PENERAPAN MODEL ACTIVE LEARNING PERMAINAN CARD SORT UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS IV SDN 05 METRO SELATAN TAHUN PELAJARAN 2014/2015
ABSTRAK
PENERAPAN MODEL ACTIVE LEARNING PERMAINAN CARD SORT UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR
PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS IV SDN 05 METRO SELATAN TAHUN PELAJARAN
2014/2015
Oleh
MELINA BUDIAWATI
Masalah yang terdapat dalam penelitian ini adalah rendahnya aktivitas dan hasil belajar matematika di kelas IV SDN 05 Metro Selatan, ada 18 (58%) siswa belum mencapai KKM dari 31 siswa. KKM yang ditentukan yaitu 66. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika dengan menerapkan model active learning permainan
card sort.
Metode penelitian yang digunakan adalah tindakan kelas (classroom action research). Prosedur dilaksanakan melalui dua siklus, setiap siklusnya terdiri dari: perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Alat pengumpul data menggunakan lembar observasi dan soal tes. Data yang terkumpul kemudian dianalisis menggunakan analisis kualitatif dan analisis kuantitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model active learning
permainan card sort pada pembelajaran matematika kelas IV SDN 05 Metro Selatan dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari ketuntasan belajar siswa yang mencapai 75%. Rata-rata aktivitas belajar siswa pada siklus I (59,80%) dan meningkat (18,59%) sehingga pada siklus II menjadi (78,39%). Rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I (69,52) dan pada siklus II (78,70), dengan peningkatan sebesar (9,18).
(2)
PENERAPAN MODEL ACTIVE LEARNING PERMAINAN CARD SORT UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR
PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS IV SDN 05 METRO SELATAN TAHUN PELAJARAN
2014/2015
Oleh
MELINA BUDIAWATI
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Jurusan Ilmu Pendidikan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG 2015
(3)
(4)
(5)
(6)
RIWAYAT HIDUP
Peneliti dilahirkan di desa Watuagung, Kecamatan Kalirejo, Kabupaten Lampung Tengah, pada tanggal 19 Mei 1993. Peneliti adalah anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Joko Sihono dan Ibu Sri Sulastri.
Pendidikan sekolah dasar diselesaikan di SD Negeri 4 Watuagung Kecamatan Kalirejo, Kabupaten Lampung Tengah tahun 2005. Sekolah menengah pertama diselesaikan di SMP Negeri 1 Adiluwih Kecamatan Adiluwih, Kabupaten Pringsewu, tahun 2008. Sekolah menengah atas diselesaikan di SMA Negeri 1 Pringsewu tahun 2011. Tahun 2011 peneliti terdaftar sebagai mahasiswa Perguruan Tinggi Negeri Universitas Lampung di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, pada program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD).
(7)
i PERSEMBAHAN
Kupersembahkan karya sederhana ini kepada:
1. Ayahanda Joko Sihono dan Ibunda Sri Sulastri yang senantiasa melimpahkan kasih sayangnya, memberikan do’a, pengorbanan, semangat dan bimbingan kepadaku.
2. Adik-adikku tersayang Ririn Dwi Ariyanti dan Yuli Anti yang selalu memberikan semangat kepadaku.
3. Muhamad Darobi yang senantiasa memberikan dukungan, motivasi serta memberikan kesadaran diri kepadaku akan tugas dan tanggung jawab dalam menyelesaikan skripsi ini.
(8)
MOTO
Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan salat, sesungguhnya
Allah bersama orang-orang yang sabar. (QS. Al- Baqarah: 153)
Tuntutlah ilmu dan belajarlah (untuk ilmu) ketenangan dan kehormatan, dan bersikaplah rendah hati kepada
orang-orang yang mengajar kamu. (HR. Ath-Thabrani)
(9)
ii SANWACANA
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Penerapan Model Active Learning Permainan Card Sort untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar pada Pembelajaran Matematika Siswa Kelas IV SDN 05 Metro Selatan Tahun Pelajaran 2014/2015. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
Penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari bimbingan, masukan dan bantuan dari berbagai pihak karena peneliti menyadari masih ada kekurangan dalam menulis skripsi ini. Peneliti menyampaikan banyak terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., Dekan FKIP Unila yang telah memberikan dukungan yang teramat besar terhadap perkembangan program studi PGSD.
2. Ibu Dr. Riswanti Rini, M.Si., Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan FKIP Unila yang telah menyetujui skripsi ini dan telah memberikan sumbangsih untuk kemajuan kampus PGSD tercinta.
3. Bapak Dr. Hi. Darsono, M.Pd., Ketua Program Studi PGSD yang telah memberikan sumbangsih untuk kemajuan kampus PGSD dan memberikan bantuan dan nasihat kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.
(10)
iii 4. Bapak Drs. Hi. Siswantoro, M.Pd., Koordinator Kampus B FKIP Unila yang telah memberikan dukungan, masukan, motivasi dan bantuan kepada peneliti selama proses penyusunan skripsi.
5. Ibu Dra. Hj. Nelly Astuti, M.Pd., Dosen Pembimbing Akademik dan sebagai Pembimbing I atas semua bimbingannya, baik tenaga dan pikiran, masukan, saran, nasihat dan bantuan serta motivasi yang diberikan disela kesibukannya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
6. Bapak Drs. Muncarno, M.Pd., Dosen Pembimbing II, yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, masukan, saran, nasihat dan bantuan serta motivasi sampai penyusunan skripsi ini terselesaikan.
7. Bapak Hi. Ahmad Sudirman, M.H., Dosen Pembahas yang telah memberikan saran-saran dan masukan kepada peneliti sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
8. Bapak/Ibu Dosen dan Staf Karyawan S1 PGSD UPP Metro, yang telah membantu peneliti dalam penyusunan skripsi ini sampai terselesaikan.
9. Ibu Nur Aini, S.Pd., Kepala SDN 05 Metro Selatan yang telah memberikan izin penelitian kepada peneliti untuk melaksanakan penelitian.
10. Ibu Sulemi, S.Pd., guru kelas IV SDN 05 Metro Selatan yang telah bersedia menjadi teman sejawat dan membantu dalam melaksanakan penelitian.
11. Siswa-siswi Kelas IV SDN 05 Metro Selatan yang telah berpartisipasi aktif sehingga penelitian ini dapat terlaksana dengan baik.
12. Sahabat terbaikku, Fitri Yani, Aldona Meylina M, Debi Apriyani, Asep Kurniawan, Mukti Ari Wibowo, Dewi Renita, Noviana Purnama Sari,Henny Rhatna Sharry, Adi Prastyo, Anyta M.J, Antonina Meilani Asta S.N, yang
(11)
iv telah memberikan semangat dan mendukung peneliti dengan segenap kasih sayangnya agar dapat menyelesaikan skripsi.
13. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi S1 PGSD kelas A dan B angkatan 2011, terimakasih atas bantuan, motivasi, nasihat dan do’anya, kebersamaan dan dukungan yang telah diberikan selama ini.
Peneliti menyadari bahwa dalam skripsi ini belum memenuhi kesempurnaan, akan tetapi peneliti berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan memberikan sumbangsih kepada keilmuan pendidikan.
Metro, 26 Mei 2015 Peneliti
Melina Budiawati NPM 1113053068
(12)
v DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1
B.Identifikasi Masalah ... 5
C.Rumusan Masalah ... 6
D.Tujuan Penelitian ... 6
E. Manfaat Penelitian... 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA A.Pengertian Model Pembelajaran... 8
B.Model Pembelajaran Active Learning ... 9
1. Pengertian Model Pembelajaran Active Learning ... 9
2. Tujuan Model PembelajaranActive Learning ... 11
3. Macam-macam Model PembelajaranActive Learning ... 12
4. Kelebihan Model Pembelajaran Active Learning ... 13
5. KelemahanModel Pembelajaran Active Learning ... 14
C.Permainan Card Sort ... 15
1. Pengertian Card Sort ... 15
2. Kelebihan dan Kelemahan Permainan Card Sort ... 16
3. Penerapan Model Active Learning Permainan Card Sort ... 18
D.Pengertian Belajar ... 21
E. Pengertian Aktivitas Belajar... 22
F. Pengertian Hasil Belajar ... 23
G.Pengertian Matematika ... 24
H.Hipotesis Tindakan ... 25
BAB III METODELOGI PENELITIAN A.Jenis Penelitian ... 26
B.Setting Penelitian ... 27
(13)
vi
2. Waktu Penelitian ... 27
3. Subjek Penelitian ... 27
C.Teknik Pengumpulan Data ... 28
1. Teknik Non Tes ... 28
2. Teknik Tes ... 28
D.Alat Pengumpulan Data ... 28
1. Lembar Panduan Observasi ... 28
2. Tes Hasil Belajar ... 30
E. Teknik Analisis Data ... 31
1. Data Kualitatif ... 31
2. Data Kuantitatif ... 33
F. Prosedur Penelitian ... 36
1. Siklus I ... 36
2. Siklus II ... 39
G.Indikator Keberhasilan Pembelajaran ... 43
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A.Prosedur Penelitian ... 45
1. Profil SDN 05 Metro Selatan ... 45
2. Deskripsi Awal ... 46
3. Refleksi Awal ... 47
B.Hasil Penelitan ... 47
1. Siklus I ... 47
a) Perencanaan Pembelajaran ... 48
b) Pelaksanaan Tindakan Siklus I ... 49
1. Pertemuan 1 ... 49
2. Pertemuan 2 ... 52
c) Hasil Penelitian Siklus I ... 55
1. Kinerja Guru ... 55
2. Aktivitas Belajar Siswa ... 60
3. Hasil Belajar ... 63
d) Refleksi Siklus I ... 64
e) Saran Perbaikan ... 65
2. Siklus II ... 66
a) Perencanaan Pembelajaran ... 66
b) Pelaksanaan Tindakan Siklus I ... 67
1. Pertemuan 1 ... 67
2. Pertemuan 2 ... 70
c) Hasil Penelitian Siklus II ... 74
1. Kinerja Guru ... 74
2. Aktivitas Belajar Siswa ... 79
3. Hasil Belajar ... 82
d) Refleksi Siklus II ... 83
C.Pembahasan Hasil Penelitian ... 84
a. Kinerja Guru... 84
b. Aktivitas Belajar Siswa ... 85
(14)
vii BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A.Kesimpulan ... 91 B.Saran ... 91 DAFTAR PUSTAKA ... 94
(15)
