PENGUKURAN KADAR TOTAL DISSOLVE SOLID (TDS) DAN TOTAL SUSPENDED SOLID (TSS) PADA AIR LAUT DI PERAIRAN TELUK LAMPUNG

(1)

ABSTRACT

MEASUREMENT OF TOTAL DISSOLVE SOLID (TDS)

AND TOTAL SUSPENDED SOLID (TSS) CONCENTRATION OF SEA IN WATER TELUK LAMPUNG

By

Putri Sari Dewi

The research of the concentration measurement Total Dissolve Solid (TDS) and Total Suspended Solid (TSS) sea have already done in Teluk Lampung waters. The concentration of Total Dissolve Solid (TDS) and Total Suspended Solid (TSS) is decided by using gravimetric method with parameter validity method, precicition. The result of this research shows that the concentration of Total Dissolve Solid (TDS) the ranges 27.868 ppm to 36.642 ppm while the concentration of Total Suspended Solid (TSS) the ranges 64 ppm to 118 ppm. Based on Decree of the Environment Minister 2004, the standart quality of concentration Total Suspended Solid (TSS) the ranges 23,77 ppm to 80,07 ppm. The result shows that the degree exceed standard quality. Validity method in determining degree of Total Suspended Solid (TSS) of the sea water shows that precicition with Relative Standard Deviation (RSD) rangesfrom 1,4% to 13% while validity method in determining degreee of Total Dissolve Solid (TDS) of the sea water shows that preciciton with Relative Standard Deviation (RSD) ranges from 2,3% to 24%.

Keywords: Total Dissolve Solid (TDS), Total Suspended Solid (TSS), sea water, Teluk Lampung, Gravimetric


(2)

ABSTRAK

PENGUKURAN KADAR TOTAL DISSOLVE SOLID (TDS) DAN TOTAL SUSPENDED SOLID (TSS) PADA AIR LAUT

DI PERAIRAN TELUK LAMPUNG

Oleh

Putri Sari Dewi

Penelitian tentang pengukuran kadar Total Dissolve Solid (TDS) dan Total Suspended Solid (TSS) pada air laut telah dilakukan di sekitar perairan Teluk Lampung. Konsentrasi Total Dissolve Solid (TDS) dan Total Suspended Solid (TSS) ditentukan menggunakan metode gravimetri dengan parameter validasi metode yaitu presisi. Hasil penelitian menunjukkan konsentrasi Total Dissolve Solid (TDS) berada pada rentang 27.868 ppm sampai dengan 36.642 ppm. Konsentrasi Total Suspended Solid (TSS) berada pada rentang 64 ppm sampai dengan 118 ppm, berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Tahun 2004, baku mutu konsentrasi Total Suspended Solid (TSS) yaitu pada rentang 23,77-80,07 ppm, hasil analisis menunjukan kadar Total Suspended Solid (TSS) telah melebihi baku mutu. Validasi metode pada penentuan kadar Total Suspended Solid (TSS) pada air laut menunjukan presisi dengan nilai relatif standar deviasi (RSD) berada pada rentang1,4- 13 %. Sedangkan validasi metode pada penentuan kadar Total Dissolve Solid (TDS) pada air laut menunjukkan presisi dengan nilai relatif standar deviasi (RSD) berada pada rentang 2,3–24 %.

Kata Kunci : Total Dissolve Solid (TDS), Total Suspended Solid (TSS), Air Laut, Teluk Lampung, Gravimetri.


(3)

PENGUKURAN KADAR TOTAL DISSOLVE SOLID (TDS) DAN TOTAL SUSPENDED SOLID (TSS) PADA AIR LAUT

DI PERAIRAN TELUK LAMPUNG

Oleh Putri Sari Dewi

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA SAINS

pada Jurusan Kimia

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas lampung

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(4)

PENGUKURAN KADAR TOTAL DISSOLVE SOLID (TDS) DAN TOTAL SUSPENDED SOLID (TSS) PADA AIR LAUT

DI PERAIRAN TELUK LAMPUNG

(Skripsi)

Oleh Putri Sari Dewi

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(5)

vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Perairan Teluk Lampung ... 5

2. Skema Zat Padat Total ... 16

3. Titik lokasi sampling ... 29

4. Parameter Temperatur Air Laut Teluk Lampung ... 32

5. Parameter pH Air LautTeluk Lampung ... 33

6. Konsentrasi Rata-rata Total Dissolve Solid (TDS) Pada Air Laut ... 35

7. Konsentrasi Rata-rata Total Suspended Solid (TSS) Pada Air Laut ... 38

8. Lokasi Pengambilan Sampel (a) pemukiman penduduk; (b) Way Lunik (c) Pelabuhan Panjang; (d) Pulau Pasaran; (e) Pulau Pahawang ... 68

9. Vandorn/water sampler (a) saat pengambilan sampel air laut; (b) saat menyimpan sampel dalam botol ... 69

10. Pengukuran parameter di perairan Teluk Lampung (a) suhu; (b) pH ... 69

11. Analisis Total Dissolve Solid (TDS) sampel air laut pada (a) Penimbangan gelas kimia kosong setelah proses pengovenan; (b) Proses pemvakuman sampel; (c) Residu yang didapat dari pemvakuman dipindahkan ke dalam gelas kimia; (d) Setelah residu dioven, di dingin di dalam desikator; (e) Setelah residu dingin, ditimbang untuk mendapatkan hasil ... 70 12. Analisis Total Suspended Solid (TSS) sampel air laut pada

(a) Membran kosong setelah proses penimbangan; (b) Proses pemvakuman sampel; (c) Filtrat yang didapat dari pemvakuman; (d) Setelah filtrat dioven, di dingin


(6)

viii

di dalam desikator; (e) Setelah filtrat dingin, ditimbang


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan Penelitian ... 3

C. Manfaat Penelitian ... 4

II.TINJAUAN PUSTAKA A. Teluk Lampung ... 5

B. Air ... 6

C. Sumber Air ... 8

D. Pencemaran Air ... 9

E. Parameter Kualitas air ... 10

1. Parameter Fisik ... 10

a. Bau dan Rasa ... 11

b. Warna ... 11

c. Kekeruhan... 12

d. Suhu ... 12

e. Kecepatan Arus ... 13

f. Kecerahan dan Kedalaman ... 14

2. Parameter Kimia ... 14

a. pH ... 15

b. Zat Padat Total ... 16

c. Total Suspended Solid (TSS) ... 17

d. Total Dissolved Solid (TDS) ... 20

F. Gravimetri ... 22

G. Validasi Metode ... 23

III. METODELOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat ... 25


(8)

v

B. Alat dan Bahan ... 25

C. Prosedur penelitian... 26

1. Temperatur ... 26

2. Dissolved Oxygen ... 26

3. pH (Keasaman) ... 26

4. Total Padatan Terlarut dan Total Padatan Tersuspensi ... 26

5. Validasi Metode ... 27

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengambilan Sampel ... 28

B. Kondisi Sampel ... 29

1. Parameter Temperatur Perairan Teluk Lampung ... 31

2. Parameter pH Perairan Teluk Lampung ... 32

C. Konsentrasi Total Dissolve Solid (TDS) dan Total Suspended Solid (TSS) di Perairan Teluk Lampung ... 34

1. Konsentrasi Total Dissolve Solid (TDS) di Perairan Teluk Lampung ... 34

2. Konsentrasi Total Suspended Solid (TSS) di Perairan Teluk Lampung ... 37

D. Validasi Metode ... 42

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 44

B. Saran ... 45

DAFTAR PUSTAKA ... 46


(9)

vi

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Kesesuaian Perairan untuk Kepentingan Perikanan

Berdasarkan Nilai Padatan Tersuspensi (TSS) ... 19

2. Klasifikasi Padatan di Perairan Berdasarkan Ukuran Diameter ... 21

3. Kondisi visual sampel air laut ... 29

4. Parameter fisik sampel air laut ... 31

5. Kriteria Penilaian TDS ... 37

6. Nilai Standar Deviasi (SD) dan Persen Relatif Standar Deviasi (RSD) Total Suspended (TSS) dan Solid Total Dissolve Solid (TDS) ... 43

7. Data Analisis Kualitas Air Perairan Teluk Lampung Berdasarkan Parameter pH, Kedalaman, dan Temperatur ... 51

8. Konsentrasi Total Dissolve Solid (TDS) pada Air Laut ... 52

9. Konsentrasi Total Suspended Solid (TSS) pada Air Laut ... 56

10. Konsentrasi Total Dissolve Solid (TDS) ... 60

11. Analisis Total Dissolve Solid (TDS) pada titik C ... 61

12. Konsentrasi Total Suspended Solid (TSS) ... 63

13. Analisis Total Suspended Solid (TSS) pada titik C ... 64

14. Nilai SD dan RSD Kadar Total Dissolve Solid (TDS) dan Total Suspended Solid (TSS) ... 67


(10)

(11)

MOTO

Rusaknya perbuatan karena tidak adanya keikhlasan,

Rusaknya keindahan karena kesombongan,

Rusaknya keahlian karena pujian yang berlebih.

(Ali Bin Abi Thalib)

Kebanyakan dari kita tidak mensyukuri apa yang sudah kita

miliki, tetapi kita selalu menyesali apa yang belum kita capai.

(Schopenhauer)

Bahwa hidup harus menerima penerimaan yang indah,

Bahwa hidup harus mengerti pengertian yang benar,

Bahwa hidup harus memahami pemahaman yang tulus.

(Tere Liye)

Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Maka

apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah

bekerja keras (untuk urusan yang lain). Dan hanya kepada

Tuhanmulah engkau berharap.


(12)

(13)

Kupersembahkan karya sederhana ini sebagai wujud tanda

cinta, kasih sayang, bakti dan tanggung jawabku

kepada :

ALLAH S.W.T

Kedua orang tuaku

Papah dan Mamah yang selalu memberikan rasa cinta

dan kasih sayang serta yang selalu mendukungku

Kakek, Nenek dan Mbah putriku tersayang yang selalu memberikan doa dan

dukungan untukku

Babang dan kakakku tersayang

Novian Anda Mulya

Ahmad Arif

Adikku tersayang

Ahmad Daniel

Seluruh sahabat terbaikku


(14)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung, pada tanggal 15 Juni 1992. Penulis merupakan anak ketiga dari empat bersaudara dan merupakan buah hati dari pasangan Bapak Ahmad Mansur, dan Ibu Tini Setiawati. yang diberi nama Putri Sari Dewi.

