22
karena dahulu di kota Semarang sepanjang jalan Patimura sampai dengan jalan Halmaera banyak ditumbuhi pohon asem. Sehingga motif Pohon Asem menjadi
ciri di kota Semarang. Kurangnya sumber daya manusia SDM yang terampil dalam melakukan
proses pembuatan batik menjadi penghambat perkembangan Kampung Batik. Selain itu, tempat untuk pembuatan batik tulis dan cap di Kampung Batik juga
cukup terbatas sehingga kurang memadai jika terjadi produksi dalam jumlah yang banyak. Sehingga ketika entrepreneur mendapatkan pesanan batik tulis atau cap
dalam jumlah yang banyak khususnya batik tulis dan cap, mereka melempar pesanan tersebut untuk di kerjakan di Pekalongan
16
. Hambatan lainnya untuk perkembangan Kampung Batik adalah minimnya
ketersediaan bahan –bahan pembuatan batik seperti obat dan pewarna yang masih
harus dibeli dari kota lain. Seperti yang dituturkan oleh AFF sebagai berikut :
“kain, obat dan bahan kita masih beli di Pekalongan, ongkosnya kesana satu kali jalan berapa? Karena memang bahan yang komplit dan murah adanya disana,
otomatis kan harga jual produk kita jadi tinggi”
Hal ini sesuai dengan penelitian Hafsah 2004 mengenai hambatan internal yang dihadapi oleh UKM pada umumnya.
Perkembangan batik di Kampung Batik sebenarnya sudah dapat dikatakan baik walaupun belum maksimal. Peran Pemerintah dalam mendukung Kampung
Batik direalisasikan dengan mengadakan pelatihan batik secara rutin tiap tahun di balai batik, yang berlokasi di Kampung Batik. Selain itu, Pemerintah mengadakan
pameran batik setiap mendekati HUT kota Semarang, serta memberikan fasilitas tempat gratis jika ada pameran-pameran di luar kota dan memberikan bantuan
berupa bahan baku untuk pembuatan batik.
4. 3 Pemasaran
Dalam menjalankan bisnisnya, entrepreneur batik di kota Semarang senang
menggunakan cara-cara
tradisional terutama
untuk kegiatan
pemasarannya. Mereka menggunakan cara word of mouth atau dari mulut ke mulut. Word of mouth WOM merupakan pertukaran komentar, pemikiran atau
16
Hasil wawancara dengan informan di Kampung Batik
23
ide –ide antara dua konsumen atau lebih Mowen dan Minor, 2002. Pengalaman
ini, seperti dituturkan oleh WDY sebagai berikut :
“ya saya tinggal nunggu di toko saja, apalagi sekarang kan daerah Tlogosari mulai rame, ndak kayak dulu lagi, toko batik disini juga saya saja,mereka beli
biasanya karena tau dari orang- orang”
Pemasaran dengan cara word of mouth masih menjadi salah satu cara pemasaran yang efektif dalam mengelola usaha. Pemasaran secara tradisional
dilakukan karena entrepreneur tidak menyediakan dana khusus untuk melakukan kegiatan promosi. Selain itu dukungan lokasi usaha yang berada di keramaian,
membuat entrepreneur merasa bahwa kegiatan promosi dengan cara word of mouth sudah menjadi cara yang paling efektif.
Sedangkan entrepreneur lain seperti CYD, CHR dan YNC tetap menggunakan cara tradisional, namun mereka juga sudah menggunakan cara yang
lain, seperti dengan cara keliling ke suatu daerah untuk memasarkan produk secara langsung, seperti yang dituturkan oleh CYD sebagai berikut :
“kalau saya kelilingan saja, pokoknya di Jawa, bisa Jawa Barat, Jawa Tengah sama Jawa Timur, kalau ada toko baru ya dimasuki aja, pokok’e ditawar-tawarke
aja barang dari kita”
Mereka sudah mulai ada yang beradaptasi dengan teknologi menggunakan media online seperi facebook, twitter, blackberry messenger dan blog dalam
memasarkan produk mereka. Hal ini diungkapkan oleh YNC dan CHR sebagai berikut :
“kalau aku sih pribadi masarke barangku ya dari kegiatan gerejaku,banyak yang tau kalau aku jualan batik. kalau yang lain mungkin ya kayak aku kan ada blog
khusus buat batik’ku, tinggal di update terus aja produknya” “kalau aku jaga toko aja, disini sampe sore, jualan lewat bb juga, facebook juga,
pokoknya ya kita akfif aja, kalau memang sudah terjun ke usaha itu ya harus total pokoknya.”
24
Seiring berjalannya waktu, entrepreneur mulai melakukan inovasi mengenai cara pemasaran yang mereka lakukan, dari cara tradisional menjadi
modern. Hal tersebut sesuai dengan penelitian dari Winardi 2008 yang menyatakan bahwa entrepreneur merupakan seorang innovator.
Pemasaran dengan cara-cara tradisional masih sering digunakan oleh entrepreneur batik di kota Semarang. Karena cara tersebut dianggap masih
sebagai cara pemasaran yang efektif, walaupun sudah mulai ada entrepreneur yang menggunakan pemasaran yang menggunakan teknologi. Pada dasarnya
tujuan mereka melakukan pemasaran adalah untuk meningkatkan penjualan produk entrepreneur
17
.
4. 4 Jaringan