Informan 1 Informan 2 Hasil penelitian

39 ruang gerak masyarakat untuk memilih tempat berbelanja kebutuhannya. Penjual sayur gendong dengan membaca peluang pasar menemukan cara berjualan dengan menggendong sayur mayur menuju rumah-rumah penduduk. Bab tiga ini menggambarkan bagaimana Penjual sayur gendong memaknai idiologi narima ing pandum.

C. Hasil penelitian

Penjual sayur gendong sebagai informan dalam wawancara ini bekerja dengan memaknai idiologi narima ing pandum .

1. Informan 1

Peneliti bertemu N1, alamat rumahnya di jalan pemandangan dekat kantor kecamatan Sidorejo Salatiga. N1 berumur 50 tahun, sudah berjualan sayur gendong selama 23 tahun. Ia tidak sekolah namun mampu mengenal jumlah uang. Suami N1 berumur limapuluh tahun, bekerja sebagai buruh tukang dan jika tidak ada bangunan ia menjual es dawet. Peneliti bertanya makna narima ing pandum sebagai Penjual sayur gendong dijawab, “Ya bekerja itu enggak perlu ngoya”, artinya jangan dipaksa atau dibuat sulit, walaupun tetangga sudah punya macam-macam dengan kredit, seperti kredit piring, baju, kursi ya kami enggak berani ngutang, Bu”. Mereka juga mengatakan, “ Ya hidup yang sudah diberikan Tuhan disyukuri akan mendatangkan ketenanga n batin”. Mereka mengatakan, “Ya rejeki tersebut dari pemberian Tuhan Yang Maha Esa ”. Walau persaingan berjualan sayur gendong bertambah besar mereka mengatakan tidak iri dengan rejeki orang lain, mereka mensyukuri rejeki yang ada walau sedikit dan banyak saingan pasar dalam berjualan sayur. N1 dan suaminya mengatakan, “Ya enggak usah berpikir rumit- rumit Bu, yang penting batin ini tenang”. N1 berharap anak dan cucunya lebih baik dari dirinya dan jangan menjadi penjual sayur gendong. 40

2. Informan 2

Peneliti bertemu N2, alamat dijalan pemandangan dekat kantor Kecamatan Salatiga. Awalnya N2 ini takut dengan wawancara ini namun setelah ibu ini mendapat penjelasan dari peneliti ia mengerti dan menerima peneliti kerumahnya untuk diwawancarai. N2 berumur 52 tahun dan berjualan selama 23 tahun. Suami subjek bekerja sebagai buruh tukang dan jika tidak ada bangunan ia hanya di rumah. Suami subjek adik kakak dengan suami ibu N1. Suami ibu N2 lebih tua dari suami Ibu N2. Mereka delapan bersaudara, tujuh anak laki-laki dan satu anak perempuan dan menerima tanah warisan sama banyaknya. Harta tanah warisan di bagi delapan anak dan luas tanah warisan orang tua sama luasnya 23 x 25 meter². N2 ini juga mengaku bahwa dia memilih sebagai Penjual sayur bakul gendong untuk mencukupi kebutuhan rumahtangga sehari-hari. Makna narima ing pandum ia katakan, “Ya apa-apa disyukuri aja to Bu, rejeki sudah digariskan Tuhan pada setiap orang”. Ia juga mengatakan, “Hidup ya disenang-senangkanlah...Bu”. N2 ini tidak mau anak dan cucunya menjual sayur gendong. Ia berharap anak dan cucunya lebih maju dari dirinya. N2 ini juga mengatakan , “Cukup mbahnya yang rekoso susah”. Subjek berharap anak-anak dan cucunya tidak mengalami sebagai Penjual sayur gendong. N2 ini berharap keturunannya lebih baik dari dirinya.

3. Informan 3