PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PADA PEMBELAJARAN TEMATIK SISWA KELAS IV A SDN 1 METRO BARAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

(1)

ABSTRAK

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING

UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PADA PEMBELAJARAN TEMATIK SISWA KELAS IV A

SDN 1 METRO BARAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

Oleh RIRI AFRILIA

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IV A SDN 1 Metro Barat yang diketahui dari hasil telaah dokumen dan observasi. Tujuan penelitian yang dilakukan adalah meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa melalui penerapan model pembelajaran problem posing.

Metode Penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan dua siklus. Masing-masing siklus terdiri dari empat tahap, yakni perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Pengumpulan data dilakukan dengan lembar observasi untuk data aktivitas, hasil belajar afektif dan hasil belajar psikomotor. Sedangkan hasil belajar kognitif dikumpulkan dengan tes evaluasi setiap hari dan tes formatif dilaksanakan setiap akhir siklus. Selanjutnya data dianalisis dengan cara analisis kulitatif dan analisis kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran problem posing dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Hal tersebut dapat dilihat berdasarkan keaktifan klasikal siswa siklus I dengan persentase jumlah siswa aktif 59,09% (cukup aktif) pada siklus II meningkat 22,73% sehingga menjadi 81,82% (aktif). Hasil belajar Afektif siklus I dengan persentase 63,64% (tinggi) pada siklus II meningkat 13,63% sehingga menjadi persentase 77,27% (tinggi). Hasil belajar psikomotor siklus I dengan persentase 68,18% (tinggi) pada siklus II meningkat 13,64% sehingga menjadi 81,82% (sangat tinggi). Hasil belajar kognitif siklus I dengan persentase 63,64% (tinggi) pada siklus II meningkat 13,63% sehingga menjadi 77,27% (tinggi).


(2)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING

UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PADA PEMBELAJARAN TEMATIK SISWA KELAS IV A

SDN 1 METRO BARAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

Oleh RIRI AFRILIA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar Jurusan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2014


(3)

(4)

(5)

HALAMAN PERYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama Mahasiswa : Riri Afrilia Nomor Pokok Mahasiswa : 1013053117

Program Studi : S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Jurusan : Ilmu Pendidikan

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan Lokasi Penelitian : SDN 1 Metro Barat

Dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang berjudul

“Penerapan Model Pembelajaran Problem Posing Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Pada Pembelajaran Tematik Siswa Kelas IV A SDN 1 Metro Barat Tahun Pelajaran 2013/2014” adalah asli hasil penelitian saya dan tidak bersifat plagiat, kecuali bagian-bagian tertentu yang dirujuk dari sumber dan disebutkan dalam Daftar Pustaka.

Demikian pernyataan ini saya buat agar dapat digunakan sebagaimana mestinya. Apabila di kemudian hari ternyata pernyataan ini tidak benar, maka saya sanggup dituntut berdasarkan Undang-undang dan Peraturan yang berlaku.

Metro, Mei 2014

Yang membuat pernyataan,


(6)

RIWAYAT HIDUP

Peneliti yang bernama Riri Afrilia dilahirkan di Margo Mulyo, Kecamatan Tumijajar, Kabupaten Tulang Bawang pada tanggal 21 April 1992, sebagai anak kedua dari tiga bersaudara pasangan Bapak Sugianto, S.Pd dan Ibu Rohimah.

Pendidikan penulis dimulai dari TK Aissyah Busthanil Athfal Margo Mulyo, dan selesai pada tahun 1998. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan di SDN 2 Tumijajar dan selesai pada tahun 2004. Setelah itu, penulis melanjutkan pendidikan di SMP Negeri I Tulang Bawang Tengah dan selesai pada tahun 2007. Selanjutnya, penulis melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 1 Terusan Nunyai dan selesai pada tahun 2010. Setelah itu, pada tahun 2010 penulis melanjutkan ke Universitas Lampung Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD).


(7)

MOTTO

"Dan Rabbmu berfirman:"Berdo'alah kepada-Ku,niscaya akan

Ku-perkenankan bagimu."

(QS. Al-Mukmin: 60)

Kata kunci sebuah proses adalah hati dan kepala (Riri Afrilia)

Jangan takut melangkah, karena jarak 1000 mill dimulai dari satu langkah


(8)

PERSEMBAHAN Bismillahirohmanirrohim

Kupersembahkan karya ini khusus untuk kedua orang tua ku tersayang,

Bapak Sugiyanto, S.Pd dan Ibu Rohimah

Takkan pernah bisa aku membalas segala yang telah kau berikan kepada ku ayah dan ibu.

Namun, kasih dan sayang mu telah mengajarkan ku mengerti akan arti keluarga.

Sebagai tanda bukti, hormat dan rasa terimakasih yang tiada terhingga kupersembahkan

karya kecil ini kepada Ibu dan Ayah yang telah memberikan kasih sayang, segala

dukungan dan cinta kasih yang tiada terhingga yang tiada mungkin dapat dibalas hanya

dengan selembar kertas yang bertuliskan kata cinta dan persembahan. Untuk ayah dan

ibu ku, percayalah aku akan berjuang untuk cinta dan kasih mu sepanjang hidupku.

Karena hanya engkaulah orang tua terbaik yang pernah diberikan oleh Allah kepadaku,

tanpamu aku bagaikan setitik nila yang tak mampu menggoreskan kata bermakna pada

selembar kertas putih.

Terima kasih Ayah dan Ibu.

Untuk Kakakku

Eva Afriyanti, S. Pd.

Terimakasih ku ucapkan atas segala bimbingan saran, motivasi dan do’a yang kau

berikan agar aku dapat menyelesaikan karya tulis ini. Akan ku ingat selalu segala saran

dan bimbingan yang kau berikan.

Untuk adikku

Keken Sukmawan

Terimakasih atas, segala do’a dan motivasi, serta untaian kata semangat yang selalu

diucapkan setiap kali bertemu

Almamaterku tercinta Universitas Lampung


(9)

SANWACANA

Puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, hidayah serta nikmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Problem Posing Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Pada Pembelajaran Tematik Siswa Kelas IV A SDN 1 Metro Barat Tahun Pelajaran 2013/2014”, sebagai syarat meraih gelar sarjana pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan. Penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari bimbingan, petunjuk serta bantuan dari berbagai pihak, oleh kerena itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Harianto, M.S., selaku Rektor Universitas Lampung yang telah memberikan legalitas pada skripsi ini.

2. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M. Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung yang selalu mendukung pelaksanaan program di PGSD UPP Metro. 3. Bapak Drs. Baharuddin Risyak, M. Pd., selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan FKIP Universitas Lampung yang selalu mendukung pelaksanaan program di PGSD UPP Metro.


(10)

demi kebaikan seluruh mahasiswa PGSD UPP Metro.

5. Ibu Dra. Asmaul Khair, M. Pd., selaku Ketua UPP PGSD Metro yang telah memberikan dukungan, saran, serta masukan demi kebaikan seluruh mahasiswa PGSD UPP Metro.

6. Bapak Dr. Alben Ambarita, M. Pd., selaku Dosen Pembimbing I yang telah meluangkan waktu, memberikan ilmu yang dimiliki dengan ikhlas, memberikan saran serta masukan yang luar biasa selama proses pembuatan skripsi.

7. Ibu Dra. Hj. Yulina, H, M. Pd., selaku Dosen Pembimbing II sekaligus Dosen Pembimbing Akademik yang telah meluangkan waktu, memberikan ilmu yang dimiliki dengan ikhlas, memberikan saran serta masukan yang luar biasa selama proses pembuatan skripsi dan telah memberikan saran dan pertimbangan yang bijak selama penulis menjadi mahasiswa bimbingan akademik di PGSD UPP Metro.

8. Bapak Drs. Sarengat, M. Pd., selaku Dosen Pembahas yang telah memberikan dukungan, saran, masukan, dan kritik yang luar biasa dalam proses pembuatan skripsi.

9. Ibu Sri Subyakti, S.Pd., selaku Kepala Sekolah SDN 1 Metro Barat yang telah memberikan izin dan selalu memberikan semangat dalam pelaksanaan penelitian.


