Data Waktu Sinyal dan Kapasitas SIG IV Panjang Antrian, Jumlah Kendaraan Terhenti, Tundaan SIG V

commit to user 69 3. Waktu Merah Semua Dapat dimasukkan dalam rumus sebagai berikut: Merah semua =

e. Waktu Hilang

Waktu hilang LTI merupakan jumlah semua periode antar hijau dalam siklus yang lengkap det. Waktu hilang total LTI dapat dihitung dengan waktu merah semua total ditambah dengan waktu kuning.

f. Data Waktu Sinyal dan Kapasitas SIG IV

Keterangan: Kolom 1 : Pendekat Utara, Selatan, Timur dan Barat. Kolom 2 : Nomor dari fase yang masing-masing pendekat atau geraknya mempunyai nyala hijau. Kolom 3 : Tipe dari setiap pendekat, terlindung P atau terlawan O. Kolom 4 : Rasio kendaraan berbelok kiri langsung PLTOR. Kolom 5 : Rasio kendaraan berbelok kiri PLT. Kolom 6 : Rasio kendaraan berbelok kanan PRT. Kolom 7 : Arus lurus arah dari. Kolom 8 : Arus lurus arah dalam. Kolom 9 : Lebar efektif WE m. Kolom 10 : Nilai dasar SO Untuk tipe arus terlindung P SO = 600 x WE Sedangkan untuk arus terlawan O dapat dicari dengan menggunakan grafik MKJI. Kolom 11 : Tipe pendekat ukuran kota FCS dapat dilihat dalam table 2.4. Kolom 12 : Tipe pendekat hambatan samping FSF. Kolom 13 : Tipe pendekat kelandaian FG dapat dilihat dalam grafik 2.6. Kolom 14 : Tipe pendekat parkir FP dapat dilihat dalam grafik 2.7. dan dapat dicari dengan rumus: Kolom 15 : Tipe pendekat terlindung belok kanan FRT dapat dilihat dalam grafik 2.9. Kolom 16 : Tipe pendekat terlindung belok kanan FLT dapat dilihat dalam grafik 2.8. Kolom 17 : Nilai arus jenuh yang disesuaikan S dapat dihitung dengan rumus: S = So x Fcs x F SF x F G x Fp x F RT x F LT smp jam hijau Kolom 18 : Arus lalu lintas Q smpjam. Kolom 19 : Rasio arus FR, dihitung dengan rumus: FR = QS Kolom 20 : Rasio fase PR. Kolom 21 : Waktu hijau det. commit to user 70 Kolom 22 : Kapasitas C, dihitung dengan rumus: C = S x g c Kolom 23 : Derajat kejenuhan DS, dapat dihitung dengan rumus: DS = QC

