13
menentukan apa yang benar-benar dibutuhkan dalam menyusun sebuah program BK.
Terdapat empat hal penting yang harus diperhatikan dalam melakukan perencanaan program BK. Pertama,
mengumpulkan informasi mengenai siswa dan komunitas. Kedua, mengidentifikasi keberadaan dan penggunaan
sumber yang ada. Ketiga, mempelajari penyampaian program BK yang ada. Keempat, mengumpulkan persepsi
mengenai program Gysbers Henderson, 2006.
2.1.1 Mengumpulkan informasi mengenai siswa
dan komunitas
Informasi mengenai siswa berupa apa yang mereka ketahui, mereka pelajari, dan mereka
butuhkan. Informasi komunitas yang dimaksud adalah konteks dimana siswa tinggal seperti
etnisitas, bahasa, status sosio-ekonomi, dan latar belakang keluarga. Informasi siswa dan komunitas
penting untuk menentukan tujuan layanan BK. Ini merupakan langkah awal dalam menyusun program
BK. Kebutuhan siswa dalam program BK adalah pencapaian tugas perkembangan dan pemberian
bantuan terhadap masalah siswa Badrujaman, 2011. Tugas perkembangan siswa berhubungan
dengan pemenuhan kebutuhan psikologi dan sosial siswa.
Pada usia siswa SLTA, sekitar 16-18 tahun, tergolong sebagai remaja akhir Berk, 2012 sehingga
tugas perkembangan siswa SLTA berhubungan erat dengan permasalahan yang dihadapi remaja pada
14
umumnya. Salah satu contoh tugas perkembangan pada periode usia ini adalah menerima keadaan fisik
sendiri. Setiap individu pada periode usia ini harus belajar untuk melaksanakan tugas perkembangan
tersebut. Misalnya anak remaja dengan tubuh pendek, ia harus belajar untuk menerima keadaaan
fisik tersebut. Jika ia tidak mampu atau gagal, ia akan merasa tidak bahagia.
2.1.2 Mengidentifikasi
keberadaan dan
penggunaan sumber yang ada
Terdapat tiga sumber yang seharusnya ada dalam program bimbingan, yaitu sumber berupa
personel, keuangan, dan kebijakan. a.
Personel Pada
dasarnya personel
BK yang
dimaksud adalah
administrator BK
dan konselor itu sendiri tetapi di Indonesia yang
umum menjadi personel BK adalah guru BK. Untuk menjadi guru BK yang profesional
terdapat beberapa persyaratan yang harus dipenuhi. Menurut Permendiknas No. 27
Tahun 2008, seorang konselor sekolah harus minimal merupakan lulusan Program Strata 1
Studi Bimbingan Konseling atau peserta program Pendidikan Profesi Konselor dari
perguruan tinggi
penyelenggara program
pengadaan tenaga
kependidikan yang
terakreditasi. Dalam SK Bersama Menteri
15
Pendidikan dan Kebudayaan dan Kepala Badan Administrasi
Kepegawaian Negara
No. 04331P1993
dan No.
251993, perbandingan konselor sekolah dan jumlah
siswa di setiap sekolah adalah 1:150 atau tidak lebih dari 250 tiap tahun. Hasil penelitian di
SLTA di Missouri menunjukkan bahwa rasio guru BK : siswa yang memadai menghasilkan
lulusan yang lebih baik dan menurunkan pelanggaran kedisiplinan di kalangan siswa
Lapan et al, 2012 . Seorang guru BK juga harus memenuhi
empat standar kompetensi, yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional.
Dalam kompetensi pedagogik, guru BK harus 1 Menguasai teori dan praksis pendidikan, 2
Mengaplikasikan perkembangan fisiologis dan psikologis serta perilaku konseli, dan 3
Menguasai esensi pelayanan bimbingan dan konseling dalam jalur, jenis, dan jenjang
satuan pendidikan.
Dalam kompetensi
kepribadian, guru BK harus mampu 1 Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, 2 Menghargai dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, individualitas
dan kebebasan memilih, 3 Menunjukkan integritasdan stabilitas kepribadian yang kuat,
dan 4 Menampilkan kinerja berkualitas tinggi.