(11)

dan berpartisipasi dalam pelaksanaan penelitian.

11. Seluruh Staf pengajar PGSD FKIP Universitas Lampung yang telah memberi ilmu pengetahuan kepada penulis selama kuliah.

12. Sahabat melebihi saudara yang telah memberi motivasi dan semangat dalam penyusunan skripsi Butet, Menyeng, Sinta, Ve, Leni, Suli, Jaya, Fauzi, Akmal, Hardi, Lita dan Yopita.

13. Seluruh rekan-rekan PGSD angkatan 2010 khususnya PGSD’10 Gester “B” yang selalu berjuang bersama dari awal hingga penyelesaian studi.

14. Almamater tercinta Universitas Lampung.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan, tetapi penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua orang yang membacanya.

Metro, Mei 2014 Penulis


(12)

vi DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang... ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Ruang Lingkup... ... 7

D. Rumusan Masalah ... 8

E. Tujuan Penelitian ... 8

F. Manfaat Penelitian ... 8

II. KAJIAN PUSTAKA A. Problem Posing……… 10

1. Model Pembelajaran ... 10

2. Pengertian Problem Posing ... 11

3. Langkah-langkah problem posing ... 12

4. Ciri-ciri Problem Posing ... 13

5. Peran Guru dalam Pembelajaran ... 15

B. Kurikulum 2013 ... 16

1. Pendekatan Saintifik ... 16

2. Pembelajaran Tematik ... 18

3. Penilaian otentik ... 24

C. Belajar ... 27

1. Pengertian Belajar ... 27

2. Pengertian Aktivitas ... 28

3. Pengertian Hasil Belajar ... 29

D. Kerangka Pikir Penelitian ... 32


(13)

vii

B. Setting Penelitian ... 35

1. Subjek Penelitian ... 35

2. Tempat Penelitian ... 35

3. Waktu Penelitian ... 36

C. Teknik Pengumpulan Data ... 36

1. Teknik Non Tes ... 36

2. Teknik Tes ... 36

D. Alat Pengumpul Data ... 37

1. Lembar Observasi ... 37

2. Lembar Tes ... 42

E. Teknik Analisis Data ... 42

1. Teknik Analisis Data Kualitatif ... 42

2. Teknik Analisis Data Kuantitatif ... 46

F. Pelaksanaan Penelitian ... 47

1. Siklus 1 ... 47

2. Siklus 2 ... 51

G. Indikator Keberhasilan ... 54

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 55

1. Profil SDN 1 Metro Barat ... 55

2. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Penelitian... 56

3. Pelaksanaan Kegiatan dan Hasil Pembelajaran Siklus I ... 56

4. Pelaksanaan Kegiatan dan Hasil Pembelajatan Siklus II ... 84

B. Pembahasan ... 109

1. Kinerja Guru dalam Menerapkan Model Pembelajaran Problem Posing ... 109

2. Aktivitas Belajar Siswa dalam Penerapan Model Pembelajaran Problem Posing ... 111

3. Hasil Belajar Siswa dalam Penerapan Model Pembelajaran Problem Posing ... 113

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 118

B. Saran ... 119

DAFTAR PUSTAKA ... 121


(14)

vi DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Persentase Ketuntasan Pembelajaran Tematik Siswa Kelas IV A ... 5

2. Lembar Instrumen Kinerja Guru ... 38

3. Kriteria Penentuan Skor Kinerja Guru... 39

4. Rubrik Pemberian Skor Aktivitas Belajar Siswa ... 40

5. Rubrik Pemberian Skor Hasil Belajar Afektif dan Psikomotor ... 41

6. Kinerja Guru Setiap Aspek Pembelajaran ... 43

7. Kategori Keberhasilan Kinerja Guru ... 43

8. Kategori Aktivitas Siswa Setiap Individu Berdasarkan Perolehan Nilai .... 44

9. Kriteria Keaktifan Kelas dalam Satuan Persen ... 44

10.Kategori Hasil Belajar Afektif ... 45

11.Kategori Hasil Belajar Psikomotor ... 46

12.Kategori Hasil Belajar Kognitif ... 47

13.Kriteria Ketuntasan Hasil Belajar ... 47

14.Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Penelitian Tindakan Kelas ... 56

15.Rekapitulasi Kinerja Guru Siklus I ... 71

16.Aktivitas Belajar Siswa Siklus I ... 75

17.Persentase Aktivitas Siswa Siklus I ... 76

18.Hasil Belajar Afektif (tanggung jawab ) Siklus I ... 77

19.Persentase Hasil Belajar Afektif Siklus I ... 78

20.Hasil Belajar Psikomotor Siklus I ... 78

21.Persentase Hasil Belajar Psikomotor Siklus I ... 79

22.Klasifikasi Hasil Belajar Kognitif Siklus I. ... 80

23.Rekapitulasi Kinerja Guru Siklus II ... 97

24.Aktivitas Belajar Siswa Siklus II ... 100

25.Persentase Aktivitas Siswa Siklus II ... 102

26.Hasil Belajar Afektif (tanggung jawab ) Siklus II ... 102

27.Persentase Hasil Belajar Afektif Siklus II ... 103

28.Hasil Belajar Psikomotor Siklus II ... 104

29.Persentase Hasil Belajar Psikomotor Siklus II ... 105

30.Klasifikasi Hasil Belajar Kognitif Siklus II ... 106

31.Rekapitulasi Kinerja Guru Siklus I dan II ... 110

32.Rekapitulasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus I dan II ... 112

33.Rekapitulasi Hasil Belajar Afektif Siklus I dan II ... 114

34.Rekapitulasi Hasil Belajar Psikomotor Siklus I dan II ... 115


(15)

vi DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Tahapan PTK ... 35

2. Grafik Kinerja Guru dalam Menerapkan Model Pembelajaran Problem Posing ... 111

3. Grafik Aktivitas Siswa dalam Menerapkan Model Pembelajaran Problem Posing ... 112

4. Grafik Peningkatan Hasil Belajar Afektif Siswa ... 114

5. Grafik Peningkatan Hasil Belajar Psikomotor Siswa ... 115


(16)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Pada hakikatnya, pendidikan bertujuan untuk memanusiakan manusia (humanisasi) dan mengembangkan potensi yang ada di dalam diri manusia itu sendiri. Pendidikan merupakan suatu bentuk implementasi dari tujuan yang ingin dicapai oleh suatu negara.

Ihsan (2005: 2) manyatakan bahwa pendidikan merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan, sangat mustahil suatu kelompok manusia dapat berkembang sejalan dengan cita-cita untuk maju, sejahtera dan bahagia menurut konsep pandangan hidup mereka. Selanjutnya, Undang-undang Sitem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) No. 20 Tahun 2003 pasal 3 menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.


(17)

Undang-undang tentang fungsi pendidikan tersebut telah menerangkan bahwa pendidikan adalah usaha yang dilakukan untuk menciptakan manusia-manusia yang unggul dan berkualitas untuk membentuk bangsa yang bermartabat, bertanggungjawab, serta menjunjung tinggi nama bangsa. Tanggungjawab ini, diberikan secara formal kepada lembaga-lembaga pendidikan sekolah. Lembaga pendidikan diberi rambu-rambu dalam melaksanakan tanggungjawabnya melalui kurikulum yang telah diatur.

Undang-undang Sisdiknas pasal 1 ayat 19 (Hasbullah, 2012: 306) manyatakan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu. Oleh karena itu, pemerintah selalu memperbaiki sistem pendidikan sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Husamah dan Setyaningrum (2013: 2) manyatakan bahwa hasil Trens in International Mathematic and Science Study (TIMSS) tahun 2011, nilai rata-rata matematika siswa Indonesia berada pada urutan ke-38 dari 42 negara. Untuk nilai sains, Indonesia menempati urutan ke-40 dari 42 negara, sedangkan Program for International Student Assesment (PISA) menunjukkan peringkat Indonesia menduduki 10 besar terendah dari 65 negara. Berdasarkan hasil Studi TIMSS dan PISA yang telah di sebutkan di atas, terlihat jelas bahwa keadaan pendidikan di Indonesia jauh dari harapan yang ingin dicapai.