Penulis menyelesaikan studi di Taman Kanak-Kanak (TK) Amarta Tani HKTI Labuhan Ratu Bandar Lampung pada tahun 1997, Sekolah Dasar (SD) Negeri 1 Rajabasa Raya Bandar Lampung pada tahun 2004, Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 8 Bandar Lampung pada tahun 2007 dan Sekolah Menengah Atas (SMA) Yayasan Pendidikan Universitas Lampung (YP Unila) Bandar Lampung pada tahun 2010. Penulis kemudian terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung melalui jalur UM (Ujian Mandiri) pada tahun 2010.

Selama menjadi mahasiawa, penulis pernah mendapatkan beasiswa Bantuan Belajar Mahasiswa (BBM) pada tahun ajaran 2011/2012. Penulis dalam penyelesaian studi, telah mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Labuhan Maringgai, Lampung Timur selama 30 hari pada bulan Juli-Agustus tahun 2013. Penulis pernah menjadi asisten praktikum sains dasar mahasiswa jurusan Kimia


(15)

angkatan 2013 dan angkatan 2014 pada tahun ajaran 2013/2014 dan tahun ajaran 2014/2015 dan praktikum analitik I mahasiswa jurusan Kimia angkatan 2013 pada tahun ajaran 2014/2015. Selain itu, penulis pernah mengikuti beberapa organisasi mahasiswa. Berikut beberapa organisasi dan amanah yang dipercayakan kepada penulis :

1. Kader Muda HIMAKI (KAMI) FMIPA pada tahun 2010-2011.

2. Himpunan Mahasiswa Kimia (HIMAKI) FMIPA sebagai anggota bidang Biro Usaha Mandiri (BUM) pada tahun 2011-2012.

3. Himpunan Mahasiswa Kimia (HIMAKI) sebagai anggota bidang Biro Usaha Mandiri (BUM) pada tahun 2012-2013.

Penulis berharap masih dapat meneruskan tulisan-tulisan berikutnya dan dapat memberikan manfaat bagi agama, keluarga, nusa dan bangsa.


(16)

SANWACANA

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam senantiasa penulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW semoga senantiasa menjadi suri tauladan bagi penulis.

Skripsi dengan judul “Pengukuran Kadar Total Dissolve Solid (TDS) dan Total Susspended Solid (TSS) pada Air Laut di Perairan Teluk Lampung adalah salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk memperoleh gelar Sarjana Sains Universitas Lampung.

Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari jasa baik segenap pihak baik moral maupun spiritual, baik berupa bimbingan, motivasi dan doa yang senantiasa berguna bagi penulis hingga saat ini dan di masa yang akan datang.

Ucapan terima kasih penulis haturkan kepada:

1. Kedua orang tua, Papah Ahmad Mansur dan Mamah Tini Setiawati tercinta yang senantiasa memberikan kasih sayang, cinta, doa, nasihat, air mata serta dorongan semangat yang tulus kepada penulis.


(17)

2. Ibu Rinawati, Ph.D. selaku dosen pembimbing I yang telah senantiasa bersedia meluangkan waktu untuk memberikan saran, bimbingan, nasihat, serta kritik kepada penulis dalam menyelesaikan dan pembuatan skripsi ini. 3. Bapak Dr. R. Supriyanto, M.S. selaku pembimbing II yang telah senantiasa

bersedia meluangkan waktu untuk memberikan saran, membimbing, memberi nasehat maupun kritik dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak Diky Hidayat, M.Sc. selaku pembahas yang telah memberikan masukan, baik saran maupun kritik kepada penulis untuk kesempurnaan tulisan dan penelitian penulis.

5. Ibu Dra. Aspita Laila, M.S., selaku Pembimbing Akademik dalam menyelesaikan masa studi penulis di Jurusan Kimia.

6. Bapak Dr. Eng. Suripto Dwi Yuwono, M.T. selaku ketua Jurusan Kimia 7. Bapak Prof. Suharso, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam.

8. Seluruh dosen dan karyawan Jurusan Matematika yang telah memberikan ilmu dan pembelajaran selama masa studi penulis.

9. Kakek Ahmad Tamami, Nenek Ema Sumiati, Mbah uti R. H. Machtuchah, dan Mbah kakung H. Mashadi tercinta yang telah senantiasa memberikan doa, dukungan, kasih sayang dan cinta yang tulus kepada penulis.

10.Saudara kandungku, Babang Novian Anda Mulya, Kakak Ahmad Arif, Menak Subaidah, Adik Ahmad Daniel dan Keponakan Kayla Naura Mulya tersayang yang senantiasa menemani mendukung dan memberikan doa serta dorongan semangat kepada penulis.


(18)

11.Sahabat-sahabat terbaikku, Zuhikma Alfina Nasution, Juni Zulhijjah, Ely Setiawati, Yussi Fitria, Siti Maimunnah, Esti Eka Faridayani, Oktavia

Ramandha, Nur Robiah, Lolita Napatilova AK, Desi Aryani, Ismalia Husna, Agustia Indriani, Khairunnisa, Ricka Dwi Aggristianti, Ricke Tri Agristianti, Hesti Setianingrum dan Ayu Suci Lestari atas persaudaraan, kebersamaan, kehangatan dalam suka maupun duka yang telah dilewati bersama penulis serta doa dan dukungan yang diberikan kepada penulis.

12.Patner-ku Kristi Arina dan M. Prasetyo Ersa atas kerjasama, bantuan, dukungan, kepedulian dan kebersamaannya.

13.Keluarga besar kimia (HIMAKI), teman-teman kimia 2010 Chemistry Imut (Chemut), Fajria Faiza, Silvana Maya Pratiwi, Funda Elisya, Sevina Silvi, Chyntia Gustianda, Lailatul Hasanah, Martha Silvina, Indah Aprianti,

Fauziyah Mu’Min Shiddiq, Rini Handayani, Leni Astuti, Wynda Dwi

Anggraini, Faradilla Syani, Purniawati, Chintia Yolanda, Hapin Afriyani, Putri Heriyani, Rani Anggraini, Adetia Fatmawati, Rina Rachmawati Sutisna, Desi Meriyanti, Widya Afriliani, Rahmat Kurniawan, M. Nurul Fajri, Agung Supriyanto, Ruli Prayetno, serta teman kimia 2010 yang telah pindah jurusan, Putri Rahmatika, Aditya Putra P., Ucep Saifulloh, Maria Anggraini dan Sunarmo atas kebersamaan, kekeluargaan dan perjuangan hingga menyelesaikan studi sarjana.

14.Keluarga besar Laboratorium Analitik dan Instrumentasi Universitas Lampung

Bunda Indar Novalia, A.Md. “mba iin”, Mas Fakhruddin, S.T. “mas udin”,

dan mba Karlina Widiyanti atas pengalaman dan pembelajaran yang telah penulis dapatkan selama ini.


(19)

15.Serta teman-teman kimia angkatan 2011 khususnya, Ayu Fitriani, Daniar Febriliani Pratiwi, Fatimah Milasari, Frederica Giofany Tirta Sari, Fatma Maharani, Dia Tamara, Melli Novita Windiyani, Melly Antika, Ajeng Miranti, Ayu Berliana, Umi Fadilah, Anggino Saputra, Rio Wicaksono, Nico Mei Chandra atas kebersamaan, kekeluargaan, canda tawa dan tolong-menolong hingga menyelesaikan studi sarjana.

16.Keluarga besar Ahmad Tamami dan H. Mashadi, serta semua pihak yang telah membantu penulis.

Semoga Allah SWT membalas atas kebaikan yang telah diberikan kepada penulis. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi penulis berharap semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin.


(20)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Teluk Lampung merupakan kawasan perairan yang memiliki luas sekitar 1.888 km (Wiryawanet al., 1999). Perairan Teluk Lampung merupakan salah satu contoh daerah yang wilayah pesisirnya digunakan untuk berbagai kegiatan seperti perikanan tangkap, budidaya mutiara, pariwisata, pelayaran, pelabuhan, pemukiman, maupun kegiatan perdagangan. Berbagai kegiatan seperti ini menghasilkan berbagai limbah yang akan menurunkan kondisi dan mencemarkan perairan teluk. Pencemaran yang dihasilkan oleh salah satu kegiatan di atas akan menyebar kekawasan lain oleh gerakan massa air, yang pada gilirannya akan menimbulkan dampak negatif terhadap kegiatan lain di Teluk Lampung (Pariwono, 1998). Perairan ini juga merupakan perairan dengan lalulintas pelayaran yang sibuk karena dilalui oleh kapal-kapal besar, seperti kapal penumpang, kapal tanker dan kapal yang mengangkut batu bara dari pelabuhan Panjang, Bandar Lampung sehingga sangat berpengaruh terhadap kualitas perairan di Teluk Lampung.

Pencemaran air adalah penyimpangan sifat-sifat air dari keadaan normal, bukan dari kemurniannya (Michael, 1990).Dalam Kep-02/MENKLH/1/1988 tentang Pengendalian Pencemaran Air, pencemaran air didefinisikan sebagai :masuknya


(21)

2

atau dimasukkannya mahluk hidup, zat, energy dan atau komponen lain kedalam air oleh kegiatan manusia sehingga kualitas air turun sampai ketingkat tertentu yang menyebabkan air tidak berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya.

Air tercemar dapat diukur berdasarkan parameter fisika dan parameter kimia. Parameter fisika biasanya meliputi warna, bau, kekeruhan, dan rasa. Sedangkan, parameter kimia antara lain meliputi pH, suhu, Chemical Oxygen Demand (COD), Biochemical Oxygen Demand (BOD),dan Total Dissolve Solid (TDS), Total Suspended Solid (TSS), nitrat, nitrit, fosfat, sulfat, Dissolve Oxygen (DO), kesadahan, klorida, besi, tembaga, dan amonia.

Total padatan tersuspensi (TSS) adalah bahan-bahan tersuspensi dengan diameter >1 µm yang tertahan di kertas milipore dengan diameter pori 0,45 µm. TSS terdiri dari lumpur, pasir halus serta jasad-jasad renik yang terutama disebabkan oleh kikisan tanah atau erosi yang terbawa badan air (Effendi, 2003). Sedangkan total padatan terlarut (TDS) adalah ukuran zat terlarut (baik itu zat organik maupun anorganik, misalnya garam dan sebagainya) dengan diameter < 10-3 µm yang terdapat pada sebuah larutan yang terlarut dalam air (Mukhtasor, 2007). Perbedaan pokok antara kedua kelompok zat ini ditentukan melalui ukuran/diameter partikel-partikelnya.

