xviii Satu penjelasan tentang perbedaan dalam jenis kelamin bahwa tulang rawan
merupakan jaringan yang sensitif terhadap hormon seksual. Ha dan kawan-kawan pada studi imunohistokimia sendi faset lumbal mendemonstrasikan reseptor estrogen pada
tulang rawan faset dan menemukan juga peningkatan ekspresi estrogen yang signifikan yang berhubungan dengan tingkat keparahan arthritis sendi faset. Perbedaan level
estrogen pada laki-laki dan wanita dan penurunan yang dramatis level estrogen setelah menopause berkontribusi pada perbedaan pola degenerasi sendi faset pada laki-laki dan
wanita Kalichman et al, 2007.
2.3.3 Level Spinal
Beberapa studi menunjukan bahwa kerusakan sendi faset lebih berat pada segmen pergerakan kaudal dibandingkan dengan level yang lain. Fujiwara dan kawan-kawan
menemukan median gradasi OA sendi faset pada L4-5 lebih tinggi secara bermakna dibandingkan dengan pada L3-4 P 0,05, sedangkan tidak ditemukan perbedaan
bermakna antara L3-4 dan L5-S1, dan antara L4-5 dan L5-S1 Kalichman et al, 2007Gellhorn et al, 2012. Beberapa publikasi menunjukan bahwa spondilolistesis
degeneratif yang biasanya berhubungan dengan OA sendi faset terjadi terutama pada L4- 5 dan setelah itu pada level spinal L5-S1. Namun, prevalensi OA sendi faset pada level
spinal yang lain masih belum jelas Kalichman et al, 2007.
2.3.4 Orientasi Faset dan Tropisme
Orientasi faset diakui berhubungan dengan degenerasi sendi faset dan spondilolistesis degeneratif. Semua studi tentang hal tersebut menemukan bahwa individu dengan sudut
sendi faset yang lebih besar secara relatif dengan penampang koronal orientasi sendi faset lebih sagital menunjukan perubahan degeneratif sendi faset yang lebih besar dan
insiden spondilolistesis degeneratif yang lebih tinggi. Dai juga menemukan bahwa tropisme sendi faset berhubungan secara bermakna dengan spondilolistesis
xix degeneratifdan penyakit degenerasi diskus. Grogan dan kawan-kawan pada studi cadaver,
Alperovitch-Najenson pada studi CT, dan Berlemann dan kawan-kawan pada studi MRI dan CT menemukan bahwa umur dan sudut sendi faset, tapi tidak tropisme merupakan
faktor penting pada degenerasi sendi faset Kalichman et al, 2007.
2.3.5 Degenerasi Diskus Intervertebralis
Banyak studi menekankan pada diskus intervertebralis sebagai lokasi awal terjadinya degenerasi spinal, seperti degenerasi sendi faset sebagai hasil dari degenerasi diskus.
Konsekuensi mekanis dari degenerasi diskus, antara lain hilangnya tinggi diskus dan instabilitas segmental, peningkatan beban pada sendi faset dan subluksasi pada sendi dan
perubahan tulang rawan. Vernon-Roberts dan Pirie mendideksi lebih dari 100 lumbal spinal dan menyimpulkan bahwa degenerasi diskus merupakan kejadian awal yang
menyebabkan pembentukan osteofit dan perubahan pada sendi faset. Videman dan kawan-kawan menunjukan bahwa 20 degenerasi spinal, degenerasi faset mendahului
degenerasi diskus. Lewin juga menyimpulkan bahwa selain pergerakan segmen L5-S1, degenerasi diskus bukan merupakan satu-satunya faktor predisposisi dari onset dan
terjadinya OA pada sendi sinovial lumbal Kalichman et al, 2007.
2.3.6 Degradasi kolagen Tipe II