Konsep yang digunakan dalam kurikulum 2013 adalah pembelajaran yang mengarah kepada pembelajaran berbasis masalah yang menganalisis tentang sebab akibat, pengetahuan (kognitif), sikap (afektif) dan keterampilan


(18)

(psikomotor) yang harus ditunjukkan dalam mengatasi masalah yang ada di lingkungan. Tirtarahardja dan Sulo (2008: 33) manyatakan bahwa sasaran pendidikan adalah manusia yang mengandung banyak aspek dan sifatnya sangat kompleks. Sukardjo dan Komarudin (2012: 83) menyatakan bahwa sumber daya manusia yang bermutu dipupuk dari pendidikan yang bermutu sesuai dengan perkembangan peserta didik sejak Pendidikan dasar, menengah maupun tinggi. Sejak pendidikan Dasar, siswa dibimbing dan diberi ilmu-ilmu dari guru sebagai dasar untuk menempuh kejenjang berikutnya. Sehingga, pengalaman bermakna dalam pembelajaran harus diciptakan sejak dini.

Permendikbud Nomor 81 A Tahun 2013 (Kemendikbud, 2013: 1) menyatakan bahwa keberhasilan implementasi kurikulum SD sangat ditentukan oleh pemahaman para pemangku kepentingan, utamanya guru. Oleh sebab itu, sebagai pemangku kepentingan pendidikan di tingkat SD, guru harus memahami perkembangan peserta didik usia SD. Pada dasarnya anak SD berada pada fase perkembangan berfikir yang masih holistik, senang bermain, selalu meniru orang lain, kebiasaan yang timbul akibat dari kegiatan-kegiatan yang sering ia lakukan. Selain itu, anak SD memiliki daya ingat yang sangat tinggi.

Richmond (Sa’ud, dkk 2006: 5) manyatakan bahwa pembelajaran terpadu sangat diperlukan terutama untuk sekolah dasar, karena pada jenjang ini siswa menghayati pengalamannya masih secara totalitas belum memahami pemisahan suatu konsep terhadap informasi yang diperoleh.


(19)

Pelaksanaan pembelajaran anak SD pada Kurikulum 2013 adalah menggunakan prinsip belajar tematik, yaitu pembelajaran yang menggunakan tema. Tema dalam pembelajaran ini berfungsi sebagai sumber belajar yang utama dalam mengembangkan pembelajaran. kurikulum 2013 SD melaksanakan pembelajaran tematik dan prosesnya mengarah kepada pendekatan saintifik, dimana dalam kegiatan pembelajaran siswa diberi kesempatan seluas-luasnya dalam menggali potensi yang ada untuk selanjutnya dikembangkan oleh guru.

Kemendikbud (2013: 9) menyatakan bahwa pendekatan saintifik adalah pembelajaran yang mendorong anak untuk melakukan keterampilan-keterampilan ilmiah yang diantaranya adalah mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi dan mengkomunikasikan. Oleh karena itu, dalam pendekatan saintifik, guru harus teliti dalam memilih model pembelajaran sebagai kerangka dasar pembelajaran untuk menyampaikan materi agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Amri (2013: 4) menjelaskan bahwa model pembelajaran adalah suatu desain yang menggambarkan proses rincian dan penciptaan situasi lingkungan yang memungkinkan siswa berinteraksi sehingga terjadi perubahan atau perkembangan pada diri siswa.

Pendekatan saintifik dilakukan pada saat siswa terlibat dalam model pembelajaran tertentu dengan menggunakan konsep pembelajaran berbasis masalah sehingga keterampilan-keterampilan saintifik dapat diimplementasikan. Berdasarkan hasil telaah dokumen siswa dalam pembelajaran tematik semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014, diperoleh data yang menunjukkan hasil belajar siswa belum maksimal.


(20)

Tabel 1. Persentase Ketuntasan Pembelajaran Tematik Siswa Kelas IV A

KKM Jumlah siswa Jumlah siswa yang tuntas Persentase Ketuntasan (%) Jumlah siswa yang tidak tuntas Persentase ketidaktuntasan (%)

≥66 22 13 60 9 40

(Sumber: Rekap Nilai Hasil Belajar Semester Ganjil).

Berdasarkan tabel 1, diketahui bahwa dari 22 jumlah siswa, hanya 13 siswa yang tuntas pada pembelajaran tematik. Depdiknas (Suryosubroto, 2009: 47) menyatakan bahwa pembelajaran dikatakan berhasil apabila telah

memenuhi kriteria ketuntasan klasikal sebesar ≥ 75%.

Fakta dan informasi yang diperoleh berdasarkan observasi kelas pada tanggal 20 Januari 2014 adalah belum optimalnya penggunaan model pembelajaran yang sesuai dengan pendekatan saintifik dalam pembelajaran tematik, aktivitas siswa dalam pembelajaran masih cenderung pasif, guru belum optimal mengatasi permasalahan siswa dalam kerja kelompok untuk sikap bertanggung jawab yang ditunjukkan dengan siswa kurang menaati peraturan yang telah disepakati bersama dalam kegiatan pembelajaran contohnya adalah siswa tidak mengerjakan tugas dengan kelompoknya. Siswa kurang memperhatikan pembelajaran, guru belum optimal dalam membangun komunikasi antar siswa sehingga komunikasi dalam pembelajaran kurang efektif dan guru belum optimal dalam memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan yang belum dipahami pada saat pembelajaran. Hal ini mengakibatkan aktivitas dan hasil belajar pada pembelajaran tematik kelas IV A SDN 1 Metro Barat tahun pelajaran 2013/2014 belum meningkat.


(21)

Sehubungan dengan masalah tersebut, perlu adanya solusi perbaikan pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan untuk menyikapi permasalahan kurikulum 2013 adalah model pembelajaran Problem posing. Piaget (Sudiatmaja, 2008: 16) menyatakan bahwa anak yang berusia 7-11 tahun berada pada tahap operasional konkrit, yaitu berfikir logis dan dapat berfikir secara sistematis untuk mencapai penyelesaian masalah. Suryosubroto (2009: 203) menyatakan bahwa problem posing dapat menggali kemampuan siswa untuk menemukan pengetahuan yang bukan diakibatkan dari ketidaksengajaan melainkan melalui upaya mereka untuk mencari hubungan-hubungan dalam informasi. Thobroni dan Mustofa (2012: 356) menyatakan bahwa keterlibatan siswa untuk turut belajar dengan menerapkan model pembelajaran problem posing merupakan salah satu indikator keefektifan belajar. Siswa tidak hanya memperoleh materi dari guru tetapi siswa menggali informasi terhadap suatu permasalahan. Model pembelajaran problem posing merupakan model pembelajaran yang menekankan kepada student centered sedangkan guru berfungsi sebagai fasilitator penentu perangkat pembelajaran, media, dan motivator bagi siswa dalam melaksanakan kegiatan belajar.

Oleh sebab itu, penulis akan melakukan perbaikan pembelajaran dengan

judul “Penerapan Model Pembelajaran Problem Posing untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar pada Pembelajaran Tematik Siswa Kelas IV A SDN 1 Metro Barat Tahun 2013/2014”.


(22)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut.

1. Guru belum optimal menggunakan model pembelajaran yang sesuai dengan pendekatan saintifik dalam pembelajaran tematik.

2. Siswa belum melatih kemampuan berfikir kritis terhadap fakta-fakta yang ada disekitarnya.

3. Siswa belum terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran sehingga menyebabkan aktivitas siswa masih cenderung pasif.

4. Siswa belum dilatih untuk menganalisis suatu masalah dalam kehidupan sehari-hari yang membutuhkan suatu tanggapan.

5. Guru belum optimal mengatasi permasalahan siswa dalam kerja kelompok untuk sikap tanggung jawab.

6. Guru belum optimal membangun komunikasi antar siswa sehingga menyebabkan komunikasi dalam pembelajaran kurang efektif.

7. Guru belum optimal dalam memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan yang belum dipahami pada saat pembelajaran.