Bahan-bahan tersuspensi dan terlarut pada perairan alami tidak bersifat toksik akan tetapi jika berlebihan dapat meningkatkan kekeruhan selanjutnya akan menghambat penetrasi cahaya matahari ke kolom air dan akhirnya akan berpengaruh terhadap proses fotosintesis di perairan serta menurunkan kesediaan oksigen terlarut. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian mengenai tingka


(22)

3

tkadar total padatan tersuspensi (TSS) dan total padatan terlarut (TDS) pada perairan di Teluk Lampung.

Pengukuran kadar Total Dissolve Solid (TDS) dan Total Suspended Solid (TSS) dapat dilakukan dengan metode Gravimetri. Metode gravimetri merupakan metode pengukuran TDS dan TSS yang paling akurat dan paling sederhana dibandingkan dengan cara pemeriksaan kimia lainnya serta melibatkan penguapan cairan pelarut untuk meninggalkan residu yang kemudian dapat ditimbang dengan menggunakan presisi yang baik (biasanya mampu mengukur dengan keakuratan 0,0001 gram). Metode ini umumnya adalah metode yang terbaik walaupun memerlukan banyak waktu. Faktor paling penting dalam metode ini yaitu proses pemisahan harus cukup sempurna sehingga kualitas analit yang ditimbang mendekati murni (Irha, 2011).

B. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk :

1). Mengetahui kadar Total Dissolve Solid (TDS) dalam air yang akan diteliti.

2). Mengetahui kadar Total Suspended Solid (TSS) dalam air yang akan diteliti.

3). Menentukan kualitas perairan berdasarkan tingkat Total Dissolve Solid (TDS) dan Total Suspended Solid (TSS).


(23)

4

C. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pencemaran di Teluk Lampung berdasarkan tingkat Total Dissolve Solid (TDS) dan Total Susspended Solid (TSS) serta sebagai sumber informasi bagi pemerintah daerah dan masyarakat tentang distribusi TDS dan TSS di perairan Teluk Lampung, sehingga dapat dijadikan masukan bagi pemerintah daerah, pihak industri dan masyarakat dalam mengelola semua kegiatan di perairan Teluk Lampung yang berwawasan lingkungan.


(24)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Teluk Lampung

Gambar 1.Perairan Teluk Lampung

Luas Provinsi Lampung meliputi areal daratan sekitar 35.376 km2 termasuk pulau-pulau kecil. Panjang garis pantai Lampung lebih kurang 1.105 km (termasuk beberapa pulau) dan memiliki sekitar 69 buah pulau (Aswandy dan Pratiwi, 2010). Wilayah pesisirnya dapat dibagi atas 4 wilayah, yaitu Pantai Barat dengan luas 210 km, Teluk Semangka dengan luas 200 km, Teluk Lampung dan Selat Sunda dengan luas 160 km, dan Pantai Timur dengan luas 270 km.


(25)

6

Perairan Teluk Lampung merupakan daerah estuarin yang berhadapan dengan Selat Sunda dan terletak di pantai Selatan Provinsi Lampung. Teluk Lampung mempunyai kedalaman rata-rata sekitar 25 m di mulut teluk, kedalaman rata-rata berkisar pada 35 m, dengan kedalaman maksimum sedalam 75 m yang ditemui di Selat Legundi (terletak disebelah barat laut mulut Teluk Lampung). Menuju ke kepala teluk, kedalaman perairan mendangkal mencapai sekitar 20 m pada jarak yang relatif dekat dari garis pantai (P2O-LIPI, 2000).

Berbagai ekosistem lahan basah juga banyak dijumpai di kawasan Teluk Lampung seperti hutan mangrove, padang lamun dan terumbu karang. Selain itu Teluk Lampung merupakan lingkungan perairan semi tertutup yang menghadap ke Selat Sunda. Letaknya yang jauh ke arah daratan dan cukup terlindung, menyebabkan perairan tersebut memiliki kekhususan tersendiri yang terkait dengan sifat-sifat fisika, kimia dan biota yang terdapat di dalam ekosistem tersebut. Wilayah pesisirnya dapat dibagi atas 4 wilayah, yaitu Pantai Barat, Teluk Semangka, Teluk Lampung dan Selat Sunda, dan Pantai Timur

(ATLAS, 1999). Masing-masing wilayah tersebut memiliki potensi fisik atau ruang, sosial ekonomi, dan lingkungan ekosistem yang berbeda. Potensi pesisir dan lautan yang dapat dijumpai adalah perikanan tangkap, tambak, kerang mutiara, rumput laut, terumbu karang, mangrove, pariwisatadan industri.

B. Air

Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan umat manusia dan makhluk hidup lainnya, dan fungsinya bagi kehidupan tidak dapat digantikan oleh senyawa lainnya. Hampir semua kegiatan manusia membutuhkan air, mulai


(26)

7

dari membersihkan diri (mandi), menyiapkan makanan dan minuman sampai dengan aktivitas-aktivitas lainnya. Air juga dibutuhkan oleh semua tanaman termasuk berbagai macam tanaman yang dapat menjadi bahan konsumsi manusia, baik dari jenis buah-buahan, umbi-umbian, bulir-bulir, batang, dan bunga (Sofyan,2010). Air mempunyai sifat tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau pada kondisi standar, yaitu pada tekanan 100 kPa (1 bar) dan suhu 273,15 K (0oC). Zat kimia ini merupakan suatu pelarut yang penting karena mampu melarutkan banyak zat kimia lainnya, seperti garam, gula, asam, beberapa jenis gas dan senyawa organik. Air menutupi sekitar 70% permukan bumi, dengan jumlah sekitar 1.368 juta km3 (Angel dan Wolseley, 1992). Dari jumlah tersebut, 97,23% adalah air laut, 2,15% es dan salju, dan sisanya 0,62% adalah air tawar yang berada di daratan (danau, sungai, dan air tanah). Soerjani (1987:60) mendeskripsikan presentasi bentuk air tawar terhadap air dibumi adalah air tanah 0,695%, air permukaan 0,027%, air atmosfer 0,001%, dan salju 2,063%.

Air mempunyai konstanta dielektrik yang sangat tinggi sehingga berpengaruh besar tehadap sifat-sifat pelarutnya, hal ini menyebabkan banyak sekali senyawa ionik berdisosiasi dalam air. Kapasitas kalor air yang cukup tinggi yaitu

1 kal g-1 C-1 menyebabkan kalor yang diperlukan untuk merubah suhu dari sejumlah massa air cukup tinggi pula, sehingga menstabilkan suhu air pada seluruh wilayah geografi (Rukaesih, 2004).

Air merupakan suatu sarana utama dalam meningkatkan derajat kesehatan. Jika kandungan bahan-bahan dalam air tersebut tidak mengganggu kesehatan, air dianggap bersih dan layak untuk diminum, air dikatakan tercemar jika terdapat


(27)

8

gangguan terhadap kualitas air sehingga air tersebut tidak dapat digunakan untuk tujuan penggunaannya. Pencemaran air dapat terjadi karena masuknya makhluk hidup, zat, dan energi terdalam air oleh kegiatan manusia. Keadaan itu dapat menurunkan kualitas air sampai ketingkat tertentu dan membuat air tidak berfungsi lagi sebagaimana mestinya (Mifbakhuddin, 2010).

C. Sumber Air

Air yang ada di permukaan bumi berasal dari beberapa sumber. Berdasarkan letak sumbernya air dibagi menjadi tiga, yaitu air hujan, air permukaan, air tanah dan air laut. Air hujan merupakan sumber utama dari air di bumi. Air ini pada saat pengendapan dapat dianggap sebagai air yang paling bersih, tetapi pada saat di atmosfer cenderung mengalami pencemaran oleh beberapa partikel debu, mikroorganisme dan gas (misal: karbon dioksida, nitrogen dan amonia). Air permukaan meliputi badan-badan air semacam sungai, danau, telaga, waduk, rawa dan sumur permukaan. Sebagian besar air permukaan ini berasal dari air hujan dan mengalami pencemaran baik oleh tanah, sampah dan lainnya. Air tanah berasal dari air hujan yang jatuh ke permukaan bumi, kemudian mengalami penyerapan ke dalam tanah dan penyaringan secara alami. Proses-proses ini menyebabkan air tanah menjadi lebih baik dibandingkan air permukaan

(Chandra, 2007). Air laut merupakan kumpulan air asin dengan kandungan air murni 96,5% dan 3,5% zat lainya. Air laut banyak sekali mengandung, gas-gas terlarut, bahan-bahan organik, partikel-partikel tidak terlarut dan garam mineral. Komponen garam mineral air laut antara lain senyawa klorida 55%, senyawa sulfat 7,7%, sodium 30,6%, kalsium 1,2%, potassium 1,1%, magnesium 3,7 dan


(28)

9

lain-lain 0,7% (Anonim, 2011). Komponen garam mineral di laut ini sangat berdampak negatif apabila melebihi ambang batas kualitas baku mutu air, baik untuk biota laut maupun untuk masyarakat sekitar.

D. Pencemaran Air

Pencemaran air yaitu masuknya mahluk hidup, zat, energi atau komponen lain ke dalam air, sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya. Menurut Kristanto (2002), pencemaran air adalah penyimpangan sifat-sifat air dari keadaan normal. Adanya benda-benda asing yang mengakibatkan air tersebut tidak dapat digunakan sesuai dengan peruntukannya secara normal disebut dengan pencemaran air. Karena kebutuhan makhluk hidup akan air sangat bervariasi, maka batas pencemaran untuk berbagai jenis air juga berbeda-beda. Air dapat tercemar oleh komponen-komponen anorganik maupun organik diantaranya berbagai logam berat yang berbahaya dan mineral-mineral organik berlebih. Komponen-komponen tersebut berasal dari kegiatan industri. Kegiatan industri yang melibatkan penggunaan logam berat maupun mineral organik antara lain industri tekstil, pelapisaan logam, cat/tinta warna, percetakan, bahan agrokimia, industri batu bara, dll. Beberapa logam berat ternyata telah mencemari air, melebihi batas yang berbahaya bagi kehidupan (Wisnu, 1995).