viii DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1.01 Daftar hasil belajar siswa mid semester ganjil tahun pelajaran
2014/2015 ... 3
3.01 Instrumen penilaian kegiatan guru ... 28
3.02 Indikator aktivitas siswa ... 30
3.03 Skor kategori keberhasilan kinerja guru ... 31
3.04 Kategori keberhasilan kinerja guru ... 32
3.05 Skor kategori nilai aktivitas belajar siswa ... 32
3.06 Kategori nilai aktivitas belajar siswa ... 33
3.07 Skor kategori nilai aktivitas belajar siswa secara klasikal ... 33
3.08 Kategori nilai aktivitas belajar siswa secara klasikal ... 33
3.09 Kriteria ketuntasan hasil belajar ... 35
3.10 Hasil belajar siswa ... 35
3.11 Kriteria tingkat keberhasilan dalam % ... 35
4.01 Kinerja guru pada siklus I pertemuan 1 ... 55
4.02 Kinerja guru pada siklus I pertemuan 2 ... 58
4.03 Persentase aktivitas siswa pada siklus I pertemuan 1 ... 61
4.04 Persentase aktivitas siswa pada siklus I pertemuan 2 ... 62
4.05 Hasil belajar siswa siklus I ... 64
4.06 Kinerja guru pada siklus II pertemuan 1 ... 74
4.07 Kinerja guru pada siklus II pertemuan 2 ... 76
4.08 Persentase aktivitas siswa pada siklus II pertemuan 1 ... 79
4.09 Persentase aktivitas belajar siswa pada siklus II pertemuan 2 ... 81
4.10 Hasil belajar siklus II ... 83
4.11 Rekapitulasi kinerja guru ... 84
4.12 Rekapitulasi aktivitas belajar siswa ... 86
4.13 Rekapitulasi nilai hasil belajar siswa ... 87
(16)
x DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Halaman
01 Surat keterangan ... 97
02.Surat penelitian pendahuluan ... 98
03.Surat izin penelitian dari Fakultas ... 99
04.Surat izin penelitian dari kepala sekolah ... 100
05.Surat pernyataan teman sejawat ... 101
06.Surat pernyataan teman sejawat ... 102
07.Surat keterangan penelitian ... 103
08.Pemetaan ... 104
09.Silabus ... 108
10.Rencana perbaikan pembelajaran siklus I ... 114
11.Rencana perbaikan pembelajaran siklus II ... 128
12.Lembar observasi kinerja guru siklus I pertemuan 1 ... 141
13.Lembar observasi kinerja guru siklus I pertemuan 2 ... 145
14.Lembar observasi kinerja guru siklus II pertemuan 1 ... 149
15.Lembar observasi kinerja guru siklus II pertemuan 2 ... 153
16.Presentase aktivitas siswa pada siklus I pertemuan 1 ... 157
17.Presentase aktivitas siswa pada siklus I pertemuan 2 ... 160
18.Presentase aktivitas siswa pada siklus II pertemuan 1 ... 164
19.Presentase aktivitas siswa pada siklus II pertemuan 2 ... 168
20.Hasil belajar siswa siklus I ... 172
21.Hasil belajar siswa siklus II ... 175
22.Dokumentasi siklus I ... 178
(17)
ix DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
3.1 Alur penelitian tindakan kelas... 27
4.1 Rekapitulasi persentase kinerja guru ... 85
4.2 Rekapitulasi persentase aktivitas siswa ... 87
4.3 Rekapitulasi persentase ketuntasan hasil belajar siswa ... 89
(18)
1
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Pendidikan merupakan salah satu perwujudan manusia dalam memperoleh bekal kehidupan. Pendidikan yang mampu mendukung pembangunan dimasa mendatang adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi yang dimiliki setiap individu.
Berdasarkan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 Bab I Pasal 1 (ayat 1) bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Surya (2004: 1.16) mengemukakan perkembangan potensi individu berhubungan dengan Tri Pusat Pendidikan yang dicetuskan oleh Ki Hajar Dewantara. Tri Pusat Pendidikan merupakan pusat berlangsungnya pendidikan bahwa individu belajar melalui lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan disekitarnya. Pendidikan pertama yang diterima oleh individu adalah pendidikan keluarga. Setelah individu tersebut mampu bersosialisasi, berarti individu tersebut telah mendapatkan pendidikan dari lingkungan sekitar. Karena kedua pendidikan tersebut dirasa kurang mengoptimalkan aspek yang ada pada setiap individu maka diciptakanlah lembaga formal yaitu sekolah. Sekolah merupakan wadah yang tepat untuk mengoptimalkan pendidikan
(19)
2
setiap individu dan berperan penting untuk mencerdaskan kehidupan bangsa serta mencetak sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan berkompetensi.
Ihsan (2005: 2) mengatakan bahwa pendidikan merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan, sangat mustahil suatu kelompok manusia dapat berkembang sejalan dengan cita-cita untuk maju, sejahtera dan bahagia menurut konsep pandangan hidup mereka. Disisi lain, pendidikan juga bertujuan untuk mengembangkan potensi dan kreasi siswa sebagai generasi bangsa dimasa mendatang. Pembentukan generasi yang siap tantangan tersebut, diperlukan adanya inovasi yang senantiasa menyesuaikan dengan perkembangan. Salah satu bidang yang berperan besar dalam upaya tersebut adalah bidang pendidikan. Oleh sebab itu, telah banyak ditemui berbagai inovasi dibidang pendidikan yang mengarah pada tujuan pendidikan nasional.
Peran pendidikan dalam upaya pembentukan generasi dimasa mendatang menuntut guru sebagai bagian dari elemen pendidikan untuk proaktif dalam meningkatkan mutu pembelajaran di kelas sehingga terjadi peningkatan pengetahuan, sikap dan keterampilan yang mengarah pada tujuan pendidikan. Pendidikan dasar memiliki peranan penting dalam usaha meningkatkan kualitas sumber daya manusia dimasa yang akan datang. Salah satu komponen pendidikan dasar adalah bidang-bidang pengajaran diantaranya matematika. Sebagaimana kita ketahui tujuan pembelajaran matematika dalam kurikulum 2006, Depdiknas (2011: 22) untuk jenjang sekolah dasar adalah agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut:
(20)
3
a. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau alogaritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah.
b. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.
c. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.
d. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.
e. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari matematika serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
Berdasarkan rumusan tujuan matematika di atas, pembelajaran matematika diharapkan mampu menciptakan paradigma siswa terhadap kegunaan matematika dalam kehidupan. Namun, tidak mudah untuk dapat menumbuhkan sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, sebab konsep matematika disajikan dalam bentuk abstrak. Sebagaimana diungkapkan oleh Adjie (2006: 37) bahwa substansi materi pelajaran matematika bersifat abstrak, karena sifat abstraknya itu maka guru harus memulai dalam belajar matematika dari konkret menuju abstrak.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru kelas IV SDN 05 Metro Selatan, tanggal 3 November 2014 diperoleh data seperti pada tabel berikut:
Tabel 1.01 Daftar hasil belajar siswa mid semester ganjil tahun pelajaran 2014/2015 KKM yang ditetapkan Jumlah seluruh siswa Jumlah siswa tuntas
Jumlah siswa belum tuntas
(21)
4
Berdasarkan tabel 1.01 data hasil belajar siswa mid semester ganjil tahun pelajaran 2014/2015, menunjukkan bahwa hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika di kelas IV SDN 05 Metro Selatan belum dikatakan berhasil karena 18 (58%) siswa masih berada di bawah kriteria ketuntasan minimal (KKM). KKM yang ditentukan sebesar 66. Menurut pendapat Mulyasa (2013: 131) suatu pembelajaran dikatakan berhasil apabila sekurang-kurangnya 75% dari seluruh siswa di kelas telah mencapai KKM.
Rendahnya aktivitas belajar siswa karena: (1) guru masih belum optimal dalam menerapkan variasi model pembelajaran, (2) guru kurang berupaya melibatkan siswa dalam pembelajaran, baik ketika penanaman konsep maupun penugasan, (3) sebagian besar siswa merasa kurang percaya diri untuk mengajukan pendapatnya ataupun pertanyaan yang belum dipahami, (4) guru belum menerapkan model active learning permainan card sort dalam pembelajaran matematika di kelas IV SDN 05 Metro Selatan.
Melihat berbagai permasalahan yang terdapat di SDN 05 Metro Selatan, maka perlu diadakan perbaikan pembelajaran agar aktivitas dan hasil belajar siswa meningkat. Upaya perbaikan pembelajaran sebaiknya dapat diwujudkan melalui pembelajaran yang variatif, menyenangkan dan dapat melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu dibutuhkan pemilihan model pembelajaran yang tepat salah satunya yaitu model pembelajaran active learning permainan card sort. Model pembelajaran active learning permainan
card sort merupakan salah satu bentuk alternatif yang dianggap cocok oleh peneliti untuk dapat menciptakan suasana belajar yang lebih aktif, inovatif, kreatif dan menyenangkan, sehingga siswa lebih bersemangat untuk belajar,
(22)
5
dan pembelajaran tidak terpusat pada guru. Hal ini didukung oleh pendapat Warsono & Hariyanto (2012: 12) mengemukakan bahwa model active learning
(pembelajaran aktif) dimaksudkan untuk mengkondisikan agar siswa selalu melakukan pengalaman belajar yang bermakna dan senantiasa berpikir tentang apa yang dapat dilakukannya selama pembelajaran. Sedangkan menurut pendapat Hosnan (2014: 226) permainan card sort merupakan kegiatan kolaboratif yang bisa digunakan untuk mengajarkan konsep, penggolongan sifat, fakta tentang suatu objek, atau mengulangi informasi.
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul “Penerapan Model Active Learning permainan
Card Sort untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar pada Pembelajaran Matematika Siswa Kelas IV SDN 05 Metro Selatan Tahun Pelajaran 2014/2015”.