C. Ruang Lingkup

Untuk memperjelas penelitian, ruang lingkup yang akan diteliti, dalam penelitian ini yakni sebagai berikut.

1. Peningkatan aktivitas siswa dalam pembelajaran tematik menggunakan model pembelajaran problem posing.


(23)

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penulis merumuskan masalah penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah penerapan model pembelajaran problem posing pada pembelajaran tematik untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas IV A SDN 1 Metro Barat tahun 2013/2014?

2. Apakah penerapan model pembelajaran problem posing pada pembelajaran tematik dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV A SDN 1 Metro Barat tahun 2013/2014?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah:

1. Meningkatkan aktivitas belajar pada pembelajaran tematik siswa kelas IV A SDN 1 Metro Barat tahun pelajaran 2013/2014 melalui penerapan model pembelajaran problem posing.

2. Penerapan model Pembelajaran Problem Posing pada pembelajaran tematik dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV A SDN 1 Metro Barat tahun pelajaran 2013/2014.

F. Manfaat penelitian 1. Manfaat teoritis

Menambah khasanah pustaka kependidikan dan diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam rangkan memperbaiki pendidikan.


(24)

2. Manfaat praktis a. Siswa

Dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa agar pembelajaran lebih bermakna sesuai dengan kurikulum 2013 yang menekankan tiga aspek kognitif, afektif dan psikomotor.

b. Guru

Memperluas wawasan dan pengetahuan guru dalam menggunakan metode yang tepat dalam pembelajaran tematik agar dapat meningkatkan kemampuan professional guru.

c. Sekolah

Memberi masukan kepada sekolah dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan melalui model pembelajaran problem posing. Khususnya dalam meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. d. Peneliti

Dapat menambah pengetahuan, pengalaman serta wawasan tentang penelitian tindakan kelas dengan menggunakan model pembelajaran problem posing.


(25)

II. KAJIAN PUSTAKA

A. Problem Posing

1. Model Pembelajaran

Model pembelajaran merupakan salah satu hal terpenting yang perlu diperhatikan guru untuk melakukan rancangan pembelajaran supaya tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran dapat berjalan secara maksimal. Arends (Rohman dan Amri, 2013: 26) menjelaskan bahwa model pengajaran mengarah pada suatu pendekatan yang akan digunakan, di dalamnya terdapat tujuan-tujuan pembelajaran, lingkungan dan sistem pengelolaan dalam pembelajaran. Joyce (Trianto, 2010: 74) menyatakan bahwa model pembelajaran adalah suatu perencanaan yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran. Selanjutnya, Majid (2013: 13) menyatakan bahwa model belajar mengajar adalah kerangka konseptual dan prosedur yang sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan tertentu, berfungsi sebagai pedoman bagi guru dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar.

Isjoni (2011: 5) mengemukakan bahwa model pembelajaran dari waktu ke waktu terus mengalami perubahan. Dalam perubahan


(26)

kurikulum KTSP menjadi kurikulum 2013, Amri (2013: 7) menyebutkan beberapa model pembelajaran yaitu model pembelajaran berdasarkan masalah, model penemuan terbimbing, model pembelajaran langsung, model Missouri Mathematics Project (MMP), model problem solving dan model problem posing.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas tentang model pembelajaran, maka penulis menyimpulkan bahwa model pembelajaran merupakan prosedur perencanaan pembelajaran yang berfungsi sebagai pedoman bagi guru dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar yang di dalamnya terdapat tujuan-tujuan pembelajaran, lingkungan dan sistem pengelolaan kegiatan belajar mengajar.

2. Pengertian Problem Posing

Problem posing adalah salah satu model pembelajaran yang sudah lama dikembangkan, Huda (2013: 276) menyatakan bahwa problem posing merupakan istilah yang pertama kali dikembangkan oleh ahli pendidikan asal Brazil, Paulo Freire.

Suryanto (Thobroni dan Mustofa 2012 : 343) mengartikan bahwa kata problem sebagai masalah atau soal sehingga pengajuan masalah dipandang sebagai suatu tindakan merumuskan masalah atau soal dari situasi yang diberikan. Selanjutnya, Amri (2013 :13) menyatakan bahwa pada prinsipnya, model pembelajaran problem posing mewajibkan siswa untuk mengajukan soal sendiri melalui belajar soal dengan mandiri. Sejalan dengan pendapat tersebut, Thobroni dan Mustofa (2012 : 351)


(27)

menyatakan bahwa model pembelajaran problem posing adalah suatu model pembelajaran yang mewajibkan para siswa untuk mengajukan soal sendiri melalui belajar soal (berlatih soal) secara mandiri.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa model problem posing adalah model pembelajaran yang mewajibkan siswa belajar melalui pengajuan soal dan pengerjaan soal secara mandiri tanpa bantuan guru.

3. Langkah-langkah Problem Posing

Penerapan suatu model pembelajaran harus memiliki langkah-langkah yang jelas, hal tersebut sangat berpengaruh terhadap kinerja guru dan aktivitas yang dilakukan siswa. Amri (2013 :13) menyatakan bahwa langkah-langkah model pembelajaran problem posing yaitu

a. guru menjelaskan materi pelajaran, alat peraga yang disarankan b. memberikan latihan soal secukupnya

c. siswa mengajukan soal yang menantang dan dapat menyelesaikan. Ini dilakukan dengan kelompok

d. pertemuan berikutnya guru meminta siswa menyajikan soal temuan di depan kelas.

e. Guru memberikan tugas rumah secara individual.

Selanjutnya, Saminanto (Maulina, 2013: 20-21) menyatakan bahwa langkah-langkah model pembelajaran problem posing adalah 1) guru menjelaskan materi pelajaran menggunakan alat peraga, 2) guru memberikan latihan soal, 3) siswa diminta mengajukan soal, 4) secara acak, guru meminta siswa untuk menyajikan soal temuannya di depan kelas, dan 5) guru memberi tugas rumah secara individu.


(28)

Langkah-langkah penerapan model problem posing yang dikemukakan oleh Amri dan Saminanto, sejalan dengan pendapat Thobroni dan Mustofa (2012: 351) yang menyatakah bahwa 1) guru menjelaskan materi pelajaran kepada siswa menggunakan alat peraga untuk memfasilitasi siswa dalam mengajukan pertanyaan, 2) siswa diminta untuk mengajukan pertanyaan secara berkelompok, 3) siswa saling menukarkan soal yang telah diajukan, 4) kemudian menjawab soal-soal tersebut dengan berkelompok.

Berdasarkan beberapa pendapat yang telah dikemukakan, penulis menyimpulkan bahwa langkah-langkah problem posing adalah siswa mengajukan dan menjawab soal dengan berkelompok berdasarkan penjelasan guru ataupun pengalaman siswa itu sendiri. Maka, langkah-langkah yang digunakan dalam penelitian ini adalah 1) menjelaskan materi pelajaran dengan media yang telah disediakan, 2) membagi siswa menjadi kelompok secara heterogen, 3) secara berkelompok, siswa mengajukan pertanyaan pada lembar soal, 4) menukarkan lembar soal pada kelompok lainnya, 5) menjawab soal pada lembar jawab, dan 6) mempresentasikan lembar soal dan lembar jawab di depan kelas.

4. Ciri-Ciri Problem Posing

Problem posing adalah model pembelajaran yang melibatkan peserta didik dalam proses pembelajaran secara langsung untuk memberi kesempatan kepada siswa dalam menganalisis permasalahan yang ada dengan serangkaian kegiatan-kegiatan yang lebih bermakna.


(29)

Proses pembelajaran didominasi dengan kegiatan-kegiatan siswa yang secara langsung dengan situasi yang telah diciptakan guru. Dalam kegiatan tersebut, maka siswa dapat membuka wawasan yang dimilikinya dan memberikan kesempatan yang luas untuk saling berkomunikasi.