Menurut Lutfi (2009), pada dasarnya bahan pencemar yang mencemari perairan dapat dikelompokkan menjadi beberapa kelompok, yaitu bahan pencemar organik, bahan pencemar penyebab terjadinya penyakit, bahan pencemar senyawa anorganik/mineral, bahan pencemar organik yang tidak dapat diuraikan oleh


(29)

10

mikroorganisme, bahan pencemar berupa zat radioaktif, bahan pencemar berupa endapan/sedimen, bahan pencemar berupa kondisi (misalnya panas). Dampak pencemaran tidak hanya membahayakan kehidupan biota dan lingkungan laut, tetapi juga dapat membahayakan kesehatan manusia atau bahkan menyebabkan kematian, mengurangi atau merusak nilai estetika lingkungan pesisir, serta dapat merugikan secara sosial ekonomi (Dahuri et al., 2001). Lebih lanjut dikemukakan oleh Dahuri et al (2001), dampak pencemaran perairan pesisir adalah sedimentasi, eutrofication, anoxia (kekurangan oksigen), masalah kesehatan umum, pengaruh terhadap perikanan, kontaminasi trace element dalam rantai makanan serta keberadaan spesies asing.

E. Parameter Kualitas Air

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air, penentu kualitas perairan meliputi parameter fisik, kimia, radioaktivitas dan mikrobiologis (Slamet, 2007).

1. Parameter Fisik

Air yang memenuhi persyaratan fisik adalah air yang tidak berbau, tidak berasa, tidak berwarna, tidak keruh atau jernih, dan dengan suhu sebaiknya dibawah suhu udara sedemikian rupa sehingga menimbulkan rasa nyaman.


(30)

11

a. Bau dan Rasa

Bau dan rasa biasanya terjadi secara bersamaan dan biasanya disebabkan oleh adanya bahan-bahan organik yang membusuk, tipe-tipe tertentu organisme mikroskopik, serta persenyawaan-persenyawaan kimia seperti phenol.

Bahan–bahan yang menyebabkan bau dan rasa ini berasal dari berbagai sumber. Intensitas bau dan rasa dapat meningkat bila terdapat klorinasi. Karena pengukuran bau dan rasa ini tergantung pada reaksi individu maka hasil yang dilaporkan tidak mutlak. Untuk standar air minum dan air bersih diharapkan air tidak berbau dan tidak berasa.

b. Warna

Air alami yang sama sekali belum mengalami pencemaran berwarna bening, atau sering dikatakan tak berwarna. Warna air disebabkan oleh kehadiran bahan-bahan tersuspensi yang berwarna, ekstrak senyawa-senyawa organik ataupun tumbuh-tumbuhan dan karena terdapatnya mikro organisme seperti plankton, selain itu juga akibat adanya ion-ion metal alami seperti besi dan mangan. Komponen penyebab warna, khususnya yang berasal dari limbah industri kemungkinan dapat membahayakan bagi manusia maupun bagi biota air. Warna air juga memberi indikasi terdapatnya senyawa-senyawa organik, yang melalui proses klorinasi dapat meningkatkan pertumbuhan mikro organisme air (Effendi, 2003). Penghilangan warna secara teknik dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya: koagulasi, flokulasi, sedimentasi, filtrasi, oksidasi, reduksi, bioremoval, terapan elektro, dsb. Tingkat zat warna air dapat diketahui melalui pemeriksaan laboratorium dengan metode fotometrik. Untuk standar air bersih


(31)

12

diharapkan zat warna = 50 TCU dan untuk standar air minum maksimum 15 TCU kandungan zat warna.

c. Kekeruhan

Kekeruhan dapat disebabkan karena adanya endapan, zat koloidal, zat organik yang terurai secara halus, jasad renik dan lumpur (Mahida, 1992), serta bahan bahan tersuspensi pada suatu bahan pencemar yang biasanya ditimbulkan oleh adanya bahan organik oleh buangan industri, debu, plankton atau organisme lainnya. Nilai kekeruhan yang tinggi akan mempengaruhi tingkat penetrasi cahaya ke dalam air sehingga dapat mempengaruhi fotosintesis. Selain itu kekeruhan akan mengganggu organ-organ pernafasan dan alat penyaring makanan dari organisme perairan yang dapat menyebabkan kematian (Wardoyo, 1981).

d. Suhu

Suhu air berbeda-beda sesuai dengan iklim dan musim, besar-kecilnya suhu berguna dalam memperlihatkan kecenderungan aktivitas-aktivitas kimiawi dan biologis, pengentalan, tekanan uap, tegangan permukaan dan nilai-nilai penjenuhan dari pada benda-benda padat dan gas. Tingkat oksidasi zat organik jauh lebih besar selama musim panas dari pada selama musim dingin. Nitrifikasi dari ammoniak secara kasar berlipat ganda dengan naiknya suhu sampai 10oC. Suhu perairan merupakan salah satu parameter fisik yang sangat penting bagi kehidupan biota air. Kelangsungan hidup dan pertumbuhan yang optimal setiap biota mempunyai batas toleransi yang berbeda-beda. Secara umum, suhu berpengaruh langsung terutama terhadap biota perairan berupa reaksi enzimatik


(32)

13

pada organisme, namun tidak berpengaruh langsung terhadap struktur dan dispersi hewan air. Pada daerah tropis termasuk Indonesia, suhu permukaan laut berkisar antara 28oC–31oC dan pada daerah subtropis 15oC–20oC (Nontji, 1984).

e. Kecepatan Arus

Penyebaran kualitas air di badan air penerima, baik sungai, waduk dan laut, sangat dipengaruhi oleh kecepatan arus dan debit air. Semakin cepat arus dan semakin besar debit air maka penyebaran kualitas air semakin cepat dan semakin luas. Arus laut jauh lebih rumit karena adanya gaya Coriolis, yakni gaya yang diakibatkan oleh perputaran bumi dan adanya pasang surut yang dipengaruhi oleh gaya tarik bulan (Hardjojo dan Djokosetiyanto, 2005). Romimohtarto, K (1985) menyatakan bahwa arus mempunyai pengaruh positif maupun negatif terhadap kehidupan biota perairan. Arus dapat mengakibatkan rusaknya jaringan-jaringan jasad hidup yang tumbuh di daerah itu dan partikel-partikel dalam suspensi dapat menghasilkan pengikisan. Di perairan dengan dasar berlumpur, arus dapat mengaduk endapan lumpur sehingga mengakibatkan kekeruhan air dan mematikan organisme air. Kekeruhan bisa mengurangi penetrasi sinar matahari, dan karenanya mengurangi aktivitas fotosintesis. Manfaat dari arus bagi banyak biota adalah menyangkut penambahan makanan bagi biota-biota tersebut dan pembuangan kotoran-kotorannya. Untuk algae kekurangan zat-zat kimia dan CO2

dapat dipenuhi. Sedangkan bagi binatang, CO2 dan produk-produk sisa dapat

disingkirkan dan O2 tetap tersedia. Arus juga memainkan peranan penting bagi

penyebaran plankton, baik holoplankton maupun meroplankton. Kecepatan arus yang baik dilokasi yang ingin dijadikan sebagai tempat atau kawasan keramba


(33)

14

jaring apung berkisar antara 23–50 cm/det (Mayunar et al.,1995) sedangkan KLH (2004) memberikan batasan kisaran nilai 15–25 cm/det.

f. Kecerahan dan Kedalaman

Kecerahan perairan menunjukan kemampuan cahaya untuk menembus lapisan air pada kedalaman tertentu. Pada perairan alami, kecerahan sangatpenting karena erat dengan proses fotosintesis. Semakin tinggi nilai kecerahan maka akan tinggi pula tingkat penetrasi cahaya ke kolom perairan. Penetrasi cahaya matahari atau kecerahan sangat penting bagi tumbuhan lamun. Hal initerlihat dari sebaran lamun yang terbatas pada daerah yang masih menerima cahaya matahari (Supriharyono, 2009).

2. Parameter Kimia

Dari segi parameter kimia, air yang baik adalah air yang tidak tercemar secara berlebihan oleh zat-zat kimia yang berbahaya bagi kesehatan antara lain air raksa (Hg), alumunium (Al), arsen (As), barium (Ba), besi (Fe), flourida (F), tembaga (Cu), derajat keasaman (pH), sulfat (SO42-) dan zat kimia lainnya. Kandungan zat

kimia dalam air bersih yang digunakan sehari-hari hendaknya tidak melebihi kadar maksimum yang diperbolehkan seperti tercantum dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 416/Menkes/Per/IX/1990. Penggunaan air yang mengandung bahan kimia beracun dan zat-zat kimia yang melebihi ambang batas berakibat tidak baik bagi kesehatan dan material yang digunakan manusia, serta dapat merusak biota di perairan dan menyebabkan pencemaran lingkungan.


(34)

15

a. pH

pH merupakan suatu pernyataan dari konsentrasi ion hidrogen (H) di dalam air, besarannya dinyatakan dalam minus logaritma dari konsentrasi ion H. Besaran pH berkisar antara 0–14, nilai pH kurang dari 7 menunjukkan lingkungan yang masam sedangkan nilai diatas 7 menunjukkan lingkungan yang basa, untuk pH = 7 disebut sebagai netral (Hardjojo dan Djokosetiyanto, 2005). Perairan dengan pH < 4 merupakan perairan yang sangat asam dan dapat menyebabkan kematian makhluk hidup, sedangkan pH > 9,5 merupakan perairan yang sangat basa yang dapat menyebabkan kematian dan mengurangi produktivitas perairan. Perairan laut maupun pesisir memiliki pH relatif lebih stabil dan berada dalam kisaran yang sempit, biasanya berkisar antara 7,7–8,4 pH dipengaruhi oleh kapasitas penyangga (buffer) yaitu adanya garam-garam karbonat dan bikarbonat yang dikandungnya (Boyd, 1982; Nybakken, 1992). Pescod (1973) menyatakan bahwa toleransi untuk kehidupan akuatik terhadap pH bergantung kepada banyak faktor meliputi suhu, konsentrasi oksigen terlarut, adanya variasi bermacam-macam anion dan kation, jenis dan daur hidup biota. Perairan basa (7–9) merupakan perairan yang produktif dan berperan mendorong proses perubahan bahan organik dalam air menjadi mineral-mineral yang dapat diasimilasi oleh fotoplankton (Suseno, 1974). pH air yang tidak optimal berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangbiakan ikan, menyebabkan tidak efektifnya pemupukan air di kolam dan meningkatkan daya racun hasil metabolisme seperti NH3 dan H2S. pH air berfluktuasi mengikuti kadar CO2 terlarut dan memiliki pola


