2.3.3 Intervensi farmakologis diabetes melitus
Dalam konsensus pengelolaan dan pencegahan DM tipe 2 di Indonesia 2011, pe- natalaksanaan dan pengelolaan DM dititikberatkan pada 4 pilar penatalaksanaan DM,
yaitu: edukasi, terapi gizi medis, latihan jasmani dan intervensi farmakologis Perkeni, 2011.
2.4 Sel Punca
Perkembangan sel punca di dunia medis dimulai sejak tahun 1950-an, yaitu ketika ditemukannya sel-sel penyusun sumsum tulang yang mampu membentuk seluruh
jenis sel darah dalam tubuh manusia. Secara etimologi, sel punca dapat diartikan se- bagai sel yang menjadi awal mula dari pertumbuhan sel lain yang menyusun kese-
luruhan tubuh organisme, termasuk manusia. Selain itu, sel punca juga merupakan awal dari pertumbuhan berbagai jenis sel penyusun tubuh. Dalam bahasa Indonesia,
kata punca berarti awal mula. Makna yang terkandung dalam kata sel punca, semakin diteguhkan dengan penemuan keberadaan sel punca pada awal kehidupan manusia,
yaitu saat masih embrio. Hal ini tentu semakin menegaskan bahwa sel punca adalah sel yang menjadi awal mula terbentuknya 200 jenis sel yang menyusun tubuh Halim
dkk., 2010.
2.4.1 Karakteristik sel punca
Supaya dapat dikategorikan sebagai sel punca, suatu sel harus memiliki beberapa karakteristik, yaitu:
1. Belum berdiferensiasi undifferentiated, yaitu belum memiliki bentuk dan
fungsi spesifik layaknya sel-sel lain pada organ tubuh Halim dkk.,2010. 2.
Mampu memperbanyak diri sendiri self renewal, yang berarti bahwa sel pun- ca dapat melakukan replikasi dan menghasilkan sel-sel yang mempunyai
karakteristik sama dengan sel induknya. Populasi sel punca dalam tubuh terja- ga dengan kemampuannya memperbanyak diri sendiri. Kemampuan ini dapat
dilakukan berulang kali, bahkan diduga tidak terbatas. Selain itu, kemampuan ini juga dipertahankan dalam jangka waktu yang panjang Halim dkk., 2010.
3. Berdiferensiasi menjadi lebih dari satu jenis sel multipoten atau pluripoten;
bersifat pluripoten apabila stem cell mampu berdiferensiasi menjadi sel tubuh apa pun yang berasal dari ketiga lapisan embrional ektoderm, mesoderm, dan
endoderm; dan sel punca bersifat multipoten apabila mampu berdiferensiasi menjadi beberapa jenis sel yang biasanya berada dalam satu golongan serupa,
misalnya sel-sel sistem hematopoietik atau sistem saraf Halim dkk.,2010.