Thobroni dan Mustofa (2012: 350) menyatakan bahwa pembelajaran problem posing memiliki ciri-ciri sebagai berikut.

a. Guru belajar dari murid dan murid belajar dari guru

b. Guru menjadi rekan murid yang melibatkan diri dan menstimulasi daya pemikiran kritis murid-muridnya serta mereka saling memanusiakan.

c. Manusia dapat mengembangkan kemampuannya untuk mengerti secara kritis dirinya dan dunia tempat ia berada. d. Pembelajaran problem posing senantiasa membuka rahasia

realita yang menantang manusia kemudian menuntut suatu tanggapan terhadap tantangan tersebut.

Berdasarkan ciri-ciri yang telah disebutkan di atas, penulis menyimpulkan bahwa model problem posing ini bersifat fleksibel, mengesankan, menganggap murid adalah subjek belajar, membuat anak untuk mengembangkan potensinya sebagai orang yang memiliki potensi rasa ingin tahu dan berusahan keras dalam memahami lingkungannya.

Setiap model pembelajaran pasti ada kelebihan dan kekurangannya. Thobroni dan Mustofa (2012: 349) mengemukakan bahwa kelebihan dan kekurangan metode problem posing adalah

a. Kelebihan

1. Mendidik murid berfikir kritis 2. Siswa aktif dalam pembelajaran 3. Belajar menganalisis suatu masalah 4. Mendidik anak percaya pada diri sendiri. b. Sedangkan kekurangan

1. Memerlukan waktu yang cukup banyak 2. Tidak bisa digunakan di kelas rendah 3. Tidak semua murid terampil bertanya.


(30)

Berdasarkan kajian di atas, yang dimaksud dengan model problem posing dalam penelitian ini adalah suatu model pembelajaran berkelompok, yang mewajibkan siswa dapat mengajukan soal dan menyelesaikan soal secara mandiri. Pengajuan soal dan penyelesaian soal ini dilaksanakan dalam pembelajaran yang senantiasa membuka rahasia realita yang menantang manusia, kemudian menuntut suatu tanggapan terhadap tantangan tersebut.

5. Peran Guru dalam Pembelajaran

Peran guru dalam pembelajaran sangat menentukan keberhasilan belajar siswa. Rohman dan Amri (2013: 180) menyatakan bahwa sebagai perencana, guru dituntut untuk memahami secara benar kurikulum yang berlaku, karakteristik siswa, fasilitas dan sumber daya yang ada, sehingga semuanya dapat dijadikan komponen-komponen dalam menyusun rencana pembelajaran. Rusman (2012: 75) menyatakan bahwa jika dipandang dari segi siswa, maka tugas guru adalah harus memberikan nilai-nilai yang berisi pengetahuan masa lalu, sekarang dan masa yang akan datang, pilihan nilai hidup dan praktik-praktik komunikasi. Thobroni dan Mustofa (2012: 348) menyatakan bahwa yang harus dilakukan guru adalah

a. Memotivasi siswa untuk mengajukan soal

b. Guru melatih siswa merumuskan dan mengajukan masalah atau pertanyaan berdasarkan situasi yang diberikan.


(31)

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan peran guru adalah tindakan yang dilakukan guru untuk memberikan suasana belajar sesuai dengan tema pembelajaran dan mengantarkan siswa untuk memahami pada konsep dengan cara menyiapkan situasi sesuai dengan materi pelajaran yang sedang dibahas. Adapun peran guru dalam model pembelajaran problem posing adalah sebagai fasilitator yaitu menyiapkan media pembelajaran yang sesuai dengan materi pelajaran yang sedang dibahas.

B. Kurikulum 2013

1. Pendekatan Saintifik

Kemendikbud (2013: 9) menyatakan bahwa pendekatan saintifik adalah pembelajaran yang mendorong anak untuk melakukan keterampilan-keterampilan ilmiah yang diantaranya adalah mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi/mengolah informasi dan mengkomunikasikan.

a. Mengamati

Pada kegiatan mengamati, guru memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk melakukan pengamatan terhadap suatu objek dengan menggunakan panca indera yaitu dengan cara melihat, membaca, dan mendengar. Melalui kegiatan mengamati, peserta didik menemukan fakta bahwa ada hubungan antara obyek yang dianalisis dengan materi pembelajaran yang digunakan oleh guru saling berkaitan.


(32)

b. Menanya

Dari hasil pengamatan yang dilakukan, siswa diberi kesempatan untuk memberikan pertanyaan-pertanyaan terhadap suatu kegiatan yang telah diamati. Dalam hal ini, guru perlu membimbing siswa untuk dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan dari hasil pengamatan.

c. Mengumpulkan informasi

Sebagai tindak lanjut dari mengamati dan bertanya, siswa mengumpulkan informasi dari berbagai sumber dengan beberapa cara. Anak perlu dibiasakan untuk dapat menghubung-hubungkan antara informasi yang satu dengan yang lain berdasarkan dari sekumpulan fakta-fakta yang ada. Kurikulum 2013 menggambarkan bahwa guru dan peserta didik merupakan pelaku aktif dalam pembelajaran.

d. Mengasosiasi/ mengolah informasi

Kegiatan mengumpulkan informasi menjadi dasar dalam mengolah informasi-informasi yang ada untuk dapat dijadikan sumber atau acuan dalam menemukan pola keterkaitan informasi bahkan kesimpulan dari pola yang ditemukan.

e. Mengkomunikasikan

Kegiatan yang dilakukan siswa pada tahapan mengkomunikasikan adalah kegiatan dimana siswa menuliskan atau menceritakan tentang apa yang ditemukan dari kegiatan mengamati, menanya, mengumpulkan informasi dan mengasosiasi pola.


(33)

Anak perlu manyampaikan informasi tersebut guna berbagi pengalaman dan informasi yang diperoleh dari kelompok/ siswa yang satu dengan yang lain.

Berdasarkan kajian tentang pendekatan saintifik di atas, penulis menyimpulkan bahwa pendekatan saintifik adalah pembelajaran yang mendorong anak melakukan pendekatan ilmiah yang didalamnya terdapat beberapa keterampilan yaitu keterampilan mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi dan mengkomunikasikan. Maka, penerapan model problem posing dengan pendekatan saintifik adalah 1) pada saat siswa mengamati alat peraga dan penjelasan guru, 2) siswa mengajukan pertanyaan pada lembar soal, 3) siswa melakukan diskusi untuk mencari jawaban dengan cara mengumpulkan informasi dari sejumlah fakta-fakta yang ada, 4) siswa mengolah informasi yang diperoleh dari pengamatan media dan penjelasan guru untuk mengisi lembar jawab, dan 5) setiap kelompok mempresentasikan lembar soal dan lembar jawab di depan kelas.

2. Pembelajaran Tematik a. Pembelajaran

Undang-undang Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 menjelaskan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar kualitas pembelajaran dapat dilihat dari segi proses dan dari segi hasil.


(34)

Vygostky (Rusmono 2012: 13) menyatakan bahwa pembelajaran adalah konsep tentang tingkat perkembangan aktual dan tingkat perkembangan potensial yang dapat dicapai individu dengan bantuan orang lain. Tingkat perkembangan aktual adalah tingkat perkembangan intelektual saat ini dan kemampuan mempelajari hal-hal khusus atas upaya individu itu sendiri sedangkan tingkat perkembangan potensial yang dapat dicapai individu dengan bantuan orang lain.

Selanjutnya, Susanto (2013: 53-54) menjelaskan bahwa pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas apabila seluruhnya atau sebagian besar peserta didik terlibat secara aktif, baik fisik, mental maupun sosial dalam proses pembelajaran, di samping menunjukkan kegairahan belajar tinggi, semangat belajar yang besar dan percaya pada diri sendiri. Dari segi hasil pembelajaran dikatakan efektif bila terjadi perubahan tingkah laku yang positif, tercapainya tujuan pembelajaran yang telah diterapkan.

Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian pembelajaran adalah sebuah proses interaksi antara siswa dengan siswa, siswa dengan guru, dan siswa dengan lingkungan yang ada disekitarnya. Dalam pembelajaran, siswa harus mengalami sebuah perubahan, setiap perubahan-perubahan tersebut harus dikontrol dan selalu diamati pada saat aktivitas dan hasil belajar siswa.