(35)

16

menurun dan demikian pula sebaliknya. Fluktuasi ini akan berkurang apabila air mengandung garam CaCO3 (Cholik et al., 2005).

b. Zat Padat Total

Zat Padat Total adalah semua zat-zat yang tersisa sebagai residu dalam suatu cawan, bila sampel air dalam cawan tersebut dikeringkan pada suhu tertentu. Zat Padat Total terdiri dari Total Dissolve Solid (TDS) dan Total Suspended Solid (TSS) yang dapat bersifat organik dan anorganik seperti dijelaskan dalam skema di bawah ini :

Zat Padat Terlarut

Zat Padat Total Zat padat tersuspensi Organik Zat Padat Tersuspeni

Zat padat tersuspensi anorganik

Gambar 2. Skema Zat Padat Total

Perbedaan pokok masing-masing zat ini ditentukan melalui ukuran/diameter partikel-partikel tersebut. Suatu molekul organik polimer tetap bersifat zat yang terlarut, walaupun panjangnya lebih dari 10 µm sedangkan beberapa jenis zat padat koloidal mempunyai sifat dapat bereaksi seperti sifat-sifat zat-zat yang terlarut. Analisa zat padat dalam air sangat penting bagi penentuan komponen-komponen air secara lengkap, juga untuk perencanaan serta pengawasan

proses-proses pengolahan dalam bidang air minum maupun dalam bidang air buangan.


(36)

17

c. Total Suspended Solid (TSS)

Total Padatan Tersuspensi sendiri dapat diklasifikasikan sebagai zat padat terapung yang selalu bersifat organik dan zat padat terendap yang dapat bersifat organik dan anorganik. Zat padat terendap adalah zat padat dalam suspensi yang dalam keadaan tenang dapat mengendap setelah waktu tertentu karena pengaruh gaya beratnya. Penentuan zat padat terendap ini dapat melalui volumnya, disebut analisa Volum Lumpur (sludge volume), dan dapat melalui beratnya disebut analisa Lumpur Kasar atau umumnya disebut Zat Padat Terendap

(settleable solids) (Alaerts, 1984).

Dalam suatu suspensi, sekurang-kurangnya terdapat satu komponen partikel yang relatif besar tersebut merata dalam komponen lainnya. Contohnya ialah pasir halus yang tersuspensi dalam air, atau endapan dalam suatu campuran reaksi. Dalam contoh tersebut, ukuran partikel yang tersuspensi cukup besar untuk dapat dilihat, baik dengan mata telanjang maupun dengan mikroskop. Disamping itu, bila tidak terus menerus diaduk, partikel dalam suspense akan mengendap akibat pengaruh gravitasi, walaupun laju pengendapannya bergantung pada ukuran partikel. Pasir kasar akan mengendap dengan cepat dalam air, sedangkan lumpur halus akan mengendap dengan laju yang jauh lebih lambat. Sifat fisik suspensi, seperti titik beku atau tekanan uap suspensi padatan dalam cairan kurang dipengaruhi oleh partikel yang tersuspensi. Jadi, air berlumpur membeku pada 0oC seperti halnya air murni. Partikel tersuspensi terlalu besar dan jumlahnya terlalu kecil dibandingkan dengan jumlah molekul air dalam campuran sehingga pengaruhnya tidak terukur (Brady, J.E. 1994).


(37)

18

Total padatan tersuspensi merupakan materi atau bahan tersuspensi yang menyebabkan kekeruhan air terdiri dari komponen terendapkan, bahan melayang dan komponen tersuspensi koloid (Canter dan Hill, 1979 dalam Wardoyo, 1981). Total padatan tersuspensi terdiri atas lumpur dan pasir halus serta jasad-jasad renik terutama yang disebabkan oleh kikisan tanah atau erosi yang terbawa kedalam badan air. Masuknya padatan tersuspensi kedalam perairan dapat menimbulkan kekeruhan air.

Menurut Mays (1996), Total Padatan Tersuspensi (TSS) adalah bahan-bahan tersuspensi yang tertahan pada kertas saring millipore berdiameter pori 0,45µm. Nilai total padatan tersuspensi merupakan salah satu parameter biofisik perairan yang secara dinamis mencerminkan perubahan yang terjadi di daratan maupun di perairan. Total padatan tersuspensi yang tinggi akan mempengaruhi biota di perairan melalui dua cara. Pertama, menghalangi dan mengurangi penetrasi cahaya kedalam badan air, sehingga menghambat proses fotosintesis oleh fitoplankton dan tumbuhan air lainnya. Kondisi ini akan mengurangi pasokan oksigen terlarut dalam badan air. Kedua, secara langsung total padatan terlarut (total dissolved solid) yang tinggi dapat mengganggu biota perairan seperti ikan karena tersaring oleh insang. Total suspended solid dapat memberikan pengaruh yang luas dalam ekosistem perairan.

Menurut Fardiaz (1992), padatan tersuspensi akan mengurangi penetrasi cahaya kedalam air, sehingga mempengaruhi regenerasi oksigen secara fotosintesis dan kekeruhan air juga semakin meningkat. Erosi tanah akibat hujan lebat dapat mengakibatkan naiknya nilai total padatan tersuspensi secara mendadak


(38)

19

(Sastrawijaya, 2000). Banyak mahluk hidup memperlihatkan toleransi yang cukup tinggi terhadap kepekatan total padatan tersuspensi, namun total padatan tersuspensi dapat menyebabkan penurunan populasi tumbuhan dalam air, hal ini disebabkan oleh turunnya penetrasi cahaya kedalam air (Connel dan Miller, 1995). Oleh karena itu penentuan padatan tersuspensi sangat berguna dalam analisis perairan dan buangan domestik yang tercemar serta dapat digunakan untuk mengevaluasi mutu air, maupun menentukan efisiensi unit pengolahan. Berdasarkan Kepmen-LH No 51 Tahun 2004 tentang baku mutu air laut untuk biota laut total suspended solid sebesar 20 mg/L. Kesesuaian perairan untuk kepentingan perikanan berdasarkan nilai padatan tersuspensi ditunjukkan dalam Tabel di bawah ini:

Tabel 1. Kesesuaian Perairan untuk Kepentingan Perikanan Berdasarkan Nilai Padatan Tersuspensi (TSS)

No. Nilai TSS (mg/L) Pengaruh Terhadap Kepentingan Perikanan

1. <25 Tidak Berpengaruh

2. 25-80 Sedikit Berpengaruh

3. 81-400 Kurang baik bagi kepentingan ikan

4. > 400 Tidak baik bagi kepentingan ikan

Zat padat tersuspensi merupakan residu yang diperoleh apabila zat padat dalam sampel dipisahkan dengan menggunakan filter kertas atau filter fiber glass (serabut kaca) dan kemudian zat padat yang tertahan pada filter dikeringkan pada suhu ± 105oC dengan perhitungan:


(39)

20

keterangan :

a = berat membran dan residu sesudah pemanasan 1050C (mg),

b = berat membran kosong (mg) c = ml sampel

d. Total Dissolved Solid (TDS)

Total dissolve solid atau total padatan terlarut yaitu ukuran zat terlarut (baik itu zat organik maupun anorganik) dengan diameter 10-3 µm yang terdapat pada sebuah larutan. Umumnya berdasarkan definisi di atas seharusnya zat yang terlarut dalam air (larutan) harus dapat melewati filter yang berdiameter 2 mikrometer atau lebih kecil ukuran rata-rata nominal pori. Suhu yang digunakan untuk mengeringkan residu sangat penting dan mempengaruhi hasil karena bobot yang hilang akibat bahan organik volatil, air, air kristalisasi, gas yang keluar akibat dekomposisi kimia sebagai bobot akibat oksidasi tergantung suhu dan waktu pemanasan. Suhu pemanasan TDS adalah 105oC. Total dissolve solid merupakan konsentrasi jumlah ion kation (bermuatan positif) dan anion (bermuatan negatif) di dalam air. Oleh karena itu, analisa TDS menyediakan pengukuran kualitatif dari jumlah ion terlarut, tetapi tidak menjelaskan pada sifat atau hubungan ion. Selain itu, pengujian tidak memberikan wawasan dalam masalah kualitas air yang spesifik. Oleh karena itu, analisa TDS digunakan sebagai uji indikator untuk menentukan kualitas umum dari air (Oram, 2010).

Sumber utama untuk TDS dalam perairan adalah limpahan dari pertanian, limbah rumah tangga, dan industri. Unsur kimia yang paling umum adalah kalsium,


(40)

21

fosfat, nitrat, natrium, kalium, magnesium, bikarbonat, karbonat dan klorida. Bahan kimia dapat berupa kation, anion, molekul atau aglomerasi dari ribuan molekul. Kandungan TDS yang berbahaya adalah pestisida yang timbul dari aliran permukaan. Perubahan dalam konsentrasi TDS dapat berbahaya karena densitas (masa jenis) air menentukan aliran air masuk dan keluar dari sel-sel organisme. Namun, jika konsentrasi TDS terlalu tinggi atau terlalu rendah, pertumbuhan kehidupan banyak air dapat dibatasi, dan kematian dapat terjadi. TDS konsentrasi tinggi juga dapat mengurangi kejernihan air, memberikan penurunan secara signifikan pada proses fotosintesis, serta gabungan dengan senyawa beracun dan logam berat, dan menyebabkan peningkatan suhu air (Anonim, 2010).

