cervical myelopathy spondylotic CSM. CSR harus dibedakan dari herniasi terkait radiculopathy.
Gbr.2.1 a, b Perubahan terkait umur dapat menyebabkan herniasi diskus, spondylosis servikal, pembentukan osteofit, osteoarthritis sendi facet, dan kelainan dari akar saraf yang keluar serta saraf
tulang belakang.
Dalam sebuah survei nasional Belanda, terdapat kejadian 23,1 per 1.000 orang per tahunnya untuk nyeri leher dan 19,0 per 1.000 orang per
tahun untuk gejala bahu . Dokter umum di Belanda mendapatkan konsultasi sekitar tujuh kali seminggu untuk keluhan yang berhubungan dengan leher
atau ekstremitas atas ini. Kejadian tahunan nyeri leher terdapat 14,6 di penelitian kohort dari 1.100 orang dewasa yang dipilih secara acak.
Perempuan lebih mungkin untuk menderita nyeri leher daripada laki-laki. Dalam sebuah survei Swedia pada 4415 subyek, tingkat prevalensi 17
untuk nyeri leher ditemukan. Lima puluh satu persen dari subyek nyeri leher
juga memiliki nyeri pinggang kronis. Riwayat cedera leher dilaporkan oleh 25 pasien dengan nyeri leher.
Dalam investigasi prospektif longitudinal di Perancis, prevalensi dan kejadian nyeri leher dan bahu dicurigai berhubungan dengan pekerjaan. Para
penulis menemukan bahwa prevalensi laki-laki 7,8, perempuan 14,8 pada tahun 1990 dan insiden laki-laki 7,3, perempuan 12,5 untuk
periode 1990-1995 dari penelitian tersebut didapatkan nyeri leher dan bahu kronis meningkat dengan usia, dan lebih tinggi pada wanita dibandingkan
pria di setiap kelompok kelahiran yang diperiksa. Penelitian tersebut menitik beratkan pekerjaan yang berat berkontribusi meningkatkan nyeri leher dan
bahu, terlepas dari usia.48 Cervical Radiculopathy lebih jarang terjadi daripada nyeri leher dan
bahu dengan prevalensi 3,3 kasus per 1.000 orang. Insiden puncak tahunan 2,1 kasus per 1000 dan terjadi pada dekade ke-4 dan ke-5 dari kehidupan
[278]. Dalam populasi Sisilia dari 7.653 subyek, prevalensi 3,5 kasus per 1.000 ditemukan untuk cervical spondylotic radiculopathy, yang meningkat
menjadi puncak pada usia 50-59 tahun, dan menurun setelahnya. Prevalensi usia tertentu secara konsisten lebih tinggi di perempuan. Sebuah survei
epidemiologi dari Cervical Radiculopathy di Mayo Clinic di Rochester [222] mengungkapkan bahwa kejadian rata-rata insiden tahunan sesuai dengan
umur per 100.000 penduduk untuk Cervical Radiculopathy sebesar 83,2 107,3 untuk laki-laki, 63,5 untuk wanita. Tingkat kejadian tahunan usia-
spesifik per 100.000 penduduk, mencapai puncak 202,9 untuk kelompok usia 50-54 tahun. Riwayat aktivitas fisik atau trauma sebelum timbulnya gejala
terjadi hanya pada 14,8 kasus. Durasi rata-rata gejala sebelum diagnosis terdapat 15 hari. Sebuah mono-radiculopathy paling sering melibatkan
serabut saraf C7, diikuti oleh C6. Sebuah tonjolan diskus dikonfirmasi bertanggung jawab untuk
Cervical Radiculopathy pada 21,9 pasien; dan 68,4 terkait dengan spondylosis. Selama durasi follow up selama 4,9 tahun, kambuhnya kondisi
itu terjadi sebesar 31,7, dan 26 menjalani operasi untuk cervical radiculopathy . Pada akhir follow up, 90 dari pasien tanpa gejala atau
hanya sedikit lumpuh karena cervical radiculopathy.
Data epidemiologi
cervical spondylotic
myelopathy belum
dieksplorasi dengan baik. Hasil proses penuaan pada perubahan degeneratif tulang belakang cervical dalam stadium lanjut dapat menyebabkan kompresi
spinal cord. Hal ini Penyebab paling sering dari disfungsi spinal cord pada orang tua. Suatu bentuk khusus Cervical myelopathy disebabkan oleh
pengerasan dari ligamentum longitudinal posterior OPLL. Ini merupakan penyakit multifaktorial dimana kompleks genetik dan
faktor lingkungan berinteraksi. Penyakit ini terutama ditemukan pada populasi Asia. Pada populasi Jepang, angka prevalensi yang dilaporkan
berkisar antara 1,8 menjadi 4,1. Tingkat prevalensi OPLL di tulang belakang cervical secara signifikan lebih rendah di Cina 0,2 dan populasi
Taiwan 0,4. Evaluasi radiografi film tulang belakang cervical di Rizzoli Orthopaedic Institute di Bologna, Italia, mengungkapkan prevalensi 1,83
dengan puncak di Kelompok umur 45-64 tahun 2,83. Prevalensi ini jauh lebih tinggi dari yang dilaporkan di Kaukasia.
2.3 Patofisiologi dari Axial Neck Pain