(35)

b. Pembelajaran Tematik

Pembelajaran tematik merupakan pembelajaran penuh makna yang akan memberikan pengalaman bagi siswa terhadap kegiatan pembelajaran. Trianto (2009: 78) menyatakan bahwa pembelajaran tematik dimaknai sebagai pembelajaran yang dirancang berdasarkan tema-tema tertentu yang ditinjau dari berbagai mata pelajaran. Suryosubroto (2009: 133) menyatakan bahwa pembelajaran tematik dilakukan sebagai upaya untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pendidikan, terutama untuk mengimbangi padatnya kurikulum dan akan memberikan peluang pembelajaran terpadu yang lebih menekankan pada partisipasi siswa dalam belajar. Selanjutnya,

Sa’ud, dkk (2006: 17) menyatakan bahwa pembelajaran terpadu

merupakan pendekatan yang mengintegrasikan beberapa mata pelajaran yang terkait secara harmonis untuk memberikan pengalaman belajar yang bermakna kepada siswa.

Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran tematik adalah salah satu model pembelajaran terpadu yang dirancang berdasarkan tema-tema tertentu dengan berbagai mata pelajaran untuk memberikan pengalaman belajar yang bermakna kepada siswa. Pembelajaran tematik mengaitkan beberapa mata pelajaran yakni:

1) Bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia adalah mata pelajaran yang memiliki empat keterampilan yaitu keterampilan mendengarkan,


(36)

berbicara, membaca dan menulis. Keterampilan tersebut harus dimiliki oleh setiap peserta didik., karena setiap keterampilan ini, memiliki keterkaitan antara yang satu dengan yang lain. Susanto (2013: 245) mengemukakan bahwa tujuan pelajaran bahasa Indonesia di SD antara lain bertujuan agar siswa mampu menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk mengembangkan kepribadian, memperluas wawasan kehidupan serta meningkatkan kemampuan dan pengetahuan berbahasa. 2) IPA

Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam penerapannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah.

Firman (2008: 4) menyatakan bahwa IPA merupakan salah satu cabang ilmu yang fokus pengkajiannya alam dan proses-proses yang ada di dalamnya. BSNP (Susanto 2013: 171) menyatakan bahwa hakikat pembelajaran IPA di SD adalah: a) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang

Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya.


(37)

b) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

c) Mengembangkan sikap rasa ingin tahu dan sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat.

d) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memcahkan massalah dan membuat keputusan.

e) Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara menjaga, dan melestarikan lingkungan alam. f) Meningkatkan kesadaran untuk saling menghargai alam dan

bertanggungjawab ikut serta menjaga keindahan alam yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa.

g) Memperoleh bekal pengetahuan konsep sebagai dasar mengembangkan potensi yang dimiliki untuk jenjang ke sekolah lanjutan.

3) PPKN

Pendidikan Kewarganegaraan bertujuan unuk membentuk watak dan kepribadian bangsa sebagai warga Negara yang bertanggungjawab, menjaga keutuhan NKRI dan saling membantu antar makhluk ciptaan Tuhan. Susanto (2013: 223) menyatakan bahwa pendidikan Kewarganegaraan adalah mata


(38)

pelajaran yang digunakan sebagai wahana untuk mengembangkan wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakal pada budaya bangsa Indonesia.

4) Matematika

Matematika merupakan mata pelajaran yang selalu digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Suwangsih dan Tiurlina (2006: 3) mengemukakan bahwa matematika terbentuk dari pengealaman manusia dalam dunianya secara empiris. Susanto (2013: 186) menyatakan bahwa pembelajaran matematika bertujuan untuk mengembangkan kreativitas berpikir siswa yang dapat meninggkatkan kemampuan berpikir siswa serta dapat meningkatkan kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasa yang baik terhadap materi matematika. Hakikat pembelajaran matematika SD adalah untuk dapat menggunakan konsep pembelajaran yang dilakukan dalam proses belajar mengajar dan selanjutnya dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari.

5) IPS

IPS atau disebut dengan Ilmu Pengetahuan Sosial adalah kajian ilmu yang membahas tentang hubungan manusia dengan manusia, konsep hidup dalam lingkungan sosial dan gagasan-gagasan tentang memahami lingkungan sosial. Isjoni (2007: 43) menyatakan bahwa tujuan umum pelajaran IPS di Sekolah Dasar


(39)

adalah agar siswa mampu mengembangkan pengetahuan dan keterampilan dasar yang berguna bagi dirinya dalam kehidupan sehari-hari. Selanjutnya, Sapriya (2007: 24) menyatakan bahwa pendidikan IPS di SD dikembangkan dan digali dari kehidupan sehari-hari masyarakat, yaitu berpijak pada kenyataan kehidupan yang riil dengan mengangkat isu-isu yang sangat berarti dari mulai kehidupan yang dekat dengan siswa sampai dengan kehidupan yang luas darinya.

Dari beberapa kajian di atas, maka indikator pada pembelajaran

tematik adalah 1) menyajikan pembelajaran sesuai tema, 2) menyajikan berbagai mata pelajaran yang terkait secara harmonis

dalam media pembelajaran, 3) menyajikan pembelajaran dengan merujuk kepada tema pembelajaran, 4) mengkondisikan siswa untuk mengamati media yang disediakan guru, dan 5) mengkondisikan siswa untuk mengamati lingkungan yang ada disekitar siswa.

3. Penilaian Otentik

Penilaian yang dilakukan dalam kurikulum 2013 adalah penilaian yang mengarah pada penilaian otentik yaitu penilaian yang diambil secara holisik, komprehensif dan berkesinambungan berdasarkan kegiatan yang dihasilkan dari pengalaman dunia nyata dan di sekolah. Nurgiantoro (2011: 23) menjelaskan bahwa penilaian otentik menekankan kemampuan peserta didik untuk mendemonstrasikan pengetahuan yang dimiliki secara nyata dan bermakna.


(40)

Permendikbud Nomor 65 tahun 2013 tentang standar proses pendidikan dasar dan menengah menyatakan bahwa penilaian proses pembelajaran menggunakan pendekatan penilaian otentik yang menilai kesiapan siswa, proses dan hasil belajar secara utuh. Selanjutnya, Kunandar (2013: 36) dalam penilaian otentik, peserta didik diminta untuk menerapkan konsep atau teori pada dunia nyata. Kemendikbud (2013: 4-5) menyebutkan teknik-teknik penilaian yang dilakukan di SD yaitu:

a. Penilaian pada ranah kognitif yaitu dapat dilakukan dengan cara tes tulis, tes lisan dan penugasan.

1. Tes tulis, yaitu tes yang soal dan jawabannya tertulis berupa pilihan ganda, isian, benar-salah, menjodohkan dan uraian.

2. Tes lisan, yaitu tes berupa pertanyaan-pertanyaan yang diberikan guru secara ucap dan peserta didik merespon pertanyaan tersebut secara ucap juga.

3. Penugasan yaitu penilaian yang dilakukan guru berupa pekerjaan rumah, baik secara individu maupun kelompok.

b. Penilaian pada ranah afektif yang dapat dilakukan pendidik melalui observasi, penilaian diri, penilaian antar teman dan jurnal. Instrumen yang digunakan untuk observasi, penilaian diri dan penilaian antar teman adalah daftar cek atau skala penilaian yang disertai rubrik. Sedangkan pada jurnal berupa catatan pendidik.

1. Observasi, yaitu teknik penilaian yang dilakukan secara berkesinambungan dengan menggunakan indera, baik secara


(41)

langsung maupun tidak langsung menggunakan format observasi yang berisi sejumlah indikator perilaku yang diamati.

2. Penilaian diri, yaitu teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk mengemukakan kelebihan dan kekurangannya dalam konteks pencapaian kompetensi.

3. Penilaian antar teman, yaitu teknik penilaian dengan cara meminta siswa untuk saling menilai terkait dengan sikap dan perilaku keseharian siswa.

4. Jurnal, merupakan penilaian guru terhadap peserta didik baik di dalam dan di luar kelas yang berisi tentang informasi mengenai sikap dan perilaku.

c. Penilaian ranah psikomotor yang dapat dinilai dengan kinerja, projek dan portofolio. Instrumen yang digunakan berupa daftar cek atau skala penilaian dilengkapi rubrik.

