5
Oleh karena itu, unsur-unsur mengenai diri orangnya tidak dipisah dengan unsur mengenai perbuatan. Semuanya menjadi unsur tindak
pidana. Unsur tindak pidana pada perbuatan dengan syarat dipidana pada orang tidak dipisah sebagaimana menurut paham dualistis.
B. Tindak Pidana Penggelapan
1. Pengertian Tindak Pidana Penggelapan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI Penggelapan diartikan sebagai proses, cara dan perbuatan menggelapkan
penyelewengan yang menggunakan barang secara tidak sah. Menurut R. Soesilo, penggelapan adalah kejahatan yang hampir
sama dengan pencurian dalam pasal 362. Bedanya ialah pada pencurian barang yang dimiliki itu belum berada di tangan pencuri dan masih
harus “diambilnya” sedangkan pada penggelapan waktu dimilikinya barang itu sudah ada di tangan si pembuat tidak dengan jalan
kejahatan.
10
Menurut Lamintang, tindak pidana penggelapan adalah penyalahgunaan hak atau penyalahgunaan kepercayaan oleh seorang
yang mana kepercayaan tersebut diperolehnya tanpa adanya unsur melawan hukum.
11
Dalam suatu tindak pidana, mengetahui secara jelas tindak pidana yang terjadi adalah suatu keharusan. Beberapa tindak pidana
10
R. Soesilo, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana KUHP Serta Komentar-Komentarnya Lengkap Pasal Demi Pasal, 1968, h. 258
11
Lamintang. Op.Cit,. hlm 95.
6
yang terjadi harus diketahui makna dan definisinya termasuk tindak pidana penggelapan. Penggelapan berarti memiliki barang atau sesuatu
yang dimiliki oleh orang lain tetapi tindakannya tersebut bukan suatu kejahatan.
Tindak Pidana penggelapan adalah termasuk tindak pidana kejahatan terhadap harta kekayaan orang atau vermogendelicten
sebagaimana yang diatur dalam Pasal 372 sampai dengan pasal 377 KUHP.
Kejahatan terhadap harta kekayaan adalah berupa penyerangan terhadap kepentingan hukum orang atas harta benda milik orang lain
bukan milik petindak.
12
Dalam Pasal 372 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana KUHP menegaskan :
Barang siapa dengan sengaja melawan hukum memiliki barang sesuatu atau seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang
lain, tetapi yang ada dalam kekuasaannya bukan karena kejahatan diancam karena penggelapan, dengan pidana paling
lama empat tahun atau pidana denda paling banyak sembilan ratus rupiah.
Tindak pidana yang tercantum di dalam Pasal 372 KUHP adalah tindak pidana pokok. Artinya, semua jenis penggelapan harus
memenuhi bagian inti Pasal 372 KUHP ditambah bagian inti lainnya. Adami Chazawi mengemukakan penjelasannya mengenai tindak
pidana penggelapan berdasarkan pasal 372 KUHP yang dikemukakan sebagai berikut :
13
12
Adami Chazawi, 2011, h. 1
13
Ibid, h. 70
7
Perkataan verduistering
yang kedalam
bahasa kita
diterjemahkan secara harfiah dengan penggelapan itu, bagi masyarakat Belanda diberikan secara arti luas figurlijk, bukan
diartikan seperti arti kata yang sebenarnya sebagai membikin sesuatu menjadi tidak terang atau gelap. Lebih mendekati
pengertian bahwa petindak menyalahgunakan haknya sebagai yang menguasai suatu benda memiliki, hak mana tidak boleh
melampaui dari haknya sebagai seorang yang diberi kepercayaan untuk menguasai benda tersebut bukan karena
kejahatan.
Dari beberapa pengertian dan penjelasan mengenai arti kata penggelapan dapat dilihat juga pada penjelasan C. S. T. Kansil dan
Christine S. T. Kansil yang mendefinisikan penggelapan secara lengkap sebagai berikut :
14
Penggelapan, barang siapa secara tidak sah memiliki barang yang seluruhnya atau sebagian adalah milik orang lain dan yang
ada padanya bukan karena kejahatan, ia pun telah bersalah melakukan tindak pidana eks. Pasal 372 KUHP yang
dikualifikasikan sebagai
“verduistering” atau “penggelapan”. Selanjutnya, Tongat menegaskan perihal pengertian tentang
penggelapan ini, bahwa :
15
Apabila suatu benda berada dalam kekuasaan orang bukan karena tindak pidana, tetapi karena suatu perbuatan yang sah,
misalnya karena penyimpanan, perjanjian penitipan barang, dan sebagainya. Kemudian orang yang diberi kepercayaan untuk
menyimpan dan sebagainya itu menguasai barang tersebut untuk diri sendiri secara melawan hukum, maka orang tersebut berarti
melakukan “penggelapan”.
Pengertian yuridis mengenai penggelapan diatur pada Bab XXIV buku II KUHP, terdiri dari 5 pasal 372 sd 376. Salah satunya
yakni Pasal 372 KUHP, merupakan tindak pidana penggelapan dalam
14
C. S. T. Kansil dan Christine S. T. Kansil, Kamus Istilah Aneka Hukum. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta, 2000, h. 252
15
Tongat, Op. Cit, h. 60
8
bentuk pokok yang rumusannya berbunyi: Barang siapa dengan sengaja menguasai secara melawan hukum sesuatu benda yang
seharusnya atau sebagian merupakan kepunyaan orang lain yang berada padanya bukan karena kejahatan, karena bersalah melakukan
penggelapan, dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya 4 empat tahun atau dengan pidana denda setinggi-tingginya 900
sembilan ratus rupiah. Jadi, penggelapan dalam tindak pidana tersebut dapat diartikan
sebagai suatu
perbuatan yang
menyimpangmenyeleweng, menyalahgunakan kepercayaan orang lain dan awal barang itu berada
ditangan bukan merupakan perbuatan yang melawan hukum, bukan dari hasil kejahatan.
2. Jenis-Jenis Tindak pidana Penggelapan