3
kewajiban seperti itu telah dinyatakan sebagai tindakan yang dapat dihukum;
b. Agar  suatu  tindakan  itu  dapat  dihukum  maka  tindakan  itu  harus
memenuhi semua unsur dari delik seperti yang dirumuskan dengan undang-undang;
c. Setiap  straafbaarfeit  sebagai  pelanggaran  terhadap  suatu  larangan
atau  kewajiban,  menurut  undang-undang  itu,  pada  hakikatnya merupakan  tindakan  melawan  hukum  atau  merupakan  suatu
onrechtmatige handeling. Dari  pengertian  straafbaarfeit  tindak  pidana  tersebut,  maka
untuk  adanya  Tindak  Pidana  harus  ada  unsur-unsur  yang  dipenuhi, sebagai berikut :
a. Perbuatan manusia
b. Memenuhi rumusan Undang-Undang syarat formil
c. Bersifat melawan hukum syarat materii
2. Unsur Tindak Pidana
Perbuatan yang dikategorikan sebagai delik menurut Lamintang, bila memenuhi unsur-unsur, sebagai berikut
7
: a.
Harus ada perbuatan manusia; b.
Perbuatan  manusia  tersebut  harus  sesuai  dengan  perumusan  pasal dari undang-undang yang bersangkutan;
c. Perbuatan itu melawan hukum tidak ada alasan pemaaf;
d. Dapat dipertanggungjawabkan.
7
Ibid, 1997, h. 184.
4
Menurut  Moeljatno  dalam  Leden  Marpaung,  tiap-tiap perbuatan  pidana  harus  terdiri  dari  unsur-unsur  lahir,  oleh  karena  itu
perbuatan  yang  mengandung  kelakuan  dan  akibat  yang  ditimbulkan adalah  adanya  perbuatan  pidana,  biasanya  diperlukan  juga  adanya  hal
ihwal atau keadaan tertentu yang menyertai perbuatan.
8
Simons  sebagai  penganut  pandangan  monistis  mengemukakan unsur-unsur stafbaar feit adalah sebagai berikut:
9
a. Perbuatan manusia positif atau negatif, berbuat atau tidak berbuat
b. Diancam dengan pidana
c. Melawan hukum
d. Dilakukan dengan kesalahan
e. Oleh orang yang bertanggungjawab.
Aliran  dualistis  memandang  dari  sudut  abstrak  bahwa  di  dalam memberikan  isi  pengertian  tindak  pidana  tidak  dengan  demikian,  lalu
dibayangkan  adanya  orang  yang  dipidana,  memandang  tindak  pidana semata-mata  pada  perbuatan  dan  akibat  yang  sifatnya  dilarang.  Jika
perbuatan  yang  sifatnya  dilarang  itu  telah  dilakukanterjadi  konkret, baru  melihat  pada  orangnya  jika  orang  itu  mempunyai  kemampuan
bertanggung  jawab  sehingga  perbuatan  itu  dapat  dipersalahkan kepadanya. Dengan demikian, kepadanya dijatuhi pidana. Sementara itu,
aliran  monistis  memandang  sebaliknya  konkret,  yaitu  strafbaar  feit tidak  dapat  dipisahkan  dengan  orangnya,  selalu  dibayangkan  bahwa
dalam strafbaar feit selalu adanya si pembuat orangnya yang dipidana.
8
Ibid, h. 67
9
Sudarto, Op.Cit., h. 39
5
Oleh  karena  itu,  unsur-unsur  mengenai  diri  orangnya  tidak  dipisah dengan  unsur  mengenai  perbuatan.  Semuanya  menjadi  unsur  tindak
pidana.  Unsur  tindak  pidana  pada  perbuatan  dengan  syarat  dipidana pada orang tidak dipisah sebagaimana menurut paham dualistis.
B. Tindak Pidana Penggelapan