B.Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut:
a. Guru masih belum optimal dalam menerapkan variasi model pembelajaran. b. Guru kurang berupaya melibatkan siswa dalam pembelajaran, baik ketika
penanaman konsep maupun penugasan.
c. Sebagian besar siswa merasa kurang percaya diri untuk mengajukan pendapatnya ataupun pertanyaan yang belum dipahami.
d. Guru belum menerapkan model active learning permainan card sort dalam pembelajaran matematika di kelas IV SDN 05 Metro Selatan.
(23)
6
C.Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, dalam penelitian ini perlu dirumuskan permasalahan yang akan diteliti antara lain sebagai berikut:
a. Bagaimanakah penerapan model active learning permainan card sortdapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas IV SDN 05 Metro Selatan tahun pelajaran 2014/2015?.
b. Bagaimanakah penerapan model active learning permainan card sort dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SDN 05 Metro Selatan tahun pelajaran 2014/2015?.
D.Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah untuk:
a. Meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas IV SDN 05 Metro Selatan melalui penerapan model active learning permainan card sort tahun pelajaran 2014/2015.
b. Meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SDN 05 Metro Selatan melalui penerapan model active learning permainan card sort tahun pelajaran 2014/2015.
(24)
7
E.Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini antara lain: a. Siswa
Meningkatkan pemahaman konsep dan materi matematika khususnya di kelas IV SDN 05 Metro Selatan, sehingga aktivitas dan hasil belajar siswa dapat meningkat.
b. Guru
Menambah wawasan dan pengetahuan guru mengenai penggunaan model pembelajaran active learning permainan card sort serta sebagai bahan masukan dalam meningkatkan kinerja guru dan kualitas pembelajaran matematika di kelasnya.
c. Sekolah
Memberikan kontribusi yang berguna untuk meningkatkan kualitas pendidikan di SDN 05 Metro Selatan, sehingga memiliki output yang berkualitas dan kompetitif.
d. Peneliti
Menambah pengetahuan serta wawasan peneliti dalam menerapkan model pembelajaran active learning permainan card sort pada pembelajaran matematika, serta memecahkan permasalahan yang terdapat di sekolah dasar.
(25)
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.Model Pembelajaran
Model pembelajaran merupakan salah satu pendekatan dalam rangka mensiasati perubahan perilaku siswa secara adaptif maupun generatif. Model pembelajaran sangat erat kaitannya dengan gaya belajar siswa (learning style)
dan gaya mengajar guru (teaching style). Model pembelajaran merupakan suatu acuan atau prosedur yang akan digunakan dalam mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Abdullah (2013: 89) model pembelajaran merupakan kerangka konseptual berupa pola prosedur sistematik yang dikembangkan berdasarkan teori dan digunakan dalam mengorganisasikan proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan belajar. Selanjutnya menurut pendapat Suprijono (2009: 46) model pembelajaran ialah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial. Sedangkan menurut Prastowo (2013: 65) model pembelajaran merupakan suatu acuan pembelajaran yang secara sistematis dilaksanakan berdasarkan pola-pola pembelajaran tertentu.
Kemudian menurut Hosnan (2014: 337) mengemukakan bahwa model pembelajaran adalah kerangka konseptual/operasional, yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para
(26)
9
pengajar dalam merencanakan, dan melaksanakan aktivitas pembelajaran. Berikutnya menurut pendapat Komalasari (2010: 57) mengungkapkan bahwa model pembelajaran merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran merupakan suatu acuan atau prosedur yang dirancang secara sistematis oleh guru yang digunakan dalam proses pembelajaran dari awal hingga akhir untuk mencapai tujuan belajar.
B.Model Pembelajaran Active Learning
1. Pengertian Model Pembelajaran Active Learning
Belajar secara aktif sangat dibutuhkan oleh setiap siswa. Ketika siswa cenderung pasif atau hanya menerima dari guru, siswa akan cepat melupakan tentang apa yang telah disampaikan. Warsono & Hariyanto (2012: 12) mengemukakan active learning (pembelajaran aktif) merupakan pembelajaran aktif mengkondisikan agar siswa selalu melakukan pengalaman belajar yang bermakna dan senantiasa berpikir tentang apa yang dapat dilakukannya selama pembelajaran. Kemudian menurut pendapat Hosnan (2014: 208) mengemukakan bahwa active learning adalah kegiatan belajar mengajar yang subjek didiknya terlibat secara intelektual dan emosional sehingga ia betul-betul berperan dan berpartisipasi aktif dalam melakukan kegiatan belajar. Berikutnya menurut Mulyasa (2004: 241) mengemukakan bahwa active learning dalam pembelajaran aktif, setiap
(27)
10
materi pembelajaran yang baru harus dikaitkan dengan berbagai pengetahuan dan pengalaman sebelumnya. Siswa mengaitkan materi yang baru dengan pengetahuan yang sudah ada. Kegiatan belajar-mengajar harus dimulai dengan hal-hal yang sudah dikenal dan dipahami oleh siswa. Selanjutnya menurut Zaini, dkk. (2008: xiv) mengemukakan bahwa active learning (pembelajaran aktif) adalah suatu pembelajaran yang mengajak siswa untuk belajar secara aktif. Siswa diajak turut serta dalam semua proses pembelajaran, tidak hanya melibatkan mental tetapi juga melibatkan fisik.
Sedangkan menurut pendapat Silberman (2006: 23-24) memodifikasi dan memperluas pernyataan. Konfusius tentang belajar aktif (active learning) yaitu:
Apa yang saya dengar, saya lupa.
Apa yang saya dengar dan lihat, saya ingat sedikit.
Apa yang saya dengar, lihat dan tanyakan atau diskusikan denganbeberapa teman lain, saya mulai paham.
Apa yang saya dengar, lihat, diskusikan dan lakukan, saya memperoleh pengetahuan dan keterampilan.
Apa yang saya ajarkan pada orang lain, saya kuasai.
Terdapat sejumlah alasan mengapa sebagian besar orang cenderung lupa tentang apa yang mereka dengar, salah satu alasan yang paling menarik, ada kaitannya dengan tingkat kecepatan berbicara guru dan tingkat kecepatan pendengaran siswa. Kemampuan siswayang berbeda-beda dan daya kerja otak yang berbeda pula, hal ini juga sangat mempengaruhi daya serap pembelajaran yang telah dilakukan.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
active learning merupakan pembelajaran aktif, yang mengkondisikan agar siswa senantiasa melakukan pengalaman belajar yang bermakna dan senantiasa berpikir tentang apa yang dapat dilakukannya selama pembelajaran serta siswa terlibat baik fisik maupun intelektual sehingga
(28)
11
siswa betul-betul berperan dan berpartisipasi aktif dalam melakukan kegiatan belajar.
2. Tujuan Model Pembelajaran Active Learning
Pencapaian hasil belajar yang baik, merupakan harapan bagi setiap guru. Guru dituntut untuk lebih kreaktif dan inovatif dalam proses pembelajaran. Pentingnya model pembelajaran active learning diterapkan karena dapat meningkatkan keaktifan dan pemahaman siswa. Siditial (2008) mengungkapkan tujuan dari pembelajaran active learning pada dasarnya berusaha untuk memperkuat dan memperlancar stimulus dan respon siswa dalam pembelajaran, sehingga proses pembelajaran menjadi hal yang menyenangkan, tidak menjadi hal yang membosankan bagi mereka. Sejalan dengan pendapat Hosnan (2014: 210) active learning dipilih agar peserta didik dapat melakukan kegiatan-kegiatan belajar serta memikirkan tentang apa yang dilakukukannya untuk belajar.
Sedangkan menurut Silberman (2006: 32) mengemukakan bahwa dalam kegiatan belajar aktif sudah dapat menyenangkan siswa dan memotivasi mereka untuk menguasai pelajaran yang paling menjenuhkan. Kegiatan-kegiatan yang menuntut siswa berpartisipasi aktif agar siswa dapat mengetahui, memahami dan mampu mempraktekkan apa yang dipelajari.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan model pembelajaran active learning adalah dapat meningkatkan keaktifan dan pemahaman siswa, serta kegiatan belajar aktif yang menyenangkan akan memotivasi dan meningkatkan semangat belajar siswa untuk menjadi yang terbaik seperti di dalam permainan dalam pembelajaran, kegiatan-kegiatan kerja kelompok juga dapat meningkatkan keberanian, kerja sama dan rasa
(29)
12
tanggung jawab pada kelompoknya. Cara pembelajaran yang lebih terpusat pada siswa dalam proses pembelajaran akan lebih mengesankan dan mudah untuk diingat, sehingga mereka dapat dihantarkan kepada tujuan pembelajaran dengan sukses.
3. Macam-macam Model Pembelajaran Active Learning
Active learning mempunyai beberapa macam strategi pembelajaran yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran. Salah satu dari beberapa macam model active learning adalah model active learning permainan card sort. Selain model active learning permainan card sort ada beberapa macam model active learning seperti yang dijelaskan oleh Zaini, dkk. (2008: 2) dalam active learning terdapat beberapa variasi model yang dapat diterapkan, yaitu: (a) Critical Incident Student, (b) Teks Acak, (c) Group Resume, (d) True Or False, (e) Benar Salah Berantai, (f) Reading Aloud, (g) Snow Balling, (H) Team Quiz, (I) Index Card Match, (J) Card Sort, dan lain-lain.
Kemudian menurut Warsono & Hariyanto (2012: 43) macam-macam
active learning diantaranya: (a) Fish Bowl, (b) Test Question, (c) Teknik Pembelajaran Kode Jari (Finger Signal), (d) Setiap Siswa Dapat Jadi Guru,
(e) Card Sort (Pilah Kartu), dan lain-lain. Sedangkan menurut Silberman (2006: 169) mengemukakan bahwa macam-macam active learning antara lain: (a) Pemilahan Kartu (Card Sort), (b) Turnamen Belajar, (c) Kekuatan Dua Orang, (d) Kuis Tim, dan lain-lain.
Berdasarkan pendapat di atas, terdapat beberapa macam model pembelajaran active learning, peneliti memilih model pembelajaran active
(30)
13
learning permainan card sort karena model pembelajaran ini dipandang sangat tepat untuk mengatasi permasalahan-permasalahan yang ada di kelas, agar guru dan siswa merasakan kemudahan dalam proses pembelajaran sehingga aktivitas dan hasil belajar siswa dapat meningkat dengan baik.
