vii osteofit; namun, secara anatomi sendi faset merupakan sendi synovial satu satunya pada
tulang belakang yang memiliki proses patologis yang sama dengan sendi pada umumnya Goode et al, 2013.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi dan Terminologi
Osteoarthritis OA merupakan istilah yang pertama kali dicetuskan oleh John Spender pada tahun 1886. Arthritis deformans yang dicetuskan oleh Heine pada tahun 1926,
digunakan sebagai sinonim OA di Eropa selama beberapa tahun. Mereka tidak memberikan informasi tentang proses patologis yang mendasari kelainan tersebut. Perubahan tulang
rawan artikular tidak dijelaskan sampai akhirnya Bennett, Waine, dan Bauer melakukan
viii investigasi pada tahun 1942. Johnson menemukan konsep bahwa OA merupakan proses
dekompensasi remodeling sendi sebagai respon terhadap stress biomekanikal kronis. Pandangan itu masih tetap dipakai hingga sekarang.
Walaupun sering disebut dengan penyakit hilangnya tulang rawan artikuler dan hipertrofi tulang, prosesnya mencangkup sendi secara keseluruhan, termasuk tulang
subkondral, tulang rawan, ligament, kapsul, sinovium, dan otot paraspinal dan jaringan lunak periartikuler. OA sendi faset sering berhubungan dengan penyakit degenerasi diskus
Gellhorn et al, 2013. Salah satu definisi OA pada saat ini memperhitungkan perubahan morfologi,
biokimia, molekul dan biomekanikal dari sel dan matrik yang menyebabkan terjadinya penipisan, fibrilasi, ulserasi dan hilangnya fungsi tulang rawan artikular, sklerosis dan
eburnasi dari tulang subkondral, pembentukan osteofit dan kista subkondral Moskowitz, 2007.
2.2 Anatomi dan Biomekanika
Lumbal spine dibentuk oleh lima vertebra, L1-L5. Korpus vertebranya besar dan berbentuk seperti ginjal bila dilihat dari superior, lebih lebar pada dimensi mediolateral dibandingkan
dengan dimensi anteroposterior. Seperti halnya regio yang lain pada spinal, korpus vertebra ukurannya semakin besar menuju ke arah sacrum. Hal ini berhubungan dengan peningkatan
beban dari berat badan yang ditumpunya. Pedikelnya berbentuk oval dan lebar dibandingkan dengan regio thorakal. Oleh sebab itu, pedikel lumbal sering dipakai sebagai
titik fiksasi dari skrew. Prosesus tranversusnya tidak sebesar pada regio thorakal. Prosesus spinosusnya besar, berbentuk kotak dan horizontal. Foramen vertebranya lebar dan
berbentuk segitiga, mirip dengan regio servikal. Hal ini menyediakan ruang yang cukup bagi kauda equina dan akar akar saraf yang mengontrol fungsi extremitas bawah. Foramen
ix intervertebralisnya panjang dan akar akar saraf menempati sekitar 33 dari total
diameternya Schnuerer et al, 2011. Anatomi lumbal spine dapat dilihat pada gambar 1 dibawah.
Anatomi dan biomekanik sendi faset zygapophyseal lumbal sangat baik dijelaskan dengan framework of Kirkaldy-Willis dan tiga tahap degenerasi spinal oleh Farhan yang
dideskripsikan pada tahun 1983. Tiap segmen spinal terdiri dari diskus intervertebralis di bagian anterior dan sepasang sendi faset di
Gambar 1. Anatomi Lumbal Spinalis
bagian posterior membentuk komplek tiga sendi Gambar 2. Diskus dan dua sendi faset secara progresif melalui tahap disfungsi, mikro dan makro instabilitas, dan akhirnya
stabilisasi; dimana satu sendi mempengaruhi 2 sendi yang lain. Perubahan degeneratif pada pada satu sendi mempengaruhi biomekanika dari semua komplek Varlotta et al, 2010.
x
Gambar 2. Anatomi sendi faset dan diskus intervertebralis. Pada setiap level spinal, sepasang sendi faset membentuk kompleks tiga sendi atau
spinal motion segment
Sendi faset lumbal zygapophyseal berjumlah sepasang, sendi synovial yang sebenarnya yang terdiri dari artikulasi posterolateral antara level vertebra. Gambar 3.
Setiap sendi terdiri dari prosesus artikularis superior yang besar, menghadap ke posterior dan medial dengan permukaannya yang cekung dari vertebra di bawahnya dan prosesus
artikularis inferior yang menghadap ke arah anterior dan lateral dari vertebra di atasnya. Morfologi tiap sendi berbentuk kirs-kira seperti huruf
“C” dan “J”. Sendi faset lumbal mengandung tulang rawan hialin, membran sinovial, kapsul fibrus, dan ruang sendi dengan
kapasitas 1 sampai 2 ml. Keberadaan meniskus meniscoids pada sendi faset lumbal telah banyak ditekankan pada beberapa publikasi. Meniskus tersebut berfungsi untuk
mengkompensasi inkonruitas permukaan sendi dan mengisi ruang yang kosong Kalichman et al, 2007.