1. Tes praktik adalah penilaian yang menuntut respon berupa keterampilan melakukan suatu aktivitas atau perilaku yang sesuai dengan kompetensi.

2. Projek adalah penilaian terhadap tugas yang mengandung investigasi dan harus diselesaikan dalam waktu tertentu.

3. Portofolio merupakan penilaian yang diambil melalui catatan tentang peserta didik yang diperoleh melalui serangkaian proses yang panjang. Contohnya memberikan catatan tentang hasil percobaan.


(42)

Dari beberapa kajian di atas, dapat disimpulkan bahwa penilaian otentik adalah penilaian yang dilakukan secara komprehensif untuk menilai ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Pada penelitian ini, penulis menilai hasil belajar kognitif siswa dengan tes tulis, hasil belajar afektif dan psikomotor dengan skala penilaian dilengkapi rubrik.

C. Belajar

1. Pengertian Belajar

Winataputra, dkk (2008: 1.4) menyatakan bahwa belajar diartikan sebagai proses mendapatkan pengetahuan dengan membaca dan menggunakan pengalaman sebagai pengetahuan yang memandu perilaku pada masa yang akan datang. Menurut Gagne (Susanto, 2013: 1) menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses di mana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman. Selanjutnya, Hernawan dkk (2007: 2) menyatakan bahwa belajar adalah proses perubahan perilaku yang dilakukan secara sadar dan bersifat menetap, perubahan perilaku tersebut meliputi perubahan dalam hal kognitif (pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotor (keterampilan).

Dari beberapa kajian di atas, penulis menyimpulkan bahwa belajar merupakan proses perubahan perilaku seseorang yang berasal dari sebuah pengalaman yang meliputi tiga aspek yaitu aspek kognitif (pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotor (keterampilan).


(43)

2. Pengertian Aktivitas

Aktivitas merupakan suatu kegiatan yang selalu dilakukan oleh setiap makhluk hidup. Pada dasarnya, segala sesuatu yang diamati, dilakukan sendiri dan terlibat aktif terhadap interaksi yang terjadi pada suatu objek yang akan menghasilkan sebuah pengalaman yang berkesan. Sardiman (2011: 100) menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan aktivitas belajar itu adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun mental. Mulyasa (Susanto, 2013: 50) mengemukakan pendapatnya bahwa proses penyampaian materi dikatakan efektif apabila seluruh peserta didik terlibat secara akif, baik mental, fisik maupun sosialnya. Selanjutnya, Kunandar (2010: 227) menyatakan bahwa aktivitas belajar yaitu keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, pikiran, perbuatan, dan aktivitas dalam kegiatan pembelajaran guna menunjang keberhasilan proses belajar mengajar dan memperoleh manfaat dari kegiatan belajar.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka yang dimaksud dengan aktivitas dalam penelitian ini adalah suatu kegiatan yang dilakukan peserta didik terhadap suatu objek yang akan menghasilkan sebuah pengalaman yang berkesan dan memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap kebermaknaan aktivitas yang akan ditimbulkan. Adapun indikator aktivitas yang akan dikembangkan dalam penelitian ini adalah 1) mengamati media yang disediakan guru, 2) mengajukan pertanyaan, 3) mengemukakan pendapat, 4) aktif mengikuti diskusi


(44)

6) mengerjakan LKS, 7) semangat dalam mengikuti presentasi dan 8) semangat mengikuti langkah-langkah problem posing.

Perolehan nilai untuk setiap indikator aktivitas dalam penelitian ini adalah menggunakan rumus. Poerwanto (2008: 102) menyatakan bahwa nilai aktivitas siswa diperoleh dengan rumus:

Keterangan:

N = nilai yang dicari atau dikembangkan R =skor yang diperoleh siswa

SM =skor maksimum 100 = bilangan tetap

Poerwanti (2008: 7.8) menyatakan bahwa kategori aktivitas siswa setiap individu berdasarkan perolehan nilai yaitu N ≤ 25 kategori pasif, 25 < N ≤ 50 kategori kurang aktif, 50 < N ≤ 75 kategori cukup aktif dan N > 75 kategori aktif.

3. Pengertian Hasil Belajar

Kegiatan akhir dalam pembelajaran adalah proses evaluasi yang digunakan untuk mengetahui hasil belajar yang telah dilakukan. Bloom (Yus, 2006: 19) menyatakan bahwa hasil belajar adalah serangkaian kegiatan pembelajaran yang telah dilaluinya dan dapat dijabarkan dalam tiga dimensi utama, yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Sudjana (2012: 22) menyatakan bahwa hasil belajar ranah kognitif terdiri dari enam aspek yakni pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi, selanjutnya hasil belajar pada ranah afektif berkenaan dengan lima aspek yakni penerimaan, jawaban,


(45)

penilaian, organisasi dan internalisasi. Sedangkan hasil belajar ranah psikomotor berkenaan dengan gerakan reflek, gerakan dasar, kemampuan perseptual, ketepatan, gerakan keterampilan kompleks dan gerakan ekspresif dan interpretatif.

Kemendikbud (2013: 33) tentang Kompetensi Inti (KI) di sekolah dasar mengemukakan bahwa

a. Ranah kognitif yaitu memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, di sekolah dan tempat bermain. Berdasarkan model problem posing, hasil belajar siswa diperoleh dari hasil mengajukan pertanyaan dan menjawab soal yang diberikan teman dan guru.

b. Ranah afektif yaitu memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga , teman, guru dan tetangganya.

1. Jujur adalah perilaku untuk menjadikan seseorang dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan dan pekerjaan.

2. Disiplin, adalah tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh terhadap peraturan.

3. Tanggung jawab, adalah sikap seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagai makhluk sosial, individu dan sebagai makhluk Tuhan yang Maha Esa.


(46)

4. Santun, adalah sikap baik dalam pergaulan dari segi bahasa maupun prilaku.

5. Peduli adalah sikap seseorang dalam memberikan tanggapan terhadap suatu perbedaan.

6. Percaya diri adalah kondisi mental seseorang yang memberikan keyakinan kuat untuk berbuat atau bertindak.

Dari beberapa sikap yang telah disebutkan di atas, yang akan akan diteliti adalah sikap tanggung jawab. Wiyoto (Pahyanti, 2013: 27-28) menyatakan bahwa siswa bertanggung jawab jika:

melakukan tugas rutin tanpa diberi tahu, dapat menjelaskan apa yang dilakukannya, mempunyai minat yang kuat untuk menekuni dalam belajar, menjalin komunikasi dengan sesama anggota kelompok, menghormati dan menghargai aturan, bersedia dan siap mempresentasikan hasil kerja kelompok, memiliki kemampuan dalam mengemukakan pendapat, mengakui kesalahan tanpa mengajukan alasan yang dibuat-buat.

c. Ranah psikomotor siswa menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis dan logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia. Sudjana (2012: 32) menyatakan bahwa aspek psikomotor ditunjukkan dengan mencatat bahan pelajaran dengan baik dan sistematis, mengangkat tangan pada saat mengomentari pendapat dan menyampaikan ide, mencari tahu dalam menemukan jawaban atas soal yang diberikan, dan melakukan komunikasi antara siswa dan guru.


(47)

Berdasarkan kajian di atas, penulis menyimpulkan bahwa hasil belajar adalah hasil yang diperoleh dari proses belajar mengajar yang ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku peserta didik dalam ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.

Adapun indikator hasil belajar pada ranah kognitif dalam penelitian ini diperoleh dari hasil belajar siswa dalam menjawab soal. Indikator ranah afektif pada sikap tanggung jawab adalah 1) mengikuti diskusi kelompok, 2) menjaga kekompakan anggota kelompok, 3) kesadaran dalam mengerjakan tugas yang diberikan guru, dan 4) menyelesaikan tugas sesuai waktu yang ditentukan. Sedangkan, indikator hasil belajar pada ranah psikomotor adalah 1) menunjukkan fakta dalam mengomentari pendapat dan menyampaikan ide/gagasan, 2) mengangkat tangan sebelum mengomentari pendapat dan menyampaikan ide/gagasan, 3) menulis dengan tulisan yang jelas dan rapih, dan 4) berbicara menggunakan bahasa Indonesia dengan suara yang jelas.