4. Kelebihan Model Pembelajaran Active Learning
Penerapan model active learning dalam pembelajaran sangat disesuaikan dengan karakteristik siswa. Pembelajaran active learning
memiliki beberapa kelebihan untuk mengatasi masalah belajar siswa, sehingga pembelajaran akan mudah untuk dipahami.
Menurut Warsono & Hariyanto (2012: 6) kelebihan dari active learning antara lain: (1) lebih mengacu kepada pembelajaran berdasarkan pengalaman, (2) lebih banyak pembelajaran aktif di kelas-kelas, dengan banyak menghadirkan semarak (lebih banyak bersuara tetapi bukan ribut), dan gerakan-gerakan siswa dalam melakukan sesuatu, bercakap-cakap dan berkolaborasi, (3) guru lebih menegaskan tanggung jawabnya dalam menstransfer kepada para siswa hasil kerja guru yang meliputi: penetapan tujuan pembelajaran, pemeliharaan catatan kemajuan belajar siswa, pemantauan belajar siswa dan evaluasi, (4) lebih menekankan kepada aktivitas yang mengembangkan demokrasi dalam kelas dan menjadi model pelaksanaan demokrasi di sekolah, (5) lebih memberikan kesempatan terciptanya pembelajaran kooperatif dan kolaboratif, mengembangkan kelas sebagai komunitas yang saling bergantung satu sama lain.
Selanjutnya menurut Silberman (2013: 13) mengemukakan bahwa kelebihan penggunaan model active learning dalam proses pembelajaran akan bermanfaat baik bagi siswa, antara lain: (1) membuat siswa aktif sejak awal, (2) membantu siswa memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap belajar secara aktif, (3) membuat pelajaran agar tidak mudah dilupakan.
Sedangkan menurut Hosnan (2014: 216) kelebihan dari active learning antara lain: peserta didik lebih termotivasi, mempunyai
(31)
14
lingkungan yang aman, partisipasi oleh seluruh kelompok belajar, setiap orang bertanggung jawab dalam kegiatan belajarnya sendiri, kegiatan bersifat fleksibel dan ada relevansinya, reseptif meningkat, partisispasi mengungkapkan proses berpikir mereka, memberi kesempatan untuk memperbaiki kesalahan, memberi kesempatan untuk mengambil risiko.
Berdasarkan pendapat di atas, model active learning sangat tepat digunakan untuk pembelajaran di sekolah dasar. Model pembelajaran active learning ini dapat membuat siswa aktif sejak awal, membantu siswa untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap belajar secara aktif, serta siswa belajar berdasarkan pengalaman sehingga pembelajaran tidak mudah dilupakan, dengan demikian diharapkan dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar yang diharapkan.
5. Kelemahan Model Pembelajaran Active Learning
Penerapan model pembelajaran active learning dalam pembelajaran, agar berjalan dengan baik, seorang guru harus memperhatikan kendala-kendala atau kelemahan model tersebut, agar dapat mengantisipasi dan menanganinya saat pembelajaran berlangsung. Hosnan (2014: 217) mengemukakan bahwa kelemahan pembelajaran active learning antara lain: (1) keterbatasan waktu, (2) kemungkinan bertambahnya waktu untuk persiapan, (3) ukuran kelas yang besar, (4) keterbatasan materi, peralatan dan sumber daya. Nurdiansah (2010) mengemukakan bahwa kelemahan dari model active learning antara lain: (1) siswa sulit untuk mengorientasikan pemikirannya, (2) ketika tidak didampingi oleh guru, pembahasan terkesan kesegala arah dan tidak terfokus.
(32)
15
Sedangkan menurut Silberman (2006: 31) mengemukakan bahwa terdapat kehawatiran dalam penerapan model active learningseperti:
a. Apakah kegiatan belajar aktif hanya merupakan kumpulan “Kegembiraan dan permainan”?
b. Apakah belajar aktif menyita banyak waktu?
c. Saya tertarik dengan belajar aktif, namun saya tidak yakin apakah anak didik saya juga tertarik?
d. Bukankah diperlukan lebih banyak persiapan dan kreativitas dalam mengajar menggunakan model pembelajaran aktif.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat berbagai macam kelemahan model pemebelajaran active learning
diantaranya adalah memerlukan ukuran kelas yang besar, keterbatasan materi dan peralatan yang ada di sekolah dan keterbatasan waktu. Untuk itu guru dituntut untuk dapat aktif, inovatif serta efektif dalam penggunaan waktu, penerapan active learning perlu mendapatkan dukungan dari berbagai pihak agar tercipta susaana pembelajaran yang kondusif, serta guru harus melakukan perancaanaan semaksimal mungkin demi tercapainya tujuan belajar yang diharapkan.
C.Permainan Card Sort 1. Pengertian Card Sort
Card sort atau juga bisa disebut dengan sortir kartu dapat digunakan untuk menguji kepahaman siswa. Cara ini juga efektif untuk mengetahui tingkat ketercapaian tujuan pembelajaran. Menurut Silberman (2006: 169) permainan card sort merupakan aktivitas kerja sama yang digunakan untuk mengerjakan konsep, karakteristik klasifikasi, fakta tentang benda, atau menilai informasi. Sejalan dengan pendapat Hosnan (2014: 226) mengemukakan bahwa permainan card sort merupakan kegiatan kolaboratif
(33)
16
yang bisa digunakan untuk mengajarkan konsep, penggolongan sifat, fakta tentang suatu objek, atau mengulangi informasi. Kemudian menurut pendapat Warsono & Hariyanto (2012: 47) permainan card sort merupakan gabungan antara teknik pembelajaran aktif individual dengan teknik pembelajaran kolaboratif, permainan ini menggunakan kartu indeks. Sedangkan menurut Zaini, dkk. (2008: 50) card sort merupakan permainan yang melakukan gerak fisik, membantu mendinamiskan kelas yang jenuh atau bosan.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam model pembelajaran card sort ini berupa kegiatan kolaboratif yang dilakukan siswa berupa mempelajari kosep, menggolongkan sifat dari kategori yang berbeda, mengungkap fakta dari suatu objek dan mengulangi informasi yang pernah didapat oleh siswa. Dengan kondisi tersebut maka siswa akan terdorong untuk berpikir kreatif, serta permainan card sort ini dapat meningkatkan semangat dan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran, sehingga materi yang disampaikan oleh guru dapat diterima dengan baik oleh siswa.
2. Kelebihan dan Kelemahan Permainan Card Sort
Permainan card sort yang dilakukan dalam pembelajaran dapat memudahkan guru untuk menyampaikan materi dan mengatasi masalah siswa seperti kejenuhan dan kurangnya partisipasi siswa. Menurut Silberman (2013: 130) kelebihan dari card sort antara lain: dapat membantu menggairahkan siswa yang merasa jenuh atau lelah terhadap pelajaran yang telah diberikan, dapat membina siswa untuk bekerjasama dan mengembangkan sikap saling menghargai pendapat. Kemudian menurut
(34)
17
Warsono & Hariyanto (2012: 48) kelebihan dari permainan card sort adalah dapat menarik minat siswa terhadap pembelajaran semakin meningkat dan hasil pembelajarannya juga cukup baik. Sedangkan menurut pendapat Zaini, dkk. (2008: 50) kelebihan dari permainan card sort adalah dapat membantu mendinamiskan kelas yang jenuh atau bosan. Pelaksanaan permainan card sort sangat sederhana dan siswa mudah dalam mengelompokkan kata yang sama sehingga mudah dalam memahami materi pelajaran.
Kekurangan permainan card sort menurut Hosnan (2014: 217) yaitu: (1) membuat siswa kurang aktif dalam berbicara atau menyimpulkan pendapat, (2) membutuhkan persiapan dan media yang berupa kartu-kartu sebelum kegiatan berlangsung, (3) apabila guru kurang bisa mengendalikan kelas maka suasana kelas akan menjadi gaduh. Selanjutnya menurut Wahyuni (2014) mengungkapkan kekurangan dari pembelajaran active learning permainan card sort yaitu: (1) menyita banyak waktu, (2) membutuhkan lebih banyak persiapan dan kreativitas untuk mengajar, (3) pembelajaran active learning permainan card sort dapat membuat siswa hanya mampu belajar secara berkelompok.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
active learning permainan card sort memiliki kelebihan dan kekurangan. Permainan card sort dapat membantu menggairahkan siswa yang merasa jenuh atau lelah terhadap pelajaran yang telah diberikan, dapat membina siswa untuk bekerja sama dan mengembangkan sikap saling menghargai pendapat. Permainan card sort membutuhkan persiapan dan media yang
(35)
18
berupa kartu-kartu sebelum kegiatan berlangsung, menyita banyak waktu, serta tidak keseluruhan siswa dapat diperhatikan dengan baik.
3. Penerapan Model Active Learning Permainan Card Sort
Pembelajaran aktif yang tepat memungkinkan secara langsung dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Model active learning
permainan card sort merupakan pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat belajar dengan mudah dan menyenangkan. Model pembelajaran active learning permainan card sort menggunakan fasilitas kartu, di dalam kartu tersebut berisi permasalahan yang harus diselesaikan oleh masing-masing siswa. Gerakan fisik yang dominan dapat membantu mendinamiskan kelas yang jenuh atau bosan.
Adapun prosedur atau langkah-langkah dari model active learning permainan card sort dalam pembelajaran menurut Silberman (2006: 169-170) sebagai berikut:
1) Beri tiap siswa kartu indeks yang berisi informasi atau contoh yang cocok dengan satu atau beberapa kategori. Berikut adalah beberapa contohnya:
a. Jenis-jenis pohon vs jenis-jenis tumbuhan hijau. b. Karakter dalam berbagai drama Shakespeare.
c. Kekuasaan lembaga eksekutif, legeslatif, dan yudikatif pemerintah.
d. Gejala-gejala dari beragam penyakit.
e. Informasi yang cocok dengan berbagai bagian resume kerja. f. Karakteristik dari berbagai logam.
g. Kata benda, kata kerja, kata keterangan, preposisi.
2) Perintahkan siswa untuk berkeliling ruangan dan mencari siswa lain yang kartunya cocok dengan kategori yang sama. (Anda dapat mengumumkan kategorinya sebelumnya atau biarkan siswa menemukan sendiri).
3) Perintahkan para siswa yang kartunya memiliki kategori sama untuk menawarkan diri kepada siswa lain.