g. Panjang Antrian, Jumlah Kendaraan Terhenti, Tundaan SIG V

Keterangan: Kolom 1 : Kode pendekat terdiri arah Utara, Selatan, Timur dan Barat. Kolom 2 : Arus lalu lintas Q smpjam. Kolom 3 : Kapasitas C, dihitung dengan rumus: C = S x g c Kolom 4 : Derajat kejenuhan DS, dapat dihitung dengan rumus: DS = QC Kolom 5 : Rasio hijau GR, dapat dihitung dengan rumus: GR = gc Kolom 6 : Jumlah kendaraan antri smp NQ1 yang tersisa dari fase hijau sebelumnya, dapat dihitung dengan rumus: NQ 1 = 0.25 x C x Untuk DS 0.5 ; selain dari itu NQ 1 = 0 Kolom 7 : Jumlah kendaraan antri smp NQ2 yang dating selama fase merah, dapat dihitung dengan rumus: Kolom 8 : Jumlah kendaraan antri yang tersisa dari fase hijau sebelumnya smp ditambah jumlah kendaraan antri yang dating selama fase merah, dapat dihitung dengan rumus: NQ = NQ1 + NQ2 Kolom 9 : Jumlah arus kendaraan antri max NQMAX, dapat dilihat dengan grafik 2.10. Kolom 10 : Panjang antrian dengan mengalikan luas rata-rata yang digunakan per smp 20m 2 . Kolom 11 : Angka henti masing-masing pendekat. Kolom 12 : Angka henti seluruh simpang dengan cara membagi jumlah kendaraan terhenti pada seluruh pendekat dengan arus simpang total. Kolom 13 : Tundaan lalu lintas rata-rata pendekat DT pengaruh timbal balik dengan gerakan-gerakan lainnya. Kolom 14 : Tundaan geometri rata-rata DG akibat perlambatan dan percepatan ketika menunggu giliran pada suatu simpang. Kolom 15 : Tundaan rata-rata smpjam, dapat dihitung dengan rumus: D = DT + DG Kolom 16 : Tundaan total smpjam, dapat dihitung dengan rumus: D x Q. commit to user 71 4.4.1 Simpang Gemblegan Surakarta Tabel 4.40. Geometri, Pengaturan Lalu Lintas, dan Lingkungan pada Simpang Gemblegan commit to user 72 Tabel 4.41. Arus Lalu Lintas Pagi commit to user 73 Tabel 4.42. Waktu Antar Hijau dan Waktu Hilang commit to user 74 Tabel 4.43. Penentuan Waktu Sinyal dan Kapasitas commit to user 75 Tabel 4.44. Panjang Antrian, Jumlah Kendaraan Terhenti dan Tundaan commit to user 76 4.4.1.1. Kinerja Simpang Gemblegan setelah desain ulang  Dengan menambah pelebaran pada beberapa kaki simpang Skenario ini dibuat berdasarkan kondisi asli pergerakan lalu lintasnya yang belok kiri langsung, tetapi juga melihat dari aturan yang benar bahwa belok kiri tidak diijinkan tanpa adanya rambu tambahan, maka penyusun mencoba untuk mengubah jumlah lajur asli dari dua lajur menjadi tiga lajur, maka dengan itu perlu ditambahkan pelebaran pada sisi luar yang bertujuan untuk kendaraan belok kiri langsung. Pelebaran dilakukan hanya pada arah pendekat Selatan, Timur dan Barat saja dengan rincian sebagai berikut pelebaran 2m SELATAN W A m W entry m W ltor m Eksiting 7,5 7,5 setelah pelebaran 9,5 3,75 2 pelebaran 2m TIMUR W A m W entry m W ltor m Eksiting 6,5 6,5 setelah pelebaran 8,5 3,25 2 pelebaran 2m BARAT W A m W entry m W ltor m Eksiting 7 7 setelah pelebaran 9 3,5 2 Hal yang perlu diubah dapat dilihat pada penjelasan dibawah ini a Pada tabel formulir SIG – I diubah pada kolom lebar pendekat yaitu pada kolom W entry dan W LTOR otomatis menjadi lebih besar bila dibandingkan dengan kondisi eksiting karena ditambah pelebaran .Pada kolom W LTOR yang pada kondisi eksiting lebar 2 meter diubah dengan menambah jumlah pelebaran. b Pada tabel SIG – II tidak terjadi perubahan. commit to user 77 c Pada tabel SIG – III perlu diubah pada kolom arus lalu lintas datang jarak datang – jarak berangkat karena terjadi perubahan pada W entry Sig – I yang mempengaruhi