PENGEMBANGAN LKS MATERI SUHU DAN KALOR DENGAN SCIENTIFIC APPROACH UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA

(1)

Fretty Intan Normarita

ABSTRAK

PENGEMBANGAN LKS MATERI SUHU DAN KALOR DENGAN SCIENTIFIC APPROACH UNTUK

MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA

Oleh

Fretty Intan Normarita

Lembar kerja siswa merupakan salah satu media yang digunakan dalam proses pembelajaran untuk mengembangkan keterampilan, sikap dan pengetahuan. Berdasarkan hasil angket analisis kebutuhan guru dan siswa di SMA Negeri 1 Terusan Nunyai Lampung Tengah bahwa diperlukannya LKS yang berbasis scientific approach bertujuan agar meningkatkan keterampilan dalam sikap ilmiah terutama keterampilan berpikir kreatif.

Tujuan penelitian ini adalah (1) menghasilkan produk LKS; (2) mengetahui kemenarikan LKS; (3) mengetahui kemudahan LKS dan (4) mengetahui

efektifitas LKS ditinjau dari hasil peningkatan keterampilan berpikir kreatifnya .

Tahap pengembangan ini adalah: (1) analisis kebutuhan, (2) identifikasi sumber daya, (3) identifikasi spesifikasi produk, (4) pengembangan produk, (5) uji internal, (6) uji eksternal, dan (7) produksi. Pengujian dari penelitian ini menggunakan dua tahap yaitu uji internal dan eksternal.


(2)

Fretty Intan Normarita Kemenarikan produk LKS memperoleh nilai 3,48 dengan kategori sangat menarik pada uji satu lawan satu dan nilai 3,2 dengan kategori sangat menarik pada uji kelompok kecil. Kemudahan produk LKS memperoleh nilai 3,32 dengan kategori sangat mudah pada uji satu lawan satu dan 3,08 dengan kategori mudah pada uji kelompok kecil. Keefektifan produk pada penilaian pengetahuan diperoleh nilai rata-rata keterampilan berpikir kreatif siswa sebelum menggunakan LKS

mencapai 36,4% dengan kategori kurang kreatif kemudian setelah menggunakan LKS rata-rata keterampilan berpikir kreatif siswa mencapai 81,7% dengan kategori kreatif. Nilai gain yang diperoleh yaitu 0,71 dengan kategori tinggi dan persentasenya 71,21%. Efektifitas LKS dinyatakan efektif dengan 83,3% nilai postest siswa dinyatakan tuntas terhadap KKM.


(3)

PENGEMBANGAN LKS MATERI SUHU DAN KALOR DENGAN SCIENTIFIC APPROACH UNTUK

MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA

Oleh

Fretty Intan Normarita

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Fisika

Jurusan Pendidikan Matematika Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(4)

PENGEMBANGAN LKS MATERI SUHU DAN KALOR DENGAN SCIENTIFIC APPROACH UNTUK

MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA

(Skripsi)

Oleh:

FRETTY INTAN NORMARITA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(5)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

3.1 Model Pengembangan Media Instruksional ... 20 3.2 One-Shot Case Study ... 27 4.1 Produk Akhir Siap Pakai ... 46


(6)

xiii DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 3

D. Manfaat Penelitian ... 4

E. Ruang Lingkup ... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Lembar Kerja Siswa (LKS) ... 6

B. Pendekatan ilmiah ... 11

C. Keterampilan berfikir kreatif ... 14

III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 19

B. Prosedur Pengembangan ... 20

1. Analisis kebutuhan ... 21

2. Identifikasi sumber daya ... 21

3. Identifikasi spesifikasi produk ... 22

4. Pengembangan produk ... 23

5. Uji internal ... 23

6. Uji eksternal ... 25


(7)

xiv

C. Teknik Pengumpuan Data ... 26 D. Teknik Analisis Data ... 27 E. Desain Rancangan LKS ... 32

IV. HASIL PENGEMBANGAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengembangan ... 34 B. Pembahasan ... 46

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan ... 52 B. Saran ... 53

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(8)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Angket Analisis Kebutuhan

a. Kisi-kisi Angket Siswa ... 60

b. Angket Analisis Kebutuhan Siswa ... 61

c. Angket Analisis Kebutuhan Guru ... 62

d. Lembar Observasi Analisis Kebutuhan Guru ... 64

e. Lembar Observasi Inventarisasi Fasilitas Sekolah ... 66

f. Rekapitulasi Hasil Angket dan Observasi ... 67

g. Hasil Observasi Inventarisasi Fasilitas Sekolah ... 70

2. Uji Internal a. Kisi-kisi Uji Ahli Desain ... 71

b. Kisi-kisi Uji Ahli Materi ... 73

c. Instrumen Uji Ahli Desain ... 75

d. Instrumen Uji Ahli Materi ... 79

3. Uji Eksternal a. Kisi-kisi Uji Kemenarikan ... 83

b. Kisi-kisi Uji Kemudahan ... 84

c. Instrumen Uji Kemenarikan ... 85

d. Instrumen Uji Kemudahan ... 87

4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran a. RPP Pertemuan Pertama ... 89

b. RPP Pertemuan Kedua ... 96

c. RPP Pertemuan Ketiga ... 102

d. RPP Pertemuan Keempat ... 109

e. RPP Pertemuan Kelima ... 115


(9)

xviii 6. Hasil Uji Internal

a. Hasil Uji Ahli Desain... 131 b. Hasil Uji Ahli Materi ... 133 7. Hasil Uji Eksternal

a. Hasil Uji Satu Lawan Satu ... 134 b. Hasil Uji Kelompok Kecil ... 135 8. Data Efektivitas LKS ... 139


(10)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Skor Penilaian Terhadap Pilihan Jawaban ... 29

3.2 Konversi Skor Penilaian Menjadi Pernyataan Nilai Kualitas ... 29

4.1 Rekapitulasi HasiL Angket Analisis Kebutuhan Guru dan Siswa ... 35

4.2 Rangkuman Analisis Data Hasil Observasi ... 35

4.3 Rangkuman Hasil Inventarisasi fasilitas yang dimiliki Sekolah ... 36

4.4 Respon dan Penilaian Siswa Terahadap Penggunaan LKS Uji Satu Lawan Satu ... 43

4.5 Respon dan Penilaian Siswa Terahadap Penggunaan LKS Uji Eksternal Kelompok Kecil ... 44


(11)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Skor Penilaian Terhadap Pilihan Jawaban ... 29

3.2 Konversi Skor Penilaian Menjadi Pernyataan Nilai Kualitas ... 29

4.1 Rekapitulasi HasiL Angket Analisis Kebutuhan Guru dan Siswa ... 35

4.2 Rangkuman Analisis Data Hasil Observasi ... 35

4.3 Rangkuman Hasil Inventarisasi fasilitas yang dimiliki Sekolah ... 36

4.4 Respon dan Penilaian Siswa Terahadap Penggunaan LKS Uji Satu Lawan Satu ... 43

4.5 Respon dan Penilaian Siswa Terahadap Penggunaan LKS Uji Eksternal Kelompok Kecil ... 44


(12)

(13)

(14)

(15)

MOTO

“sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan” (Q.S. Al-Insyirah: 6)

ُعِجْرَ ي ىََح ِها ِلْيِبَس ِِ َوُهَ ف ِمْلِعْلا ِبَلَط ِِ َجَرَخ ْنَم

“Barang siapa pergi untuk menuntut ilmu, maka ia berada di jalan Allah SWT, sampai ia pulang”

(HR. Bukhari dan Muslim)

Aku percaya bahwa apapun yang aku terima saat ini adalah yang terbaik dari Tuhan dan aku percaya Dia akan selalu memberikan yang terbaik untukku

pada waktu yang telah Ia tetapkan (Fretty Intan Normarita)


(16)

PERSEMBAHAN

Dengan tidak mengurangi rasa syukur kepada Allah SWT dan segenap rasa cinta kasih serta kerendahan hati, penulis persembahkan skripsi ini kepada: Aku persembahkan cinta dan sayangku kepada Papa dan Mama tercinta yang

telah menjadi motivasi dan inspirasi dan tiada henti memberikan dukungan do'anya buat aku.

“Tanpa keluarga, manusia, sendiri di dunia, gemetar dalam dingin.” Untuk Kakakku tercinta Feby dan Nita serta Adikku Fadil. selalu memberi

motivasi dan dukungan bagi penulis.

Untuk para sahabatku Tri Lestari, Rara Novita dan Rika Anggraini yang selalu memberikan semangat, nasihat, dan doa ketika aku sedang menyelesaikan skripsi

“sahabat adalah salah satu sumber kebahagiaan dikala kita merasa tidak bahagia.”

Deo Valente Sukma “yang bisa mengisi kekuranganku, bukan mengisi kekosonganku, yang senantiasa menjadi penyemangat dan menemani disetiap

hariku.”

Untuk teman-teman fisika angkatan 2011. Almamater Tercinta


(17)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Agung, pada tanggal 26 Oktober 1993 yang diberi nama “Fretty Intan Normarita”, sebagai anak ketiga dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Samino Timbul Basuki, S.Pd dan Ibu Munawaroh.