4) Ketika tiap-tiap kategori ditawarkan, kemukakan poin-poin pengajaran yang menurut Anda penting.
(36)
19
Sedangkan menurut Zaini, dkk. (2008: 50-51) mengungkapkan langkah-langkah penerapan model active learning permainan card sort dalam pembelajaran sebagai berikut:
1) Setiap siswa diberi potongan kertas yang berisi informasi atau contoh yang tercangkup dalam satu atau lebih kategori. Berikut beberapa contoh:
a. Karakteristik hadis sahih,
b. Nouns, verbs, adverbs, dan preposition, c. Ajaran mu’tazilah,
d. Dan lain-lain.
2) Mintalah siswa untuk bergerak dan berkeliling di dalam kelas untuk menentukan kartu dengan kategori yang sama. (Anda dapat mengumumkan kategori tersebut sebelumnya atau membiarkan peserta didik menemukannya sendiri).
3) Peserta didik dengan kategoriyangsama diminta mempresentasikan kategori masing-masing di depan kelas.
4) Seiring dengan presentasi tiap-tiap kategori tersebut berikan poin-poin penting terkait materi pembelajaran.
Catatan:
1) Minta setiap kelompok untuk melakukan, menjelaskan tentang kategori yang mereka selesaikan.
2) Pada awal kegiatan bentuklah beberapa tim. Berilah tiap tim satu set kartu yang sudah diacak sehingga kategori yang mereka sortir tidak nampak. Mintalah setiap tim untuk mensortir kartu-kartu tersebut kedalam kategori-kategori tertentu. Setiap tim memperoleh nilai untuk setiap kartu yang disortir dengan benar.
Kemudian menurut Warsono & Hariyanto (2012: 47-48) mengungkapkan langkah-langkah model pembelajaran active learning
permainan card sort dalam pembelajaran sebagai berikut:
1) Bagikan kartu indeks kepada setiap siswa yang meliputi lebih dari satu macam kategori terkait Biologi, misalnya:
a. Respirasi (pernapasan).
b. Sistem digesti (pencernaan makanan). c. Sistem peredaran darah.
d. Sitem saraf. e. Sistem kerangka.
f. Anatomi tubuh manusia.
g. Fisiologi tubuh manusia, dan lain-lain.
2) Mintalah kepada pembelajar untuk bergerak berkeliling kelas dan menemukan kartu dengan kategori yang sama. Jika waktunya cukup Anda biarkan saja para siswa menemukan kategorinya sendiri, tetapi jika waktunya tidak leluasa Anda umumkan kepada seluruh kelas kategori apa saja yang tersedia.
3) Peserta didik yang memiliki kartu indeks dengan kategori yang sama berkumpul. Sebaiknya jumlah siswa dalam setiap kategori Anda rancang sama.
(37)
20
4) Para siswa dengan kategori yang sama bermusyawarah untuk menunjuk salah seorang diantara mereka melakukan presentasi di depan kelas. Siswa yang lain dalam kelompok yang sama boleh menanggapinya.
5) Lakukan refleksi dengan mengungkap butir-butir penting dari setiap kategori bahan ajar.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran active learning permainan card sort merupakan kegiatan kolaboratif yang digunakan guru untuk mengajak siswa menemukan konsep dan fakta melalui klasifikasi materi yang akan dibahas dalam pembelajaran. Pembelajaran active learning permainan card sort menggunakan fasilitas kartu, di dalam kartu tersebut berisi permasalahan yang harus diselesaikan oleh masing-masing siswa. Dalam menerapkan model active learning
permainan card sort pada pembelajaran matematika di kelas IV SDN 05 Metro Selatan, peneliti menggunakan prosedur atau langkah-langkah yang telah dikemukakan oleh Zaini, dkk. (2008: 50-51) yaitu:
1) Setiap siswa diberi potongan kertas yang berisi informasi atau contoh yang tercangkup dalam satu atau lebih kategori.
2) Mintalah siswa untuk bergerak dan berkeliling di dalam kelas untuk menentukan kartu dengan kategori yang sama.
3) Siswa dengan kategori yang sama diminta mempresentasikan kategori masing-masing di depan kelas.
4) Seiring dengan presentasi tiap-tiap kategori tersebut berikan poin-poin penting terkait materi pembelajaran.
(38)
21
D.Pengertian Belajar
Belajar merupakan suatu proses yang terjadi pada diri seseorang sehingga mengalami perubahan tingkah laku. Belajar terjadi ketika ada interaksi antara individu dengan lingkungan fisik maupun lingkungan sosial. Menurut pendapat Hamalik (2001: 27) belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman (learning is difined as the modification or strengthening of behaviour throught experiencing). Selanjutnya menurut pendapat Winkel (Suprihatiningrum, 2013: 15) belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan sejumlah perubahan dalam pengetahuan-pemahaman, keterampilan dan nilai-nilai sikap.
Kemudian menurut Suyono & Hariyanto (2011: 9) belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap, dan mengokohkan kepribadian. Sedangkan menurut Amri (2013: 24) belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Sejalan dengan pendapat Uno & Nurdin (2012: 138) belajar adalah suatu proses yang menghasilkan perubahan perilaku yang dilakukan dengan sengaja untuk memperoleh pengetahuan, kecakapan dan pengalaman baru ke arah yang lebih baik.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu aktivitas atau proses usaha yang dilakukan dengan sengaja untuk memperoleh perubahan perilaku seperti pengetahuan, meningkatkan
(39)
22
keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap, dan mengokohkan kepribadian ke arah yang lebih baik.
E.Pengertian Aktivitas Belajar
Proses belajar tidak terlepas dari adanya aktivitas belajar yaitu adanya interaksi guru dan siswa dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Hanafiah & Suhana (2009: 23) mengemukakan bahwa aktivitas belajar harus melibatkan seluruh aspek psikofisis setiap siswa, baik jasmani maupun rohani sehingga akselerasi perubahan perilakunya dapat terjadi secara cepat, tepat, mudah, dan benar, baik berkaitan dengan aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Kemudian menurut Hamalik (2013: 90) aktivitas belajar siswa melibatkan baik jasmani, rohani dan sosial. Siswa belajar sambil bekerja, dengan bekerja siswa memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan serta perilaku lainnya termasuk sikap dan nilai untuk mencapai tujuan belajar yang telah ditentukan.
Selanjutnya menurut Sardiman (2010: 100) mengemukakan bahwa aktivitas belajar adalah kegiatan yang bersifat fisik ataupun mental.
Sedangkan menurut Susilo (2010) mengungkapkan aktivitas belajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan siswa untuk belajar. Aktivitas belajar yang dimaksud adalah aktivitas yang mengarah pada proses belajar seperti memperhatikan penjelasan guru, bertanya, mengajukan pendapat, mengerjakan tugas-tugas, dapat menjawab pertanyaan guru dan bisa bekerja sama dengan siswa lain, serta bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan.
Berdasarkan beberapa pengertian aktivitas belajar menurut para ahli di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa aktivitas belajar merupakan kegiatan yang melibatkan seluruh aspek psikofisis setiap siswa, baik jasmani maupun rohani, aktivitas siswa diperlukan guna menunjang keberhasilan dalam belajar
(40)
23
dan mencapai tujuan yang diharapkan. Adapun indikator aktivitas belajar siswa dapat dilihat dari: (1) memperhatikan penjelasan guru, (2) mengajukan pendapat, (3) bertanya, (4) mengerjakan tugas-tugas, (5) bekerja sama dengan siswa untuk mencapai tujuan belajar yang diharapkan.
F. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan proses pembelajaran, hasil belajar memiliki peranan penting karena hasil belajar menjadi tolak ukur suatu keberhasilan pembelajaran. Menurut Purwanto (2008: 3) mengemukakan bahwa hasil belajar merupakan suatu proses yang sengaja direncanakan untuk memperoleh informasi atau data, data tersebut harus sesuai dan mendukung tujuan evaluasi/hasil belajar yang direncanakan. Berdasarkan data tersebut kemudian dicoba membuat suatu keputusan. Kemudian menurut Hamalik (2013: 159) mengemukakan hasil belajar merupakan keseluruhan kegiatan pengukuran (pengumpulan data dan informasi), pengolahan, penafsiran dan pertimbangan untuk membuat keputusan tentang tingkat hasil belajar yang dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Selanjutnya menurut Suprijono (2009: 5) hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan keterampilan. Sedangkan menurut Kunandar (2008: 276) mengemukakan bahwa hasil belajar merupakan hasil yang diperoleh siswa setelah mengikuti suatu materi tertentu dari mata pelajaran yang berupa data kualitatif maupun data kuantitatif, dengan menggunakan alat pengukuran berupa tes yang disusun secara terencana, baik tes tertulis, tes lisan maupun tes perbuatan.
(41)
24
Sejalan dengan pendapat di atas Dimyati & Mudjiono (2006: 3) mengemukakan bahwa hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Berikutnya menurut Kamus besar bahasa Indonesia (2007: 381) mengartikan bahwa hasil belajar adalah sesuatu yang diadakan oleh adanya usaha belajar
Sedangkan menurut Bloom (Sudjana, 2010: 22) merumuskan hasil belajar sebagai perubahan tingkah laku yang meliputi domain (ranah) kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual, ranah afektif berkenaan dengan sikap dan ranah psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Perubahan dapat diartikan dari tidak tahu menjadi tahu, tidak sopan menjadi sopan dan sebagainya
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan hasil yang diperoleh siswa setelah mengikuti suatu materi tertentu dari mata pelajaran yang berupa data kualitatif maupun data kuantitatif, dengan menggunakan alat pengukuran berupa tes dan non tes yang disusun secara terencana, baik tes tertulis, tes lisan maupun tes perbuatan.
G.Pengertian Matematika
Pendidikan matematika penting diberikan kepada siswa disetiap jenjang pendidikan. Dengan pembelajaran matematika, diharapkan siswa mampu bertindak dan bertanggung jawab dalam memecahkan masalah sehari-hari. Menurut pendapat Suwangsih (2006: 3) matematika berasal dari bahasa Latin “Mathematika” yang mulanya diambil dari bahasa Yunani “Mathematike” yang berarti mempelajari.