TDS adalah bahan yang tersisa setelah air sampel mengalami evaporasi dan pengeringan pada suhu tertentu (APHA, 2005). Residu dianggap sebagai kandungan total bahan terlarut dan tersuspensi dalam air. Selama penentuan residu ini, sebagian besar bikarbonat yang merupakan anion utama di perairan telah mengalami transformasi menjadi karbondioksida, sehingga karbondioksida dan gas-gas lain yang menghilang pada saat pemanasan tidak tercakup dalam nilai padatan total (Boyd, 1988). Padatan yang terdapat di perairan diklasifikasikan berdasarkan ukuran diameter partikel, seperti yang ditunjukkan dalam Tabel di bawah ini:

Tabel 2. Klasifikasi Padatan di Perairan Berdasarkan Ukuran Diameter

No. Klasifikasi Padatan Ukuran Diameter (µm) Ukuran Diameter (mm)

1. Padatan Terlarut < 10-3 < 10-6

2. Koloid 10-3 – 1 10-6 - 10-3


(41)

22

Larutan yang mengandung zat terlarut adalah residu yang lolos filter 10 µm yang kemudian di uapkan dan di keringkan pada suhu 105o C dengan perhitungan :

mg/L Zat Padat Terlarut =

keterangan :

a = berat cawan dan residu sesudah pemanasan 105oC b = berat cawan kosong (mg)

c = ml sampel

F. Gravimetri

Gravimetri merupakan salah satu metode analisis kuantitatif suatu zat atau komponen yang telah diketahui dengan cara mengukur berat komponen dalam keadaan murni setelah melalui proses pemisahan. Analisis gravimetri adalah proses isolasi dan pengukuran berat suatu unsur atau senyawa tertentu. Bagian terbesar dari penentuan secara analisis gravimetri meliputi transformasi unsur atau radikal kesenyawa murni stabil yang dapat segera diubah menjadi bentuk yang dapat ditimbang dengan teliti. Metode gravimetri memakan waktu yang cukup lama, adanya pengotor pada konstituen dapat diuji dan bila perlu faktor-faktor koreksi dapat digunakan (Khopkar, 1990). Metode gravimetri ini merupakan metode pengukuran Total Dissolve Solid (TDS) dan Total Suspended Solid (TSS) yang paling akurat, paling sederhana dan yang terbaik dibandingkan dengan cara pemeriksaan kimia lainnya. Kesederhanaan itu kelihatan karena dalam gravimetri jumlah zat ditentukan dengan cara menimbang langsung massa zat yang


(42)

23

dipisahkan dari zat-zat lain. Analisis gravimetri sangat penting dalam bidang kimia analisis, meskipun telah didengar bahwa teknik gravimetri telah digantikan oleh metode instrumen. Masih banyak kasus dimana teknik gravimetri merupakan pilihan terbaik untuk memecahkan suatu masalah analisis yang khusus. Langkah pengukuran pada gravimetri adalah pengukuran berat. Analit secara fisik dipisahkan dari semua komponen lainnya maupun dengan solvennya (Irha, 2011).

Berikut merupakan persyaratan yang haruslah dipenuhi agar metode gravimetri berhasil :

1. Proses pemisahan hendaknya cukup sempurna sehingga kuantitas analit yang tak terendapkan secara analitis tidak dapat dideteksi ( biasanya 0,1 mg atau kurang, dalam menetapkan penyusunan utama dari suatu makro).

2. Zat yang ditimbang hendaknya mempunyai susunan yang pasti dan hendaknya murni, atau sangat hampir murni. Bila tidak akan diperoleh hasil yang galat.

3. Endapan yang terbentuk harus dapat dipisahkan dengan mudah dari larutan (Underwood, 1990).

G. Validasi Metode

Validasi metode analisis merupakan suatu tindakan penilaian terhadap parameter tertentu, berdasarkan percobaan laboratorium, untuk membuktikan bahwa parameter tersebut memenuhi persyaratan untuk penggunaannya. Parameter validasi metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu presisi.


(43)

24

Presisi (ketelitian)

Presisi merupakan ukuran derajat keterulangan dari metode analisis yang memberikan hasil yang sama pada beberapa perulangan, dinyatakan simpangan baku relatif (RSD) dan simpangan baku (SD). Metode dengan presisi yang baik ditunjukan dengan simpangan baku relatif (RSD) < 5 %. Simpangan baku (SD) dan simpangan baku relatif (RSD) dapat ditentukan dengan persamaan berikut:

√∑ ̅

Keterangan :

SD = Standar Deviasi (simpangan baku) M = Konsentrasi hasil analisis

n = Jumlah pengulangan analisis

̅ Konsentrasi rata-rata hasil analisis

̅

Keterangan :

RSD = Simpangan baku relative

̅ = Konsentrasi hasil analisis SD = Standar Deviasi


(44)

III. METODELOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat

Penelitian dilakukan pada bulan September 2014 sampai dengan Maret 2015. Lokasi penelitian adalah di Laboratorium Kimia Analitik dan Instrumentasi Universitas Lampung. Lokasi pengambilan sampel air dilakukan di perairan Teluk Lampung pada Sembilan titik yang berbeda dengan kedalaman 1 meter dibawah permukaan laut dan terdiri dari lima kawasan, masing-masing pada kawasan pemukiman penduduk, kawasan pelabuhan, kawasan Tempat Pelelangan Ikan/Lempasing, kawasan muara sungai, kawasan pariwisata dan kawasan industri.

B. Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan meliputi gelas kaca, ember ukuran sedang, sutil, pH meter portable, termometer elektronik, gelas gelap 250 ml, Dissolve Oxygen (DO) meter portable, vandorn/water sampler, pompa penghisap, cawan porselin, oven, penjepit kertas, penjepit cawan, desikator, penangas, spatula, Erlenmeyer 250 ml, gelasukur 50 ml, gelasukur 10 ml, pipet tetes, pengadukmagnetik, pipet volum, kaca arloji dan neraca analitik. Bahan-bahan yang dipergunakan dalam penelitian ini meliputi sampel (air laut), kertas saring dan aquades.


(45)

26

C. Prosedur Penelitian

1. Temperatur

Sampel air diambil sebanyak 50 ml dimasukkan dalam wadah gelas, kemudian termometer elektronik di masukkan dalam contoh air dan mencatat hasil yang terbaca pada alat.

2. Dissolve Oxygen (DO)

Sampel air di ambil sebanyak 50 ml dimasukkan dalam wadah gelas, kemudian DO Meter Portable dimasukkan dalam contoh air dan mencatat hasil yang terbaca pada alat.

3. pH (Keasaman)

Sampel air di ambil sebanyak 50 ml dimasukkan dalam wadah gelas, kemudian pH Meter Portable dimasukkan dalam contoh air dan mencatat hasil yang terbaca pada alat.

4. Total Dissolve Solid (TDS) dan Total Suspended Solid (TSS) Secara Gravimetri (SNI 06-6989.27-2005).

Sampel air dihomogenkan, lalu dipipet sebanyak 100 mL. Kemudian saring sampel air dalam alat penyaring yang telah dilengkapi dengan alat pompa penghisap dan kertas saring. Penyaringan dilanjutkan selama 3 menit. Penyaringan memperoleh air saringan dan padatan yang tertahan di cawan. Seluruh hasil air saringan digunakan untuk mengukur kadar Total Dissolve Solid


(46)

27

(TDS) yang dipindahkan (termasuk air bilasan) kedalam cawan yang telah mempunyai berat tetap. Hasil saringan dalam cawan kemudian diuapkan hingga kering pada penangas air. Setelah itu, masukkan cawan tersebut ke dalam oven pada suhu 105oC selama 1 jam. Kemudian dinginkan cawan tersebut dalam desikator. Setelah cawan dingin, segera ditimbang. Prosedur diulangi sampai diperoleh berat tetap. Sedangkan untuk padatan yang tertahan di kertas saring digunakan untuk mengukur kadar Total Suspended Solid (TSS) yang dipindahkan kertas saring secara hati-hati dari peralatan penyaringan dan pindahkan kewadah timbangan alumunium sebagai penyangga. Keringkan dengan oven setidaknya selama 1 jam pada suhu 103oC sampai dengan 105oC, dinginkan dalam desikator untuk menyeimbangkan suhu dan timbang. Ulangi tahapan pengeringan, pendinginan dalam desikator dan lakukan penimbangan sampai diperoleh berat konstan atau sampai perubahan berat lebih kecil dari 4% terhadap penimbangan sebelumnya atau lebih kecil 0,5 mg.

5. Validasi Metode

Penelitian ini menggunakan presisi sebagai validasi metode. Presisi dilakukan dengan mengukur konsentrasi sampel dengan 3 kali pengulangan. Nilai absorbansi yang diperoleh kemudian ditentukan nilai konsentrasi (persamaan regresi larutan standar), lalu nilai simpangan baku (SD) dan simpangan baku relatif (RSD) dapat ditentukan. Metode dengan presisi yang baik yaitu dengan perolehan simpangan baku relatif (RSD) <5 % (Christian, 1994).


(47)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada penelitian ini, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Konsentrasi Total Dissolve Solid (TDS) pada titik B1, B2, C, D, E, F, G, H dan I yaitu masing- masing sebesar 32.999 ppm, 28.774ppm, 32.299 ppm, 35.552 ppm, 30.628 ppm, 27.868 ppm, 36.642 ppm, 36.417 ppm dan 36.286 ppm.

2. Konsentrasi Total Suspended Solid (TSS) pada titik B1, B2, C, D, E, F, G, H dan I yaitu masing- masing sebesar 96 ppm, 118 ppm, 90 ppm, 85 ppm, 111 ppm, 74 ppm, 74 ppm, 67 ppm dan 64 ppm. Berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Tahun 2004, baku mutu konsentrasi Total Suspended Solid (TSS) yaitu berada pada rentang 23,77- 80,07 ppm. Hasil analisis kadar Total Suspended Solid (TSS) pada air laut di perairan Teluk Lampung pada semua titik berada di atas baku mutu.

3. Konsentrasi Total Dissolve Solid (TDS) dan Total Suspended Solid (TSS) pada air laut dipengharui oleh limbah-limbah dari berbagai kegiatan yang terdapat disekitar Teluk Lampung, baik limbah industri, limbah rumah tangga, limbah perdagangan dan limbah pariwisata.


(48)

45

4. Analisis kadar Total Dissolve Solid (TDS) dan Total Suspended Solid (TSS) pada sampel air laut dapat dilakukan dengan menggunakan metode Gravimetri karena pada analisis dengan metode merupakan metode yang lebih sederhana dan sangat sering digunakan.

B. Saran

Keberadaan kadar Total Dissolve Solid (TDS) dan Total Suspended Solid (TSS) yang telah melebihi baku mutu yang ditetapkan oleh Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Tahun 2004, secara langsung memiliki dampak negatif terhadap biota perairan maupun kesehatan masyarakat yang tinggal disekitar Teluk Lampung. Untuk selanjutnya, perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai Total Dissolve Solid (TDS) dengan menggunakan alat TDS meter portable

(In situ). Sedangkan untuk pengukuran Total Suspended Solid (TSS) pada metode Gravimetri pada proses penyaringan menggunakan membran dengan diameter <0,45µm.


(49)

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, R. 2004. Kimia Lingkungan. Penerbit Andi. Yogyakarta. Alaerts, G. 1984. Metode Penelitian Air. Usaha Nasional. Surabaya.

Amalia.2002. Studi Pencemaran Sungai Ciliwung oleh Limbah Cair Industri. FKM-UI. Depok.

American Public Health Association (APHA). 2005. Standard Methods for The Examination of Water and Waste Water Including Bottom Sediment and Sludges. Publ. Health Association Inc, New York. Hal: 1296.

Angel, H. and Wolseley, P. 1992. The Family of WaterNaturalist. Bloomsbury Books, London.

Anonim 1. Kesadahan Air. Wikipedia, 2011.diakses tanggal 4 November 2014.dalam http://id.wikipedia.org/wiki/Kesadahan_air.

Anonim 2. 2010. Total Dissolve Solid. Diakses tanggal 4 November 2014. Dalam http://en.wikipedia.org/wiki/ Total_dissolve_solid.

Anonim 3. 2010. Dampak TDS pada Kualitas Perairan. Diakses Pada Tanggal 26 Juni 2014 pukul 19.00 WIB. http://en.wikipedia.org/wiki/ Total_dissolved_solids.

Aswandy, I. & Pratiwi, R. 2010. Keanekaragaman fauna krustasea pada ekosistem lamun Teluk Lampung. Dalam: Pramudji, Fahmi & Ruyitno (editor) Status sumber daya laut di perairan Teluk Lampung. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Jakarta. Hal. 40-50.

ATLAS. 1999. Sumber daya Wilayah Pesisir Lampung. Kerjasama Pemerintah Daerah Propinsi Lampung dengan Proyek Pesisir Lampung. Bandar Lampung. Hal 1-4.

Boyd, C.E. 1982. Water Quality Management for Pond Fish Culture. Elsevier Scientific Publishing Company. New York.

Boyd, C.E. 1988. Water Quality in Warmwater Fish Pond. Forth Printing. Alabama, USA : Agricultural Experiment Station, Auburn University.


(50)

47

Brady, J. E. 1994. Kimia Universitas, AzasdanStruktur. Alih Bahasa: Aloysius Hadyana Pudjaatmaka dan Suminar Achmad, Jilid I, Edisi ke 5. Erlangga. Jakarta.

Chandra, B. 2007. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Cholik, F. et al. 2005. Akuakultur. Masyarakat Perikanan Nusantara. Taman Akuarium Air Tawar. Jakarta.

Christian, D. G. 1994. Analitical Chemistry. John Wiley and Sons inc. New York. Connel, D.W, and Miller, G.J. 1995. Kimia dan Ekotoksikologi Pencemaran.

Koestoer Y, Sehati. Penerjemah. UI Press. Jakarta.

Dahuri, et al. 2001. Pengelolaan Sumber Daya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. Pradnya Paramita. Bogor.

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan. Kanisius. Yogyakarta.

Erari, S.S. 2012. Pencemaran Organik di Perairan Pesisir Pantai Teluk Youtefa Kota Jayapura Papua. Jurnal. Program Studi Magister Biologi, FMIPA, Universitas Kristen SatyaWacana. Papua.

Ermer, J. 2005. Analytical Validation within the Pharmaceutical Environment. Dalam: Ermer, J., dan Miler. J.H.McB., Editors. Method Validation in Pharmaceutical Analysis. Weinheim: Wiley-VCH Verlag GmbH &Co.KGaA. Hal: 3-5.

Fardiaz, S. 1992. Mikrobiologi Pangan I. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Hardjojo, B dan Djokosetiyanto. 2005. Pengukuran dan Analisis Kualitas Air.

Edisi Kesatu, Modul 1 - 6. Universitas Terbuka. Jakarta.

Harmita. 2004. Petunjuk Pelaksanaan Validasi Metode dan Cara Perhitungannya. Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol. I, No. 3, Desember 2004.

Harvey, D. 2000. Modern Analytical Chemistry, McGraw-Hill. New York.

Irha. 2011. Penentuan Kadar Menggunakan Gravimetri. http://id.shvoong.com/exact-sciences/chemistry/2157090-penentuan-kadar-dengan-metode-gravimetri/. diakses 5 November 2014.

Jewlaika, L.et al. 2014. Studi Padatan Tersuspensi di Perairan Topang Kabupaten Meranti Provinsi Riau. Jurnal. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Riau. Riau.


(51)

48

Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup Nomor Kep-02/MENKLH/1/1988.

Khopkar,S. M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Penerjemah : A. Saptorahardjo. UI-Press. Jakarta.

Komala, R. et al. 2011. Indeks Kondisi Kerang Darah (Anadaragranosa) Sebagai Indikator Kualitas Lingkungan di Teluk Lada Perairan Selat Sunda. Jurnal. Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Negeri Jakarta. Jakarta. Kristanto, P. 2002. Ekologi Industri LPPM. Penerbit Andi. Yogyakarta.

Lestari, I.P. et al. 2009. Pendugaan Konsentrasi Total Suspended Solid (TSS) dan Transparansi Perairan Teluk Jakarta dengan Citra Satelit Landsat. Skripsi. Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Lutfi, A. 2009. Penanggulangan Terhadap Terjadinya Pencemaran Air dan Pengolahan Limbah. Tanpa Nama Jurnal Vol 1 No 1 (http://www.chemis-try.org. tanggal 4 November 2014 pada pukul 15.30)

Mahida, U.N. 1992. Pencemaran Air dan Pemanfaatan Limbah Industri. Rajawali. Jakarta.

Mays, L.W. 1996. Water resources handbook. McGraw-Hill. New York.

Mayunar, P.R dan Imanto, P.T. 1995. Pemilihan Lokasi untuk Budidaya Ikan Laut. Prosiding Temu Usaha Pemasyarakatan Teknologi Keramba Jaring Apung bagi Budidaya Laut. Pusat Penelitiandan Pengembangan Perikanan. Kerjasama antara Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian – Forum Komunikasi Penelitian dan Pengembangan Agribisnis (FKKPA). Jakarta.

Menteri Negara Lingkungan Hidup. 2004. Surat Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 51 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Laut untuk Biota Laut, Jakarta.

Michael, P. 1990. Metode Ekologi untuk Penyelidikan Ladang dan Laboratorium. UI. Jakarta.

Mifbakhuddin. 2010. Pengaruh Ketebalan Karbon Aktif sebagai Media Filter terhadap Penurunan Kesadahan Air Sumur Artetis. Eksplanasi, V (2): 1-11.

Moffat, A.C., et al. 2005. Clarke’s Analysis of Drugs and Poisons Pharmaceutical Press.


(52)

49

Mujito, M., et al. 1997. EvaluasiPenginderaanJauhuntukStudiDasarLingkungan Wilayah Kerja UNOCAL Indonesia company Kalimantan Timur. Bidang Litbangtek Eksplorasi. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tekhnologi Minyakdan Gas Bumi. LEMIGAS. Jakarta.

Mukhtasor. 2007. Pencemaran Pesisir dan laut. Penerbit PT. Pradnya. Nontji, A. 1984. Laut Nusantara Penerbit Djambatan. Jakarta.

Nybakken, J.W.1992. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. PT Gramedia. Jakarta.

Oram, B. 2010. Total Dissolved Solids. http://www.water-esearch.net /total dissolved solids. htm. Diakses tanggal 21 Mei 2010

Pariwono, J.I. (1998) . Kondisi Oseanografi Perairan Pesisir Lampung, Proyek Pesisir Publication, Techical Report (Te-99/12-1) Coastal Research Center. Universitas Of Rhode Island. Jakarta, Indonesia

Permenkes No 416/MENKES/PER/IX/1990. Syarat-Syarat dan Pengawasan

Kualitas Air. Jakarta .

Prescott, G.W. 1973. How to Know the Freshwater Algae. W. Mc Brown Co. Publ. Lowa.

Pusat Penelitian Oseanografi Lipi. 2000. Laporan Akhir Proyek Inventarisasi dan Evaluasi Potensi Laut dan Pesisir. Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Jakarta. 135 hal. R.A. Day, J.R. & A. L. Underwood. 1990. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi

Keenam. Penerbit Erlangga. Jakarta.

Romimohtarto, K. 1985. Kualitas Air dalam Budidaya Laut. Badan Penyimpanan Dokumen FAO Laporan Kerja Budidaya Laut. Bandar Lampung.

Sastrawijaya, A. T., 2000. Pencemaran Lingkungan. Rineka Cipta. Jakarta.

Slamet, J.S. 2007. Kesehatan Lingkungan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Soerjani, et al. 1987.Lingkungan: Sumber Daya Alam dan Kependudukan dalam Pembangunan. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.

Sofyan, A.M. 2010. Ekologi Manusia dalam perspektif sector kehidupan dan ajaran Islam. Remaja Rosda karya. Bandung.

Supriyadiharyono. 2009. Konservasi ekosistem sumber daya hayati di wilayah Pesisir dan laut tropis. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.


(53)

50

Suseno. 1974. Fisiologi Tumbuhan. Metabolisme Dasar. Fakultas Pertanian IPB. Bogor

Tarigan, M.S dan Edward. 2003. Kandungan Total Zat Padat Tersuspensi (Total Suspended Solid) di Perairan Raha Sulawesi Tenggara. Jurnal. Bidang Dinamika Laut, Pusat Penelitian Oseanografi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Jakarta.

Wardoyo, S. T. H. 1981. ”Kriteria Kualitas Air untuk Evaluasi Pertanian dan Perikanan”. Training Analisa Dampak Lingkungan PPLH–UND –PSL IPB. PPLHUNDD-PSLIPB. Bogor

Wiryawan, B,B. Marsjen, H. AdiSusanto, A. K. Mahi, M Ahmad, dan H. Poepitasari. 1999. Atlas Sumberdaya Wilayah Pesisir Lampung. Pemda Tk I Lampung - CRMP Lampung. Bandar Lampung


(1)

45

4. Analisis kadar Total Dissolve Solid (TDS) dan Total Suspended Solid (TSS) pada sampel air laut dapat dilakukan dengan menggunakan metode Gravimetri karena pada analisis dengan metode merupakan metode yang lebih sederhana dan sangat sering digunakan.