Penulis mengawali pendidikan formal pada Tahun 1999 di Sekolah Dasar Negeri 3 Bandar Agung, Lampung Tengah. Pada Tahun 2005 penulis melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 3 Way Pengubuan, Lampung Tengah dan lulus Tahun 2008. Selanjutnya pada Tahun 2008 penulis melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 1 Terusan Nunyai, Lampung Tengah dan lulus Tahun 2011.

Pada Tahun 2011 penulis diterima dan terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan MIPA, Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan di Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).

Pada Tahun 2014, penulis melaksanakan praktik mengajar melalui Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA Negeri 1 Pugung, Tanggamus dan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Rantau Tijang Kecamatan Pugung Kabupaten Tanggamus.


(18)

SANWACANA

Bismillahirrohmanirrohim

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan petunjuk, rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengembangan LKS materi suhu dan kalor dengan scientific approach untuk meningkatkan keterampilan berpikir kreatif siswa” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Fisika di Universitas Lampung.

Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak memperoleh bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis tidak lupa menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada yang terhormat :

1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si. selaku Dekan FKIP Universitas Lampung. 2. Bapak Dr. Caswita, M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA.

3. Bapak Drs. Eko Suyanto, M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Fisika.

4. Bapak Drs. I Dewa Putu Nyeneng,M.Sc., selaku Pembimbing Akademik dan Pembimbing I yang tak pernah lelah atas kesediaan dan keikhlasannya memberikan bimbingan, arahan, dan motivasi yang diberikan selama penyusunan skripsi ini.


(19)

5. Bapak Dr. Chandra Ertikanto, M.Pd. selaku Pembimbing II atas kesediaan dan keikhlasannya memberikan bimbingan, arahan dan motivasi yang diberikan selama penyusunan skripsi ini.

6. Bapak Drs. Feriansyah Sesunan, M.Pd. selaku Pembahas atas kesediaan dan keikhlasannya memberikan bimbingan, saran dan kritik kepada penulis dalam proses penyusunan skripsi ini.

7. Ibu Viyanti,S,Pd.,M.Pd yang selalu memberikan motivasi dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf Program Studi Pendidikan Fisika dan Jurusan Pendidikan MIPA

9. Ibu Dr. Adelina Hasyim, M.Pd dan Bapak Choirul Anwar, M.P.Fis., selaku penguji ahli terima kasih atas kesediaan waktu dan kritik yang bersifat posotif dan membangun.

10.Ibu Saptawati, S.Pd selaku guru mitra dan siswa kelas X.D SMA Negeri 1 Terusan Nunyai Lampung Tengah serta Bapak/Ibu Guru dan Staf atas bantuan dan kerjasamanya selama penelitian berlangsung.

11.Rara Novita, Tri Lestari, Rika Anggraini dan Erlina, sahabat terbaikku yang selalu ada di sampingku untuk memberikan motivasi sekaligus pendengar setia disaat ada masalah, baik masalah pribadi maupun masalah di kampus. 12.Sahabat-sahabat seperjuangan Pendidikan Fisika 2011 A: Praba, Bertha,

Desma, Novinta, Desi, Yulia, Inayah, Rizki, Puspita, Adel, Sondang, Rudi, Ajis, Kak Surya, Najib, Hendika, Farouq, dan lainnya yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu terima kasih atas kekompakan selama menjalankan aktivitas di kampus, kalian luar biasa.


(20)

13.Kakak tingkat P.Fisika angkatan 2010, Mba Meitikasari, S.Pd dan Mba Cory Frisca, S.Pd yang telah memberikan inspirasi dalam menyelesaikan skripsi. 14.Teman-teman KKN-KT 2014/2015 pekon Rantau Tijang Kecamatan Pugung,

Tanggamus : Ahmad Ansori, Koko Nurcahyo, Wasilatul Hikmah, Ratih Wulandari, Ferlita Rora Sumeta, Rianti, Fitri Maretta, Shindi Karina Putri, Nufaisa terima kasih kekompakan serta ikatan persaudaraan yang erat. 15.Serta semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini

Semoga Allah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, serta berkenan membalas semua budi yang diberikan kepada penulis dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua, Amiiin.

Bandar Lampung, Mei 2015 Penulis,


(21)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Media pendukung dalam pembelajaran sangat diperlukan sebagai fasilitas dalam menggali potensi pengetahuan siswa. Salah satu media pendukungnya adalah Lembar Kerja Siswa (LKS). LKS memiliki peran yang sangat penting dalam proses pembelajaran karena LKS merupakan tempat mengerjakan sesuatu terkait dengan apa yang sedang dipelajarinya. LKS berupa panduan untuk latihan

pengembangan aspek kognitif, afektif dan psikomotor.

Pendekatan ilmiah atau scientific approach pada hakikatnya merupakan titian emas perkembangan dan pengembangan sikap (ranah afektif ), keterampilan (ranah psikomotorik), dan pengetahuan (ranah kognitif ) siswa. Didalam LKS yang berbasis scientific approach , sangat dibutuhkan peran siswa secara aktif karena proses pembelajaran benar-benar untuk menggali pengetahuan, sikap dan keterampilan.

Studi pendahuluan dilakukan di SMAN 1 Terusan Nunyai Lampung Tengah menunjukkan bahwa disekolah tersebut guru tidak menggunakan LKS pada saat


(22)

2 proses pembelajaran. Guru hanya menggunakan buku paket fisika dan pada saat eksperimen tidak ada LKS untuk mencatat hasil percobaan.

Hasil angket kebutuhan siswa yang ditujukan pada 36 siswa diperoleh persentase sebanyak 72,5% dan 2 orang guru dengan persentase 89,3%. Angka tersebut menyatakan bahwa LKS berbasis scientific approach yang dapat meningkatkan keterampilan berpikir kreatif perlu dikembangkan untuk mempermudah dalam proses pembelajaran serta dapat meningkatkan berpikir kreatif siswa

Tidak tersedianya LKS berbasis scientific approach ini diduga menjadi penyebab kurang efektifnya kegiatan pembelajaran secara langsung melalui kegiatan eksperimen atau investigasi dalam mengembangkan sejumlah keterampilan dasar siswa. Hal ini akan berdampak pada rendahnya kualitas kegiatan eksplorasi untuk membangun pengetahuan siswa melalui pembelajaran langsung dengan

mengembangkan kemampuan berpikir kreatif siswa melalui metode atau kerja ilmiah dalam menemukan konsep atau prinsip.

Berdasarkan permasalahan tersebut di atas, perlunya dalam mewujudkan ketersediaan LKS berbasis pendekatan ilmiah (scientific approach) yang merupakan salah satu alternatif pembelajaran yang cocok diterapkan untuk melatih siswa bekerja secara ilmiah dalam mengembangkan keterampilan sains dan kemampuan berpikir kreatif siswa. Oleh karena itu perlu dikembangkan LKS dengan pendekatan ilmiah yang dapat meningkatkan keterampilan berpikir kreatif. Kelebihan dari LKS yang akan dikembangkan adalah dapat meningkatkan hasil belajar dan pemahaman konsep materi pelajaran, keterampilan sains serta


(23)

3

Didalam LKS yang akan dikembangkan ini diambil materi suhu dan kalor dengan alasan karena pada materi suhu dan kalor hampir semua materi pokok terdapat kegiatan penyelidikan sehingga scientific approach cocok untuk diterapkan pada pembelajaran fisika dengan materi suhu dan kalor serta untuk mengetahui keterampilan kreatif siswa dengan scientific approach yang terdapat didalam LKS.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian pengembangan ini adalah:

1. Bagaimana pengembangan LKS materi suhu dan kalor dengan scientific approach untuk meningkatkan keterampilan berpikir kreatif siswa? 2. Bagaimana kemenarikan LKS materi suhu dan kalor dengan scientific

approach untuk meningkatkan keterampilan berpikir kreatif siswa? 3. Bagaimana kemudahan LKS materi suhu dan kalor dengan scientific

approach untuk meningkatkan keterampilan berpikir kreatif siswa?

4. Bagaimana efektifitas LKS materi suhu dan kalor dengan scientific approach untuk meningkatkan keterampilan berpikir kreatif siswa?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian pengembangan ini adalah:

1. Mewujudkan pengembangan LKS materi suhu dan kalor dengan scientific approach dalam meningkatkan keterampilan berpikir kreatif siswa. 2. Mengetahui kemenarikan LKS materi suhu dan kalor dengan scientific


(24)

4 3. Mengetahui kemudahan LKS materi suhu dan kalor dengan scientific

approach dalam meningkatkan keterampilan berpikir kreatif siswa.

4. Mengetahui efektifitas LKS materi suhu dan kalor dengan scientific approach dalam meningkatkan keterampilan berpikir kreatif siswa.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian yang diperoleh dapat bermanfaat bagi proses pembelajaran, bagi guru dan bagi siswa. Manfaat bagi proses pembelajaran adalah dapat menciptakan suasana pembelajaran yang aktif, kondusif serta lebih komunikatif karena proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan ilmiah lebih menekankan partisipasi aktif dari siswa dan komunikasi yang baik dalam menyampaikan pendapat, sehingga dapat menciptakan suasana belajar yang kondusif karena siswa akan lebih sering berpikir untuk menyelesaikan suatu permasalahan secara berkelompok atau individu.