Kemudian menurut Suriasumantri (Adjie, 2006: 34) menyatakan bahwa matematika adalah salah satu alat berpikir, selain bahasa, logika, dan statistika. Sejalan dengan pendapat di atas, Hudoyo (Aisyah, dkk., 2007: 1) menyatakan
(42)
25
bahwa matematika berkenaan dengan ide, aturan-aturan, hubungan-hubungan yang diatur secara logis sehingga matematika berkaitan dengan konsep-konsep abstrak.
Sedangkan menurut Soedjadi (Adjie, 2006: 34) memberikan enam definisi atau pengertian tentang matematika, yaitu: (1) matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir dengan baik, (2) matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi, (3) matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logik dan berhubungan dengan bilangan, (4) matematika adalah pengetahuan fakta-fakta kuantitatif dan masalah tentang ruang dan bentuk, (5) matematika adalah pengetahuan tentang struktur-struktur yang logik, dan (6) matematika adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat.
Berdasarkan beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli diatas mengenai pengertian tentang matematika, makapeneliti dapat menyimpulkan bahwa matematika merupakan salah satu alat berpikir, selain bahasa, logika, dan statistika yang berkenaan dengan ide, aturan-aturan, hubungan-hubungan yang diatur secara logis dan berkaitan dengan konsep-konsep abstrak.
H.Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian pustaka di atas, dapat dirumuskan hipotesis penelitian tindakan kelas sebagai berikut: ”Apabila guru kelas IV SDN 05 Metro Selatan tahun pelajaran 2014/2015, menerapkan model pembelajaran active learning
permainan card sort pada pembelajaran matematika dengan langkah-langkah yang tepat, maka dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa”.
(43)
26
BAB III
METODE PENELITIAN
A.Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research). Kunandar (2008: 46) mengemukakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah sebuah bentuk kegiatan refleksi diri yang dilakukan oleh para pelaku pendidikan dalam suatu situasi kependidikan untuk memperbaiki rasional dan keadilan tentang: (a) praktik-praktik kependidikan mereka, (b) pemahaman mereka tentang praktik-praktik tersebut, dan (c) situasi dimana praktik-praktik tersebut dilaksanakan. Kemudian menurut pendapat Arikunto (2006: 58) mengemukakan PTK adalah penelitian tindakan yang dilakukan di kelas dengan tujuan memperbaiki/meningkatkan mutu praktik pembelajaran. Sedangkan menurut Wardhani (2007: 1.4) PTK yaitu suatu penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat.
Prosedur penelitian yang digunakan berbentuk siklus, dalam penelitian yang telah dilaksanakan terdiri dari dua siklus. Tahapan dalam PTK diawali dengan perencanaan, pelaksanaan, pengamatan/pengumpulan data dan refleksi
(44)
27
Gambar 3.1. Siklus Penelitian Tindakan Kelas (Sumber: adaptasi dari Wardhani, dkk., 2007: 2.4) B.Setting Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan di SDN 05 Metro Selatan, Jln. Budi Utomo No. 113 Margodadi, Metro Selatan.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2014/2015 selama lima bulan dari persiapan (penyusunan proposal, seminar proposal dan perbaikan proposal) sampai laporan hasil penelitian.
3. Subjek Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan secara kolaboratif partisipatif antara peneliti dengan guru kelas IV SDN 05 Metro Selatan. Subjek penelitan ini
SIKLUS II
Refleksi I Pengamatan/ Pengumpulan data
Pelaksanan Tindakan II Perencanaan
Tindakan II Permasalahan baru
hasil refleksi
Refleksi II Pengamatan/ Pengumpulan data
SIKLUS
I
Pelaksanan Tindakan I Perencanaan
Tindakan I Permasalahan
(45)
28
adalah seorang guru dan siswa kelas IV SDN 05 Metro Selatan tahun pelajaran 2014/2015. Jumlah siswa sebanyak 31 siswa, dengan rincian 16 siswa laki-laki dan 15 siswa perempuan.
C.Teknik Pengumpulan Data 1. Teknik Nontes (observasi)
Teknik nontes (observasi) digunakan untuk mengetahui kinerja guru dan aktivitas belajar siswa pada pembelajaran matematika melalui penerapan model active learning permainan card sort.
2. Teknik Tes
Teknik tes ini digunakan untuk mendapatkan data yang bersifat kuantitatif (angka). Melalui tes ini akan diketahui peningkatan hasil belajar siswa di kelas IV pada pembelajaran matematika melalui penerapan model
active learning permainan card sort.
D.Alat Pengumpul Data
1. Lembar Panduan Observasi
Instrumen ini digunakan oleh observer untuk mengamati kinerja guru dan aktivitas belajar siswa pada saat pembelajaran berlangsung.
Tabel 3.01 Instrumen penilaian kinerja guru
No Aspek yang Diamati Skor
I Pra Pembelajaran
1. Kesiapan ruang, alat, dan media pembelajaran. 1 2 3 4 5 2. Memeriksa kesiapan siswa. 1 2 3 4 5 II Membuka Pelajaran
1. Menyiapkan siswa secara fisik dan psikis unruk
mengikuti proses pembelajaran. 1 2 3 4 5 2. Melakukan apersepsi. 1 2 3 4 5 3. Memberikan motivasi kepada siswa untuk
(46)
29
No Aspek yang Diamati Skor
II Membuka Pelajaran
4. Menyampaikan kompetensi (tujuan) yang akan
dicapai dan rencana kegiatan. 1 2 3 4 5 5. Menyampaikan materi pembelajaran. 1 2 3 4 5 6. Membagikan LKS yang akan dikerjakan
bersamaan dengan permainan card sort. 1 2 3 4 5 III Kegiatan Inti Pembelajaran
A. Penerapan Model Active Learning Permainan Card Sort
1. Memberikan penjelasan kepada siswa tentang
aturandalam permainan card sort. 1 2 3 4 5
2. Membagikan kartu yang berisi potongan kertas berupa pertanyaan/informasi terkait dengan materi yang diajarkan dalam pembelajaran matematika kepada seluruh siswa.
1 2 3 4 5 3. Meminta siswa untuk bergerak dan berkeliling di
dalam kelas untuk menentukan kartu dengan kategori yang sama.
1 2 3 4 5 4. Siswa dengan kategori yang sama diminta untuk
berdiskusi dengan topik yang menjadi masalahnya. 1 2 3 4 5 5. Meminta setiap pasangan kelompok kartu dengan
kategori yang sama untuk mempresentasikan hasil diskusi masing-masing kelompok di depan kelas.
1 2 3 4 5 6. Seiring dengan presentasi dari tiap-tiap kategori
tersebut, guru memberikan poin-poin penting terkait materi pelajaran.
1 2 3 4 5 B. Pendekatan/Strategi Pembelajaran/Model
Pembelajaran
1. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan
kompetensi (tujuan) yang akan dicapai. 1 2 3 4 5 2. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan tingkat
perkembangan dan kebutuhan siswa. 1 2 3 4 5 3. Melaksanakan pembelajaran secara runtut. 1 2 3 4 5 4. Menguasai kelas. 1 2 3 4 5 5. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan waktu
yang telah dialokasikan. 1 2 3 4 5 C. Pemanfaatan Media Pembelajaran/Sumber
Belajar
1. Menunjukkan keterampilan dalam penggunaan
media. 1 2 3 4 5
2. Menghasilkan pesan yang menarik. 1 2 3 4 5 3. Menggunakan media secara efektif dan efisien. 1 2 3 4 5 D. Pembelajaran yang Memicu dan Memelihara
Keterlibatan Siswa
1. Menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam
pembelajaran. 1 2 3 4 5
2. Merespon positif partisipasi siswa. 1 2 3 4 5 3. Memfasilitasi terjadinya interaksi guru, siswa dan
sumber belajar. 1 2 3 4 5 4. Menunjukkan sikap terbuka terhadap respon siswa. 1 2 3 4 5 5. Menunjukkan hubungan antar pribadi yang
kondusif. 1 2 3 4 5
6. Menumbuhkan keceriaan dan antusiasme dalam
(47)
30
No Aspek yang Diamati Skor
E. Penilaian Proses dan Hasil Belajar
1. Memantau kemajuan belajar. 1 2 3 4 5 2. Melakukan penilaian akhir sesuai dengan
kompetensi (tujuan). 1 2 3 4 5 F. Penggunaan Bahasa
1. Menggunakan bahasa lisan secara jelas dan lancer. 1 2 3 4 5 2. Menggunakan bahasa tulis yang baik dan benar. 1 2 3 4 5 3. Menyampaikan pesan dengan gaya yang sesuai. 1 2 3 4 5 IV Penutup
1. Melakukan refleksi pembelajaran dengan
melibatkan siswa. 1 2 3 4 5 2. Menyusun rangkuman dengan melibatkan siswa. 1 2 3 4 5 3. Melaksanakan tindak lanjut. 1 2 3 4 5
Jumlah Skor IPKG Skor Maksimum
Nilai Kategori
(Sumber: adopsi dari Andayani, dkk. (2009: 73).
Instrumen yang digunakan untuk memperoleh data aktivitas belajar siswa adalah sebagai berikut:
Tabel 3.02 Indikator aktivitas belajar siswa
No Aspek yang Diamati Skor
1 2 3 4 5
1 Memperhatikan penjelasan guru 2 Keaktifan dalam permainan (mencari
pasangan)
3 Bertanya atau berpendapat 4 Kerja sama dalam kelompok 5 Mengerjakan tugas dari guru 2.Tes Hasil Belajar
Tes hasil belajar berupa tes formatif yang berfungsi untuk mengetahui pencapaian dan peningkatan hasil belajar siswa khususnya mengenai penguasaan materi yang telah diajarkan. Tes hasil belajar dilakukan setiap akhir siklusnya.
(48)
31
E.Teknik Analisis Data
Teknik analisis data menggunakan data kualitatif dan kuantitatif: 1. Data Kualitatif
Analisis data kualitatif dalam penelitian ini menggunakan lembar observasi. Lembar observasi digunakan untuk menganalisis data yang terdiri dari data kinerja guru dan aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran berlangsung dengan menerapkan model active learning
permainan card sort. Data yang diperoleh berdasarkan perilaku yang sesuai dengan tujuan pembelajaran. Nilai aktivitas belajar siswa dan kinerja guru diperoleh dengan rumus berikut:
a. Nilai kinerja guru diperoleh dengan rumus: N =
x 100
Keterangan:
N = Nilai kinerja guru yang dicari R = Jumlah skor yang diperoleh SM = Skor maksimum
100 = Bilangan tetap
(Sumber: adopsi dari Purwanto, 2008: 102).