xi
Gambar 3. Sendi faset lumbal. IAP, inferior articular process; SAP, superior articular process; cart, articular cartilage; men, meniscus
Mobilitas lumbal paling besar pada saat pergerakan fleksiekstensi mobilitas kumulatif pada segmen L1-L5: 57
o
dan terbatas selama lateral bending L1-L5: 26
o
dan rotasi aksial L1-L5: 8
o
seperti pada gambar 4 dibawah ini. Pergerakan fleksiekstensi lumbal spinalis yang memiliki jangkuan yang luas menyebabkan gap fisiologis pada sendi
faset pada fase akhir gerakan, dan hal ini dapat mengakibatkan tekanan yang maksimal pada tepi bawah faset inferior selama ekstensi dan tepi atas faset superior selama fleksi
Gambar 5. Pada posisi berdiri tegak,sendi faset antara L5 dan sacrum menerima beban ke arah depan yang berkelanjutan oleh karena adanya lordosis lumbal Gambar 6.
Gambar 4. Pergerakan lumbal spinalis. A Fleksi side lateral. B Fleksiekstensi. C Rotasi
xii
Gambar 5. Gambaran skematis menunjukkan titik kontak antara faset superior dan inferior selama pergerakan fleksiekstensi. Faset superior mengalami kerusakan terutama pada bagian superior selama
fleksi, A faset inferior memberikan tekanan maksimal. Faset inferior mengalami kerusakan tulang rawan pada bagian superior dan inferior selama ekstensi.
Selama fleksi beban ini meningkat dan dialami juga oleh level spinal di atas L5-S1. Pada segmen bawah spinal, beban ini lebih besar karena berat badan yang lebih besar di atas
level ini dan juga karena sumbu panjang dari pusat massa tubuh. Oleh sebab itu, peningkatan area kartilagenus pada sendi faset segmen lumbal bawah adalah normal
sebagai konsekuensi dari Wolf’s law Tisher et al, 2006Kalichman et al, 2007.
xiii
Gambar 6. Beban pada sendi faset lumbal pada posisi berdiri tegak.
Rotasi aksial vertebra lumbal terjadi di sekitar aksis longitudinal yang melewati sepertiga korpus vertebra bagian posterior dan diskus intervertebralis. Selama rotasi ini,
elemen-elemen posterior vertebra superior yang bergerak ke arah lateral, berlawanan dengan arah dari rotasi tersebut. Dengan pergerakan ini, prosesus artikularis inferior dari
vertebra ini akan membentur prosesus artikularis superior vertebra di bawahnya Gambar 7. Mekanisme hambatan rotasi aksial ini melindungi diskus intervertebralis dari torsi yang
berlebihan Tisher et al, 2006Kalichman et al, 2007.
xiv
Gambar 7. Rotasi lumbal spinalis. Prosesus artikularis inferior vertebra superior berwarna abu-abu membentur prosesus artikularis superior vertebra inferior pada rotasi aksial.
Diskus intervertebralis lumbal yang sehat mendistribusikan stress kompresi dan kompresi eksentrik yang sama pada end platenya. Horst dan Brinckmann
mendemonstrasikan diskus yang mengalami degenerasi menerima stress kompresi eksentrik yang asimetris. Apa yang memulai terjadinya degenerasi diskus masih belum
jelas, namun beberapa abnormalitas pada morfologi diskus mendahului proses degenerasi. Sejalan dengan proses degenerasi yang terjadi pada diskus intervertebralis karena proses
penuaan dan cedera mikro yang berulang, serat anular terluar mulai mengalami fragmentasi, memindahkan lebih banyak beban ke posterior melalui komplek tiga sendi,
menyebabkan pergerakan sendi faset yang berlebihan. Dalam kondisi normal, antara 3 dan 25 beban segmental ditransmisikan pada sendi faset, presentase ini meningkat
sampai dengan 47 pada sendi yang mengalami degenerasi Tisher et al, 2006. Selain diskus intervertebralis dan struktur tulang dari sendi faset, kapsul faset juga
memiliki peran mencegah gerakan sendi yang berlebihan. Tebal kapsul normal kurang lebih 1 mm dan melekat 2 mm dari tepi artikuler. Kapsul membantu membatasi rotasi
aksial seperti halnya pergeseran ke belakang pada saat ekstensi. Walaupun pada awalnya perubahan degeneratif tulang rawan sendi menyebabkan gerakan sendi faset yang
xv abnormal atau hipermobilitas sendi, namun pada akhirnnya akan menstabilkan segmen
spinal dan membatasi gerakan yang berlebihan. Tischer dan kawan kawan mendapatkan prevalensi tinggi dari defek tulang rawan pada sendi faset lumbal cadaver dibandingkan
dengan pembentukan osteofit. Defek ini ditemukan pada tepi lateral dari faset superior dimana kapsul dorsal melekat pada tempat terjadinya stress yang berlebihan terutama pada
proses degeneratif lanjut. Rotasi segmental yang berlebihan akan meregangkan bagian posterior dari kapsul sendi yang kontralateral menyebabkan pembentukan spur tulang
sebagai upaya membatasi pergerakan abnormal Varlotta et al, 2010.
2.3 Etiologi dan Faktor Resiko