Manfaat bagi guru adalah dengan menggunakan LKS berbasis pendekatan ilmiah guru akan lebih mudah dalam mengembangkan keterampilan berpikir kreatif siswa serta mempermudah dalam melatih siswa bekerja secara ilmiah. Manfaat penelitian bagi siswa adalah siswa dapat melatih keterampilan berpikir kreatifnya dan lebih mengembangkan cara berpikir ilmiah dalam menyelesaikan suatu masalah fisika.


(25)

5 E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang Lingkup penelitian ini adalah:

1. Pengembangan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pembuatan LKS dalam pembelajaran fisika berbasis scientific approach yang dapat

meningkatkan keterampilan berpikir kreatif siswa.

2. Prosedur pengembangan LKS dalam pembelajaran fisika berbasis scientific approach meliputi tahapan yang terdiri dari analisis kebutuhan, identifikasi sumber daya, identifikasi spesifikasi produk, uji internal/kelayakan produk uji kemanfaatan produk dan produksi.

3. Media pembelajaran LKS yang dikembangkan khusus pada materi Suhu dan Kalor.

4. LKS yang dikembangkan berfokus pada keterampilan berpikir kreatif siswa dengan lima indikator yaitu kepekaan (problem sensitivity, kelancaran ((fluency), keluwesan (flexibility), keaslian (originality), dan elaborasi (elaboration).

5. Subjek uji coba produk penelitian ini adalah siswa kelas X SMAN 1 Terusan Nunyai Lampung Tengah.


(26)

6

II. TINJAUAN PUSTAKA

A.Lembar Kerja Siswa ( LKS )

Lembar Kerja Siswa (LKS) merupakan lembaran di mana siswa mengerjakan sesuatu terkait dengan apa yang sedang dipelajarinya. Sesuatu yang dipelajari sangat beragam, seperti melakukan percobaan, mengidentifikasi bagian-bagian, membuat tabel, melakukan pengamatan, menggunakan mikroskop atau alat pengamatan lainnya dan menuliskan atau menggambar hasil pengatamantannya, melakukan pengukuran dan mencatat data hasil pengukurannya, menganalisis data hasil pengukuran, dan menarik kesimpulan. Untuk mempermudah siswa

melakukan proses-proses belajar, digunakanlah LKS.

LKS adalah materi ajar yang sudah dikemas sedemikian rupa, sehingga siswa diharapkan dapat materi ajar tersebut secara mandiri. Dalam LKS tersebut siswa akan mendapatkan materi, ringkasan, dan tugas yang berkaitan dengan materi, selain itu juga siswa dapat menemukan arahan yang tersetruktur untuk memahami materi yang diberikan dan pada saat yang bersamaan siswa diberikan materi serta tugas yang berkaitan dengan materi yang diberikan tersebut.(Lestari,2013: 6)


(27)

7 Pada proses kegiatan penyelidikan tentu dibutuhkan LKS sebagai panduan siswa untuk pengembangan semua aspek. Hal ini dijelaskan oleh Trianto (2010: 11) yang menyatakan bahwa:

LKS adalah panduan siswa yang digunakan untuk melakukan kegiatan penyelidikan atau pemecahan masalah. Lembar kegiatan ini dapat berupa panduan untuk latihan pengembangan aspek kognitif maupun panduan untuk pengembangan semua aspek pembelajaran dalam bentuk panduan eksperimen atau demonstrasi. LKS berisi lembaran kegiatan yang berfungsi sebagai penuntun bagi siswa untuk menyelesaikan suatu masalah dalam pembelajaran.

Pendapat yang sama juga dikemukan oleh Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa (2002: 656) yang menyatakan bahwa:

LKS adalah bagian pokok dari suatu modul yang berisi tujuan umum

topikyang dibahas dan disertai soal latihan atau instruksi praktik bagi siswa.

LKS digunakan untuk menuntun siswa belajar mandiri dan dapat menarik kesimpulan pokok bahasan yang diajarkan. Penyajian bahan pelajaran umumnya dapat mendorong siswa mengembangkan kreativitas dalam belajar. Dengan demikian mampu mendorong siswa secara aktif mengembangkan dan menerapkan kemampuannya.

Tujuan dan manfaat menggunakan media belajar LKS adalah: a. Mengaktifkan peserta didik dalam mengembangkan konsep. b. Mengaktifkan peseta didikdalam proses belajar mengajar.

c. Melatih pesertadidik untuk menemukan dan mengembangkan keterampilan proses.


(28)

8 e. Sebagai pedoman guru dan peserta didik untuk menambah informasi tentang

konsep yang dipelajari melalui kegiatan belajar secara sistematis.

f. Membantu pesertadidik memperoleh catatan tentang materi yang dipelajari melalui kegiatan belajar mengajar.

g. Membantu pesertadidik untuk menambah informasi tentang konsep yang dipelajari melalui kegiatan belajar secara sistematis

Peran LKS sangat besar dalam proses pembelajaran karena dapat meningkatkan aktifitas siswa dalam belajar dan penggunaannya dalam pembelajaran dapat membantu guru untuk mengarahkan siswanya menemukan konsep -konsep melalui aktifitasnya sendiri.Disamping itu LKS juga dapat mengembangkan keterampilan proses,meningkatkan aktifitas siswa dan dapat mengoptimalkan hasil belajar.

Lembar kerja siswa mempunyai fungsi antara lain: a. Untuk tujuan latihan

Siswa diberikan serangkaian tugas/aktivitas latihan. Lembar kerjaseperti ini sering digunakan untuk memotivasi siswa ketika sedang melakukan tugas latihan.

b. Untuk menerangkan penerapan (aplikasi)

Siswa dibimbing untuk menuju suatu metode penyelesaian soal dengan kerangka penyelesaian dari serangkaian soal-soal tertentu. Hal ini bermanfaat ketika kita menerangkan penyelesaian soal aplikasi yang memerlukan banyak langkah. Lembaran kerja ini dapat digunakan sebagai pilihan lain dari metode tanya jawab, dimana siswa dapat memeriksa sendiri jawaban pertanyaan itu.


(29)

9 c. Untuk kegiatan penelitian

Siswa ditugaskan untuk mengumpulkan data tertentu, kemudian menganalisis data tersebut. Misalnya dalam penelitian statistik

d. Untuk penemuan

Dalam lembaran kerja ini siswa dibimbing untuk menyelidiki suatu keadaan tertentu, agar menemukan pola dari situasi itu dan kemudian menggunakan bentuk umum untuk membuat suatu perkiraan. Hasilnyadapat diperiksa dengan observasi dari contoh yang sederhana.

e. Untuk penelitian hal yang bersifat terbuka

Penggunaan lembaran kerja siswa ini mengikut sertakan sejumlah siswa dalam penelitian dalam suatu bidang tertentu.

Berdasarkan definisi di atas, LKS adalah selembar kertas untuk: (1) menyusun skema pemecahan masalah atau membuat desain; (2) mencatat data hasil pengamatan; dan (3) lembar diskusi/latihan kerja siswa. LKS berfungsi dalam mempermudah pemahaman terhadap materi pelajaran yang didapat. Selain itu, LKS merupakan suatu media penunjang dalam proses pembelajaran yang terdapat pemahaman pelaran yang didapat oleh siswa, serta sebagai evaluasi belajar siswa.

Langkah-langkah dalam penyusunan LKS terdiri dari beberapa tahap yaitu: a. Melakukanan alisis kurikulum; standar kompetensi, kompetensi dasar,

indikator, dan materi pembelajaran, serta alokasi waktu.

b. Menganalisis silabus dan memilih alternative kegiatan belajar yang paling sesuai dengan hasil analisis SK, KD, dan indikator.

c. Menganalisis RPP dan menentukan langkah-langkah kegiatan belajar (pembukaan, inti: eksplorasi, elaborasi, konfirmasi, dan penutup). d. Menyusun LKS sesuai dengan kegiatan eksplorasi dalam RPP.


(30)

10 Dalam penyusunan LKS, terdapat syarat-syarat yang harus dipenuhi agar LKS dikatakan baik menurut Rohaeti dan Padmaningrum (2008: 21) syarat LKS antara lain:

(1) syarat- syarat didaktik mengatur tentang penggunaan LKS yang bersifat universal dapat digunakan dengan baik untuk siswa yang lamban atau yang pandai. LKS lebih menekankan pada proses untuk menemukan konsep, dan yang terpenting dalam LKS ada variasi stimulus melalui berbagai media dan kegiatan siswa. LKS diharapkan mengutamakan pada pengembangan kemampuan. komunikasi sosial, emosional, moral, dan estetika. Pengalaman belajar yang dialami siswa ditentukan oleh tujuan pengembangan pribadi siswa; (2) syarat konstruksi berhubungan dengan penggunaan bahasa, susunan kalimat, kosa kata, tingkat kesukaran, dan kejelasan dalam LKS; dan (3) syarat teknis menekankan pada tulisan, gambar, penampilan dalam LKS.

Terdapat beberapa petunjuk yang harus diperhatikan untuk membuat atau

menentukan sebuah LKS yang baik. Jones dalam Andayani (2005: 9) menyatakan LKS yang baik untuk diberikan kepada peserta didik, haruslah:

a. Bahasanya komunikatif

LKS yang dibuat menggunakan bahasa yang menarik, tidak membingungkan siswa dan mudah dimengerti.

b. Format dan gambar harus jelas

Format yang dipakai meliputi tampilan, penggunaan animasi dan gambar background yang sesuai dengan materi.

c. Mempunyai tujuan yang jelas

Dapat menyampaikan ide pokok yang terkandung dalam LKS. d. Memiliki isian yang memerlukan pemikiran dan pemprosesan

infromasi. Dalam LKS ini siswa dilatih mencari dan menemukan jawaban.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa LKS yang baik harus:

a. Bersifat universal artinya dapat digunakan dengan siswa yang lamban maupun pandai.