Tabel 3.03 Skor kategori keberhasilan kinerja guru.
No Skor Kategori
1 1 Sangat kurang
2 2 Kurang baik
3 3 Cukup baik
4 4 Baik
(49)
32
Tabel 3.04 Kategori keberhasilan kinerja guru
No Tingkat
keberhasilan Kategori
1 N<20 Sangat kurang
2 20<N 40 Kurang baik
3 40<N 60 Cukup baik
4 60<N 80 Baik
5 N>80 Sangat baik
(Sumber: adopsi dari Poerwanti, 2008: 78).
b. Nilai aktivitas belajar tiap individu diperoleh dengan rumus: N =
x 100
Keterangan:
N = Nilai aktivitas yang dicari JS = Jumlah skor yang diperoleh SM = Skor maksimum
100 = Bilangan tetap
(Sumber: adaptasi dari Aqib, dkk., 2009: 41).
Berdasarkan nilai yang diperoleh secara individu dapat diketahui tingkat aktivitas belajar siswa sesuai kategori berikut ini.
Tabel 3.05 Skor kategori nilai aktivitas belajar siswa
No Skor Kategori
1 1 Pasif
2 2 Kurang aktif
3 3 Cukup aktif
4 4 Aktif
(50)
33
Tabel 3.06. Kategori nilai aktivitas belajar siswa
No Tingkat Keberhasilan Kategori
1 <20% Pasif
2 20-39% Kurang aktif
3 40-59% Cukup aktif
4 60-79% Aktif
5 ≥80% Sangat aktif
(Sumber: Modifikasi dari Aqib, dkk., 2009: 41).
c. Persentase siswa aktif secara klasikal diperoleh melalui rumus: P =
x 100%
(Sumber: adaptasi dari Purwanto, 2008: 102).
Tabel 3.07 Skor kategori nilai aktivitas belajar siswa secara klasikal.
No Skor Kategori
1 1 Pasif
2 2 Kurang aktif
3 3 Cukup aktif
4 4 Aktif
5 5 Sangat aktif
Tabel 3.08 Kategori nilai aktivitas belajar siswa secara klasikal.
No Tingkat Keberhasilan Kategori
1 <20% Pasif
2 20-39% Kurang aktif
3 40-59% Cukup aktif
4 60-79% Aktif
5 ≥80% Sangat aktif
(Sumber: adaptasi dari Aqib, dkk., 2009: 41). 2. Data Kuantitatif
Data kuantitatif diperoleh dari hasil tes yang dikerjakan siswa pada setiap akhir siklus baik siklus I, maupun siklus II. Analisis kuantitatif digunakan untuk mendeskripsikan berbagai dinamika kemajuan kualitas
(51)
34
belajar siswa dalam hubungannya dengan penguasaan materi yang diajarkan guru.
a. Nilai hasil belajar siswa secara individual diperoleh menggunakan rumus:
S = X 100 Keterangan :
S = Nilai yang diharapkan (dicari)
R = Jumlah skor dari item atau soal yang dijawab benar N = Skor maksimum dari tes
100 = Bilangan tetap
(Sumber: adaptasi dari Purwanto, 2008: 112). b. Nilai rata-rata kelas diperoleh menggunakan rumus:
Keterangan:
= Nilai rata-rata yang dicari
= Jumlah semua nilai siswa
= Jumlah siswa
(Sumber: adaptasi dari Aqib, dkk., 2009: 40).
c. Nilai persentase ketuntasan hasil belajar siswa secara klasikal, diperoleh dengan rumus:
Ketuntasan kelas =
x 100%
Keterangan:
(52)
35
Jumlah siswa tuntas = Nilai yang diperoleh Jumlah siswa belum tuntas = Nilai yang diperoleh (Sumber: adopsi dari Purwanto, 2008: 102).
Tabel 3.09. Kriteria ketuntasan hasil belajar siswa
No KKM Nilai Ketuntasan
1
66 Tuntas
2 Belum tuntas
Tabel 3.10 Tabel hasil belajar siswa
No Nama Siswa Nilai Keterangan
1 Andi
2 Aldi
3 Shintia
... ... ... ... ... ... 31 ...
Jumlah Rata-rata Nilai terendah
Nilai tertinggi ∑ siswa belum tuntas
∑ siswa tuntas
Tabel 3.11 Kriteria tingkat keberhasilan belajar siswa dalam %
No Tingkat Keberhasilan (%) Arti
1 <20% Sangat rendah
2 20-39% Rendah
3 40-59% Sedang
4 60-79% Tinggi
5 >80% Sangat tinggi
(53)
36
F. Prosedur Penelitian
Secara rinci pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini terdiri dari dua siklus, masing-masing siklus memiliki empat tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi.
1. Siklus I
a. Tahap Perencanaan
Pada tahap ini, guru dan peneliti secara kolaboratif membuat rencana pembelajaran agar tercapai tujuan pembelajaran yang diharapkan oleh peneliti. Dalam siklus pertama, peneliti merencanakan proses pembelajaran matematika melalui model active learning permainan card sort. Adapun langkah-langkah perencanaannya adalah sebagai berikut:
1) Menganalisis standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) yang akan dilaksanakan dan materi yang kemudian menjadi beberapa indikator yang akan diajarkan dengan menggunakan model active learning
permainan card sort.
2) Peneliti berdiskusi dengan guru tentang kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan.
3) Peneliti menyiapkan perangkat pembelajaran yang akan digunakan pada siklus I yaitu: pemetaan, silabus, dan rencana perbaikan pembelajaran (RPP) sesuai dengan materi yang telah ditetapkan.
4) Menyusun lembar kerja siswa (LKS) dan kartu yang akan digunakan dalam permainan card sort.
5) Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati kinerja guru dan aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran berlangsung.
(54)
37
6) Menyiapkan media yang akan digunakan selama proses pembelajaran di kelas.
7) Menyusun lembar evaluasi yang terdiri dari soal dan kunci jawaban yang akan diberikian pada akhir pertemuan untuk mengetahui hasil belajar siswa pada siklus I.
b. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan, kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran active learning permainan card sort meliputi beberapa tahap, yaitu:
a) Kegiatan Awal 1) Salam pembuka. 2) Mengkondisikan siswa. 3) Berdo’a.
4) Absensi.
5) Guru menyampaikan apersepsi berupa kegiatan tanya jawab tentang materi yang akan dipelajari.
6) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
7) Guru menyampaikan materi yaitu “Arti pecahan dan urutannya”. 8) Guru membagikan LKS yang akan dikerjakan bersamaan dengan
permainan card sort. b)Kegiatan Inti
1) Guru menerapkan permainan card sort dalam pembelajaran, menjelaskan langkah-langkah permainan card sort.
(55)
38
2) Guru membagikan kartu yang berisi potongan kertas berupa pertanyaan/informasi terkait dengan materi yang diajarkan dalam pembelajaran matematika yaitu “Arti pecahan dan urutannya” kepada seluruh siswa.
3) Guru meminta siswa untuk bergerak dan berkeliling di dalam kelas untuk menentukan kartu dengan kategori yang sama.
4) Siswa dengan kategori yang sama diminta untuk berdiskusi dengan topik yang menjadi masalahnya.
5) Guru meminta setiap pasangan kelompok kartu dengan kategori yang sama untuk mempresentasikan hasil diskusi masing-masing kelompok di depan kelas.
6) Seiring dengan presentasi dari tiap-tiap kategori tersebut, guru memberikan poin-poin penting terkait materi pelajaran.
7) Siswa yang lain menanggapi dan mencatat hasil diskusi dari kelompok lain.
c) Kegiatan Akhir
1) Guru bersama siswa membahas kembali masalah-masalah dari topik yang telah dibagikan.
2) Guru memberikan kesempatan bertanya kepada siswa untuk meluruskan kesalah pahaman.
3) Guru memberikan penghargaan kepada pasangan kelompok tercepat dalam menemukan pasangan kelompok kartu dan tepat dalam menjawab pertanyaan yang terdapat di dalam kartu.
(56)
39
4) Guru memberikan tes evaluasi pada siklus I untuk mengukur hasil belajar siswa.
5) Guru memberikan penguatan kepada siswa yang berani maju dan memberikan motivasi kepada siswa lain agar lebih berani mengungkapkan pendapatnya.
6) Salam penutup.
c. Tahap Pengamatan
Pada tahap ini peneliti mengamati kinerja guru dan aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran. Data pada lembar observasi akan diolah, dianalisis dan dan dimaknai agar diperoleh kesimpulan yang lebih akurat dari semua kelebihan dan kekurangan siklus yang telah dilaksanakan, sehingga dapat direfleksikan pada siklus berikutnya.
d. Tahap Refleksi
Peneliti bersama guru melakukan refleksi untuk menganalisis kelebihan dan kekurangan selama proses pembelajaran berlangsung. Hal-hal yang dianalisis adalah kinerja guru, aktivitas belajar siswa serta hasil belajar siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Analisis tersebut digunakan sebagai acuan perbaikan kinerja guru dan digunakan sebagai acuan untuk melanjutkan tindakan ke siklus berikutnya.
2. Siklus II
Pada akhir siklus 1 telah dilakukan refleksi untuk mengkaji proses pembelajaran yang dilakukan guru sebagai acuan dalam pelaksanaan siklus I. Siklus II dilakukan sebagai usaha untuk meningkatkan aktivitas dan hasil
(57)
40
belajar siswa menggunakan model active learning permainan card sort.
Hasil dari siklus II ini diharapkan lebih baik dari siklus I. a. Tahap Perencanaan
Pada tahap pelaksanaan, kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran active learning permainan card sortmeliputi beberapa tahap, yaitu:
1) Menganalisis SK dan KD yang akan dilaksanakan dan materi yang kemudian menjadi beberapa indikator yang akan diajarkan dengan menggunakan model active learning permainan card sort.
2) Peneliti berdiskusi dengan guru tentang kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan.
3) Peneliti menyiapkan perangkat pembelajaran yang akan digunakan pada siklus II yaitu: pemetaan, silabus, dan RPP sesuai dengan materi yang telah ditetapkan.