titik konflik kendaraan pada jarak datangnya. d Pada tabel SIG – IV diubah pada kolom 9 berisi lebar efektif W E berdasar pada sig – I, secara otomatis perhitungan akan berubah dengan sendirinya.Walaupun demikian tetap dilakukan pengecekan ulang secara manual. e Pada SIG – V akan berubah dan dihitung kembali untuk pengecekan Setelah dilakukan perhitungan ulang pada simpang Gemblegan Surakarta hasil perbandingaan dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 4.44.a. Resume hasil perbandingan perhitungan ulang simpang. Dari hasil perhitungan ulang diatas dengan pelebaran jalan pendekat dapat dilihat telah terjadi perubahan nilai yang menunjukan kinerja simpang Gemblegan Surakarta menjadi lebih baik. Hal tersebut dapat dilihat dari penurunan jumlah nilai Derajat kejenuhan DS,Panjang antrian QL maupun Tundaan rata rata D dari tiap tiap kaki simpangnya. Dari hasil perhitungan ulang pada simpang ini pada desain yang memiliki kinerja simpang yang lebih baik yaitu dengan mengubah pergerakan LTOR menjadi LT. commit to user 78 4.4.2 Simpang Gading Surakarta Tabel 4.45. Geometri, Pengaturan Lalu Lintas, dan Lingkungan pada Simpang Gading commit to user 79 Tabel 4.46. Arus Lalu Lintas Siang commit to user 80 Tabel 4.47. Waktu Antar Hijau dan Waktu Hilang commit to user 81 Tabel 4.48. Penentuan Waktu Sinyal dan Kapasitas commit to user 82 Tabel 4.49. Panjang Antrian, Jumlah Kendaraan Terhenti dan Tundaan commit to user 83 4.4.2.1. Kinerja Simpang Gading setelah desain ulang  Dengan menambah pelebaran pada beberapa kaki simpang Skenario ini dibuat berdasarkan kondisi asli pergerakan lalu lintasnya yang belok kiri langsung, tetapi juga melihat dari aturan yang benar bahwa belok kiri tidak diijinkan tanpa adanya rambu tambahan, maka penyusun mencoba untuk mengubah jumlah lajur asli dari dua lajur menjadi tiga lajur, maka dengan itu perlu ditambahkan pelebaran pada sisi luar yang bertujuan untuk kendaraan belok kiri langsung. Pelebaran dilakukan hanya pada arah pendekat Selatan dan Timur saja dengan rincian sebagai berikut pelebaran 2m SELATAN W A m W entry m W ltor m Eksiting 6 6 setelah pelebaran 8 3 2 pelebaran 2m TIMUR W A m W entry m W ltor m Eksiting 5,5 5,5 setelah pelebaran 7,5 2,75 2 Hal yang perlu diubah dapat dilihat pada penjelasan dibawah ini a Pada tabel formulir SIG – I diubah pada kolom lebar pendekat yaitu pada kolom W entry dan W LTOR otomatis menjadi lebih besar bila dibandingkan dengan kondisi eksiting karena ditambah pelebaran .Pada kolom W LTOR yang pada kondisi eksiting lebar 2 meter diubah dengan menambah jumlah pelebaran. b Pada tabel SIG – II tidak terjadi perubahan. c Pada tabel SIG – III perlu diubah pada kolom arus lalu lintas datang jarak datang – jarak berangkat karena terjadi perubahan pada W entry Sig – I yang mempengaruhi titik konflik kendaraan pada jarak datangnya. d Pada tabel SIG – IV diubah pada kolom 9 berisi lebar efektif W E berdasar pada sig – I, secara otomatis perhitungan akan berubah dengan commit to user 84 sendirinya.Walaupun demikian tetap dilakukan pengecekan ulang secara manual. e Pada SIG – V akan berubah dan dihitung kembali untuk pengecekan Setelah dilakukan perhitungan ulang pada simpang Gading Surakarta hasil perbandingaan dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 4.49.a. Resume hasil perbandingan perhitungan ulang simpang. Dari hasil perhitungan ulang diatas dengan pelebaran jalan pendekat dapat dilihat telah terjadi perubahan