(31)

11 c. Menarik agar siswa termotivasi untuk mengerjakannya

d. Lebih menekankan pada proses penemuan konsep

e. Bahasa yang digunakan harus komunikati sehingga siswa mudah dalam memahami isi LKS.

B. Pendekatan Ilmiah ( Scientific Approach )

Pendekatan adalah usaha dalam rangka aktivitas penelitian untuk mengadakan hubungan dengan orang yang diteliti, metode untuk mencapai pengertian tentang masalah penelitian.

Pengertian pendekatan ilmiah dikemukakan oleh Rahmat (2013) yang

menyatakan bahwa pendekatan ilmiah adalah penggunaan teori suatu bidang ilmu untuk mendekati suatu masalah. Jadi dapat diartikan bahwa pendekatan ilmiah merupakan cara yang digunakan dalam mendalami suatu masalah dengan bidang keilmuan tertentu atau teori tertentu, karena itu menurut banyak pandangan yang menyatakan bahwa pendekatan sama artinya dengan metode. Pendekatan ilmiah pada hakikatnya merupakan titian emas perkembangan dan pengembangan sikap (ranah afektif ), keterampilan (ranah psikomotorik), dan pengetahuan (ranah kognitif ) siswa.

Penerapan Pendekatan Ilmiah memiliki beberapa kriteria yang harus dipenuhi diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat

dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata.


(32)

12

2. Penjelasan guru, respon siswa, dan interaksi edukatif guru-siswa

terbebas dari prasangka yang serta merta, pemikiran subjektif ,atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis.

3. Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis, analistis, dan

tepat dalam mengidentifikasi memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan materi pembelajaran.

4. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu berpikir hipotetik dalam

melihat perbedaan, kesamaan,dan tautan satu sama lain dari materi pembelajaran.

5. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu memahami, menerapkan,

dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon materi pembelajaran

6. Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat

dipertanggungjawabkan.

7. Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun

menarik system penyajiannya.

(Kemdikbud, 2013:2-3)

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pendekatan ilmiah adalah suatu cara untuk mendalami suatu masalah dalam bidang keilmuan yang dapat mengembangkan sikap (afektif), keterampilan (psikomotor) dan pengetahuan (kognitif).

Pendekatan ilmiah (scientific approach) menurut Kemendikbud (2013:20-28)

dalam pembelajaranmemiliki beberapa tahap meliputi:

(1) Mengamati, (2) menanya, (3) menalar, (4) melakukan eksperimen,

(5) mengkomunikasikan.

1. Mengamati

Metode mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran (meaningfull learning). Metode ini memiliki keunggulan tertentu, seperti menyajikan media obyek secara nyata, peserta didik senang dan tertantang, dan mudah pelaksanaannya. Metode mengamati sangat bermanfaat bagi


(33)

13 pemenuhan rasa ingin tahu peserta didik. Sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi. Konsep pembelajaran bermakna dapat dirancang sebelumnya oleh guru.

2. Menanya

Dalam kegiatan menanya, guru membuka kesempatan secara luas kepada peserta didik untuk bertanya mengenai apa yang sudah dilihat, disimak, dibaca atau dilihat. Guru perlu membimbing peserta didik untuk dapat mengajukan pertanyaan – pertanyaan tentang yang hasil pengamatan objek yang konkrit sampai kepada yang abstrak berkenaan dengan fakta, konsep, prosedur, atau pun hal lain yang lebih abstrak. Pertanyaan yang bersifat faktual sampai kepada pertanyaan yang bersifat hipotetik. Dari situasi di mana peserta didik dilatih menggunakan pertanyaan dari guru, masih

memerlukan bantuan guru untuk mengajukan pertanyaan sampai ketingkat di mana peserta didik mampu mengajukan pertanyaan secara mandiri. Dari kegiatan kedua dihasilkan sejumlah pertanyaan. Melalui kegiatan bertanya dikembangkan rasa ingin tahu peserta didik. Semakin terlatih dalam bertanya maka rasa ingin tahu semakin dapat dikembangkan. Pertanyaan tersebut menjadi dasar untuk mencari informasi yang lebih lanjut dan beragam dari sumber yang ditentukan guru sampai yang ditentukan peserta didik, dari sumber yang tunggal sampai sumber yang beragam.Fungsi dari menanya adalah membangkitkan keterampilan peserta didik dalam berbicara,

mengajukan pertanyaan, dan memberi jawaban secara logis, sistematis, dan menggunakan bahasa yang baik dan benar. Hal tersebut memperlihatkan bahwa dengan pendekatan ilmiah dapat mengasah kemampuan siswa tidak


(34)

14

hanya dalam berpikir tetapi juga menuangkan pemikirannya dalam kata-kata dengan bahasa yang baik dan benar.

3. Menalar

Bagian ketiga dari pendekatan ilmiah adalah menalar, menalar atau penalaran merupakan proses berpikir yang logis dan sistematis atas fakta-fakta empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan.

Menalar dalam Kurikulum 2013 merupakan padanan dari associating bukan

terjemahan reasoning.

4. Melakukan Eksperimen

Bagian selanjutnya adalah melakukan eksperimen ini tentu saja harus diiringi dengan penggunaan metode ilmiah dan sesuai dengan kaidah-kaidah serta sikap ilmiah.

5. Mengkomunikasikan

Sedangkan yang terakhir adalah mengkomunikasikan, dalam hal ini siswa dituntut untuk partisipatif dan guru bertindak sebagai mediator, dalam membentuk jejaring dianjurkan kepada guru untuk membentuk kelompok yang heterogen.

Jadi, tahap-tahap dalam pendekatan ilmiah atau scientific approach meliputi

kegiatan mengamati, menanya, menalar, mencoba/melakukan eksperimen dan mengkomunikasikan.

C.Keterampilan Berpikir Kreatif

Munandar (2009) mengatakan bahwa berpikir kreatif juga disebut berpikir divergen ialah memberikan macam-macam kemungkinan jawaban berdasarkan


(35)

15 informasi yang diberikan dengan penekanan pada keragaman jumlah dan

kesesuain. Coleman dan Hammen dalam Sukmadinata (2004: 177) dijelaskan bahwa:

Berpikir kreatif adalah suatu kegiatan mental untuk meningkatkan kemurnian (originality), dan ketajaman pemahaman (insight) dalam mengembangkan sesuatu (generating).

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa berpikir kreatif adalah aktivitas mental yang terkait dengan kepekaan terhadap masalah,

mempertimbangkan informasi baru dan ide-ide yang tidak biasanya dengan suatu pikiran terbuka, serta dapat membuat hubungan-hubungan dalam menyelesaikan masalah tersebut.

Siswa dapat dikatakan berpikir kreatif jika memenuhi indikator-indikator dan ciri-ciri berpikir kreatif. Menurut Sund dalam Slameto (2010: 147) menyatakan bahwa individu dengan potensi kreatif dapat dikenal melalui pengamatan ciri-ciri sebagai berikut:

a) Hasrat keingintahuan yang cukup besar b) Bersikap terbuka terhadap pengalaman baru c) Panjang akal

d) Keinginan untuk menemukan dan meneliti e) Cenderung lebih menyukai tugas yang sulit

f) Cenderung mencari jawaban yang luas dan memuaskan g) Memiliki dedikasi bergairah secara aktif dalam melaksanakan

tugas

h) Berpikir fleksibel

i) Menanggapi pertanyaan yang diajukan serta cenderung memberi jawaban lebih banyak

j) Kemampuan membuat analisis dan sintesis k) Memiliki semangat bertanya serta meneliti l) Memiliki daya abtraksi yang cukup baik


(36)

16 Ciri-ciri kepribadian kreatif biasanya anak selalu ingin tahu, memilki minat yang luas, dan menyukai kegemaran dan aktivitas yang kreatif. Anak dan remaja kreatif biasanya cukup mandiri dan memiliki rasa percaya diri. Mereka lebih berani mengambil resiko (tetapi dengan perhitungan) daripada anak-anak pada umumnya.

Seseorang yang memiliki keterampilan berpikir kreatif memiliki ciri-ciri yang dijelaskan oleh Willian dalam Parwati (2005: 12) . Ciri-ciri berpikir kreatif adalah:

1) Kelancaran (fluency) yaitu kemampuan untuk membangkitkan sebuah ide sehingga terjadi peningkatan solusi atau hasil karya,

2) Fleksibelitas (flexibility) yaitu kemampuan untuk memproduksi atau menghasilkan suatu produk, persepsi, atau ide yang bervariasi terhadap masalah,

3) Elaborasi (elaboration) yaitu kemampuan untuk mengembangkan atau menumbuhkan suatu ide atau hasil karya,

4) Orisinalitas (originality) yaitu kemampuan menciptakan ide-ide, hasil karya yang berbeda atau betul-betul baru,

5) Kompleksitas (complexity) yaitu kemampuan memasukkan suatu konsep, ide, atau hasil karya yang sulit, ruwet, berlapis-lapis atau berlipat ganda ditinjau dari berbagai segi,

6) Kebaranian mengambil resiko (risk-taking) yaitu kemampuan bertekad dalam mencoba sesuatu yang penuh resiko,

7) Imajinasi (imagination) yaitu kemampuan untuk berimajinasi,

menghayal, menciptakan barang-barang baru melalui percobaan yang dapat menghasilkan produk sederhana, dan

8) Rasa ingin tahu (curiosity) yaitu kemampuan mencari, meneliti, mendalami, dan keinginan mengetahui tentang sesuatu lebih jauh.

Sedangkan menurut Guilford dalam Munandar (2009) menjelaskan ada lima indikator keterampilan berpikir kreatif yaitu:

1. Kepekaan (problem sensivity)adalah kemampuan mendeteksi,

mengenali dan memahami serta menanggapi suatu pernyataan. Situasi atau masalah


(37)

17 3. Keluwesan (flexibility) adalah kemampuan untuk mengemukakan

bermacam-macam pemecahan atau pendekatan terhadap masalah. 4. Keaslian (originality) adalah kemampuan untuk mencetuskan gagasan

dengan cara-cara yang asli, tidak klise dan jarang diberikan kebanyakan orang.

5. Elaborasi (elaboration) adalah kemampuan menambah suatu situasi atau masalah sehingga menjadi lengkap dan merincinya secara detail, yang didalamnya terdapat tabel, grafik, gambar, model dan kata-kata.

Agar kreativitas anak dapat terwujud dibutuhkan adanya dorongan dalam diri individu (motivasi intrinsik) maupun dorongan dari lingkungan (motivasi ekstrinsik). Bagaimana meningkatkan kreativitas yang masih terpendam dalam diri siswa. Wankat dan Oreovoc dalam Wena (2009: 138-139), bahwa untuk meningkatkan kreativitas siswa dapat dilakukan dengan:

a. Mendorong siswa untuk kreatif (tell student to be creative), b. Mengajari siswa beberapa metode untuk menjadi kreatif (teach

student some creativity methods), dan

c. Menerima ide-ide kreatif yang dihasilkan siswa (accept the result of creative exercises).

Dalam usaha mendorong agar siswa menjadi kreatif (tell student to be creative) dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain:

a. Mengembangkan beberapa pemecahan masalah yang kreatif untuk suatu masalah,

b. Memberikan beberapa cara dalam memecahkan suatu masalah, dan membuat daftar beberapa kemungkinan solusi untuk suatu masalah.

Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan bahwa dalam upaya untuk meningkatkan kreativitas siswa perlu dilakukan beberapa hal antara lain: (1) mendorong siswa menjadi kreatif dalam pemecahan masalah, (2) mengajari siswa dengan beberapa metode untuk kreatif dalam pemecahan masalah, dan (3)


(38)

18 menerima ide-ide kreatif yang dihasilkan siswa. Dengan demikian kreativitas siswa dapat ditumbuhkembangkan dalam berbagai cara dalam pemecahan masalah, dan peranan guru hanya memberikan dorongan, motivasi dan memfasilitasi siswa dalam usaha peningkatan kemampuan berpikir kreatif khususnya dalam pembelajaran eksakta. Siswa juga dapat menumbuhkan

kepercayaan dirinya, kemandirian dalam belajar, berimajinasi, berani mengambil resiko dalam menghadapi berbagai tantangan, serta bekerja keras dalam mengatasi berbagai permasalah yang dihadapinya.


(39)

19

III. METODE PENELITIAN

A.Desain penelitian

Metode penelitian ini adalah research and development atau penelitian pengembangan. Research and development atau penelitian pengembangan merupakan metode penelitian yang digunakan untuk mengembangkan atau

memvalidasi produk-produk yang digunakan dalam pendidikan dan pembelajaran. Pengembangan yang dimaksud adalah pembuatan bahan ajar berupa LKS berbasis pendekatan ilmiah atau scientific approach yang dapat meningkatkan

keterampilan berpikir kreatif siswa. Sasaran pengembangan program adalah materi suhu dan kalor untuk SMA.

Uji oleh ahli materi dilakukan untuk mengevaluasi materi pembelajaran ole guru fisika SMAN 1 Terusan Nunyai Lampung Tengah, uji kelayakan LKS dilakukan oleh dosen pascasarjana bidang Teknologi Pendidikan, uji satu lawan satu

dilakukan dengan mengambil sampel penelitian tiga orang siswa dan uji lapangan dilakukan kepada siswa kelas X berjumlah 36 siswa yang dipilih secara acak.


(40)

20 B.Prosedur Pengembangan

Prosedur pengembangan ini menggunakan model pengembangan media

instruksional yang diambil dari Suyanto dan Sartinem (2009), yang meliputi tujuh prosedur pengembangan produk dan uji produk. Tahapan pengembangan produk yang diadaptasi ini dapat dilihat pada Gambar 3.1 berikut:

Gambar 3.1 Model pengembangan media instruksional dari prosedur pengembangan produk dan uji produk menurut Suyanto dan Sartinem (2009:322)

Tahap II:

Identifikasi Sumber Daya

Tahap III:

Identifikasi Spesifikasi Produk

Tahap IV:

Pengembangan Produk (Prototipe I)

Tahap I:

Analisis Kebutuhan program Pengembangan

Tahap VII: Produksi

(Prototipe IV)

Tahap VI: Uji Eksternal

Uji Kemanfaatan Produk

(Prototipe III)

TahapV: Uji Internal

Uji Kelayakan Produk (Prototipe II)


(41)

21 1. Analisis Kebutuhan Program Pengembangan

Analisis kebutuhan guna dilakukan untuk mengumpulkan data bahwa diperlukan adanya pengembangan media berupa LKS berbasis pendekatan ilmiah atau scientific approch dalam meningatkan keterampilan berpikir kreatif siswa. Analisis kebutuhan ini dilakukan dengan teknik penyebaran angket. Angket ditujukan terhadap guru mata pelajaran fisika kelas X SMAN 1 Terusan Nunyai Lampung Tengah. Memberikan angket bertujuan untuk mengetahui media LKS yang digunakan oleh guru, seberapa sering penggunaan media LKS dalam kegiatan pembelajaran serta mengetahui hambatan-hambatan dalam penggunaan media LKS, dan untuk mengetahui pentingnya penggunaan LKS yang akan dikembangkan untuk kegiatan pembelajaran. Angket juga diberikan kepada siswa untuk mengetahui pendapat mereka tentang pentingnya keterampilan berpikir kreatif dalam proses pembelajaran.

2. Identifikasi Sumber Daya

Identifikasi sumber daya untuk memenuhi kebutuhan dilakukan dengan

menginventarisir segala sumber daya yang dimiliki sekolahan, baik sumber daya guru maupun sumber daya sekolah seperti perpustakaan, laboratorium,

ketersediaan media dan sumber belajar lainnya yang mendukung kegiatan pembelajaran.

Untuk dapat memperoleh data, dilakukan identifikasi sumber daya melalui


(42)

22 diperoleh dari identifikasi sumber daya ini akan digunakan untuk menentukan spesifikasi produk yang mungkin untuk diwujudkan.

3. Identifikasi Spesifikasi Produk

Pada tahap ke tiga ini, yaitu tahap identifikasi spesifikasi produk yang bertujuan untuk mengetahui spesifikasi produk yang memungkinkan untuk dikembangkan dengan memperhatikan tahap pertama, yaitu hasil analisis kebutuhan dan tahap yang kedua, yaitu identifikasi sumber daya yang dimiliki oleh sekolah.

Spesifikasi produk yang memungkinkan untuk dikembangkan adalah produk yang dikembangkan mempunyai beberapa kegiatan yang dapat meningkatkan

keterampilan berpikir kreatif dan sesuai dengan sumber daya yang dimiliki oleh sekolah.Produk yang dikembangkan berupa LKS yang menitikberatkan pada keterampilan berpikir kreatif pada materi suhu dan kalor. Dalam penyajian tersebut, akan dimunculkan fenomena-fenomena suhu dan kalor yang dapat menstimulasi keterampilan berpikir kreatif siswa. Fenomena tersebut dapat berupa permasalahan dalam kehidupan sehari-hari dan siswa harus menganalisisnya sehingga keterampilan berpikir kreatif siswa akan meningkat. Kemudian dengan adanya perpustakaan, didalam LKS dapat disajikan kegiatan yang mengharuskan siswa untuk mencari informasi tambahan atau referensi lain dengan

memanfaatkan perpustakaan. Selain adanya perpustakaan, laboratorium yang memadai juga dapat dimanfaatkan dalam kegiatan penyelidikan atau eksperimen sehingga siswa akan belajar secara langsung materi yang sedang dipelajari.


(43)

23 Pada tahap identifikasi spesifikasi produk ini dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Menentukan topik atau materi pokok pembelajaran yang akan dikembangkan. b. Mengidentifikasi kurikulum untuk mendapatkan identifikasi materi pelajaran

dan indikator ketercapaian dalam pembelajaran. c. Menentukan format pengembangan LKS.

