PENGARUH WAKTU APLIKASI DAN DOSIS PUPUK MAJEMUK NPK PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI VARIETAS GROBOGAN
ABSTRACT
THE EFFECT OF APPLICATION TIME AND DOSAGE OF NPK COMPOUND FERTILIZER ON GROWTH AND YIELD SOYBEAN
GROBOGAN VARIETY
By Asep Suryana
The objective of this research was to study the effect of timing application and dosage of NPK compound fertilizer on growth and yield of soybean Variety Grobogan. The experiment was conducted in experimental plot, Faculty of Agricultural, Lampung University from October 2011 until January 2012. The treatment design was arranged in factorial design (3x5) on randomized complete design with 3 replication. The first factor was fertilizer application time (t) consisted of 1 week after planting (WAP) (t1), 1 WAP and 3 WAP (t2), 1 WAP, 3 WAP, and at full flowering (50% soybean crops in the experimental plot were flowering) (t3). The second factor was NPK dosage (p) consisted of 100 kg/ha (p1); 150 kg/ha (p2); 200 kg/ha (p3); 250 kg/ha (p4); and 300 kg/ha (p5). Data was analyzed by anova and continued by orthogonal comparison and orthogonal polynomial on α 0,05 and 0,01.
The result of this research showed that (1) the twice and third application of NPK compound fertilizer were better than once application on variables total legume number, fill legume number, grain weight per plot harvest, and soybean
production (t/ha) with each difference amounting to 5,29 %, 5,51 %, 6,08 %, and 6,21 % meanwhile for the other observation variables were not different. Twice and third application of NPK compound fertilizer were not different on all observation variables, (2) the response in growth and yield of soybean Variety Grobogan increased with increasing dosage of NPK up to 300 kg/ha on all observation variables, except the variable weights 100 grain soybean, and (3) the response in growth and yield of soybean Variety Grobogan to increasing dosage of NPK compound fertilizer was independent on the application time of NPK compound fertilizer that was applied.
(2)
ABSTRAK
PENGARUH WAKTU APLIKASI DAN DOSIS PUPUK MAJEMUK NPK PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI
VARIETAS GROBOGAN
Oleh Asep Suryana
Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh waktu aplikasi dan dosis pupuk majemuk NPK pada pertumbuhan dan hasil kedelai Varietas Grobogan.
Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Lampung, dari bulan Oktober 2011 sampai Januari 2012. Rancangan perlakuan disusun secara faktorial (3 x 5) dalam rancangan kelompok teracak sempurna dengan 3 kali ulangan. Faktor pertama adalah waktu aplikasi pupuk (t) yang terdiri dari 3 taraf waktu yaitu 1 minggu setelah tanam (MST) (t1), 1 MST dan 3 MST (t2), dan 1 MST ,3 MST, dan saat berbunga penuh (50% dari petak tanaman kedelai sudah berbunga) (t3). Faktor yang kedua adalah dosis pupuk majemuk NPK (p) yang terdiri dari 5 taraf yaitu 100 kg/ha (p1); 150 kg/ha (p2); 200 kg/ha (p3); 250 kg/ha (p4); dan 300 kg/ha (p5). Data dianalisis ragam dan dilanjutkan dengan perbandingan ortogonal dan ortogonal polinomial pada taraf α 0,05 dan 0,01.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) waktu aplikasi pupuk majemuk NPK dua dan tiga kali lebih baik daripada waktu aplikasi satu kali pada variabel jumlah polong total, jumlah polong isi, bobot biji per petak, dan hasil kedelai dengan selisih masing-masing 5,29 %, 5,51 %, 6,08 %, dan 6,21 % sedangkan pada variabel pengamatan yang lain tidak berbeda. Waktu aplikasi pupuk majemuk NPK dua dan tiga kali tidak berbeda pada semua variabel pengamatan; (2) Tanggapan dalam pertumbuhan dan hasil kedelai Varietas Grobogan meningkat seiring dengan peningkatan dosis pupuk majemuk NPK yang diberikan hingga 300 kg/ha berdasarkan semua variabel pengamatan, kecuali variabel bobot 100 butir kedelai yang tidak berbeda; dan (3) Tanggapan dalam pertumbuhan dan hasil kedelai Varietas Grobogan terhadap peningkatan dosis pupuk majemuk NPK tidak tergantung dari waktu aplikasi pupuk yang diterapkan.
(3)
PENGARUH WAKTU APLIKASI DAN DOSIS PUPUK MAJEMUK NPK PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI
VARIETAS GROBOGAN
(Skripsi)
Oleh Asep Suryana
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG 2012
(4)
PENGARUH WAKTU APLIKASI DAN DOSIS PUPUK MAJEMUK NPK PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI
VARIETAS GROBOGAN
Oleh ASEP SURYANA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PERTANIAN
Pada
Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG 2012
(5)
i
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1 Hubungan antara dosis pupuk NPK majemuk dan tinggi
tanaman kedelai. ... 25 2 Hubungan antara dosis pupuk NPK majemuk dan bobot
kering berangkasan tanaman kedelai. ... 27 3 Hubungan antara dosis pupuk NPK majemuk dan jumlah
cabang total tanaman kedelai. ... 29 4 Hubungan antara dosis pupuk NPK majemuk dan jumlah
cabang produktif tanaman kedelai. ... 30 5 Hubungan antara dosis pupuk NPK majemuk dan jumlah
polong total tanaman kedelai. ... 32 6 Hubungan antara dosis pupuk NPK majemuk dan jumlah polong
isi tanaman kedelai. ... 33 7 Hubungan antara dosis pupuk NPK majemuk dan bobot biji per
petak panen kedelai. ... 36 8 Hubungan antara dosis pupuk NPK majemuk dan hasil kedelai. . 37 9 Tata letak percobaan. ... 48
(6)
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL. ... v
DAFTAR GAMBAR. ... viii
PENDAHULUAN. ... 1
1.1Latar belakang dan masalah. ... 1
1.2Tujuan penelitian. ... 4
1.3Landasan teori. ... 4
1.4Kerangka pemikiran. ... 8
1.5Hipotesis. ... 12
II. TINJAUAN PUSTAKA. ... 13
2.1 Stadia pertumbuhan kedelai. ... 13
2.2Pemupukan. ... 15
2.3Pupuk majemuk NPK. ... 17
2.4Peran N, P, dan K dalam peningkatan hasil kedelai. ... 18
III. BAHAN DAN METODE. ... 20
3.1Tempat dan waktu penelitian. ... 20
3.2Bahan dan alat. ... 20
3.3Metode penelitian. ... 20
3.4Pelaksanaan penelitian. ... 21
(7)
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. ... 25
4.1Hasil Penelitian ... 25
4.1.1 Tinggi tanaman ... 25
4.1.2 Bobot kering berangkasan. ... 26
4.1.3 Jumlah cabang total. ... 28
4.1.4 Jumlah cabang produktif. ... 29
4.1.5 Jumlah polong total. ... 31
4.1.6 Jumlah polong isi. ... 32
4.1.7 Bobot 100 butir. ... 34
4.1.8 Bobot biji per petak panen. ... 34
4.1.9 Hasil kedelai. ... 36
4.2Pembahasan. ... 38
V. KESIMPULAN DAN SARAN. ... 42
5.1 Kesimpulan. ... 42
5.2 Saran. ... 43
DAFTAR PUSTAKA. ... 44 LAMPIRAN. ... 47-86
(8)
“Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ghaib di langit dan bumi. Dan Allah
maha melihat apa yang kamu kerjakan”
(Al Hujurat, 18)
“Mencari ilmu wajib bagi setiap muslim dan sesungguhya segala mahlukNya sampai ikan di laut akan momohon maghfiroh (ampunan kepada Allah) baginya
(pencari ilmu)”
(9)
MENGESAHKAN
I. TIM PENGUJI
Ketua : Ir. Niar Nurmauli, M.S. _______________
Sekretaris : Ir. Yayuk Nurmiaty, M.S. _______________
Penguji
Bukan Pembimbing : Dr. Ir. Kuswanta Futas Hidayat, M.P. _________
2. Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S. NIP. 196108261987021001
(10)
Tanpa mengurangi rasa syukurku pada Allah subhanahu wa ta”la, kupersembahkan karyaku untuk:
Keluargaku tercinta
Bapak, ibu, kakek, nenek, kakak, dan adik-adikku yang selalu mendoakan dan mengharapkan keberhasilanku atas kasih sayang, perhatian, dan dorongan
semangatnya takkan aku lupa.