nilai yang menunjukan kinerja simpang Gemblegan Surakarta menjadi lebih baik. Hal tersebut dapat dilihat dari penurunan jumlah nilai Derajat kejenuhan DS,Panjang antrian QL maupun Tundaan rata rata D dari tiap tiap kaki simpangnya. Dari hasil perhitungan ulang pada simpang ini pada desain yang memiliki kinerja simpang yang lebih baik yaitu dengan mengubah pergerakan LTOR menjadi LT. commit to user 85 4.4.3 Simpang Baturono Surakarta Tabel 4.50. Geometri, Pengaturan Lalu Lintas, dan Lingkungan pada Simpang Baturono commit to user 86 Tabel 4.51. Arus Lalu Lintas Siang commit to user 87 Tabel 4.52. Waktu Antar Hijau dan Waktu Hilang commit to user 88 Tabel 4.53. Penentuan Waktu Sinyal dan Kapasitas commit to user 89 Tabel 4.54. Panjang Antrian, Jumlah Kendaraan Terhenti dan Tundaan commit to user 90 4.4.3.1. Kinerja Simpang Baturono setelah desain ulang  Dengan menambah pelebaran pada beberapa kaki simpang Skenario ini dibuat berdasarkan kondisi asli pergerakan lalu lintasnya yang belok kiri langsung, tetapi juga melihat dari aturan yang benar bahwa belok kiri tidak diijinkan tanpa adanya rambu tambahan, maka penyusun mencoba untuk mengubah jumlah lajur asli dari dua lajur menjadi tiga lajur, maka dengan itu perlu ditambahkan pelebaran pada sisi luar yang bertujuan untuk kendaraan belok kiri langsung. Pelebaran dilakukan hanya pada arah pendekat Utara Timur dan Barat saja dengan rincian sebagai berikut pelebaran 2m UTARA W A m W entry m W ltor m Eksiting 5,5 5,5 setelah pelebaran 7,5 2,75 2 pelebaran 2m TIMUR W A m W entry m W ltor m Eksiting 6 6 setelah pelebaran 8 3 2 pelebaran 2m BARAT W A m W entry m W ltor m Eksiting 5,5 5,5 setelah pelebaran 7,5 2,75 2 Hal yang perlu diubah dapat dilihat pada penjelasan dibawah ini a Pada tabel formulir SIG – I diubah pada kolom lebar pendekat yaitu pada kolom W entry dan W LTOR otomatis menjadi lebih besar bila dibandingkan dengan kondisi eksiting karena ditambah pelebaran .Pada kolom W LTOR yang pada kondisi eksiting lebar 2 meter diubah dengan menambah jumlah pelebaran. commit to user 91 b Pada tabel SIG – II tidak terjadi perubahan. c Pada tabel SIG – III perlu diubah pada kolom arus lalu lintas datang jarak datang – jarak berangkat karena terjadi perubahan pada W entry Sig – I yang mempengaruhi titik konflik kendaraan pada jarak datangnya. d Pada tabel SIG – IV diubah pada kolom 9 berisi lebar efektif W E berdasar pada sig – I, secara otomatis perhitungan akan berubah dengan sendirinya.Walaupun demikian tetap dilakukan pengecekan ulang secara manual. e Pada SIG – V akan berubah dan dihitung kembali untuk pengecekan Setelah dilakukan perhitungan ulang pada simpang Baturono Surakarta hasil perbandingaan dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 4.54.a. Resume hasil perbandingan perhitungan ulang simpang. Dari hasil perhitungan ulang diatas dengan pelebaran jalan pendekat dapat dilihat telah terjadi perubahan nilai yang menunjukan kinerja simpang Baturono Surakarta menjadi lebih baik. Hal tersebut dapat dilihat dari penurunan jumlah nilai Derajat kejenuhan DS,Panjang antrian QL maupun Tundaan rata rata D dari tiap tiap kaki simpangnya. Dari hasil perhitungan ulang pada simpang ini pada desain yang memiliki kinerja simpang yang lebih baik yaitu dengan mengubah pergerakan LTOR menjadi LT. commit to user 92 BAB 5 RENCANA ANGGARAN BIAYA DAN TIME SCHEDULE PADA ALTERNATIF

5.1. Analisa Perhitungan Volume Pekerjaan Untuk Simpang Gemblegan