4. Pengembangan Produk

Pada tahap pengembangan produk ini dilakukan pembuatan LKS berbasis pendekatan ilmiah atau scientific approach dalam meningkatkan keterampilan berpikir kreatif siswa. Spesifikasi produk yang akan dikembangkan adalah LKS materi suhu dan kalor yang di dalamnya berbasiskan pendekatan ilmiah atau scientific approach mengacu pada kurikulum 2013 yang tersusun secara sistematis. Pengembangan LKS ini memiliki langkah kegiatan siswa yang dianjurkan dalam kurikulum 2013 yaitu kegiatan mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan menyajikan kesimpulan .

LKS ini nantinya dapat digunakan sebagai pegangan guru dan juga sebagai salah satu sumber belajar bagi siswa dalam mempelajari materi suhu dan kalor. Hasil pengembangan pada langkah ini berupa prototipe 1.

5. Uji Internal

Dalam penelitian pengembangan, sebuah desain media pembelajaran memerlukan kegiatan uji coba secara bertahap dan berkesinambungan. Pada tahap


(44)

24 yang dikenakan pada produk terdiri dari uji ahli desain dan uji ahli isi/materi pembelajaran. Produk yang telah dibuat diberi nama prototipe I, kemudian

dilakukan uji kelayakan produk dengan berpedoman pada instrumen uji yang telah dibuat. Uji kelayakan produk ini meliputi langkah-langkah sebagi berikut:

a. Menentukan indikator penilaian yang digunakan untuk menilai prototipe I yang telah dibuat.

b. Menyususn instrumen uji kelayakan produk berdasarkan indikator penilaian yang telah ditentukan.

c. Melaksanakan uji kelayakan produk yang dilakukan oleh ahli desain dan ahli isi/materi pembelajaran.

d. Melakukan analisis terhadap hasil uji kelayakan produk dan melakukan parbaikan.

e. Mengkonsultasikan hasil yang telah diperbaiki kepada ahli desain dan ahli isi/materi pembelajaran.

Dalam melaksanakan uji kelayakan peneliti melibatkan dua orang ahli, dimana untuk uji ahli desain yang merupakan salah seorang dosen bidang Teknologi Pendidikan Universitas Lampung, sedangkan ahli bidang isi/materi dilakukan oleh ahli bidang isi/materi untuk mengevaluasi isi/materi suhu dan kalor untuk SMA yaitu guru mata pelajaran fisika SMA yang berlatar belakang Pendidikan Fisika.

Setelah dilakukan uji internal produk, maka prototipe I akan mendapat saran-saran perbaikan dari ahli desain dan ahli isi/materi. Selanjutnya produk hasil perbaikan dan konsultasi kemudian disebut prototipe II.


(45)

25 6. Uji Eksternal

Setelah dilakukan uji internal atau uji kelayakan produk dan diperoleh hasil berupa prototipe II, langkah selanjutnya dilakukan uji eksternal yang diberikan kepada siswa untuk digunakan sebagai sumber sekaligus media pembelajaran. Uji eksternal merupakan uji coba kemanfaatan produk oleh pengguna. Hal-hal yang diujikan yaitu: kemenarikan, kemudahan menggunakan produk oleh pengguna, dan keefektifan dalam mencapai tujuan pembelajaran yang sesuai dengan indikator keterampilan berpikir kreatif yang terdiri dari lima indikator yaitu kepekaan, kelancaran, keluwesan, keaslian dan elaborasi.

Uji ini dilakukan melalui dua tahap, yaitu: uji satu lawan satu, dan uji kelompok kecil. Tahap uji satu lawan satu ini bertujuan untuk melihat kesesuaian media dalam pembelajaran sebelum tahap uji coba media pada uji kelompok kecil. Uji satu lawan satu dilakukan dengan cara dipilih tiga orang siswa secara acak. Pada tahap ini, siswa menggunakan media secara individu (mandiri) lalu diberikan angket untuk menyatakan apakah media sudah menarik, mudah digunakan dan membantu siswa dalam pembelajaran. Sedangkan untuk uji kelompok kecil dikenakan kepada satu kelas sampel pada siswa yang belum pernah mendapatkan materi suhu dan kalor. Uji kelompok kecil dilakukan untuk mengetahui tingkat kemenarikan, kemudahan dalam menggunakan media dan keefektifan media dalam meningkatkan keterampilan berpikir kreatif siswa. Siswa melakukan pembelajaran dengan menggunakan media berupa LKS berbasis pendekatan ilmiah atau scientific approach. Sebelum siswa melakukan pembelajaran dengan menggunakan LKS terlebih dahulu diadakan pre test yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa dan setelah pembelajaran siswa diberikan


(46)

26 evaluasi untuk mengetahui keefektifan produk dalam meningkatkan keterampilan berpikir kreatif siswa.

7. Produksi

Setelah dilakukan perbaikan dari uji eksternal maka dihasilkan prototipe III kemudian dilakukan tahap selanjutnya yaitu produksi. Tahap ini merupakan tahap akhir dari penelitian pengembangan.

C. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian pengembangan ini digunakan tiga macam metode pengumpulan data. Ketiga macam metode tersebut meliputi:

1. Metode Observasi

Metode observasi dilakukan untuk mengetahui kelengkapan sarana dan prasarana di sekolah yang menunjang proses pembelajaran.

2. Metode Angket

Data dalam penelitian pengembangan ini diperoleh menggunakan instrumen angket yang digunakan untuk menganalisis kebutuhan guru serta siswa dalam menggunakan sumber belajar dalam materi fisika selain buku pegangan yang diberikan dari sekolah. Angket diberikan kepada guru serta siswa SMA untuk mengetahui kebutuhan akan sumber belajar fisika. Instrumen angket uji ahli digunakan untuk mengumpulkan data tentang kelayakan produk berdasarkan kesesuaian desain dan isi materi pada produk yang telah dikembangkan; instrumen angket respon pengguna digunakan untuk mengumpulkan data kemenarikan, kemudahan, dan kemanfaatan.


(47)

27

X O

3. Metode Tes Khusus

Metode tes khusus digunakan untuk mengetahui tingkat efektifitas produk yang dihasilkan sebagai media pembelajaran. Tahap ini produk digunakan sebagai sumber belajar, pengguna (siswa) diambil sampel penelitian satu kelas siswa SMA yaitu kelas X, dimana sampel diambil menggunakan teknik sampling jenuh yaitu semua anggota populasi digunakan sebagai sampel.

Untuk memenuhi kebutuhan berdasarkan analisis kebutuhan dan menggunakan desain penelitian One-Shot Case Study. Gambar desain yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 3.2:

Gambar 3.2 One-Shot Case Study

Keterangan: X = Treatment, penggunaan LKS O = Keterampilan Berpikir Kreatif

Tes khusus ini dilakukan oleh satu kelas sampel siswa kelas X SMA Negeri 1 Terusan Nunyai Lampung Tengah, siswa menggunakan LKS sebagai media pembelajaran, selanjutnya siswa tersebut diberi soal uraian. Hasil urian dianalisis ketercapaian tujuan pembelajaran sesuai dengan indikator keterampilan berpikir kreatif.

D. Teknik Analisis Data

1. Data hasil analisis kebutuhan yang diperoleh dari guru dan siswa digunakan untuk menyusun latar belakang dan mengetahui tingkat kebutuhan program pengembangan. Data hasil identifikasi kebutuhan ini kemudian dilengkapi


(48)

28 dengan data hasil identifikasi sumber daya digunakan untuk menentukan spesifikasi produk yang mungkin dikembangkan.

2. Data kesesuaian desain dan materi pembelajaran pada produk diperoleh dari ahli materi, ahli desain atau praktisi melalui uji/validasi ahli. Data kesesuaian tersebut digunakan untuk mengetahui tingkat kelayakan produk yang

dihasilkan. Analisis data berdasarkan instrumen uji ahli dilakukan untuk menilai sesuai atau tidaknya produk yang dihasilkan sebagai sumber belajar dan media pembelajaran. Instrumen uji ahli oleh ahli desain dan ahli isi/materi pembelajaran, memiliki 4 pilihan jawaban sesuai konten pertanyaan, masing-masing pilihan jawaban tersebut memiliki skor berbeda yang mengartikan tingkat kelayakan produk menurut ahli.

3. Analisis data berdasarkan instrumen uji satu lawan satu dilakukan untuk mengetahui respon dari siswa terhadap media yang sudah dibuat tentang kemenarikan dan kemudahan produk. Instrumen uji satu lawan satu memiliki 4 pilihan jawaban sesuai konten pertanyaan.

4. Data kemenarikan, kemudahan, dan efektivitas media sebagai sumber belajar diperoleh dari uji kelompok kecil kepada siswa sebagai pengguna. Angket respon terhadap pengguna produk memiliki 4 pilihan jawaban sesuai konten pertanyaan, yaitu: “sangat menarik”, “menarik”, “kurang menarik” dan “tidak menarik” dan “sangat memudahkan ”, “memudahkan”, “kurang memudahkan” dan “tidak memudahkan”.

