Informan 3 Informan 4 Hasil penelitian

40

2. Informan 2

Peneliti bertemu N2, alamat dijalan pemandangan dekat kantor Kecamatan Salatiga. Awalnya N2 ini takut dengan wawancara ini namun setelah ibu ini mendapat penjelasan dari peneliti ia mengerti dan menerima peneliti kerumahnya untuk diwawancarai. N2 berumur 52 tahun dan berjualan selama 23 tahun. Suami subjek bekerja sebagai buruh tukang dan jika tidak ada bangunan ia hanya di rumah. Suami subjek adik kakak dengan suami ibu N1. Suami ibu N2 lebih tua dari suami Ibu N2. Mereka delapan bersaudara, tujuh anak laki-laki dan satu anak perempuan dan menerima tanah warisan sama banyaknya. Harta tanah warisan di bagi delapan anak dan luas tanah warisan orang tua sama luasnya 23 x 25 meter². N2 ini juga mengaku bahwa dia memilih sebagai Penjual sayur bakul gendong untuk mencukupi kebutuhan rumahtangga sehari-hari. Makna narima ing pandum ia katakan, “Ya apa-apa disyukuri aja to Bu, rejeki sudah digariskan Tuhan pada setiap orang”. Ia juga mengatakan, “Hidup ya disenang-senangkanlah...Bu”. N2 ini tidak mau anak dan cucunya menjual sayur gendong. Ia berharap anak dan cucunya lebih maju dari dirinya. N2 ini juga mengatakan , “Cukup mbahnya yang rekoso susah”. Subjek berharap anak-anak dan cucunya tidak mengalami sebagai Penjual sayur gendong. N2 ini berharap keturunannya lebih baik dari dirinya.

3. Informan 3

Peneliti bertemu dengan N3, alamat rumahnya di belakang Gendongan Rt. 3, Rw. 3. Bang Arum Salatiga. Ia berumur 52 tahun dan tinggal dengan dua anak perempuannya dan bersama satu cucu. N3 sudah bekerja sebagai Penjual sayur gendong selama 28 tahun. 41 Suami subjek bekerja sebagai buruh tukang dan jika tidak ada bangunan ia hanya di rumah. N3 sudah bekerja keras untuk ikut mendukung kehidupan sehari- hari rumahtangganya, dengan berjualan sayur gendong ia dapat memberi makan keluarga sehari-hari. Ia juga mengaku uang sisa berjualan dapat juga dipakai untuk arisan lingkungan Rt. Sejak lama keluarganya juga mendukung ia berjualan sayur gendong. N3 saat ditanyakan makna narima ing pandum dalam bekerja berjualan mengatakan, “Ya walau sedikit-sedikit hasilnya tapi kami mensyukurinya, yang paling penting sehat dan ada keten angan batin Bu”. N3 ini mengaku dengan berjualan ia bertemu banyak orang dan dapat mengatur dirinya sendiri maksudnya dapat berjualan kapan saja tanpa yang mengatur gerak langkahnya. N3 berjualan atas kehendak sendiri dan dapat bebas kapan mau jualan atau tidak, dengan demikian dukungan keluarga sudah sejak dulu saat anak-anak masih kecil yang menunggu anak-anak di rumah adalah orang tuanya sehingga N3 dapat berjualan. Walau harus bekerja setiap hari N3 ini juga berharap anak-anak dan cucunya jangan menjual sayur gendong. N3 berharap hidup mereka lebih baik lagi.

4. Informan 4

Peneliti bertemu N4, alamatnya di belakang Gendongan RT. 3, Rw. 3, Bang Arum Salatiga. N4 berumur 52 tahun dan sudah berjualan sayur gendong selama 27 tahun. Pendidikan N4 ini sampai pada Sekolah Dasar. N4 memiliki dua anak yang sudah menikah dan satu cucu. N4 saat di tanya bagaimana memaknai narima ing pandum dengan bersyukur dan menerima rejeki yang sudah Tuhan berikan setiap hari. N4 mengatakan, “ Ya kalau Saya itu bersyukur dan berdoa pada Tuhan itu saja yang 42 jadi pegangan saya Bu”. “ Ya walau sedikit-sedikit setiap hari kan dapat memenuhi makan harian... gitu lho Bu” awalnya ibu ini belum mengerti makna narima ing pandum , setelah dijelaskan ia dapat menjawabnya Suami subjek berumur 56 tahun bekerja sebagai gembala sapi milik orang lain. Di tanah berukuran 400m² ia membangun rumahnya dari harta warisan orang tua. N4 ini dengan bekerja sebagai Penjual sayur gendong sangat berharap anak- anaknya lebih baik dari dia. Ini dilihat dari pendidikan anak-anaknya yang hanya dua orang, yang sudah jadi guru TK dan tentara. Ia mengaku taat beragama dengan ucapannya saya berdoa agar semua jadi lancar dan sukses.

5. Informan 5