4) Menyusun LKS dan kartu yang akan digunakan dalam permainan
card sort.
5) Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati kinerja guru dan aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran berlangsung. 6) Menyiapkan media yang akan digunakan selama proses pembelajaran
di kelas.
7) Peneliti menyusun lembar evaluasi yang terdiri dari soal dan kunci jawaban yang akan diberikian pada akhir pertemuan untuk mengetahui hasil belajar siswa pada siklus II.
(58)
41
b. Tahap Pelaksanaan
Tahap ini merupakan tahap pelaksanaan dari RPP siklus II yang telah disiapkan oleh peneliti. Dalam pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran active learning permainan card sort
meliputi beberapa tahap, yaitu: a. Kegiatan Awal
1) Salam pembuka. 2) Mengkondisikan siswa. 3) Berdo’a.
4) Absensi.
5) Guru menyampaikan apersepsi berupa kegiatan tanya jawab tentang materi yang akan dipelajari.
6) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
7) Guru menyampaikan materi yaitu “Menyederhanakan pecahan”. 8) Guru membagikan LKS yang akan dikerjakan bersamaan dengan
permainan card sort. b. Kegiatan Inti
1) Guru menerapkan permainan card sort dalam pembelajaran, menjelaskan langkah-langkah permainan card sort.
2) Guru membagikan kartu yang berisi potongan kertas berupa pertanyaan/informasi terkait dengan materi yang diajarkan dalam pembelajaran matematika yaitu “Menyederhanakan pecahan” kepada seluruh siswa.
(59)
42
3) Guru meminta siswa untuk bergerak dan berkeliling di dalam kelas untuk menentukan kartu dengan kategori yang sama.
4) Siswa dengan kategori yang sama diminta untuk berdiskusi dengan topik yang menjadi masalahnya.
5) Guru meminta setiap pasangan kelompok kartu dengan kategori yang sama untuk mempresentasikan hasil diskusi masing-masing kelompok di depan kelas.
6) Seiring dengan presentasi dari tiap-tiap kategori tersebut, guru memberikan poin-poin penting terkait materi pelajaran.
7) Siswa yang lain menanggapi dan mencatat hasil diskusi dari kelompok lain.
c. Kegiatan Akhir
1) Guru bersama siswa membahas kembali masalah-masalah dari topik yang telah dibagikan.
2) Guru memberikan kesempatan bertanya kepada siswa untuk meluruskan kesalah pahaman.
3) Guru memberikan penghargaan kepada pasangan kelompok tercepat dalam menemukan pasangan kelompok kartu dan tepat dalam menjawab pertanyaan yang terdapat di dalam kartu.
4) Guru memberikan tes evaluasi pada siklus II untuk mengukur hasil belajar siswa.
5) Guru memberikan penguatan kepada siswa yang berani maju dan memberikan motivasi kepada siswa lain agar lebih berani mengutarakan pendapatnya.
(1)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.Kesimpulan
Berdasarkan analisis data dapat disimpulkan bahwa penerapan model
active learning permainan card sort dapat meningkatkan aktivitas dan hasil
belajar siswa pada pembelajaran matematika di kelas IV SDN 05 Metro Selatan tahun pelajaran 2014/2015. Adapun analisis data sebagai berikut: a. Aktivitas belajar siswa setiap siklus mengalami peningkatan, pada siklus I
memperoleh rata-rata komponen aktivitas klasikal 59,80% kategori “Cukup aktif”, dan meningkat 18,59% sehingga pada siklus II rata-rata komponen aktivitas klasikal menjadi 78,39% kategori “Aktif”.
b. Hasil belajar siswa setiap siklus mengalami peningkatan yaitu pada siklus I memperoleh nilai rata-rata 69,52, dan pada siklus II nilai rata-rata 78,70. Peningkatan rata-rata siklus I ke II sebesar 9,18. Jumlah siswa tuntas pada siklus I 21 (67,74%) dan jumlah siswa tuntas pada siklus II 25 (80,65%) siswa. Peningkatan ketuntasan hasil belajar siswa siklus I-II sebesar 12,91%.
B.Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan di atas, peneliti memberikan saran dalam menerapkan model active learning permainan card sort pada pembelajaran, antara lain:
(2)
a. Bagi Siswa
Siswa diharapkan untuk lebih aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran sehingga ketika guru bertanya kepada siswa terkait materi pembelajaran berlangsung siswa mampu untuk mengungkapkan pendapatnya, serta siswa harus bertanggung jawab atas tugas yang diberikan, baik tugas individu maupun kelompok .
b. Bagi Guru
Guru mata pelajaran matematika diharapkan dapat menerapkan model
active learning permainan card sort, sehingga siswa diharapkan bisa saling
bekerja sama, lebih aktif, berpikir secara kritis dalam memahami materi yang diajarkan dan dapat membuat siswa lebih antusias dalam mengikuti proses pembelajaran. Kemudian guru harus memperhitungkan waktu yang tersedia agar semua rencana pembelajaran dapat terlaksana secara maksimal.
c. Bagi Sekolah
Sebaiknya memberikan fasilitas pembelajaran yang memadai, serta penyediaan terhadap sarana dan prasarana pembelajaran dan panduan penggunaannya perlu dioptimalkan demi meningkatnya mutu pendidikan di sekolah.
d. Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini mengkaji implementasi perbaikan pembelajaran dengan model active learning permainan card sort pada pembelajaran matematika dengan materi yang berbeda pada setiap siklusnya, untuk itu kepada peneliti berikutnya, dapat memperbaiki kekurangan yang ada dan model active
(3)
learning permainan card sort ini dapat dijadikan sebagai referensi untuk melaksanakan perbaikan pembelajaran selanjutnya.
(4)
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah Sani, R. 2013. Inovasi Pembelajaran. Bumi Aksara. Jakarta.
Adjie, Nahrowi, dan Maulana. 2006. Pemecahan Masalah Matematika. UPI Press. Bandung.
Aisyah, Nyimas, dkk. 2007. Pengembangan Pembelajaran Matematika SD. DEPDIKNAS. Jakarta.
Amri, Sofan. 2013. Pengembangan dan Model Pembelajaran dalam Kurikulum 2013. Prestasi Pustakarya. Jakarta.
Andayani, dkk. 2009. Pemantapan Kemampuan Profesional. Universitas Terbuka. Jakarta.
Aqib, Zainal, dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) untuk Guru SD, SLB, TK. CV Yrama Widya. Bandung.
Arikunto, Suharsimi, dkk. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Bumi Aksara. Jakarta.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta.
Depdiknas. 2011. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Sekolah
Dasar/Madrasah Ibtidaiyah Kelas IV. Kemendiknas. Jakarta.
Dimyati & Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. Hanafiah, Nanang & Cucu Suhana. 2009. Konsep Strategi Pembelajaran. PT.
Refika Aditama. Bandung.
Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. PT. Bumi Aksara. Jakarta. . 2013. Kurikulum dan Pembelajaran. PT. Bumi Aksara. Jakarta.
Hosnan, M. (2014). Pendekatan Saintifik dan Konstektual dalam Pembelajaran
(5)
Ihsan, Fuad. 2005. Dasar-dasar Kependidikan. PT Rineka Cipta. Jakarta .
Kunandar. 2008. Langkah Mudah PTK sebagai Pengembangan Profesi Guru. Raja Grafindo. Jakarta.
Komalasari, Kokom. 2010. Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi. Refika Aditama. Bandung.
Mulyasa, E. 2004. Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep, Karakteristik, dan
Implementasi. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung.
. 2013. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung.
Nurdiansah, Andi. 2010. Kelebihan-dan-Kelemahan-Active-Learning. Http:// Andinurdiansah.blogspot.com. Diakses 30 November 2014. Pukul 09:15 WIB.
Poerwanti, Endang, dkk. 2008. Asesmen Pembelajaran SD. Dirjen Dikti Depdiknas. Jakarta.
Prastowo, Andi. 2013. Pengembangan Bahan Ajar Tematik. Diva Press. Bandung. Purwanto, Ngalim. 2008. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran.
Remaja Rosdakarya. Bandung.
Rusman. 2012. Model-Model Pembelajaran. Rajawali Press: Jakarta.
Sardiman. 2010. Interaksi & Motifasi Belajar Mengajar. Rajawali Pers. Jakarta. Sidital, Qalam. 2008. Strategi-Pembelajaran-Active-Learning. http://sditalqalam.
wordpress.com /2008/01/09/. Diakses 1 Desember 2014. Pukul 19:00 WIB.
Silberman, Melvin L. 2006. Active Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif. NUANSA. Bandung.
. 2013. Pembelajaran Aktif 101 Strategi untuk Mengajar Secara Aktif. PT Indeks. Jakarta.
Sudjana, Nana. 2010. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. PT. Remaja Rosdakaya. Bandung.
Suprihatiningrum, Jamil. 2013. Strategi Pembelajaran Teori & Aplikasi. Ar Ruzz Media. Yogyakarta.
(6)
Surya, H. Mohammad. 2004. Materi Pokok Dasar-dasar Kependidikan di SD1-6. Universitas Ternbuka. Jakarta.
Susilo. 2010. Hakikat Belajar, Prestasi Belajar dan Aktivitas Belajar. http://susilofy. wordpres.com/2010/09/28/hakikat-belajar-prestasi-belajar-aktivitas-belajar. Diakses 13 Januari 2015. Pukul 20:00 WIB.
Suwangsih, Erna, dkk. 2006. Model Pembelajaran Matematika. UPI. Bandung. Suyono & Hariyanto. 2011. Belajar dan Pembelajaran. PT. Remaja Rosdakarya.
Bandung.
Uno, B. Hamzah & Nurdin Mohamad. 2012. Belajar dengan Pendekatan
Pembelajaran Aktif Inovatif Langsung Kreatif Efektif Menyenangkan. PT.
Bumi Aksara. Jakarta.
Wahyuni, Esa Nur. 2014. Kelebihan dan Kelemahan Card Sort. http://zaifbio.wordpress.com. Diakses 30 November 2014. Pukul 09: 30 WIB.
Wardani, IGAK, dkk. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Universitas Terbuka. Jakarta.
Warsono & Hariyanto. 2012. Pembelajaran Aktif. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung.