Perbedaan Pendekatan Kontekstual Dengan Pendekatan Konvensional

c. Perbedaan Pendekatan Kontekstual Dengan Pendekatan Konvensional

Menurut Wina Sanjaya, 2009:258-260 perbedaan pendekatan kontekstual dengan pendekatan konvensional adalah sebagai berikut: Tabel 1. Perbedaan pendekatan kontekstual dengan pendekatan konvensional. No. Pendekatan kontekstual Pendekatan konvensional 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Menempatkan siswa sebagai sumber belajar, artinya siswa berperan aktif dalam setiap proses pembelajaran dengan cara menemukan dan menggali materi pelajaran. Siswa belajar melalui kegiatan kelompok, seperti kerja kelompok, berdiskusi, saling menerima dan memberi. Pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata secara riil. Kemampuan didasarkan atas pengalaman. Tujuan akhir dari proses pembelajaran adalah kepuasan diri. Tindakan atau perilaku dibangun atas kesadaran diri sendiri, misalnya individu tidak melakukan perilaku tertentu karena ia menyadari perilaku itu merugikan dan tidak bermanfaat. Pengetahuan yang dimiliki oleh individu selalu berkembang sesuai dengan pengalaman yang dialaminya, oleh sebab itu setiap siswa bisa terjadi perbedaan dalam memaknai hakikat pengetahuan yang dimilikinya. Siswa bertanggung jawab dalam memonitor dan mengembangkan pembelajaran mereka masing-masing. Pembelajaran bisa terjadi dimana saja dalam konteks dan setting yang berbeda sesuai dengan kebutuhan. Keberhasilan pembelajaran diukur dengan berbagai cara, misalnya dengan evaluasi proses, hasil karya siswa, penampilan, rekaman, observasi, wawancara dan yang lain. Siswa ditempatkan sebagai objek belajar yang berperan sebagai penerima informasi secara pasif. Siswa lebih banyak belajar secara individual dengan menerima, mencatat dan menghafal materi pelajaran. Pembelajaran bersifat teoritis dan abstrak. Kemampuan diperoleh melalui latihan-latihan. Tujuan akhir adalah nilai atau angka. Tindakan atau perilaku individu didasarkan oleh factor dari luar dirinya, misalnya individu tidak melakukan sesuatu disebabkan takut hukuman atau sekedar untuk memperoleh angka atau nilai dari guru. Kebenaran yang dimiliki bersifat absolut dan final, oleh karena pengetahuan dikontruksi oleh orang lain. Guru adalah penentu jalannya proses pembelajaran. Pembelajaran hanya terjadi didalam kelas. Keberhasilan pembelajaran biasanya hanya diukur dari tes. Sehubungan dengan hal itu, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan bagi setiap guru manakala menggunakan pendekatan CTL: 1 Siswa dalam pembelajaran kontekstual dipandang sebagai individu yang sedang berkembang. Kemampuan belajar seseorang akan dipengaruhi oleh tingkat perkembangan dan keluasan pengalaman yang dimilikinya. Dengan demikian peran guru bukanlah sebagai instruktur atau penguasa yang memaksakan kehendak melainkan guru adalah pembimbing siswa agar mereka bisa belajar sesuai dengan tahap perkembangannya. 2 Setiap anak memiliki kecenderungan untuk belajar hal-hal yang baru dan penuh tantangan. Oleh karena itu belajar bagi mereka adalah mencoba memecahkan setiap persoalan yang menantang. Dengan demikian guru berperan dalam memilih bahan-bahan belajar yang dianggap penting untuk dipelajari oleh siswa. 3 Belajar bagi siswa adalah proses mencari keterkaitan atau keterhubungan antara hal-hal yang baru dengan hal-hal yang sudah diketahui. Dengan demikian peran guru adalah membantu agar setiap siswa mampu menemukan keterkaitan antara pengalaman baru dengan pengalaman sebelumnya. 4 Belajar bagi anak adalah proses menyempurnakan skema yang telah ada asimilasi atau proses pembentukan skema baru akomodasi, dengan demikian tugas guru adalah memfasilitasi mempermudah agar anak mampu melakukan proses asimilasi dan akomodasi Wina Sanjaya, 2009:259. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan bagi setiap guru manakala menggunakan pendekatan CTL yaitu 1 guru bukanlah sebagai instruktur atau penguasa yang memaksakan kehendak melainkan guru adalah pembimbing siswa, 2 guru berperan dalam memilih bahan-bahan belajar yang dianggap penting untuk dipelajari oleh siswa, 3 guru adalah membantu agar setiap siswa mampu menemukan keterkaitan antara pengalaman baru dengan pengalaman sebelumnya, 4 guru adalah memfasilitasi mempermudah agar anak mampu melakukan proses asimilasi dan akomodasi.

2. Sumber Belajar

Dokumen yang terkait

ANALISIS KESULITAN BELAJAR MENGGAMBAR PROPORSI ILUSTRASI MODE MATA PELAJARAN DESAIN BUSANA SISWA KELAS XI TATA BUSANA SMK NEGERI 3 TEBING TINGGI.

0 2 24

HUBUNGAN KEMAMPUAN MENGGAMBAR ANATOMI TUBUH DENGAN KEMAMPUAN MENGGAMBAR DESAIN BUSANA PADA SISWA KELAS XII SMK NEGERI 8 MEDAN.

1 3 24

Analisis Pelaksanaan KTSP dengan Pendekatan Kontekstual Pada mata Diklat Kewirausahaan Kelas X Tata Busana SMK Negeri 3 Magelang.

0 0 1

PENINGKATAN KOMPETENSI MENGGAMBAR PROPORSI TUBUH WANITA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION PADA MATA PELAJARAN MENGGAMBAR BUSANA KELAS X DI SMK NEGERI 1 SEWON.

95 1195 196

PENGARUH MENGKAJI SUMBER IDE TERHADAP PENINGKATAN KREATIVITAS MENGGAMBAR BUSANA BAGI SISWA KELAS XII DI SMKN 3 KLATEN.

0 2 105

PENGARUH PENGGUNAAN MAJALAH AMICA SEBAGAI SUMBER BELAJAR TERHADAP KOMPETENSI MENGGAMBAR BUSANA PESTA SISWA KELAS X di SMK DIPONEGORO YOGYAKARTA.

0 0 208

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR PADA MATERI PELAJARAN MENGGAMBAR BUSANA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL SISWA KELAS X DI SMK NEGERI 3 KLATEN.

0 0 179

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN MENGGAMBAR BUSANA MENGGUNAKAN ADOBE FLASH CS4 UNTUK SISWA KELAS X BUSANA SMK NEGERI 3 KLATEN.

0 0 136

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG TERHADAP PENCAPAIAN KOMPETENSI PENYELESAIAN PEMBUATAN GAMBAR PADA MATA PELAJARAN MENGGAMBAR BUSANA SISWA KELAS XII DI SMK NEGERI 3 MAGELANG.

0 1 2

PENINGKATAN MOTIVASI DAN KOMPETENSI MENGGAMBAR SECARA KERING MENGGUNAKAN MEDIA JOB SHEET PADA MATA DIKLAT MENGGAMBAR BUSANA KELAS X DI SMK PEMBANGUNAN PACITAN.

0 8 150