Masing-masing pilihan jawaban memiliki skor berbeda yang mengartikan tingkat kesesuaian produk bagi pengguna. Penilaian instrumen total dilakukan dari jumlah skor yang diperoleh kemudian dibagi dengan jumlah total skor,


(49)

29 selanjutnya hasilnya dikalikan dengan banyaknya pilihan jawaban. Skor penilaian dari tiap pilihan jawaban ini dapat dilihat dalam Tabel 3.1

Tabel 3.1 Skor Penilaian terhadap Pilihan Jawaban. Pilihan Jawaban Pilihan Jawaban Skor

Sangat menarik Sangat mudah 4

Menarik Mudah 3

Kurang menarik Kurang mudah 2

Tidak menarik Tidak mudah 1

Suyanto dan Sartinem (2009:19)

Instrumen yang digunakan memiliki 4 pilihan jawaban, sehingga skor penilaian total dapat dicari dengan menggunakan rumus:

Hasil dari skor penilaian tersebut kemudian dicari rata-ratanya dari sejumlah sampel uji coba dan dikonversikan ke pernyataan penilaian untuk menentukan kualitas dan tingkat kemanfaatan produk yang dihasilkan berdasarkan pendapat pengguna. Pengkonversian skor menjadi pernyataan penilaian ini dapat dilihat dalam Tabel 3.2.

Tabel 3.2 Konversi Skor Penilaian Menjadi Pernyataan Nilai Kualitas Skor Penilaian Rerata Skor Klasifikasi

4 3,26 - 4,00 Sangat Baik 3 2,51 – 3,25 Baik

2 1,76 – 2,50 Kurang Baik 1 1,01 – 1,75 Tidak Baik


(50)

30 5. Data hasil tes untuk mengukur tingkat efektivitas media, digunakan

pengumpulan data kemampuan berpikir kreatif siswa dilakukan dengan memberi skor pada setiap aspek berpikir kreatif yang dilakukan ketika

mengevaluasi tes tertulis yang dijawab oleh siswa. Aspek yang diamati yaitu: a. Kepekaan (problem sensitivity)

Indikator: Kemampuan mendeteksi,mengenali dan memahami serta menanggapi suatu pernyataan, situasi atau masalah.

b. Kelancaran (fluency)

Indikator: menghasikan banyak gagasan dan banyak pertanyaan dengan lancar. Kelancaran berkaitan dengan kegiatan menanya.

c. Keluwesan (flexibility)

Indikator: banyak mengemukakan pendekatan untuk pemecahan masalah. d. Keaslian (originality)

Indikator: kemampuan untuk mencetuskan ide secara asli. e. Elaborasi (elaboration)

Indikator: kemampuan menambah ide menjadi lengkap dapat berupa gambar, tabel grafik atau kata-kata.

Selanjutnya menentukan ketegori berpikir kreatif siswa digunakan pedoman pedoman Memes (2001:36): Bila nilai siswa  75,6 maka dikatagorikan


(51)

31 pre pre post S S S S g    max

kreatif, bila 59,4  nilai siswa < 75,6 maka dikatagorikan cukup kreatif, bila nilai siswa < 59,4 maka dikatagorikan kurang kreatif.

6. Data hasil pre test dan post test kemudian dianalisis dengan menggunakan skor gain yang ternormalisasi. N-gain diperoleh dari pengurangan skor post test dengan skor pre test dibagi oleh skor maksimum dikurang skor pre test. Jika dituliskan dalam persamaan adalah:

Keterangan:

g = Ngain

post

S = Skor post test

pre

S = Skor post test

max

S = Skor maksimum Kategori:

Tinggi: N-gain > 0,7 Sedang: 0,3 < N-gain ≤ 0,7 Rendah: N-gain ≤ 0,3

Hake dalam Noer (2010:105)

Untuk menganalisis peningkatan keterampilan berpikir kreatif siswa

digunakan skor pre test dan post test. Peningkatan skor antara tes awal dan tes akhir dari variabel tersebut merupakan indikator adanya peningkatan atau penurunan keterampilan berpikir kreatif siswa pada pembelajaran fisika dengan scientific approach pada materi suhu dan kalor.


(52)

32

E. Desain Rancangan LKS

Produk yang dikembangkan berupa LKS menitikberatkan nilai karakter berpikir kreatif pada materi suhu dan kalor. Komponen-komponen didalam LKS yang akan dikembangkan antara lain:

1. Fenomena yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari

Fenomena yang ditampilkan didalam LKS merupakan fenomena yang

berkaitan dengan kehidupan sehari-hari yang disesuaikan dengan materi suhu dan kalor. Dengan adanya fenomena didalam LKS akan mempermudah siswa dalam memahami materi yang sedang dipelajari dan memberikan

pengetahuan kepada siswa bahwa setiap fenomena pasti mempunyai sebab akibat yang jelas dan dapat dijelaskan dengan ilmu pengetahuan.

2. Kegiatan eksperimen

Kegiatan eksperimen bertujuan untuk mengajak atau melibatkan siswa untuk lebih memahami materi yang sedang dipelajari dengan melakukan

penyelidikan secara langsung. 3. Latihan berdasarkan eksperimen

Latihan yang dibuat berdasarkan eksperimen adalah kegiatan penyelesaian dan penyimpulan pada tiap kegiatan melakukan percobaan.

4. Kegiatan diskusi

Kegiatan ini sangat baik dalam menjalin komunikasi antar siswa. Didalam kegiatan diskusi siswa akan berkerja sama dalam menyelesaikan suatu masalah.


(53)

33 5. Rangkuman

Rangkuman didalam LKS akan membantu siswa dalam memahami inti dari materi yang dipelajari.

6. Evaluasi

Evaluasi bertujuan untuk mengukur sejauh mana pengetahuan siswa terhadap materi yang dipelajari.


(54)

52

V. SIMPULAN DAN SARAN

A.Simpulan

Kesimpulan penelitian pengembangan ini adalah:

1. Menghasilkan produk berupa LKS materi suhu dan kalor dengan scientific approach untuk meningkatkan keterampilan berpikir kreatif siswa yang telah divalidasi, dimana produk LKS mengandung beberapa fenomena dalam kehidupan sehari-hari yang berupa analisis fenomena serta kegiatan-kegiatan yang dapat meningkatkan keterampilan berpikir kreatif siswa;

2. Kemenarikan LKS materi suhu dan kalor dengan scientific approach untuk meningkatkan keterampilan berpikir kreatif siswa sudah dikategorikan sangat menarik.

3. Kemudahan LKS materi suhu dan kalor dengan scientific approach untuk meningkatkan keterampilan berpikir kreatif siswa sudah dikategorikan baik dalam membantu siswa memahami materi yang dipelajari.

4. Keefektifan produk dapat dilihat dari ketuntasan nilai postest siswa terhadap KKM dan sebanyak 83,3% siswa dikatakan tuntas.


(55)

53 B.Saran

Saran dari penelitian pengembangan ini adalah:

1. Pada saat produk hasil pengembangan ini digunakan, guru hendaknya tidak fokus langsung pada kegiatan penyelidikan/praktikum tetapi siswa harus diberi arahan atau kegiatan pengamatan sesuai dengan tahapan scientific approach.

2. Pada saat proses pembelajaran berlangsung, guru hendaknya dapat memberikan lebih banyak contoh yang berhubungan dengan materi yang dapat merangsang keterampilan berpikir kreatif siswa.


(56)

54

DAFTAR PUSTAKA

Andayani, Indriati Agustin. 2005. Kemampuan Siswa Melaksanakan Kegiatan Belajar Mandiri Terbimbing Melalui Lembar Kerja Siswa (LKS) Buatan Guru Dalam Mata Pelajaran Matematika Di SMA Negeri 6 Palembang. Skripsi. Palembang: FKIP Universitas Sriwijaya.

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 2013. Konsep Pendekatan Scientific. Powerpoint. Jakarta: Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia

Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

Lestari, Ika. 2013. Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Kompetensi. Jakarta: Akademia Permata

Memes, W. 2001. Perbaikan pembelajaran topik kalor di SLTP. Jurnal

Pendidikan dan Pengajaran FKIP Universitas Sriwijaya. Palembang: FKIP Universitas Sriwijaya

Munandar, U. 2009. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta.

Noer, Sri Astuti. 2010. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis, Kreatif, dan Reflektif (K2R) Matematis Siswa SMP Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah. Disertasi. UPI: Tidak diterbitkan.

Parwati. 2005. Implementasi Model Pembelajaran Berdasarkan-Masalah dalam Rangka Mengefektifkan Pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi, Jurnal Pendidikan dan Pengajaran (online) tersedia dalam

http://goeroendeso.files.wordpress.com/2009/01/pembelajaran-pendekatan-tematik.pdf. Tanggal Unduh: 20 November 2014. Rohaeti, Eli Widjajanti dan E. Padmaningrum Tutik Regina. 2008. Kualitas

Lembar Kerja Siswa. Universitas Negeri Yogyakarta. Jurnal Inovasi Pendidikan, vol 10. No 1. Mei 2009. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta

Rahmat. 2013. Mendalami Penerapan Pendekatan Ilmiah dalam Pembelajaran. (online) tersedia: http://gurupembaharu.com/home/mendalami-penerapan-pendekatan-ilmiahdalam- pembelajaran/. Tanggal unduh 31 Juni 2014


(57)

55

Rahmawati, Laili. 2006. Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematika Siswa SMP Salafiyah Pekalongan Kelas VII Semester II Tahun 2005/2006 dalam Pembelajaran Garis dan Sudut Melalui Implementasi metode Inkuiri dengan Memanfaatkan Lembar Kerja Siswa (LKS). Skripsi. Tidak diterbitkan

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Jakarta: Alfhabeta

Sukmadinata, N. S. 2004. Kurikulum dan Pembelajaran Kompetensi. Bandung: Kusuma Karya

