63
Hal ini serupa dengan apa yang dikatakan Rifki 18 tahun : “gambar itu mu
ngkin saja benar tapi sepenuhnya saya belum terlalu percaya karena saya belum melihatnya secara langsung di kehidupan
saya. Kalau hanya sekedar gambar itu tidak membuat saya takut dan
jijik. Saya akan takut dan jijik ketika saya melihatnya secara langsung” Suprapto menambahi dengan berkata :
“ya saat saya membeli dan diberi kemasan saya memang takut dan jijik,
gambarnya tidak sepatutnya dipasang di kemasan rokok. Saya tidak tahu apakah gambar itu benar atau tidak khususnya untuk gambar
penyakitnya karena sudah beberapa puluh tahun saya merokok saya tidak menemukan orang yang merokok di lingkungan saya mengalami
sakit seperti itu, saya sendiri juga tidak pernah sakit selama ini. Paling
hanya sekedar batuk tapi tidak lama”
2. Opini konsumen rokok mengenai sikap mereka yang tetap merokok.
Konsumen mengutarakan opini dalam menanggapi pertanyaan mengapa mereka tetap merokok dan hal apa yang mereka lakukan untuk
menghilangkan rasa jijik dan takut dengan gambar bahaya merokok. Konsumen rokok mempunyai pengalaman dan pengetahuan tentang merokok
sejak lama dan hal ini memunculkan suatu kepercayaan dalam diri konsumen rokok. Pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki konsumen rokok tersebut
yaitu seperti mengetahui bahwa banyak orang di dunia khususnya Indonesia yang menjadi perokok aktif dan konsumen rokok itu hanya menemui
beberapa kasus seorang perokok mengalami sakit seperti pada gambar di kemasan rokok hingga parah di sekitar lingkungan mereka, bahkan mungkin
tidak menjumpai kasus tersebut. Hal ini menyebabkan konsumen rokok lebih
64
percaya dengan fakta disekitar mereka dari pada informasi yang mereka dapat melalui iklan dalam kemasan rokok.
Dari tingkat kepercayaan konsumen rokok tersebut memunculkan perilaku dan sikap konsumen rokok saat melakukan kegiatan merokok.
Seperti yang ada dalam teori persepsi, konsumen rokok seakan menghindari informasi yang tidak mereka percaya dengan pengetahuan mereka tentang
informasi dan pengalaman disekitar mereka. Konsumen rokok berpendapat bahwa ada beberapa perilaku yang mereka lakukan untuk menhilangkan rasa
jijik dan takut seperti merobek gambar bahaya merokok yang ada dalam kemasan rokok, mengganti kemasan rokok dengan plastik atau tempat lain,
membeli rokok yang kemasannya dari kaleng walaupun harganya agak mahal dan memilih gambar yang ada dalam kemasan rokok. Seperti apa yang
dikatakan Suprapto : “Saya memilih membeli eceran dan saya memiliki wadah sendiri untuk
menaruh batang rokok saya. Tapi apabila saya membeli satu pack dengan bungkusnya biasanya saya pindahkan isinya atau saya memilih
gambar yang menggendo
ng bayi atau asap tengkorak” Hal ini juga di ungkapkan oleh Wahyu 32 tahun :
“untuk mengurangi rasa jijik saya biasanya memilih gambar yang
menggendong bayi atau asap tengkorak. Kalau tidak biasanya saya merobek gambarny
a” Ini juga dilakukan oleh Pungki, dia mengatakan:
“walaupun saya jijik tapi tidak mengurangi saya merokok, toh hanya
sekedar gambar, balik lagi saya belum pernah melihat aslinya. Selain itu saya bisa merobek gambarnya, sehingga saya tidak lagi melihat gambar
itu atau saya bisa memilih gambar yang tidak terlalu menjijikan”.
65
Beberapa konsumen rokok yang peneliti jumpai sebenarnya merasa jijik dan takut ketika melihat gambar bahaya merokok dalam kemasan rokok. Tapi
hanya sekedar itu. Mereka tetap melakukan kegiatan merokok. Untuk menghilangkan rasa jijik dan takut mereka melakukan beberapa hal tadi.
Namun ada juga yang merasa biasa saja saat melihat kemasan rokok itu. Sehingga dia tetap mengkonsumsi rokok seperti biasa.
Salah satu konsumen rokok bernama Yeyen 19 tahun mengatakan bahwa dia „
cuek
‟ atau acuh tak acuh terhadap gambar dalam kemasan rokok dan itu yang membuat dia mengurangi rasa jijik dan takut terhadap gambar
bahaya merokok. “hal yang saya lakukan adalah saya „cuekin‟ gambar itu, „didiemin aja‟
ada gambar gak ada gambar bagi saya sama saja” Berbeda lagi dengan konsumen rokok bernama Ifki 18 tahun, dia
mengganti bungkus rokok dengan bungkus yang dia buat sendiri sehingga dia tidak melihat lagi gambar bahaya merokok tersebut.