16
Dalam kompetensi sosial, seorang guru BK
dharapkan mampu
1 Mengimplementasikan kolaborasi intern di
tempat bekerja, 2 Berperan dalam organisasi dan kegiatan profesi bimbingan dan konseling,
dan 3
Mengimplementasikan kolaborasi
antarprofesi. Sejalan dengan pemikiran Gysbers Henderson 2006 bahwa seorang
guru BK haruslah seorang yang profesional dan
bersertifikat, kompetensi
profesional memberikan tuntutan yang paling banyak
dibanding dengan tiga kompetensi lainnya. Guru BK harus mampu 1 Menguasai konsep
dan praksis
asesmen untuk
memahami kondisi, kebutuhan, dan masalah konseli, 2
Menguasai kerangka teoretik dan praksis bimbingan dan konseling, 3 Merancang
program Bimbingan
dan Konseling,
4 Mengimplementasikan
program Bimbingan
dan Konseling yang komprehensif, 5 Menilai proses dan hasil kegiatan Bimbingan dan
Konseling, 6
Memiliki kesadaran
dan komitmen terhadap etika profesional, dan 7
Menguasai konsep dan praksis penelitian dalam bimbingan dan konseling.
Pada kenyataan di lapangan, kompetensi profesional ini menjadi hambatan terbesar
dalam melaksanakan program BK sekolah Winkel Hastuti, 2004. Guru BK lebih
17
sering dianggap
sebagai polisi
sekolah dibandingkan sebagai pembimbing karena
lebih sering bersikap pasif dengan hanya menunggu siswa datang atau staf lain
memberikan tugas. b.
Keuangan Pada
praktiknya, anggaran
untuk program BK masih minim padahal sumber
keuangan ini akan memperlancar pelaksanaan program. Kebanyakan konselor tidak memiliki
anggaran yang baik untuk program BK Schimdt dalam Badrujaman, 2011. Salah
satu alasan tidak terlaksananya evaluasi program adalah karena terkendala anggaran
yang tidak mencukupi Shertzer Stone, 1981.
Kategori sumber keuangan meliputi anggaran,
material, perlengkapan,
dan fasilitas. Anggaran keuangan digunakan
antara lain
untuk penyediaan
media bimbingan, seperti CD, buku, film, dan
penyediaan tes standar. Jika media tidak dapat tersedia akibatnya kegiatan bimbingan
tidak akan bervariasi, guru BK akan lebih banyak
melakukan ceramah
dibanding kegiatan-kegiatan
yang lebih
mendukung lainnya. Kegiatan evaluasi yang tertunda atau
bahkan tidak terlaksana akan mengakibatkan minimnya perbaikan dalam program. Strategi
18
yang sudah
dipersiapkan tidak
akan terlaksana tanpa adanya dukungan anggaran
keuangan. c.
Politik Sumber politik yang dimaksud meliputi
kebijakan dari dinas pendidikan lokal dan nasional, sekolah, dan standar dari asosiasi
BK. Contohnya adalah dukungan berupa pemberian jam bimbingan klasikal terjadwal
dan pemberian
ijin melakukan
kegiatan bimbingan
dari kepala
sekolah atau
diterbitkannya peraturan
dari dinas
pendidikan atau
menteri mengenai
pelaksanaan BK di sekolah. Sebaiknya waktu yang disediakan bagi
konselor adalah delapan jam perhari. Waktu tersebut dimaksudkan agar konselor bisa
menyediakan waktu sesudah jam pelajaran sekolah usai. Kegiatan bimbingan dapat
dilakukan di dalam atau di luar jam pelajaran tetapi kegiatan di luar jam pelajaran sebanyak-
banyaknya 50 dari keseluruhan kegiatan bimbingan. Artinya, kegiatan bimbingan harus
lebih banyak dilakukan di dalam jam pelajaran sekolah.
Dalam Buku Petunjuk Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling SMP dan SMA,
menyebutkan jam kerja guru BK adalah 18 jam seminggu dengan rincian 12 jam untuk
19
kegiatan pendukung dan 6 jam untuk kegiatan evaluasi.
2.1.3 Mempelajari penyampaian program BK yang