Suyanto, Eko dan Sartinem. 2009. Pengembangan Contoh Lembar Kerja Fisika Siswa dengan Latar Penuntasan Bekal Awal Ajar Tugas Studi Pustaka dan Keterampilan Proses Untuk SMA Negeri 3 Bandarlampung. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan 2009. Lampung: Unila

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka

Trianto. 2010. Perangkat Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher

Wena, M. 2009. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer suatu Tinjauan Konseptual Operasional. Jakarta: Bumi Aksara

http://iierrrr.blogspot.com/2012/05/pembuatan-lks-lembar-kerja-siswa.html diakses 18 November 2014

http://penelitiantindakankelas.blogspot.com/2013/07/karakteristik-pendekatan-ilmiah-scientific-dalam-kurikulum-2013.html diakses 30 Juni 2014

http://p4mriunpat.wordpress.com/2011/11/14/kemampuan-berpikir-kreatif-matematik/ diakses 13 Oktober 2014.

http://www staff.uny.ac.id/sites/defaul/LEMBAR%20KERJA%20SISWA.docx/ diakses 18 November 2014

(http://203.130.201.221/materi_rembuknas2007/komisi%201/subkom-3-KTSP/SD/powerpoint/11_pengembangan_bahan_ajar.ppt.) diakses 18 November 2014


(1)

32

E. Desain Rancangan LKS

Produk yang dikembangkan berupa LKS menitikberatkan nilai karakter berpikir kreatif pada materi suhu dan kalor. Komponen-komponen didalam LKS yang akan dikembangkan antara lain:

1. Fenomena yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari

Fenomena yang ditampilkan didalam LKS merupakan fenomena yang

berkaitan dengan kehidupan sehari-hari yang disesuaikan dengan materi suhu dan kalor. Dengan adanya fenomena didalam LKS akan mempermudah siswa dalam memahami materi yang sedang dipelajari dan memberikan

pengetahuan kepada siswa bahwa setiap fenomena pasti mempunyai sebab akibat yang jelas dan dapat dijelaskan dengan ilmu pengetahuan.

2. Kegiatan eksperimen

Kegiatan eksperimen bertujuan untuk mengajak atau melibatkan siswa untuk lebih memahami materi yang sedang dipelajari dengan melakukan

penyelidikan secara langsung. 3. Latihan berdasarkan eksperimen

Latihan yang dibuat berdasarkan eksperimen adalah kegiatan penyelesaian dan penyimpulan pada tiap kegiatan melakukan percobaan.

4. Kegiatan diskusi

Kegiatan ini sangat baik dalam menjalin komunikasi antar siswa. Didalam kegiatan diskusi siswa akan berkerja sama dalam menyelesaikan suatu masalah.


(2)

materi yang dipelajari. 6. Evaluasi

Evaluasi bertujuan untuk mengukur sejauh mana pengetahuan siswa terhadap materi yang dipelajari.


(3)

52

V. SIMPULAN DAN SARAN

A.Simpulan

Kesimpulan penelitian pengembangan ini adalah:

1. Menghasilkan produk berupa LKS materi suhu dan kalor dengan scientific

approach untuk meningkatkan keterampilan berpikir kreatif siswa yang telah

divalidasi, dimana produk LKS mengandung beberapa fenomena dalam kehidupan sehari-hari yang berupa analisis fenomena serta kegiatan-kegiatan yang dapat meningkatkan keterampilan berpikir kreatif siswa;

2. Kemenarikan LKS materi suhu dan kalor dengan scientific approach untuk meningkatkan keterampilan berpikir kreatif siswa sudah dikategorikan sangat menarik.

3. Kemudahan LKS materi suhu dan kalor dengan scientific approach untuk meningkatkan keterampilan berpikir kreatif siswa sudah dikategorikan baik dalam membantu siswa memahami materi yang dipelajari.

4. Keefektifan produk dapat dilihat dari ketuntasan nilai postest siswa terhadap KKM dan sebanyak 83,3% siswa dikatakan tuntas.


(4)

fokus langsung pada kegiatan penyelidikan/praktikum tetapi siswa harus diberi arahan atau kegiatan pengamatan sesuai dengan tahapan scientific

approach.

2. Pada saat proses pembelajaran berlangsung, guru hendaknya dapat memberikan lebih banyak contoh yang berhubungan dengan materi yang dapat merangsang keterampilan berpikir kreatif siswa.


(5)

54

DAFTAR PUSTAKA

Andayani, Indriati Agustin. 2005. Kemampuan Siswa Melaksanakan Kegiatan Belajar Mandiri Terbimbing Melalui Lembar Kerja Siswa (LKS) Buatan Guru Dalam Mata Pelajaran Matematika Di SMA Negeri 6 Palembang.

Skripsi. Palembang: FKIP Universitas Sriwijaya.

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 2013. Konsep Pendekatan Scientific.

Powerpoint. Jakarta: Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia

Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

Lestari, Ika. 2013. Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Kompetensi. Jakarta: Akademia Permata

Memes, W. 2001. Perbaikan pembelajaran topik kalor di SLTP. Jurnal

Pendidikan dan Pengajaran FKIP Universitas Sriwijaya. Palembang: FKIP

Universitas Sriwijaya

Munandar, U. 2009. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta.

Noer, Sri Astuti. 2010. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis, Kreatif, dan Reflektif (K2R) Matematis Siswa SMP Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah. Disertasi. UPI: Tidak diterbitkan.

Parwati. 2005. Implementasi Model Pembelajaran Berdasarkan-Masalah dalam Rangka Mengefektifkan Pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi,

Jurnal Pendidikan dan Pengajaran (online) tersedia dalam

http://goeroendeso.files.wordpress.com/2009/01/pembelajaran-pendekatan-tematik.pdf. Tanggal Unduh: 20 November 2014. Rohaeti, Eli Widjajanti dan E. Padmaningrum Tutik Regina. 2008. Kualitas

Lembar Kerja Siswa. Universitas Negeri Yogyakarta. Jurnal Inovasi

Pendidikan, vol 10. No 1. Mei 2009. Yogyakarta: Universitas Negeri

Yogyakarta

Rahmat. 2013. Mendalami Penerapan Pendekatan Ilmiah dalam Pembelajaran. (online) tersedia: http://gurupembaharu.com/home/mendalami-penerapan-pendekatan-ilmiahdalam- pembelajaran/. Tanggal unduh 31 Juni 2014


(6)

dengan Memanfaatkan Lembar Kerja Siswa (LKS). Skripsi. Tidak diterbitkan

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Jakarta: Alfhabeta

Sukmadinata, N. S. 2004. Kurikulum dan Pembelajaran Kompetensi. Bandung: Kusuma Karya

Suyanto, Eko dan Sartinem. 2009. Pengembangan Contoh Lembar Kerja Fisika Siswa dengan Latar Penuntasan Bekal Awal Ajar Tugas Studi Pustaka dan Keterampilan Proses Untuk SMA Negeri 3 Bandarlampung. Prosiding

Seminar Nasional Pendidikan 2009. Lampung: Unila

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi

Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka

Trianto. 2010. Perangkat Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher

Wena, M. 2009. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer suatu Tinjauan

Konseptual Operasional. Jakarta: Bumi Aksara

http://iierrrr.blogspot.com/2012/05/pembuatan-lks-lembar-kerja-siswa.html diakses 18 November 2014

http://penelitiantindakankelas.blogspot.com/2013/07/karakteristik-pendekatan-ilmiah-scientific-dalam-kurikulum-2013.html diakses 30 Juni 2014

http://p4mriunpat.wordpress.com/2011/11/14/kemampuan-berpikir-kreatif-matematik/ diakses 13 Oktober 2014.

http://www staff.uny.ac.id/sites/defaul/LEMBAR%20KERJA%20SISWA.docx/ diakses 18 November 2014

(http://203.130.201.221/materi_rembuknas2007/komisi%201/subkom-3-KTSP/SD/powerpoint/11_pengembangan_bahan_ajar.ppt.) diakses 18 November 2014


Dokumen yang terkait

PENGEMBANGAN LKS BERBASIS INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI TEKANAN UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA

1 15 85

PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA BERBASIS SCIENTIFIC INQUIRY PADA MATERI SUHU DAN KALOR UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMA.

4 7 30

PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERBANTUAN EXELEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA PADA MATERI SUHU DAN KALOR.

1 2 52

MODEL SIKLUS BELAJAR 5E BERBASIS KONFLIK KOGNITIF PADA MATERI SUHU DAN KALOR UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMA.

0 1 47

PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS SCIENTIFIC APPROACH PADA MATERI SUHU, KALOR DAN PERPINDAHAN KALOR UNTUK SISWA SMA KELAS X.

0 0 19

PENGEMBANGAN LKS IPA BERBASIS PENDEKATAN SCIENTIFIC UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS VII SMP.

1 5 79

Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) Berbasis Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan Penguasaan Materi dan Berpikir Kritis Siswa SMA Materi Perpindahan Kalor.

0 1 1

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN ANALISIS SISWA SMA MATERI SUHU DAN KALOR.

0 0 1

PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERBANTUAN EXELEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA PADA MATERI SUHU DAN KALOR - repository UPI T FIS 1302505 Title

0 0 5

PENGEMBANGAN LKS DENGAN SCIENTIFIC APPROACH UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA

0 2 10