1.6 Ruang lingkup penelitian
Penelitian ini dilaksanakan oleh mahasiswa program matrikulasi S1 program Ilmu Kesehatan Masyarakat. Ruang lingkup penelitian ini yaitu ilmu
promosi kesehatan yang mencakup upaya advokasi di bidang kesehatan, yaitu upaya untuk mempengaruhi lingkungan masyarakat atau pihak lain agar
mengembangkan kebijakan yang berwawasan kesehatan. Penelitian dilakukan untuk mengetahui mengenai penerapan awig-awig kawasan tanpa rokok di Desa
Pakraman Selat Kabupaten Gianyar. Pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan maret sampai dengan mei 2016.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Perokok
2.1.1 Definisi Perokok
Perokok adalah seseorang yang suka merokok, disebut perokok aktif bila orang tersebut yang merokok secara aktif, dan disebut perokok pasif bila orang
tersebut hanya menerima asap rokok saja, bukan melakukan aktivitas merokok sendiri KBBI, 2014. Definisi lain dari perokok adalah mereka yang merokok
setiap hari untuk jangka waktu minimal enam bulan selama hidupnya masih merokok saat survei dilakukan Octafrida M, D, 2011.
Bustan, M.N.,2007, membagi perokok atas tiga kategori, yaitu ringan 1-10 batang perhari, sedang 11-20 batang perhari dan berat lebih dari 20
batang perhari. Klasifikasi perokok juga dapat ditentukan oleh Indeks Brinkman IB dengan rumus: jumlah rata-rata konsumsi rokok perhari batang x lama
merokok tahun, dengan hasil ringan 0-199, sedang 200-599 dan berat 600.
2.1.2 Kategori Perokok
Menurut Syafiie 2009 ada empat tipe kategori kondisi merokok, yaitu 1.
Kondisi perokok yang dipengaruhi oleh perasaan positif. Terdapat tiga sub tipe perokok yang menjadikan rokok sebagai penambah kenikmatan yang sudah
didapat, seperti merokok setelah makan atau minum kopi, merokok untuk sekedar menyenangkan perasaan, dan suatu kenikmatan seorang perokok saat
memegang rokoknya.
2. Kondisi merokok yang dipengaruhi oleh perasaan negatif. Perokok merokok
saat marah, cemas dan gelisah. Rokok dianggap sebagai penyelamat. 3.
Kondisi merokok yang adiktif. Mereka yang sudah adiksi, akan menambah dosis rokok yang digunakan setiap saat setelah efek dari rokok yang dihisapnya
berkurang. 4.
Kondisi merokok yang sudah menjadi kebiasaan. Mereka menggunakan rokok bukan karena untuk mengendalikan perasaan, tetapi karena benar-benar sudah
menjadi kebiasaannya rutin. Ia menghidupkan api rokoknya bila rokok yang sebelumnya telah benar-benar habis.
2.1.3 Tahapan menjadi perokok
Menurut Laventhal Cleary 1980, Flay 1993 dalam Syafiie,R. 2009 tahapan seseorang dapat menjadi perokok tetap adalah dengan melewati
empat tahapan. Tahap pertama disebut sebagai tahap persiapan, dimana sebelum seseorang mencoba rokok, melibatkan perkembangan perilaku dan intensi tentang
merokok dan bayangan tentang apa rokok itu. Pada tahapan kedua disebut dengan tahapan inisiasi initiation. Dalam tahap kedua ini akan terjadi reaksi tubuh saat
seseorang mencoba rokok pertama kali berupa batuk, berkeringat. Hal ini sebagian besar diabaikan dan semakin mendorong perilaku adaptasi terhadap
rokok. Selanjutnya tahapan ketiga adalah fase menjadi perokok. Pada tahapan
ini melibatkan suatu proses „concept formation‟, seseorang belajar kapan dan
bagaimana merokok dan memasukkan aturan-aturan perokok ke dalam konsep dirinya. Tahapan terakhir telah menyatakan seseorang menjadi perokok tetap.
Dalam tahapan ini terjadi disaat faktor psikologi dan mekanisme biologis bergabung yang semakin mendorong perilaku merokok.
2.1.4 Alasan Merokok
Menurut Sadikin,dkk. 2008 alasan seseorang merokok dapat dipengaruhi berbagai macam hal. Alasan yang sering dijadikan seseorang memilih
merokok adalah khawatir tidak diterima di lingkungannya jika tidak merokok. Kedua adalah adanya rasa ingin tahu bagaimana menghisap rokok dan sensasinya
seperti apa. Alasan ini banyak dikemukakan oleh kalangan muda, terutama perokok wanita. Alasan selanjutnya yang sering dikemukakan oleh perokok pria
adalah untuk kesenangan. Dengan merokok para pria ini merasa dapat menghilangkan kepenatan dan ketegangan didalam pikirannya. Merokok dapat
menjadi hiburan atas masalah yang sedang dihadapinya. Alasan
lainnya sering
diutarakan perokok
adalah pergaulan
dilingkungannya baik di tempat kerja, sekolah, ataupun dirumahnya. Memiliki pergaulan dengan orang yang dominan adalah perokok akan sangat mudah
mempengaruhi seseorang menjadi perokok pemula. Memutuskan untuk ikut merokok karena alasan ingin menyenangkan teman atau membuat suasana
menjadi lebih akrab. Alasan terakhir adalah adanya budaya atau tradisi merokok yang berlaku didaerahnya. Tradisi seperti di bali sendiri yang selalu menyuguhkan
rokok saat upacara keagamaan pada tamu adalah sebagai wujud rasa hormat atau menghargai kehadiran tamu.
2.2. Kawasan Tanpa Rokok