21
program dapat
terdeteksi, program
akan bisa
dikembangkan. Perbaikan dan pengembangan program akan meningkatkan kepercayaan stakeholder. Program
yang akuntabel dapat memberikan informasi yang memadai mengapa sebuah program dapat atau tidak dapat
dilaksanakan. Informasi akurat tersebut hanya bisa
disampaikan jika ada pelaksanaan evaluasi.
Berdasarkan pandangan mengenai evaluasi program dan perencanaan program BK, maka evaluasi perencanaan
program BK dapat disimpulkan sebagai sebuah kegiatan mengumpulkan
dan menganalisis
data mengenai
gambaran yang konkret dan detail tentang program BK yang ada sehingga informasi yang diperoleh dapat
digunakan untuk
membuat keputusan.
Sebelum perencanaan program BK dilaksanakan, harus ada
keterlibatan pihak lain selain guru BK yang memberikan penilaian, seperti kepala sekolah, guru dan staf.
Keterlibatan ini akan menjadikan program BK sebagai program yang familiar dan tidak hanya menjadi milik staf
BK karena pada pelaksanaannya, program BK akan melibatkan semua warga sekolah Gysbers Henderson,
2006.
2.3 Program Bimbingan Konseling Komprehensif
Program Bimbingan dan Konseling merupakan program
yang komprehensif
karena menyediakan
serangkaian aktivitas
dan layanan
beragam yang
melibatkan tim dan bersifat developmental. Program dilaksanakan dengan terencana dan sistematis untuk
22
mendampingimembimbing perkembangan
akademis, karier, personal, dan sosial siswa. Untuk dapat
melaksanakan program BK dengan baik maka keterlibatan seluruh warga sekolah sangat diperlukan. Guru BK tidak
bekerja sendiri dalam merencanakan dan melaksanakan program BK, mereka bekerja sama dengan guru BK yang
lain, seluruh staf sekolah, orang tua, dan bahkan anggota masyarakat.
Program BK Komprehensif memiliki empat elemen, seperti yang tergambar di bawah ini:
Gambar 2.1 Elemen Program BK Komprehensif
Sumber: Gysbers Henderson, 2006
Elemen pertama adalah KontenIsi Program. Elemen ini berisikan kompetensi atau standar siswa yang disesuaikan
dengan tujuan sekolah. Elemen ini mendeskripsikan apa yang seharusnya siswa peroleh, ketrampilan apa yang
23
seharusnya siswa kembangkan, dan sikap apa yang seharusnya
terbentuk pada
diri siswa
setelah berpartisipasi dalam keseluruhan program BK. standar
dan kompetensi siswa harus meliputi bidang akademik, karier, pribadi, dan sosial siswa.
Elemen kedua adalah kerangka organisasi: struktur,
kegiatan, dan waktu. Komponen struktural meliputi definisi, asumsi, dan rasionalisasi. Definisi yang dimaksud
adalah definisi
tentang program
BK menurut
daerahsekolah tertentu. Program BK antara satu sekolah dengan sekolah yang lain berbeda, untuk itu tiap
sekolahdaerah seharusnya memiliki definisi tersendiri mengenai program mereka masing-masing. Asumsi
merupakan pernyataan-pernyataan
mengenai kondisi
tertentu dari siswa, staf, dan program terkini. Contoh asumsi mengenai siswa adalah bahwa setiap siswa di
sekolah kami memiliki akses yang merata terhadap program BK; asumsi mengenai staf adalah guru BK yang
profesional sangat penting bagi sekolah; dan asumsi mengenai program adalah tujuan penting dari program BK
adalah untuk membantu siswa sukses dalam bidang akademis. Rasionalisasi fokus pada alasan-alasan
mengapa siswa perlu memperoleh kompetensi BK dan memiliki akses terhadap bimbingan yang disediakan dari
program. Komponen program terdiri dari empat hal, yaitu
layanan dasar, perencanaan individu, layanan responsif, dan dukungan sistem. Layanan Dasar terdiri dari
kompetensi siswa
yang ditetapkan
sesuai dengan
24
kebutuhan siswa dan kegiatan yang terstruktur yang dapat dilaksanakan di dalam kelas ataupun di lingkungan
sekolah di
luar kelas.
Perencanaan Individual
menyediakan kegiatan dan layanan BK untuk membimbing semua siswa dalam merencanakan, memonitor, dan
mengelola perkembangan akademik, karier, personal, dan sosial siswa. Perencanaan Individual diimplementasikan
melalui strategi penilaian individual, konseling individual, perencanaan peralihan, dan tindak lanjut.
Layanan Responsif bertujuan untuk bekerja sama dengan siswa yang permasalahan pribadinya mengancam
perkembangan pendidikan, karier, personal, dan pribadi mereka. Permasalahan pribadi yang dimaksud misalnya
kekerasan dalam rumah tangga, kemungkinan drop-out, tertekan, penggunaan zat-zat berbahaya, dan lain-lain.
Ada empat strategi dalam pelaksanaan layanan responsif, yaitu konseling individu, konseling kelompok kecil,
konsultasi, dan referral. Referral merupakan kegiatan alih tangan dari guru BK kepada pihak-pihak yang lebih ahli
jika permasalahan siswa dianggap membutuhkan layanan yang lebih. Dukungan Sistem terdiri dari kegiatan
manajemen yang
membangun, merawat,
dan mengembangkan program BK. Kegiatan manajemen
tersebut meliputi
penelitian dan
pengembangan, pengembangan profesional, hubungan masyarakat, dewan
penasihatkomite, komunitas, manajemen program, dan tanggung jawab berbagi tugas. Dukungan sistem ini akan
membantu ketiga komponen lainnya bekerja secara efektif.
25
Komponen alokasi waktu menyajikan alokasi waktu
yang disarankan untuk didistribusikan oleh guru BK dalam menjalankan komponen program. Untuk program
BK SLTA, disarankan 15-25 waktu guru digunakan untuk
layanan dasar,
25-35 digunakan
untuk perencanaan individu, 25-35 digunakan untuk layanan
responsif, dan 10-15 digunakan untuk dukungan sistem. Distribusi waktu tersebut seharusnya berdampak pada
semakin minimnya kegiatan yang dilakukan oleh guru BK yang merupakan kegiatan non-BK. alokasi waktu tersebut
tidak bersifat mengikat tetapi disesuaikan dengan situasi dan kondisi di sekolah masing-masing. Elemen yang
ketiga adalah elemen sumber. Elemen sumber meliputi
sumber personel yang fokus pada kompetensi guru BK dan staf; sumber keuangan yang mengatur alokasi anggaran
program BK; dan sumber politik yang berisikan kebijakan dari sekolah atau dinas pendidikan.
Elemen yang
keempat adalah
pengembangan,
manajemen, dan akuntabilitas. Elemen ini berfokus pada
kegiatan manajemen program BK yang dimulai dari perencanaan,
desain, pelaksanaan,
evaluasi, dan
pengembangan program. Kegiatan manajemen ini merupakan serangkaian fase yang tidak terputus. Ketika
program telah dievaluasi, diharapkan ada pengembangan program berdasarkan dari hasil evaluasi dan dalam
pengembangan program ini dibutuhkan lagi kegiatan perencanaan. Serangkaian tugas manajemen tersebut
merupakan tuntutan
akuntabilitas program
yang
26
berdampak pada perkembangan akademik, karier, pribadi, dan sosial siswa.
2.4 Alasan Tidak Dilaksanakannya Evaluasi Program