2.4.2 Jenis sel punca
Berdasarkan tingkat maturasi tubuh yang menjadi sumber keberadaannya, secara praktis sel punca dibagi menjadi dua jenis, yaitu sel punca embrionik embryonic
stem cell dan sel punca dewasa adult stem cell Halim dkk., 2010. 2.4.2.1 Sel punca embrionik embryonic stem cell
Sel punca embrionik adalah sel punca yang didapatkan saat perkembangan indi- vidu masih berada dalam tahap embrio. Lebih tepatnya, sel punca ini adalah massa sel
dalam inner cell mass yang terdapat dalam blastosis. Inner cell mass terbentuk saat embrio berusia 3-5 hari, yaitu saat blastosis terbentuk dan akan mengimplantasikan
dirinya ke dalam dinding rahim. Dalam tahap perkembangan selanjutnya, sel-sel ini akan berdiferensiasi menjadi sel-sel yang lebih dewasa, yang memiliki kemampuan
proliferasi dan diferensiasi yang lebih rendah dibandingkan sel punca embrionik. Sel punca embrionik merupakan awal dari seluruh jenis sel dalam tubuh manusia. Sel
punca embrionik tergolong sebagai sel punca yang bersifat pluripoten. Selain sifatnya yang pluripoten, sel punca embrionik juga memiliki daya proliferasi yang tinggi, te-
lomer yang panjang, dan aktivitas enzim telomerase yang tinggi Halim dkk., 2010. 2.4.2.2 Sel punca dewasa adult stem cell
Sel punca dewasa adalah sel punca yang ditemukan di antara sel-sel lain yang telah berdiferensiasi, dalam suatu jaringan yang telah mengalami maturasi. Dengan
kata lain, sel punca dewasa adalah sekelompok sel yang belum berdiferensiasi, bahkan terkadang ditemukan dalam keadaan inaktif, pada suatu jaringan yang telah
memiliki fungsi spesifik dalam tubuh individu. Saat ini hampir seluruh jaringan dan organ tubuh yang telah matur, terbukti mengandung sel punca dewasa. Oleh karena
itu, penggolongan sel punca dewasa dilakukan berdasarkan organ atau golongan sel yang akan menjadi alur diferensiasinya, seperti sel punca hematopoietik, sel punca
jantung, sel punca jaringan saraf neural stem cell, sel punca mesenkimal, sel punca kulit, dan sebagainya Halim dkk., 2010.
Beberapa contoh alur diferensiasi dari sel punca dewasa: 1.
Sel Punca Hematopoietik Adalah sel yang mampu membentuk seluruh progenitor sel darah,
demi terselenggaranya hematopoiesis dan fungsi imun tubuh. Dengan demikian, sel ini bisa dikatakan sebagai induk dari segala jenis sel
darah yang beredar dalam tubuh manusia. Sel punca hematopoietik merupakan hasil dari diferensiasi hemangioblast, yang juga dapat ber-
diferensiasi menjadi progenitor sel endotel. Oleh karena itu, sel punca hematopoietik memiliki beberapa kesamaan sifat, terutama dalam hal
ekspresi protein permukaan, dengan progenitor sel endotel. Sel punca hematopoietik mampu berdiferensiasi menjadi seluruh jenis sel darah,
seperti eritrosit, trombosit, monosit, neutrofil, basofil, eosinofil, lim- fosit B, limfosit T, dan natural killer NK cell Halim dkk., 2010
2. Sel Punca Jaringan Saraf Neural:
Mampu berdiferensiasi menjadi tiga golongan utama sel saraf, yaitu astrost, oligodendrosit, dan neuron. Selain itu, sel punca jaringan
saraf juga mampu berdiferensiasi menjadi kelompok sel saraf yang memiliki aktivitas dopaminergik Halim dkk., 2010.
3. Sel Punca Jaringan Kulit:
Sel punca yang banyak ditemukan di stratum basalis epidermis kulit dan dasar folikel rambut ini, mampu berdiferensiasi menjadi
keratinosit, dan sel penyusun lapisan epidermis kulit Halim dkk., 2010.
4. Sel Punca Mesenkimal:
Mampu berdiferensiasi menjadi osteosit, kondrosit, adiposit, dan berbagai jenis sel penyusun jaringan ikat Halim dkk., 2010.
5. Sel Punca Jantung:
Mampu berdiferensiasi menjadi tiga jenis sel utama penyusun or- gan jantung, yaitu endotel, kardiomiosit, dan sel otot polos Halim
dkk., 2010. Khusus untuk sel punca dewasa, walaupun telah disebutkan sebelumnya bahwa
potensi diferensiasi yang telah dimilikinya hanya tergolong multipotent, namun jurnal-jurnal ilmiah beberapa tahun terakhir ini: menyatakan bukti dapat terjadinya
transdiferensiasi Halim dkk., 2010.
2.4.3 Homing