Teman-temanku
Atas dukungan dan bantuannya sehingga karya ini dapat selesai
Serta
Almamater tercinta Fakultas Pertanian Universitas Lampung
(11)
Judul Skripsi : PENGARUH WAKTU APLIKASI DAN DOSIS PUPUK MAJEMUK NPK PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI VARIETAS GROBOGAN
Nama Mahasiswa : Asep Suryana No. Pokok Mahasiswa : 0814013007 Program Studi : Agroteknologi
Fakultas : Pertanian
MENYETUJUI, I. Komisi Pembimbing
Ir. Niar Nurmauli, M.S. Ir. Yayuk Nurmiaty, M.S. NIP. 196102041986032002 NIP. 196101111987032005
2. Ketua/ Sekretariat Program Studi Agroteknologi
Dr. Ir. Kuswanta Futas Hidayat, M.P. NIP. 19641118198902100
(12)
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kampung Panca Tunggal Jaya, Kecamatan Penawar Aji, Kabupaten Tulang Bawang pada tanggal 15 September 1991. Penulis adalah anak kedua dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Khumaidi dan Ibu Aminatun.
Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SDN 01 Panca Tunggal Jaya, Kecamatan Penawar Aji, Kabupaten Tulang Bawang dan diselesaikan pada tahun 2002/2003, kemudian penulis melanjutkan pendidikannya di SMP PGRI Kramat Watu, Kabupaten Serang, Provinsi Banten dan diselesaikan pada tahun
2005/2006. Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah menengah atas di SMA Kartikatama Metro, Kota Metro pada tahun 2008/2009. Pada tahun 2008, penulis terdaftar sebagai Mahasiswa Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Lampung.
Penulis melaksanakan kuliah kerja nyata (KKN) di Desa Gisting Jaya Kecamatan Negara Batin Kabupaten Way Kanan pada bulan Juli-Agustus 2011. Penulis juga melaksanakan praktik umum di PT. Great Giant Pineapple (GGP) Terbanggi Besar, Lampung Tengah pada bulan Januari-Februari 2012.
Selama menjadi mahasiswa, penulis mengikuti kegiatan keorganisasian Forum Studi Islam (FOSI) sebagai anggota. Penulis juga dipercaya sebagai asisten dosen pada praktikum Fisiologi Tumbuhan (2010/2011) dan Teknologi Benih
(13)
i
SAN WACANA
Alhamdulillah, berkat rahmat dan karunia dari ALLAH SWT, akhirnya skripsi ini dapat penulis selesaikan dan tak lupa shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Ibu Ir. Niar Nurmauli, M.S., selaku dosen pembimbing utama yang telah mendidik, memberikan arahan, nasihat, serta dana penelitian kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi penulis.
2. Ibu Ir. Yayuk Nurmiaty, M.S., selaku dosen pembimbing kedua yang telah mendidik, memberikan arahan, nasihat, serta dana penelitian kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi penulis.
3. Bapak Dr. Ir. Kuswanta Futas Hidayat, M.P., selaku Ketua Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian, Universitas Lampung sekaligus dosen penguji bukan pembimbing atas saran dan bimbingan yang telah diberikan kepada penulis.
4. Bapak Dr. Ir. Henrie Buchari, M.Si., selaku dosen pembimbing akademik yang telah mendidik, memberikan nasihat, dan perhatiannya kepada penulis selama menjadi mahasiswa di Fakultas Pertanian Universitas Lampung. 5. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.Sc., selaku Dekan Fakultas
(14)
ii 6. Seluruh dosen Program Studi Agroteknologi yang telah memberikan ilmu
pengetahuan dan pengalaman yang berharga selama penulis menjadi mahasiswa di Fakultas Pertanian Universitas Lampung.
7. Keluarga penulis Bapak, mama, teteh, adik-adik, dan keponakanku, terima kasih atas kasih sayang, dukungan, bantuan moril dan materil, semangat, dan doa yang tiada henti untuk kesuksesan penulis.
8. Sahabat-sahabat penulis (Andika Yushardi, Aris Faisal Pratama, Budi Cahyono, Dwi Apri Kusnendar, Sujarman, Toni Putra Marta, Wastudiawan, dan Yogi Saputra) terima kasih atas semangat, keceriaan, rasa persaudaraan, dan doa kalian.
9. Rekan penelitian penulis (Panji Setyo Ariska dan Parmitha Sari) terima kasih atas bantuan dan kebersamaannya selama penelitian.
10.Teman-teman Program Studi Agroteknologi Angkatan 2007, 2008, 2009, 2010, dan 2011.
Bandar Lampung, Oktober 2012
(15)
(16)
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan terpenting ketiga setelah padi dan jagung. Kebutuhan kedelai terus meningkat seiring dengan meningkatnya permintaan untuk bahan industri pangan seperti tahu dan tempe.
Produksi kedelai di Provinsi Lampung tahun 2010 sebesar 7,32 ribu ton biji kering, turun sebesar 8,83 ribu ton (54,65 persen) dibandingkan dengan produksi tahun 2009. Produksi kedelai tahun 2011 diperkirakan sebesar 11,12 ribu ton biji kering atau naik sebesar 3,80 ribu ton (51,85 persen) dibandingkan dengan tahun 2010 (Angka Tetap) (BPS Provinsi Lampung, 2010). Namun demikian, kenaikan produksi kedelai di Provinsi Lampung tidak seiring dengan kecukupan konsumsi kedelai di dalam negeri; setiap bulannya Indonesia harus mengimpor kacang kedelai dari Amerika Serikat (AS) sebanyak 1,7 ton per bulan untuk memenuhi kebutuhan kedelai dalam negeri. Berdasarkan hasil survei Kementerian Pertanian, faktor utama yang mempengaruhi swasembada, yakni keberadaan lahan usaha tani kedelai dan masih rendahnya produktivitas tanaman yakni hanya 1,3 t/ha (Dunia Industri, 2011).
Rendahnya produktivitas kedelai merupakan indikasi penerapan teknologi
(17)
2 panen tidak begitu saja mencukupi konsumsi kedelai dalam negeri karena kedelai membutuhkan teknik budidaya yang tepat dan perhatian yang lebih intensif dibandingkan dengan tanaman pangan yang lain. Akibatnya, petani di Lampung lebih banyak menanam jagung atau tanaman palawija selain kedelai sebagai pengganti padi daripada menanam kedelai (Kompas, 2008).
Upaya untuk meningkatkan hasil kedelai dapat ditempuh dengan peningkatan produktivitas lahan yang salah satunya dapat dilakukan dengan pemupukan (BPS Provinsi Lampung, 2010). Tanah sebagai media tumbuh tanaman mempunyai daya dukung yang terbatas dan beragam sebagai sumber unsur hara maupun sebagai penampung input hara berupa pupuk. Oleh karena itu pengolahan sumber daya tanah dan aplikasi pupuk harus dilakukan secara efektif (Foth, 1991).
Salah satu sifat unik pada tanaman kacang-kacangan termasuk kedelai ialah adanya bakteri Rhizobium dalam bintil akarnya yang dapat memfiksasi nitrogen udara secara simbiotik. Ini mungkin salah satu alasan mengapa tanaman kacang-kacangan tidak begitu responsif terhadap pupuk nitrogen jika diberikan secara berlebihan (Marzuki (1974) yang dikutip oleh Murtiastono dan Bintoro (1979)). Tanaman kacang-kacangan yang berumur pendek, seluruh pupuk diberikan saat tanam, terutama jika ditanam pada musim kemarau dengan kelembaban tanah yang cukup. Bila ditanam pada musim hujan, pemupukan dilakukan secara bertahap (Bintoro dan Justika, 1978) sehingga pertumbuhan dan hasil tanaman menjadi lebih baik terutama bila disertai waktu aplikasi dan dosis pemupukan yang tepat (Setyamidjaya, 1986).
(18)
3 Penambahan unsur hara ke dalam tanaman dengan melakukan pemupukan dengan tepat dosis dan tepat waktu diharapkan dapat mengoptimalkan pertumbuhan dan hasil tanaman. Pupuk NPK Mutiara (16:16:16) merupakan pupuk majemuk yang memberikan unsur makro N, P, dan K bagi tanaman dan banyak tersedia di pasaran dibandingkan dengan pupuk tunggal yang sudah sulit untuk didapatkan. Pupuk ini mempunyai komposisi hara yang seimbang, namun dengan karakteristik tanaman kacang kedelai yang dapat memfiksasi N dan pengaruh lingkungan pada ketersedian hara bagi tanaman, maka bentuk tanggapan kedelai Varietas
Grobogan yang baru dirilis pada tahun 2008 terhadap waktu dan dosis pemupukan NPK perlu untuk diketahui terutama berhubungan dengan hasil kedelai.
Berdasarkan masalah yang ada, penelitian ini dirumuskan dalam pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
1. Bagaimana tanggapan tanaman kedelai Varietas Grobogan terhadap perbedaan waktu aplikasi pupuk majemuk NPK dalam meningkatkan pertumbuhan dan hasil?
2. Bagaimana tanggapan tanaman kedelai Varietas Grobogan terhadap
peningkatan dosis pupuk majemuk NPK dalam meningkatkan pertumbuhan dan hasil?
3. Apakah tanggapan tanaman kedelai Varietas Grobogan pada berbagai taraf dosis pupuk majemuk NPK tergantung dari waktu aplikasi pupuk dalam meningkatkan pertumbuhan dan hasil?
(19)
4 1.2 Tujuan Penelitian
Berdasarkan identifikasi dan perumusan masalah, maka tujuan penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
1. Mengetahui tanggapan tanaman kedelai Varietas Grobogan terhadap perbedaan waktu aplikasi pupuk majemuk NPK dalam meningkatkan pertumbuhan dan hasil.
2. Mengetahui tanggapan tanaman kedelai Varietas Grobogan terhadap peningkatan dosis pupuk majemuk NPK dalam meningkatkan pertumbuhan dan hasil.
3. Mengetahui tanggapan tanaman kedelai Varietas Grobogan pada berbagai taraf dosis pupuk majemuk NPK tergantung dari waktu aplikasi pupuk dalam meningkatkan pertumbuhan dan hasil.
1.3 Landasan Teori
Dalam rangka menyusun penjelasan teoritis terhadap pertanyaan yang telah dikemukakan, maka digunakan landasan teori sebagai berikut:
Pengaruh pemupukan pada tanaman kedelai menyebabkan pertumbuhan dan hasil tanaman menjadi meningkat. Meningkatnya hasil ini disebabkan oleh unsur hara yang cukup tersedia. Jika tanaman pokok tidak diberi tindakan pemupukan yang tepat maka hasil tanaman kedelai akan menurun dan akan sangat merugikan pembudidaya. Pupuk yang diberikan dapat berupa pupuk organik atau pupuk anorganik, tetapi hasil yang lebih cepat tampak adalah penggunaan pupuk
(20)
5 anorganik (Adisarwanto dan Widianto, 1999). Dalam proses budidaya kedelai, pemupukan yang tepat cara, waktu, dan dosis dapat menghasilkan kedelai yang baik (Sadjad, 1993).
Untuk mencukupi kebutuhan tanaman, petani pemakai pupuk tunggal tentu saja harus menyediakan paling tidak tiga macam pupuk, Urea atau ZA, SP-36, dan KCl atau KNO3 sedangkan pengguna pupuk majemuk hanya membeli satu macam pupuk saja, misal NPK. Dari sisi ketersediaan di pasar, pupuk tunggal khususnya Urea yang bersubsidi sering menghilang. Jadi, petani tidak lengkap memasok tanamannya, apalagi dengan dicabutnya subsidi terhadap pupuk KCl sehingga harganya bisa mencapai Rp6.500—Rp7.000 per kg, dan hal tersebut jelas menyebabkan petani kesulitan dalam menyukupi kebutuhan hara bagi tanaman karena harga pupuk yang mahal.
Melihat sisi negatif pupuk tunggal, petani dimotivasi untuk mengaplikasikan pupuk majemuk. Pupuk majemuk khususnya pupuk NPK, menawarkan sejumlah kelebihan dibandingkan dengan pupuk tunggal yaitu lebih mudah aplikasinya, lebih lengkap dan seimbang kandungan unsur haranya, lebih seragam penyebaran unsur haranya, lebih efisien penggunaannya, lebih efisien dalam penggunaan tenaga kerja dan waktu, serta lebih mudah pengadaan dan penyimpanannya (Victorlie88, 2010).
Salah satu pupuk majemuk yang dapat digunakan adalah pupuk NPK Mutiara (16:16:16). Menurut Novizan (2002), komposisi pupuk Mutiara menunjukkan ketersediaan unsur hara yang seimbang. Fungsi pupuk majemuk antara lain untuk mempercepat perkembangan bibit, pada awal penanaman dan sebagai pupuk
(21)
6 susulan saat tanaman memasuki fase generatif seperti mulai berbunga dan
berbuah.
Menurut Foth (1991), nitrogen (N) diserap oleh tanaman dalam bentuk NO3- yang terdapat di larutan tanah. Fungsi unsur N bagi tanaman adalah meningkatkan pertumbuhan batang dan daun pada tanaman, serta meningkatkan jumlah protein sehingga menyebabkan peningkatan fotosintesis karena membesarnya luas permukaan daun. Kekurangan N membatasi produksi protein dan bahan-bahan penting lainnya dalam pembentukan sel-sel baru (Nyakpa dkk., 1988)
Unsur kalium (K) dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang besar, yakni terbesar kedua setelah nitrogen. Unsur K dalam tanaman tidak menjadi komponen terstruktur dalam senyawa organik, namun mutlak dibutuhkan untuk proses pertumbuhan dan hasil tanaman. Unsur K merupakan pengaktif dari sejumlah besar enzim penting untuk fotosintesis dan respirasi (Salisbury dan Ross, 1995)
Unsur lain yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah besar selain N dan K adalah fosfor (P). Unsur P diserap oleh tanaman dalam bentuk H2PO4 dan HPO4 yang terdapat didalam larutan tanah. Pada tanaman, P dapat merangsang pertumbuhan dan perkembangan perakaran. Pengaruh unsur P pada tanaman yaitu dapat
mempengaruhi hasil bobot kering tanaman, bobot biji, memperbaiki kualitas hasil, dan mempercepat masa pematangan (Hakim dkk., 1986).
Waktu dan proporsi pemberian N mempengaruhi bobot bahan kering dan pembentukan bintil akar tanaman kedelai, namun demikian pemberian N yang
(22)
7 berlebihan akan menghambat fiksasi N dari udara oleh Rhizobium sp., (Marzuki (1974) dalam Murtiastono dan Bintoro (1979)).
Pemupukan dilakukan untuk memenuhi hara N, P, dan K bagi tanaman. Pupuk dasar diberikan agar hara yang digunakan untuk pertumbuhan tanaman kedelai tercukupi sedangkan pupuk susulan diberikan agar tanaman tidak kekurangan hara saat memasuki fase generatif sehingga hasilnya tetap tinggi (Mugnisjah dan Setiawan, 2004). Peningkatan dosis pupuk akan meningkatkan kandungan unsur hara yang terkandung di dalam tanah tetapi dalam beberapa kasus setelah
diberikan pemupukan dalam jumlah tertentu tanaman malah terjadi keracunan. Menurut Sabiham (1996) kejadian ini dimungkinkan pemupukan yang dilakukan kurang tepat karena pupuk belum digunakan secara rasional sesuai dengan kebutuhan tanaman dan kemampuan unsur hara.
Berdasarkan penelitian Bintoro dan Justika (1978), tanaman kacang-kacangan berumur pendek, maka perlu dilakukan pengaturan mengenai waktu aplikasi pupuk. Bila ditanam pada musim hujan, pemupukan dilakukan pada waktu tanam dan setengah lagi menjelang berbunga, karena saat itu derajat pencucian unsur hara sangat besar.
Hasil penelitian Firmansyah (2007) menunjukkan bahwa perlakuan waktu pemberian pupuk kalium tiga kali yaitu pada saat tanam , 7 HST, dan 21 HST secara umum menghasilkan nilai tertinggi untuk hasil kedelai. Penelitian Rizqiani (2007) mengenai pemberian pupuk organik cair pada tanaman buncis
(23)
8 penyemprotan yaitu pada 21 dan 35 HST adalah aplikasi yang paling baik dalam menghasilkan bobot segar polong yaitu 7,58 t/ha.
1.4 Kerangka Pemikiran
Dalam melakukan pemupukan kita harus memperhatikan pengaturan mengenai takaran dosis, dan tenggang waktu pemberian yang tepat. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan hasil dan mutu kedelai yang baik.
Pada tanaman buncis yang sama-sama merupakan tanaman kacang-kacangan menunjukkan bahwa waktu aplikasi pupuk organik cair sebanyak 2 kali
menghasilkan hasil polong segar yang paling baik, sehingga waktu aplikasi pupuk NPK pun akan berpengaruh pula terhadap pertumbuhan dan hasil kedelai.
Stadia pertumbuhan kedelai secara garis besar dapat dibedakan atas pertumbuhan vegetatif dan generatif. Stadia pertumbuhan vegetatif dihitung sejak tanaman mulai muncul ke permukaan tanah sampai saat mulai berbunga. Pada stadia ini tanaman membutuhkan cukup hara untuk mendukung pertumbuhan dan
perkembangan tanaman yang maksimal. Unsur N,P, dan K dibutuhkan untuk mendukung beberapa proses penting didalam tanaman selama stadia ini seperti fotosintesis, respirasi, dan pembentukan akar tanaman. Oleh karenanya
pemupukan saat 1 MST dan 3 MST diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang akan sangat berpengaruh pada stadia generatif (reproduktif) tanaman kedelai.
(24)
9 Stadia pertumbuhan reproduktif (generatif) dihitung sejak tanaman kedelai mulai berbunga yaitu berkisar 3-5 MST sampai pembentukan polong, perkembangan biji, dan pemasakan biji. Pada stadia ini, tanaman famili legume sudah kurang efektif dalam menyerap unsur hara yang tersedia di tanah karena bintil akar sudah terdegradasi dan daya serap akar sudah menurun. Di samping itu, pupuk
majemuk Mutiara bersifat slow release yang berarti diperlukan waktu untuk menjadi tersedia bagi tanaman. Oleh karena itu, aplikasi pupuk majemuk NPK Mutiara pada saat berbunga penuh (50% dari petak tanaman kedelai sudah berbunga) sudah tidak efektif lagi.
Berdasarkan pemikiran tersebut dan mempertimbangkan bahwa Negara Indonesia merupakan negara tropis yang mempunyai curah hujan yang tinggi, maka
tanggapan tanaman kedelai terhadap waktu aplikasi pupuk majemuk NPK Mutiara akan berbeda dalam meningkatkan pertumbuhan dan hasil.
Unsur-unsur yang terkandung dalam pupuk majemuk NPK yang diberikan akan meningkatkan proses metabolisme tanaman sehingga pertumbuhan dan
perkembangan tanaman akan optimal. Unsur hara yang masuk ke dalam tanaman akan ditranslokasikan ke seluruh bagian tanaman yaitu salah satunya daun. Di daun-daun tanaman terjadi proses fotosintesis yang akan menghasilkan asimilat. Asimilat ini akan dimanfaatkan untuk proses pembelahan sel di seluruh jaringan tanaman dan penambahan ukuran sel, serta pergantian sel-sel yang telah rusak. Proses pembelahan sel yang terjadi menyebabkan pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman semakin meningkat yang dampaknya dapat dilihat pada variabel tinggi tanaman, bobot kering berangkasan, jumlah cabang total, jumlah
(25)
10 cabang produktif, jumlah polong total, jumlah polong isi, bobot 100 butir kedelai, bobot biji per petak panen, dan hasil kedelai per hektar.
Semakin banyak unsur N, P, dan K yang diberikan pada tanaman melalui tanah maka ketersediaan unsur hara bagi tanaman akan semakin meningkat. Namun perlu diketahui bahwa pemberian dosis pupuk yang berlebih dapat menyebabkan keracunan bagi tanaman. Peningkatan dosis pupuk NPK mula-mula
meningkatkan tanggapan pertumbuhan dan hasil kedelai yang lebih baik. Setelah tanggapan tersebut mencapai maksimum, maka pertumbuhan dan hasil kedelai akan menurun seiring dengan peningkatan dosis pupuk yang diberikan.
Peningkatan dosis pupuk majemuk NPK yang diberikan pada waktu aplikasi pupuk yang tepat dapat mengoptimalkan ketersediaan unsur hara makro bagi tanaman kedelai. Peningkatan dosis pupuk NPK pada awal pertanaman akan meningkatkan ketersediaan unsur hara di dalam tanah sehingga dapat mendukung pertumbuhan vegetatif tanaman yang akan berpengaruh juga pada pertumbuhan generatif. Pupuk yang diaplikasikan secara keseluruhan pada saat 1 MST merupakan tindakan yang efisien baik dari segi tenaga dan biaya. Namun, tindakan pemupukan tersebut dinilai kurang efektif karena tanaman masih terlalu kecil sehingga belum dapat memanfaatkan unsur hara yang diberikan secara optimal.
Peningkatan dosis pupuk yang diaplikasikan secara bertahap akan lebih baik dibandingkan dengan peningkatan dosis pupuk yang diaplikasikan secara keseluruhan pada 1 MST. Mengingat daya serap akar tanaman kedelai yang semakin menurun ketika memasuki fase generatif serta sifat slow release dari
(26)
11 pupuk majemuk NPK Mutiara, maka aplikasi pupuk secara bertahap diharapkan dapat meningkatkan keefektifan pemupukan. Oleh karena itu, peningkatan dosis pupuk majemuk NPK yang diaplikasikan 2 kali yaitu pada saat 1 MST dan 3 MST diharapkan dapat menjamin kecukupan unsur hara makro N, P, dan K bagi
pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman.
Peningkatan dosis pupuk majemuk NPK yang diaplikasikan 3 kali yaitu 1 MST, 3 MST, dan pada saat berbunga penuh akan mengurangi keefektifan pemupukan terutama 1/3 dari jumlah pupuk yang diaplikasikan pada saat berbunga penuh. Hal ini dikarenakan pupuk majemuk NPK Mutiara melepaskan unsur hara secara lambat dan daya serap akar yang semakin menurun pada saat fase generatif sehingga pupuk majemuk NPK yang diberikan pada saat berbunga penuh belum tersedia seluruhnya ketika dibutuhkan oleh tanaman. Keadaan ini dapat
menyebabkan kebutuhan hara bagi tanaman tidak terpenuhinya selama pengisian polong dan akan berpengaruh pada komponen hasil kedelai.
Berdasarkan pemikiran tersebut, tanggapan dalam pertumbuhan dan hasil kedelai terhadap peningkatan dosis pupuk majemuk NPK akan tergantung dari waktu aplikasi pupuk.
(27)
12 1.5. Hipotesis
Dari kerangka pikiran yang telah dikemukakan dapat disimpulkan hipotesis sebagai berikut:
1. Tanggapan dalam pertumbuhan dan hasil kedelai Varietas Grobogan akan berbeda pada waktu aplikasi pupuk majemuk NPK yang berbeda.
2. Tanggapan dalam pertumbuhan dan hasil kedelai Varietas Grobogan akan semakin meningkat seiring dengan peningkatan dosis pupuk majemuk NPK yang diberikan; setelah mencapai tanggapan maksimum dicapai, tanggapan dalam pertumbuhan dan hasil kedelai akan menurun seiring dengan
peningkatan dosis pupuk majemuk NPK.
3. Tanggapan dalam pertumbuhan dan hasil kedelai Varietas Grobogan terhadap peningkatan dosis pupuk majemuk NPK tergantung dari waktu aplikasi pupuk yang diterapkan.
(28)
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Stadia Pertumbuhan Kedelai
Stadia pertumbuhan kedelai secara garis besar dapat dibedakan atas pertumbuhan vegetatif dan generatif. Stadia pertumbuhan vegetatif dihitung sejak tanaman mulai muncul ke permukaan tanah sampai saat mulai berbunga. Stadia
perkecambahan dicirikan dengan adanya kotiledon, sedangkan penandaan stadia pertumbuhan vegetatif dihitung dari jumlah buku yang terbentuk pada batang utama. Menurut Kadarwati (2006), nitrogen merupakan unsur hara makro yang paling banyak dibutuhkan tanaman, unsur nitrogen sangat berperan dalam fase vegetatif tanaman. Stadia vegetatif umumnya dimulai pada buku ketiga. Tanda V dimaksudkan untuk menandakan stadia vegetatif yag diikuti oleh angka untuk menunjukkan jumlah buku (Tabel 1).
Stadia pertumbuhan reproduktif (generatif) dihitung sejak tanaman kedelai mulai berbunga sampai pembentukan polong, perkembangan biji dan pemasakan biji. Pada fase ini sangat memerlukan unsur P dan K dalam jumlah yang lebih banyak (Kadarwati, 2006). Penandaan setiap stadia pada periode generatif yaitu tanda R (reproduktif) dan diikuti dengan penulisan angka 1-8. Pemberian penandaan masih berdasarkan perkembangan yang terjadi pada batang utama (Tabel 2). Pada saat ini, hanya sedikit unsur hara yang diangkut ke akar dan bagian vegetatif
(29)
lainnya. Dengan demikian, pertumbuhan akar tertekan dan proses pengambilan hara dari tanah menjadi terhambat sehingga aktivasi bintil akar akan menjadi terganggu (Hanway dan Weber (1977) yang dikutip oleh Zuleika (2001)). Apabila ketersediaan unsur hara rendah dan proses penyerapan hara terganggu maka pegisian polong dan biji akan terganggu pula.
Tabel 1. Penandaan stadia pertumbuhan vegetatif kedelai. Singkatan Stadia Tingkatan Stadia Keterangan
VE VC V1 V2 Stadia pemunculan Stadia Kotiledon
Stadia Buku Pertama
Stadia Buku kedua
Kotiledon muncul ke permukaan tanah Daun unifololioliate
berkembang, tepi daun tidak menyentuh tanah
Daun terbuka penuh pada buku
unifololioliate
Daun trifololioliate terbuka penuh pada buku kedua diatas buku unifololioliate
V3
Vn
Stadia Buku ketiga
Stadia Buku ke-n
Pada buku ketiga, batang utama terdapat daun yang terbuka penuh
Pada buku ke-n, batang utama telah terdapat daun yang terbuka penuh
(30)
Tabel 2. Penandaan stadia pertumbuhan reproduktif tanaman kedelai. Singkatan Stadia Tingkatan Stadia Keterangan
R1 R2 R3 R4 Mulai berbunga Berbunga penuh Mulai berpolong Berpolong penuh
Munculnya bunga pertama pada buku mana pun pada batang
Bunga terbuka penuh pada satu atau dua buku paling atas pada batang utama dengan daun yang telah terbuka
Polong telah terbentuk dengan panjang 0,5 cm pada salah satu buku batang utama
Polong telah mempunyai panjang 2 cm pada salah satu buku teratas pada batang utama R5 R6 R7 R8 Mulai pembentukan biji Berbiji penuh Mulai masak Masak Penuh
Ukuran biji dalam polong mencapai 3 mm pada salah satu buku batang utama Setiap polong pada batang utama telah berisi biji satu atau dua
Salah satu warna polong pada batang utama telah berubah menjadi cokelat kekuningan atau warna masak
95% jumlah polong telah mencapai warna masak Sumber: Fehr dkk., 1971
2.2. Pemupukan
Pemupukan dilakukan karena tidak semua tanah baik untuk pertumbuhan tanaman. Pada umumnya tanah-tanah pertanian tidak menyediakan semua hara tanaman yang dibutuhkan dalam waktu cepat dan jumlah yang cukup untuk dapat
(31)
mencapai pertumbuhan optimal. Oleh karena itu peningkatan hasil hanya dapat dicapai jika diberi tambahan hara tanaman untuk pertumbuhan yang optimal, baik itu pengapuran maupun pemupukan. Di samping itu, pupuk akan berguna bagi tanaman karena dapat mempercepat pertumbuhan tanaman dan memperkuat akarnya. Pupuk merupakan makanan bagi tanaman. Oleh karena itu agar tanaman dapat tumbuh dengan baik harus diberikan apa yang dibutuhkan yaitu melalui pemupukan (BPTP Aceh, 2009).
Pemberian unsur hara untuk tanaman perlu dilakukan karena terjadi kehilangan unsur hara di dalam tanah akibat pertumbuhan tanaman itu sendiri. Selain itu, kehilangan unsur hara juga terjadi akibat pencucian atau erosi akibat hujan dan penguapan unsur hara itu sendiri. Dalam meningkatkan keefektifan pemupukan, perlu diperhatikan rekomendasi pemupukan yang diberikan oleh lembaga
penelitian yang selalu mengacu pada konsep 4T yaitu tepat jenis, tepat dosis, tepat cara, dan tepat waktu pemupukan. Pemupukan yang efektif dan efisien dapat dicapai dengan memperhatikan beberapa hal yaitu: cara pemberian pupuk, waktu pemupukan, tempat pemberian, jenis, dan dosis pupuk serta pengawasan dalam pelaksanaan pemupukan (Poeloengan dkk., 2003).
Dalam mendukung pertumbuhannya, kedelai memerlukan nutrisi dalam jumlah yang relatif besar, terutama unsur hara makro N, P, dan K. Unsur hara diperlukan dalam jumlah yang cukup dan berimbang akan meningkatkan kandungan unsur hara di dalam tanah yang dapat segera diserap oleh tanaman untuk mendapatkan hasil yang tinggi (Pasaribu dan Suprapto, 1985).
(32)
Berdasarkan penelitian Ichwan (2010), peningkatan dosis pupuk majemuk NPK susulan berpengaruh pada tanaman kedelai Varietas Grobogan berdasarkan variabel bobot kering berangkasan, umur berbunga, dan hasil benih per hektar. Dalam pengaplikasian pupuk pada tanaman kedelai perlu diperhatikan waktu aplikasi pupuk, karena hal ini akan mempengaruhi ketersediaan unsur hara yang dibutuhkan selama pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman (Bintoro dan Justika, 1978).
Prasastyawati dan Rumawas (1980) mengemukakan bahwa peranan pupuk anorganik dalam pertumbuhan dan hasil tanaman kacang kedelai antara lain: 1. Pemberian pupuk ke dalam tanah.
3. Menaikkan hasil panen.
4. Meningkatkan ketahanan (resistensi) tanaman terhadap hama dan penyakit.
2.3. Pupuk Majemuk NPK
Pupuk majemuk adalah pupuk yang mengandung dua atau lebih dari dua jenis unsur hara. Pupuk majemuk yang bisa digunakan untuk sepanjang fase
pertumbuhan tanaman misalnya pupuk komposisi N:P:K seimbang seperti NPK Mutiara 16:16:16 dan Ponska 15:15:15. Pupuk majemuk yang digunakan pada penelitian ini adalah pupuk majemuk NPK Mutiara. Menurut Novizan (2002), komposisi pupuk seperti pada pupuk NPK Mutiara menunjukkan ketersediaan unsur hara yang seimbang. Fungsi pupuk majemuk Mutiara antara lain untuk mepercepat perkembangan bibit, sebagai awal penanaman, dan sebagai pupuk susulan saat tanaman memasuki fase generatif seperti mulai berbunga dan
(33)
berbuah. Pupuk ini berbentuk padat dan mempunyai sifat lambat larut sehingga diharapkan dapat mengurangi kehilangan hara melalui pencucian, penguapan, dan pengikatan menjadi senyawa yang tidak tersedia bagi tanaman. Adapun
kelemahannya adalah komposisi unsur hara yang sering tidak sesuai dengan kebutuhan tanaman.
Pupuk majemuk Mutiara memenuhi kebutuhan hara N, P dan K. Warna pupuk Mutiara kebiru-biruan dengan butiran mengkilap seperti Mutiara (Marsono (2007) yang dikutip oleh Ariani (2008)). Selain itu perlu diketahui bahwa hampir semua pupuk majemuk bersifat masam, kecuali yang sudah diberi perlakuan khusus seperti penambahan Ca dan Mg (EFMA (2000) yang dikutip oleh Prayogo (2011)).
2.4. Peran N, P, dan K dalam Peningkatan Hasil Kedelai
Penggunaan pupuk yang benar sangat penting agar diperoleh hasil yang
maksimum dan berkualitas baik. Ketersediaan unsur hara tanaman juga sangat berpengaruh terhadap keseimbangan hormon di tanaman baik macam maupun jumlahnnya. Unsur hara adalah salah satu faktor yang membatasi produski tanaman dan pupuk dapat digunakan untuk mencapai keseimbangan hara bagi pertumbuhan tanaman (Setyamidjaja, 1986).
Salah satu pupuk yang digunakan yaitu pupuk NPK yang terdiri dari unsur makro yang diperlukan bagi tanaman seperti nitrogen, fosfor, dan kalium. Nitrogen diserap oleh tanaman dalam bentuk NO3- dan NH4+. Dalam jaringan tanaman, N merupakan komponen penyusun berbagai senyawa essensial bagi tanaman
(34)
misanya asam amino. Selain itu, N terkandung dalam klorofil, hormon sitokinin, dan auksin (Lakitan, 2004). Menurut Novizan (2002), fosfor diserap tanaman dalam bentuk H2PO4-, HPO42-, PO4-, atau tergantung dari nilai pH tanah. Fosfor terdapat pada seluruh sel hidup tanaman yang membentuk asam nukleat,
merangsang pertumbuhan sel, dan membantu proses asimilasi dan respirasi. Kalium diserap oleh tanaman dalam bentuk K+. Unsur K bagi tanaman berperan dalam translokasi gula pada pembentukan pati dan protein, membantu proses membuka dan menutup stomata, memperluas pertumbuhan akar, meningkatkan ketahanan tanaman terhadap serangan hama dan penyakit, dan memperbaiki ukuran seta kualitas buah pada fase generatif (Novizan, 2002).
(35)
1
III. BAHAN DAN METODE
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Lampung, dari bulan Oktober 2011-Januari 2012.
3.2 Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih kedelai Varietas Grobogan, pupuk majemuk Mutiara (16:16:16), air, insektisida, dan fungisida.
Alat-alat yang digunakan adalah traktor, cangkul, koret, tali rafia, meteran, timbangan analitik, kamera digital, label pengamatan, gembor, sprayer, mistar, dan cutter.
3.3 Metode Penelitian
Rancangan perlakuan disusun secara faktorial (3 x 5) dalam rancangan kelom-pok teracak sempurna dengan 3 kali ulangan. Faktor pertama adalah waktu aplikasi pupuk (t) yang terdiri dari 3 taraf yaitu 1 MST (t1), 1 MST dan 3 MST (t2), dan 1 MST, 3 MST dan saat berbunga penuh (50% dari petak tanaman kedelai sudah berbunga) (t3). Faktor yang kedua adalah dosis pupuk NPK (p)
(36)
2 yang terdiri dari 5 taraf yaitu 100 kg/ha (p1), 150 kg/ha (p2), 200 kg/ha (p3), 250 kg/ha (p4), dan 300 kg/ha (p5).
Homogenitas ragam antarperlakuan diuji menggunakan uji Bartlett dan keme-nambahan model diuji dengan uji Tukey. Apabila asumsi terpenuhi, data kemudian dianalisis ragam dan dilanjutkan dengan perbandingan ortogonal dan
ortogonal polinomial pada taraf α 0,05 dan 0,01.
3.4 Pelaksanaan Penelitian
Sebelum penanaman, dilakukan olah tanah sempurna dengan dua kali olah tanah, yaitu 1 kali dengan traktor dan 1 kali dengan cangkul hingga dianggap cukup homogen, kemudian petak-petak percobaan dibuat dan dilakukan analisis tanah awal.
Petak-petak percobaan dibuat sebanyak 45 petak perlakuan berukuran 2 m x 2 m, jarak antarpetak 30 cm, dan jarak antarkelompok 1 m. Petak percobaan dapat dilihat pada Gambar 9.
Penanaman dilakukan setelah lahan diolah secara sempurna dan telah dibuat petak-petak perlakuan. Benih ditanam 2 butir/lubang secara tugal dengan jarak tanam 30 cm x 30 cm. Insektisida Furadan 3G diberikan bersamaan dengan pembenaman benih.
Pupuk yang digunakan pada penelitian ini adalah Pupuk majemuk NPK Mutiara (16:16:16). Dosis pupuk NPK (p) terdiri dari 5 taraf yaitu 100 kg/ha (p1), 150 kg/ha (p2), 200 kg/ha (p3), 250 kg/ha (p4), dan 300 kg/ha (p5). Masing-masing
(37)
3 dosis diberikan pada 3 taraf waktu aplikasi yaitu (1) 1 MST (t1), (2) 1 MST dan 3 MST (t2), dan (3) 1 MST, 3 MST dan saat berbunga penuh (50% dari petak tanaman kedelai sudah berbunga) (t3). Pupuk majemuk NPK diberikan dengan cara larikan.
Penyiangan gulma dilaksanakan secara manual dengan menggunakan cangkul dan koret setiap seminggu sekali atau dilihat dari kecepatan gulma tumbuh.
Pengendalian hama dan penyakit tanaman dilakukan secara kimia melalui pemberian insektisida Decis dan fungisida Dithane M-45. Penyemprotan keduanya (dicampur sesuai dengan dosis rekomendasi) dilakukan setiap minggu atau tergantung dari intensitas serangan.
Panen dilaksanakan pada saat tanaman berumur 90-110 HST, yaitu saat polong kedelai telah mencapai masak penuh yang dicirikan oleh lebih dari 90% polong telah berwarna kecoklatan, daun-daun rontok, dan batang mengering. Pada saat ini pula dilakukan pengambilan sampel tanah untuk dianalisis.
3.5 Pengamatan
Pengamatan dilakukan pada 5 sampel tanaman yang diambil secara acak dari setiap petak perlakuan. Peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah
a) Tinggi tanaman
Tinggi tanaman diukur dari pangkal batang sampai dengan titik tumbuh pada saat panen dalam satuan centimeter.
(38)
4
b) Bobot kering berangkasan tanaman
Bobot kering berangkasan tanaman diperoleh dari menimbang
berangkasan kering tanaman dalam satuan gram, yang sebelumnya telah dikeringkan menggunakan oven pada suhu 70 oC selama 2 x 24 jam.
c) Jumlah cabang total
Jumlah cabang total tanaman kedelai diperoleh dengan cara menghitung semua cabang yang terbentuk pada saat panen.
d) Jumlah cabang produktif
Jumlah cabang produktif diperoleh dengan cara menghitung semua cabang yang berasal dari batang utama yang menghasilkan polong bernas pada saat panen.
e) Jumlah polong total
Jumlah polong total dihitung berdasarkan seluruh polong yang muncul dalam satu tanaman pada saat panen.
f) Jumlah polong isi
Jumlah polong isi dihitung dalam satu tanaman pada saat panen. Polong isi adalah polong yang berisi paling sedikit 1 biji.
(39)
5
g) Bobot 100 butir
Pengukuran bobot 100 butir benih ditetapkan pada kadar air 12% dengan menggunakan neraca analitik. Rumus yang digunakan adalah
[ ]
h) Bobot biji per petak panen kedelai
Bobot biji per petak panen kedelai diperoleh dari konversi bobot biji per petak panen pada kadar air 12%. Rumus yang digunakan adalah
[ ]
i) Hasil kedelai
Hasil kedelai per hektar yang diperoleh dari hasil konversi dari petak panen berukuran 2 x 2 m pada kadar air 12%. Rumus yang digunakan adalah
(40)
(41)
1
V. KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Waktu aplikasi pupuk majemuk NPK dua dan tiga kali lebih baik daripada waktu aplikasi satu kali pada variabel jumlah polong total, jumlah polong isi, bobot biji per petak panen, dan hasil kedelai dengan selisih masing-masing 5,29 %, 5,51 %, 6,08 %, dan 6,21 % sedangkan untuk variabel pengamatan yang lain tidak berbeda. Waktu aplikasi pupuk majemuk NPK dua dan tiga kali tidak berbeda pada semua variabel pengamatan.
2. Tanggapan dalam pertumbuhan dan hasil kedelai Varietas Grobogan meningkat seiring dengan peningkatan dosis pupuk majemuk NPK yang diberikan hingga 300 kg/ha berdasarkan semua variabel pengamatan, kecuali bobot 100 butir kedelai.
3. Tanggapan dalam pertumbuhan dan hasil kedelai Varietas Grobogan terhadap peningkatan dosis pupuk majemuk NPK tidak tergantung dari waktu aplikasi pupuk yang diterapkan.
(42)
2 5.2 Saran
Berdasarkan hasil dan pembahasan, disarankan agar melakukan penelitian lanjutan dari penelitian ini yaitu menambah dosis pupuk majemuk NPK sampai 350 kg/ha yang diaplikasikan 2 kali yaitu pada saat 1 MST dan 3 MST untuk mendapatkan tanggapan pertumbuhan dan hasil yang terbaik.
(43)
1
DAFTAR PUSTAKA
Adisarwanto, T. dan Wudianto, R. 1999. Meningkatkan Hasil Panen Kedelai di Lahan Sawah-Kering-Pasang Surut. Penebar Swadaya. Bogor. 86 hlm. Ariani, E. 2008. Uji Pupuk Mutiara 16:16:16 dan Berbagai Jenis Mulsa Pada
Hasil Tanaman Cabai. SAGU, Maret 2009 Vol. 8 No.1 hlm: 5-9. Bintoro, M.H. dan S.B. Justika. 1978. Pengaruh waktu pemupukan NPK
terhadap produksi kacang hijau. Bulletin Agronomi 9(2); hlm 83-88. BPS Provinsi Lampung, 2010. Produksi Padi, Jagung, dan kedelai.
Http://Lampung.Bps.Go.Id/?R=Brs/Index&Brs= 89/.html. [12 Oktober 2011]. BPTP Aceh. 2009. Pemupukan tanaman kedelai. Http://nad.litbang.deptan.
go.id /ind/files/buletin/2009/ pemupukan% 20tanaman%20kedelai.pdf. [ 21 Oktober 2011].
Dunia Industri. 2011. Menyedihkan Insonesia Impor Kedelai Rp 714 Triliun. Http://duniaindustri.com/agroindustri/604-menyedihkan-indonesia-impor-kedelai-rp-714-triliun.html. [ 21 Oktober 2011].
Fageria, N.K. 2010. Optimal Nitrogen Fertilizing Timing for Upland Rice. 19th World Congress of Soil Science. Soil Solution for a Changing World. Hlm 176-179.
Fehr. W. R., C. E. Cavieness, D. T. Burmood, and J. S. Pennington. 1971. Stage of Development Description for Soybean Glycine max (L.) Merril. Crop Sci. Madison. USA. 11 hlm.
Firmansyah, A. 2007. Upaya Peningkatan Produktivitas Tanaman Kedelai Varietas Panderman Melalui Dosis Dan Waktu Pemberian Kalium. (Jurnal Penelitian). Universitas Brawijaya. Malang. 14 hlm.
Foth, H. D. 1991. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Diterjemahkan oleh E. D. Harjadi, S.S. 2002. Pengantar Agronomi. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 195 hlm.
Ghaffar, A., M.F. Saleem, A. Ali, dan A.M. Ranjha. 2007. Effect of K2O Levels and Its Application Time on Growth and Yield of Suharcane. Journal of Agricultural Research, 2010, 48(3) hlm: 315-325.
(44)
2 Hakim, N., A.M. Lubis, M.A Pulung, Y. Nyakpa, A.G. Amrah, dan G.B Hong.
1986. “Pupuk dan Pemupukan”. BP. Universitas Lampung untuk BKS-PTN /USAID WUAE Project. Bandar Lampung. 288 hlm.
Ichwan, N. 2010. Cara aplikasi dan dosis pupuk NPK susulan saat berbunga dalam meningkatkan produksi kedelai (Glycine max (L.) Merr.). (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung. 104 hlm.
Kadarwati, T.F. 2006. Pemupukan Rasional dalam Upaya Peningkatan Produktivitas Kapas. Malang : Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat. Jurnal Perspektif. Volume 5 (2) hlm: 59-70.
Kompas, 2008. Lampung genjot produksi kedelai. Http://bola.kompas.com/read/ 2008/01/14/19565065/ Lampung. Genjot.Produksi.Kedelai/. [12 Oktober 2011].
Lakitan, B. 1995. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhana. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 203 hlm
Mbah, E.U., C.O. Muoneke, dan D.A. Okpara. 2007. Effect of Compound Fertilizer on the Yield and Productivity of Soybean and Maize in
Soybean/Maize Intercorp in Southeastern Nigeria. Tropical and Subtropical Agroecosystem, 7 (2007) hlm: 87-95.
Mosali, J., K. Desta, R.K. Teal, K.W. Freeman, K.L. Martin, J.W. Lawles, dan W.R. Raun . 2005. Effect of Foliar Application of Phosphorus on Winter Wheat Grain Yield, Phosporus Uptake, and Use Efficiency. Journal of Plant Nutrition, 2006. 29 hlm: 2147-2163.
Mugnisjah, W. Q. dan A. Setiawan. 2004. Produksi Benih. Bumi Aksara. Jakarta. 129 hlm.
Murtiastono, E, dan M. H. Bintoro. 1979. Response Of Application NPK Fertilizer After The First Harvest To Mug-Bean Production.
Http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/35379/Respone.2.pdf ?sequence=1.pdf, [06 Oktober 2011].
Novizan, 2002. Petunjuk pemupukan yang efektif. PT. Agromedia Pustaka. Jakarta. 114 hlm.
Nurdin, F., dan Atman. 1998. Teknologi Pengendalian Terpadu Hama Penting Kedelai. Makalah pada Pertemuan Paket Aplikasi Teknologi BPTP Sukarami di Batusangkar, 11-12 November 1998.
Nyakpa, M. Y., A.M Lubis, M.A. Pulung, A.G. Amrah, A. Munawar, B. H. Hong, dan N. Hakim. 1988. Kesuburan Tanah. Penerbit Universitas Lampung. Bandar Lampung. 258 hlm
Pasaribu, D. dan Suprapto. 1985. Kedelai. Pusat Penelitian Pengembangan Bogor. 87 hlm.
(45)
3 Poeloengan, Z. M. L. Fadli, Winarna, S. Ruhutomo, dan E. S. Sutarta. 2003.
Permasalahan Pemupukan pada Perkebunan Kelapa Sawit. Hlm: 67-80. Prasastyawati, D. dan F. Rumawas. 1980. Perkembangan Bintil Akar Rhizobium
javonicum Pada Kedelai. Bulletin Agronomi Vol. 21 No.1 hlm: 4. Prayogo, CB. 2011. Pengaruh Jenis Pupuk Organik Dan Takaran Pupuk
NPK Terhadap Ketersediaan Serta Serapan P Dan K Tembakau( Nicotiana tabacum L.) Pada Inceptisols Cindaga. (Usul Penelitian). Universitas Soedirman. Purwokerto. 21 hlm.
Rizqiani, NF. 2007. Pengaruh Dosis Dan Frekuensi Pemberian Pupuk Organik Cair Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Buncis Dataran Rendah. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol. 7 No. 1 (2007) hlm: 43-53.
Sabiham, S. 1996. Prinsip-Prinsip Dasar Uji Tanah. Proyek Pembinaan
Kelembagaan Penelitian dan Pengembangan Pertanian bekerjasama dengan Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. 19-31 Januari 1996. 23 hlm. Sadjad, S. 1993. Dari Benih Kepada Benih. PT Gramedia. Jakarta. 144 hlm. Salisbury, F.B. dan C.W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Jilid 1.
Diterjemahkan dari Plant Physiology oleh D. R. Lukman dan Sumaryono. Disunting oleh S. Niksolihin. Penerbit ITB. Bandung. 241 hlm.
Setyamidjaya, D. 1986. Pupuk dan Pemupukan. CV. Simpex. Jakarta. 122 hlm.
Sitompul, S.M. dan B. Guritno. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Gadjah. Mada University Press. Yogyakarta. 412 hlm.
Sumarno, Soegito, M. Adi, dan R. P. Rodiah. 1992. “Kesesuaian genotype kedelai terhadap lingkungan musim tanam spesifik.”. Proyek Pembangunan Penelitian Terapan (AARP), Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. Jakarta. Hlm: 415-434.
Victorlie88. 2010. Pupuk tunggal vs pupuk majemuk. Http://hamparanbuah. wordpress.com/2010/01/23/pupuk-tunggal-vs-pupuk-majemuk/.html. [l6 Oktober 2011].
Walsen, A. 2008. Application of Subur In Fertilizer with Different Doses and Frequency on the Yield of Cucumber (Cucumis sativus L.). Jurnal Budidaya Pertanian 4: 29-37.
Wayan. I.S, N.P.S Ratmini, dan T. Tumarlan. 1997. Budi Daya Kedelai di Lahan Pasang Surut. Proyek Penelitian Pengembangan Pertanian Rawa Terpadu-ISDP. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 16 hlm.
Zuleika. 2001. Pengaruh pemupukan N susulan terhadap pertumbuhan dan hasil empat genotype kedelai (Glycine max L. [Merr.]. (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung. 80 hlm.
(1)
(2)
V. KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Waktu aplikasi pupuk majemuk NPK dua dan tiga kali lebih baik daripada waktu aplikasi satu kali pada variabel jumlah polong total, jumlah polong isi, bobot biji per petak panen, dan hasil kedelai dengan selisih masing-masing 5,29 %, 5,51 %, 6,08 %, dan 6,21 % sedangkan untuk variabel pengamatan yang lain tidak berbeda. Waktu aplikasi pupuk majemuk NPK dua dan tiga kali tidak berbeda pada semua variabel pengamatan.
2. Tanggapan dalam pertumbuhan dan hasil kedelai Varietas Grobogan meningkat seiring dengan peningkatan dosis pupuk majemuk NPK yang diberikan hingga 300 kg/ha berdasarkan semua variabel pengamatan, kecuali bobot 100 butir kedelai.
3. Tanggapan dalam pertumbuhan dan hasil kedelai Varietas Grobogan terhadap peningkatan dosis pupuk majemuk NPK tidak tergantung dari waktu aplikasi pupuk yang diterapkan.
(3)
lanjutan dari penelitian ini yaitu menambah dosis pupuk majemuk NPK sampai 350 kg/ha yang diaplikasikan 2 kali yaitu pada saat 1 MST dan 3 MST untuk mendapatkan tanggapan pertumbuhan dan hasil yang terbaik.
(4)
DAFTAR PUSTAKA
Adisarwanto, T. dan Wudianto, R. 1999. Meningkatkan Hasil Panen Kedelai di
Lahan Sawah-Kering-Pasang Surut. Penebar Swadaya. Bogor. 86 hlm.
Ariani, E. 2008. Uji Pupuk Mutiara 16:16:16 dan Berbagai Jenis Mulsa Pada
Hasil Tanaman Cabai. SAGU, Maret 2009 Vol. 8 No.1 hlm: 5-9.
Bintoro, M.H. dan S.B. Justika. 1978. Pengaruh waktu pemupukan NPK
terhadap produksi kacang hijau. Bulletin Agronomi 9(2); hlm 83-88.
BPS Provinsi Lampung, 2010. Produksi Padi, Jagung, dan kedelai.
Http://Lampung.Bps.Go.Id/?R=Brs/Index&Brs= 89/.html. [12 Oktober 2011]. BPTP Aceh. 2009. Pemupukan tanaman kedelai. Http://nad.litbang.deptan.
go.id /ind/files/buletin/2009/ pemupukan% 20tanaman%20kedelai.pdf. [ 21 Oktober 2011].
Dunia Industri. 2011. Menyedihkan Insonesia Impor Kedelai Rp 714 Triliun. Http://duniaindustri.com/agroindustri/604-menyedihkan-indonesia-impor-kedelai-rp-714-triliun.html. [ 21 Oktober 2011].
Fageria, N.K. 2010. Optimal Nitrogen Fertilizing Timing for Upland Rice. 19th
World Congress of Soil Science. Soil Solution for a Changing World. Hlm 176-179.
Fehr. W. R., C. E. Cavieness, D. T. Burmood, and J. S. Pennington. 1971. Stage
of Development Description for Soybean Glycine max (L.) Merril. Crop Sci.
Madison. USA. 11 hlm.
Firmansyah, A. 2007. Upaya Peningkatan Produktivitas Tanaman Kedelai
Varietas Panderman Melalui Dosis Dan Waktu Pemberian Kalium. (Jurnal
Penelitian). Universitas Brawijaya. Malang. 14 hlm.
Foth, H. D. 1991. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Diterjemahkan oleh E. D. Harjadi, S.S. 2002. Pengantar Agronomi. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 195 hlm.
Ghaffar, A., M.F. Saleem, A. Ali, dan A.M. Ranjha. 2007. Effect of K2O Levels and Its Application Time on Growth and Yield of Suharcane. Journal of Agricultural Research, 2010, 48(3) hlm: 315-325.
(5)
Universitas Lampung. Bandar Lampung. 104 hlm.
Kadarwati, T.F. 2006. Pemupukan Rasional dalam Upaya Peningkatan
Produktivitas Kapas. Malang : Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan
Serat. Jurnal Perspektif. Volume 5 (2) hlm: 59-70.
Kompas, 2008. Lampung genjot produksi kedelai. Http://bola.kompas.com/read/ 2008/01/14/19565065/ Lampung. Genjot.Produksi.Kedelai/. [12 Oktober 2011].
Lakitan, B. 1995. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhana. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 203 hlm
Mbah, E.U., C.O. Muoneke, dan D.A. Okpara. 2007. Effect of Compound Fertilizer on the Yield and Productivity of Soybean and Maize in
Soybean/Maize Intercorp in Southeastern Nigeria. Tropical and Subtropical
Agroecosystem, 7 (2007) hlm: 87-95.
Mosali, J., K. Desta, R.K. Teal, K.W. Freeman, K.L. Martin, J.W. Lawles, dan W.R. Raun . 2005. Effect of Foliar Application of Phosphorus on Winter Wheat Grain Yield, Phosporus Uptake, and Use Efficiency. Journal of Plant Nutrition, 2006. 29 hlm: 2147-2163.
Mugnisjah, W. Q. dan A. Setiawan. 2004. Produksi Benih. Bumi Aksara. Jakarta. 129 hlm.
Murtiastono, E, dan M. H. Bintoro. 1979. Response Of Application NPK
Fertilizer After The First Harvest To Mug-Bean Production.
Http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/35379/Respone.2.pdf ?sequence=1.pdf, [06 Oktober 2011].
Novizan, 2002. Petunjuk pemupukan yang efektif. PT. Agromedia Pustaka. Jakarta. 114 hlm.
Nurdin, F., dan Atman. 1998. Teknologi Pengendalian Terpadu Hama Penting
Kedelai. Makalah pada Pertemuan Paket Aplikasi Teknologi BPTP Sukarami
di Batusangkar, 11-12 November 1998.
Nyakpa, M. Y., A.M Lubis, M.A. Pulung, A.G. Amrah, A. Munawar, B. H. Hong, dan N. Hakim. 1988. Kesuburan Tanah. Penerbit Universitas Lampung. Bandar Lampung. 258 hlm
Pasaribu, D. dan Suprapto. 1985. Kedelai. Pusat Penelitian Pengembangan Bogor. 87 hlm.
(6)
Poeloengan, Z. M. L. Fadli, Winarna, S. Ruhutomo, dan E. S. Sutarta. 2003.
Permasalahan Pemupukan pada Perkebunan Kelapa Sawit. Hlm: 67-80.
Prasastyawati, D. dan F. Rumawas. 1980. Perkembangan Bintil Akar Rhizobium javonicum Pada Kedelai. Bulletin Agronomi Vol. 21 No.1 hlm: 4.
Prayogo, CB. 2011. Pengaruh Jenis Pupuk Organik Dan Takaran Pupuk NPK Terhadap Ketersediaan Serta Serapan P Dan K Tembakau( Nicotiana
tabacum L.) Pada Inceptisols Cindaga. (Usul Penelitian). Universitas
Soedirman. Purwokerto. 21 hlm.
Rizqiani, NF. 2007. Pengaruh Dosis Dan Frekuensi Pemberian Pupuk Organik Cair Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Buncis Dataran Rendah. Jurnal Ilmu
Tanah dan Lingkungan Vol. 7 No. 1 (2007) hlm: 43-53.
Sabiham, S. 1996. Prinsip-Prinsip Dasar Uji Tanah. Proyek Pembinaan
Kelembagaan Penelitian dan Pengembangan Pertanian bekerjasama dengan
Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. 19-31 Januari 1996. 23 hlm.
Sadjad, S. 1993. Dari Benih Kepada Benih. PT Gramedia. Jakarta. 144 hlm. Salisbury, F.B. dan C.W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Jilid 1.
Diterjemahkan dari Plant Physiology oleh D. R. Lukman dan Sumaryono. Disunting oleh S. Niksolihin. Penerbit ITB. Bandung. 241 hlm.
Setyamidjaya, D. 1986. Pupuk dan Pemupukan. CV. Simpex. Jakarta. 122 hlm.
Sitompul, S.M. dan B. Guritno. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Gadjah.
Mada University Press. Yogyakarta. 412 hlm.
Sumarno, Soegito, M. Adi, dan R. P. Rodiah. 1992. “Kesesuaian genotype
kedelai terhadap lingkungan musim tanam spesifik.”. Proyek Pembangunan
Penelitian Terapan (AARP), Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. Jakarta. Hlm: 415-434.
Victorlie88. 2010. Pupuk tunggal vs pupuk majemuk. Http://hamparanbuah. wordpress.com/2010/01/23/pupuk-tunggal-vs-pupuk-majemuk/.html. [l6 Oktober 2011].
Walsen, A. 2008. Application of Subur In Fertilizer with Different Doses and Frequency on the Yield of Cucumber (Cucumis sativus L.). Jurnal Budidaya Pertanian 4: 29-37.
Wayan. I.S, N.P.S Ratmini, dan T. Tumarlan. 1997. Budi Daya Kedelai di Lahan Pasang Surut. Proyek Penelitian Pengembangan Pertanian Rawa Terpadu-ISDP. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 16 hlm.
Zuleika. 2001. Pengaruh pemupukan N susulan terhadap pertumbuhan dan hasil
empat genotype kedelai (Glycine max L. [Merr.]. (Skripsi). Universitas