“saya menyiapka
n wadah khusus rokok untuk memindahkan isi rokoknya agar saya tidak terus-
terusan melihat gambar itu” Alasan mereka merokok dan tetap merokok sampai saat ini setelah
dipasangnya gambar bahaya merokok sebenarnya hal yang „
simple
‟ yaitu karena sudah terbiasa merokok. Pada awalnya mereka mengatakan kalau
merokok untuk pencitraan mereka seperti yang dikatakan oleh Pungki 19 tahun:
66
“
aku ngrokok biar gaul mas, dulu diejekin temen karena gak ngrokok tapi sekarang udah jadi kebiasaan, nek ora ngrokok ki lambene kecut
mas
11
” . Sama halnya dengan responden lain. Mereka merokok karena sudah
menjadi kebiasaan mereka selama bertahun-tahun. Satu hal yang menurut mereka bisa mengurangi merokok hanyalah kesibukan dan kemampuan beli.
Seperti yang dikatakan yeyen : “
saya merokok karena sudah terbiasa, dan pada awalnya saya coba- coba tapi karena saya merasa enak saya jadi terbiasa dan apapun yang
terjadi saya akan tetap merokok, satu-satunya hal yang bisa mengurangi rokok hanyalah kesibukan saya, karena saat sibuk saya lupa dengan
rokok” hal itu sebenarnya merupakan efek dari sebuah rokok yaitu
addicted
atau menyebabkan kecanduan. Sering sekali perokok mengucapkan “
bar mangan nek ra ngrokok ki kecut
”
12
yang menjadi membudaya di kalangan perokok. Seorang perokok merasa kurang kalau mereka tidak merokok dalam sehari.
Konsumen rokok juga mengatakan bahwa rokok bisa membuat mereka lebih santai dan juga menghilangkan stres saat mereka bekerja atau banyak pikiran.
Seperti yang dikatakan Suprapto : “saya tetap merokok karena terbi
asa, saat saya merokok itu dapat membuat saya santai. Saat ngobrol dengan orang rokok buat saya
nyaman”. Hal ini juga diungkapkan oleh Rifki Nugroho :
“bagi saya merokok dapat mengurangi rasa stres dapat membuat saya
lebih nyaman saat pikiran saya penuh. Itu yang menyebabkan saya tetap
merokok”
11
Bahasa jawa “kalau tidak merokok itu mulutnya jadi asam”
12
Bahasa jawa yang artinya selesai makan kalau tidak merokok itu rasanya asam kurang sedap
67
Sama halnya dengan Wahyu, dia mengatakan : “Bagi saya merokok adalah pelengkap keseharian saya, pelepas lelah
dan stres saat bekerja, tentunya saat istirahat kerja. Rokok sudah
menjadi kebiasaan.” Bagi mereka konsumen rokok pemasangan gambar bahaya merokok
kurang efektif. Yeyen 19 tahun yang sudah mengkonsumsi rokok selama 8 tahun mengaku bahwa ada gambar bahaya merokok atau tidak ada gambar
bahaya merokok tidak mempengaruhi dia dalam merokok. Dia juga berkata bahwa gambar tersebut dilebih-lebihkan sehingga kurang bisa mempengaruhi
konsumen rokok untuk mengurangi atau berhenti merokok dan tetap merokok sampai saat ini. Seperti yang dikatakan oleh Wahyu :
“Pemasangan gambar itu menurut saya tidak efektif walaup
un memang membuat saya jijik. Seharusnya pemerintah tutup saja pabriknya dan itu
pasti menjadi dilema karena saya pernah mendengar dari seorang sales
rokok yang mengatakan „rokok ini menghidupi kam
i
‟ dan itu
berlawanan dengan salah satu peringatan rokok y
aitu „rokok membunuhmu‟.”
Hal ini juga serupa dengan apa yang dikatakan Pungki : “Anehnya pemerintah memasang gambar bahaya merokok tapi tidak
menghentikan produksinya” Rifki juga mengatakan :
“Peraturan pemerintah itu hanya setengah
-setengah, gambar bahaya merokok itu hanya menakut-nakuti perokok, tapi perokok hanyalah
perokok, mereka akan selalu tetap merokok dalam keadaan apapun. Mungkin yang akan menghentikan perokok adalah tidak adanya pabrik
rokok di muka bumi ini” Konsumen rokok hanya berfikir mereka akan benar-benar berhenti jika
benar-benar melihat efek akibat dari merokok di depan mereka. Selain itu
68
yang menghentikan mereka untuk tidak merokok hanyalah diri mereka sendiri dan musnahnya rokok di muka bumi ini.
3. Teori persepsi dalam Opini Konsumen rokok terhadap iklan dalam