B. Saran

Keberadaan kadar Total Dissolve Solid (TDS) dan Total Suspended Solid (TSS) yang telah melebihi baku mutu yang ditetapkan oleh Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Tahun 2004, secara langsung memiliki dampak negatif terhadap biota perairan maupun kesehatan masyarakat yang tinggal disekitar Teluk Lampung. Untuk selanjutnya, perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai Total Dissolve Solid (TDS) dengan menggunakan alat TDS meter portable

(In situ). Sedangkan untuk pengukuran Total Suspended Solid (TSS) pada metode Gravimetri pada proses penyaringan menggunakan membran dengan diameter <0,45µm.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, R. 2004. Kimia Lingkungan. Penerbit Andi. Yogyakarta. Alaerts, G. 1984. Metode Penelitian Air. Usaha Nasional. Surabaya.

Amalia.2002. Studi Pencemaran Sungai Ciliwung oleh Limbah Cair Industri. FKM-UI. Depok.

American Public Health Association (APHA). 2005. Standard Methods for The Examination of Water and Waste Water Including Bottom Sediment and Sludges. Publ. Health Association Inc, New York. Hal: 1296.

Angel, H. and Wolseley, P. 1992. The Family of WaterNaturalist. Bloomsbury Books, London.

Anonim 1. Kesadahan Air. Wikipedia, 2011.diakses tanggal 4 November 2014.dalam http://id.wikipedia.org/wiki/Kesadahan_air.

Anonim 2. 2010. Total Dissolve Solid. Diakses tanggal 4 November 2014. Dalam http://en.wikipedia.org/wiki/ Total_dissolve_solid.

Anonim 3. 2010. Dampak TDS pada Kualitas Perairan. Diakses Pada Tanggal 26 Juni 2014 pukul 19.00 WIB. http://en.wikipedia.org/wiki/ Total_dissolved_solids.

Aswandy, I. & Pratiwi, R. 2010. Keanekaragaman fauna krustasea pada ekosistem lamun Teluk Lampung. Dalam: Pramudji, Fahmi & Ruyitno (editor) Status sumber daya laut di perairan Teluk Lampung. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Jakarta. Hal. 40-50.

ATLAS. 1999. Sumber daya Wilayah Pesisir Lampung. Kerjasama Pemerintah Daerah Propinsi Lampung dengan Proyek Pesisir Lampung. Bandar Lampung. Hal 1-4.

Boyd, C.E. 1982. Water Quality Management for Pond Fish Culture. Elsevier Scientific Publishing Company. New York.

Boyd, C.E. 1988. Water Quality in Warmwater Fish Pond. Forth Printing. Alabama, USA : Agricultural Experiment Station, Auburn University.


(3)

47

Brady, J. E. 1994. Kimia Universitas, AzasdanStruktur. Alih Bahasa: Aloysius Hadyana Pudjaatmaka dan Suminar Achmad, Jilid I, Edisi ke 5. Erlangga. Jakarta.

Chandra, B. 2007. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Cholik, F. et al. 2005. Akuakultur. Masyarakat Perikanan Nusantara. Taman Akuarium Air Tawar. Jakarta.

Christian, D. G. 1994. Analitical Chemistry. John Wiley and Sons inc. New York. Connel, D.W, and Miller, G.J. 1995. Kimia dan Ekotoksikologi Pencemaran.

Koestoer Y, Sehati. Penerjemah. UI Press. Jakarta.

Dahuri, et al. 2001. Pengelolaan Sumber Daya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. Pradnya Paramita. Bogor.

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan. Kanisius. Yogyakarta.

Erari, S.S. 2012. Pencemaran Organik di Perairan Pesisir Pantai Teluk Youtefa Kota Jayapura Papua. Jurnal. Program Studi Magister Biologi, FMIPA, Universitas Kristen SatyaWacana. Papua.

Ermer, J. 2005. Analytical Validation within the Pharmaceutical Environment. Dalam: Ermer, J., dan Miler. J.H.McB., Editors. Method Validation in Pharmaceutical Analysis. Weinheim: Wiley-VCH Verlag GmbH &Co.KGaA. Hal: 3-5.

Fardiaz, S. 1992. Mikrobiologi Pangan I. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Hardjojo, B dan Djokosetiyanto. 2005. Pengukuran dan Analisis Kualitas Air.

Edisi Kesatu, Modul 1 - 6. Universitas Terbuka. Jakarta.

Harmita. 2004. Petunjuk Pelaksanaan Validasi Metode dan Cara Perhitungannya. Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol. I, No. 3, Desember 2004.

Harvey, D. 2000. Modern Analytical Chemistry, McGraw-Hill. New York.

Irha. 2011. Penentuan Kadar Menggunakan Gravimetri. http://id.shvoong.com/exact-sciences/chemistry/2157090-penentuan-kadar-dengan-metode-gravimetri/. diakses 5 November 2014.

Jewlaika, L.et al. 2014. Studi Padatan Tersuspensi di Perairan Topang Kabupaten Meranti Provinsi Riau. Jurnal. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Riau. Riau.


(4)

Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup Nomor Kep-02/MENKLH/1/1988.

Khopkar,S. M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Penerjemah : A. Saptorahardjo. UI-Press. Jakarta.

Komala, R. et al. 2011. Indeks Kondisi Kerang Darah (Anadaragranosa) Sebagai Indikator Kualitas Lingkungan di Teluk Lada Perairan Selat Sunda. Jurnal. Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Negeri Jakarta. Jakarta. Kristanto, P. 2002. Ekologi Industri LPPM. Penerbit Andi. Yogyakarta.

Lestari, I.P. et al. 2009. Pendugaan Konsentrasi Total Suspended Solid (TSS) dan Transparansi Perairan Teluk Jakarta dengan Citra Satelit Landsat. Skripsi. Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Lutfi, A. 2009. Penanggulangan Terhadap Terjadinya Pencemaran Air dan Pengolahan Limbah. Tanpa Nama Jurnal Vol 1 No 1 (http://www.chemis-try.org. tanggal 4 November 2014 pada pukul 15.30)

Mahida, U.N. 1992. Pencemaran Air dan Pemanfaatan Limbah Industri. Rajawali. Jakarta.

Mays, L.W. 1996. Water resources handbook. McGraw-Hill. New York.

Mayunar, P.R dan Imanto, P.T. 1995. Pemilihan Lokasi untuk Budidaya Ikan Laut. Prosiding Temu Usaha Pemasyarakatan Teknologi Keramba Jaring Apung bagi Budidaya Laut. Pusat Penelitiandan Pengembangan Perikanan. Kerjasama antara Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian – Forum Komunikasi Penelitian dan Pengembangan Agribisnis (FKKPA). Jakarta.

Menteri Negara Lingkungan Hidup. 2004. Surat Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 51 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Laut untuk Biota Laut, Jakarta.

Michael, P. 1990. Metode Ekologi untuk Penyelidikan Ladang dan Laboratorium. UI. Jakarta.

Mifbakhuddin. 2010. Pengaruh Ketebalan Karbon Aktif sebagai Media Filter terhadap Penurunan Kesadahan Air Sumur Artetis. Eksplanasi, V (2): 1-11.

Moffat, A.C., et al. 2005. Clarke’s Analysis of Drugs and Poisons Pharmaceutical Press.


(5)

49

Mujito, M., et al. 1997. EvaluasiPenginderaanJauhuntukStudiDasarLingkungan Wilayah Kerja UNOCAL Indonesia company Kalimantan Timur. Bidang Litbangtek Eksplorasi. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tekhnologi Minyakdan Gas Bumi. LEMIGAS. Jakarta.

Mukhtasor. 2007. Pencemaran Pesisir dan laut. Penerbit PT. Pradnya. Nontji, A. 1984. Laut Nusantara Penerbit Djambatan. Jakarta.

Nybakken, J.W.1992. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. PT Gramedia. Jakarta.

Oram, B. 2010. Total Dissolved Solids. http://www.water-esearch.net /total dissolved solids. htm. Diakses tanggal 21 Mei 2010

Pariwono, J.I. (1998) . Kondisi Oseanografi Perairan Pesisir Lampung, Proyek Pesisir Publication, Techical Report (Te-99/12-1) Coastal Research Center. Universitas Of Rhode Island. Jakarta, Indonesia

Permenkes No 416/MENKES/PER/IX/1990. Syarat-Syarat dan Pengawasan

Kualitas Air. Jakarta .

Prescott, G.W. 1973. How to Know the Freshwater Algae. W. Mc Brown Co. Publ. Lowa.

Pusat Penelitian Oseanografi Lipi. 2000. Laporan Akhir Proyek Inventarisasi dan Evaluasi Potensi Laut dan Pesisir. Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Jakarta. 135 hal. R.A. Day, J.R. & A. L. Underwood. 1990. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi

Keenam. Penerbit Erlangga. Jakarta.

Romimohtarto, K. 1985. Kualitas Air dalam Budidaya Laut. Badan Penyimpanan Dokumen FAO Laporan Kerja Budidaya Laut. Bandar Lampung.

Sastrawijaya, A. T., 2000. Pencemaran Lingkungan. Rineka Cipta. Jakarta.

Slamet, J.S. 2007. Kesehatan Lingkungan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Soerjani, et al. 1987.Lingkungan: Sumber Daya Alam dan Kependudukan dalam Pembangunan. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.

Sofyan, A.M. 2010. Ekologi Manusia dalam perspektif sector kehidupan dan ajaran Islam. Remaja Rosda karya. Bandung.

Supriyadiharyono. 2009. Konservasi ekosistem sumber daya hayati di wilayah Pesisir dan laut tropis. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.


(6)

Suseno. 1974. Fisiologi Tumbuhan. Metabolisme Dasar. Fakultas Pertanian IPB. Bogor

Tarigan, M.S dan Edward. 2003. Kandungan Total Zat Padat Tersuspensi (Total Suspended Solid) di Perairan Raha Sulawesi Tenggara. Jurnal. Bidang Dinamika Laut, Pusat Penelitian Oseanografi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Jakarta.

Wardoyo, S. T. H. 1981. ”Kriteria Kualitas Air untuk Evaluasi Pertanian dan Perikanan”. Training Analisa Dampak Lingkungan PPLH–UND –PSL IPB. PPLHUNDD-PSLIPB. Bogor

Wiryawan, B,B. Marsjen, H. AdiSusanto, A. K. Mahi, M Ahmad, dan H. Poepitasari. 1999. Atlas Sumberdaya Wilayah Pesisir Lampung. Pemda Tk I Lampung - CRMP Lampung. Bandar Lampung