D. Kerangka Pikir Penelitian

Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang mewajibkan kegiatan pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik. Untuk itu, banyak faktor yang menentukan keberhasilan belajar siswa dalam kegiatan pembelajaran. Faktor-faktor tersebut, saling mempengaruhi dan memiliki kontribusi besar dalam mengoptimalkan tujuan belajar yang diharapkan. Dalam penerapan Model Problem Posing dengan pendekatan saintifik pada pembelajaran tematik, maka aktivitas dan hasil belajar siswa akan meningkat.


(48)

Secara sederhana, kerangka pikir penelitian tindakan kelas ini adalah:

E. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian pustaka di fatas, dirumuskan hipotesis penelitian tindakan kelas yaitu “Apabila dalam pembelajaran tematik menggunakan model pembelajaran problem posing dengan langkah-langkah yang tepat, maka aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IV A SDN 1 Metro Barat akan

meningkat”

1. Siswa masih pasif dalam pembelajaran 2. Hasil belajar siswa rendah

Model Pembelajaran Problem posing dengan pendekatan saintifik yaitu dengan

Pengamatan media, pembagian anggota kelompok, mengajukan pertanyaan pada lembar soal, menukarkan lembar soal kepada kelompok lainnya, menjawab soal pada lembar jawab, mempresentasikan lembar soal dan lembar jawab

1. Aktivitas siswa dalam pembelajaran meningkat sehingga siswa yang aktif

mencapai ≥75% dari jumlah siswa

2. Hasil belajar pada aspek kognitif, afektif dan psikomotor meningkat sehingga siswa

yang tuntas mencapai ≥75% dari jumlah

Input

Output Proses


(49)

III. METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan Classroom Action Research yaitu Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Sanjaya (2010: 32) menyatakan bahwa salah satu upaya yang dilakukan guru untuk meningkatkan kualitas, peran dan tanggungjawab guru dalam pengelolaan pembelajaran. Selanjutnya, Arikunto (2011: 58) menyatakan bahwa Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah Penelitian tindakan yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu pelajaran di kelas. Melalui PTK guru dapat meningkatkan kinerjanya secara terus menerus dengan cara melakukan refleksi diri yakni upaya menganalisis untuk menemukan kelemahan-kelemahan dalam proses pembelajaran yang dilakukannya, kemudian merencanakannya dalam proses pembelajaran sesuai dengan program pembelajaran yang telah disusunnya dan diakhiri dengan refleksi.

Arikunto (2011 : 16) menjelaskan bahwa secara garis besar terdapat empat tahapan yang dilalui, yaitu: (1) Perencanaan, (2) Pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi. Adapun model dan pelaksanaan untuk masing-masing tahap adalah sebagai berikut.


(50)

Gambar 1. Tahapan PTK (Adopsi dari Arikunto, 2011: 16)

B. Setting Penelitian 1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa dan guru kelas IV A SDN 1 Metro Barat. Jumlah siswa dalam kelas tersebut adalah 22 siswa yang terdiri dari 10 siswa laki-laki dan 12 orang siswa perempuan.

2. Tempat Penelitian

Tempat penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SDN 1 Metro Barat JL. Sriwijaya 16A, Mulyosari, Kecamatan Metro Barat Kota Metro.

Perancanaan

Siklus I

Pengamatan

Pelaksanaan Refleksi

Perancanaan

Siklus II

Pengamatan

Pelaksanaan Refleksi


(51)

3. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2013/2014 selama 6 bulan. Kegiatan penelitian dimulai dari perencanaan sampai laporan hasil penelitian (bulan Januari sampai dengan bulan Juni).

C. Teknik Pengumpulan Data

Data-data yang berkaitan dengan penelitian dikumpulkan melalui dua teknik, yaitu teknik non tes dan tes.

1. Teknik Nontes

Variabel yang diukur dengan teknik non tes adalah aktivitas siswa, kinerja guru, hasil belajar afektif dan psikomotor dalam penerapan model problem posing. Data aktivitas siswa, hasil belajar afektif dan psikomotor diperoleh dengan memberikan skor 1-4, sedangkan untuk data aktivitas guru diperoleh dengan menggaris bawahi salah satu angka 1-4.

2. Teknik Tes

Teknik tes ini digunakan untuk memperoleh data yang bersifat kuantitatif . Teknik tes ini dilaksanakan pada pertemuan terakhir tiap siklus dalam bentuk soal tes formatif. Melalui soal tes formatif ini dapat diketahui peningkatan hasil belajar kognitif siswa dalam pembelajaran tematik melalui model problem posing.

a. Menghitung ketuntasan hasil belajar siswa secara individual b. Nilai Persentase ketuntasan hasil belajar siswa secara klasikal


(52)

D. Alat Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: 1. Lembar Observasi

Kegiatan observasi dilakukan untuk mengetahui aktivitas selama proses pembelajaran baik yang ditunjukkan oleh guru maupun siswa selain itu, hasil belajar afektif dan psikomotor.

a) Kinerja Guru

Observer pada penelitian ini adalah guru dan satu teman mahasiswa yaitu guru sebagai observer 1 dan satu teman mahasiswa sebagai observer 2. Instrumen untuk memperoleh data kinerja guru menggunakan lembar penilaian kinerja yang terdiri dari beberapa aspek yaitu 1) apersepsi dan motivasi, 2) penyampaian kompetensi dan dan rencana kegiatan, 3) penerapan model problem posing dengan pendekatan saintifik, 4) penerapan pembelajaran tematik, 5) penerapan strategi pembelajaran yag mendidik, 6) penggunaan bahasa yang benar dan tepat dalam pembelajaran, dan 7) penutup pembelajaran.

Pada penelitian yang dilakukan, secara khusus peneliti mengamati penerapan model problem posing dengan pendekatan saintifik. Adapun indikator kegiatan kinerja guru dalam pembelajaran adalah 1) Guru menjelaskan materi pelajaran dengan media yang telah disediakan, 2) guru membagi siswa menjadi kelompok secara heterogen, 3) secara berkelompok, siswa mengajukan pertanyaan pada lembar soal, 4) menukarkan lembar


(53)

soal pada kelompok lainnya, 5) menjawab soal pada lembar jawab, dan 6) mempresentasikan lembar soal dan lembar jawab di depan kelas.

Adapun lembar penilaian kinerja guru adalah sebagai berikut: Tabel 2. Lembar Instrumen Kinerja Guru.

Aspek yang Diamati Skor

Kegiatan Pendahuluan

I. Apersepsi dan Motivasi

1 Mengaitkan materi pembelajaran sekarang dengan

pengalaman peserta didik atau pembelajaran sebelumnya.

1 2 3 4

2 Mengajukan pertanyaan menantang. 1 2 3 4

3 Menyampaikan manfaat materi pembelajaran. 1 2 3 4

4 Mendemonstrasikan sesuatu yang terkait dengan tema. 1 2 3 4

II. Penyampaian Kompetensi dan Rencana Kegiatan

1 Menyampaikan kemampuan yang akan dicapai peserta

didik.

1 2 3 4

2 Menyampaikan rencana kegiatan misalnya, individual, kerja

kelompok, dan melakukan observasi.

1 2 3 4

III. Penerapan Model Problem Posing dengan Pendekatan

Saintifik

1 Menjelaskan materi pelajaran dengan media yang telah

disediakan

1 2 3 4

2 Membagi siswa menjadi kelompok secara heterogen 1 2 3 4

3 Membimbing siswa untuk mengajukan pertanyaan pada

lembar soal

1 2 3 4

4 Menukarkan lembar soal pada kelompok lainnya 1 2 3 4

5 Membimbing siswa untuk menjawab soal pada lembar

jawab

1 2 3 4

6

Membimbing siswa mempresentasikan lembar soal dan lembar jawab di depan kelas agar kelompok saling berkomunikasi.

1 2 3 4

IV. Penerapan Pembelajaran Tematik

1 Menyajikan pembelajaran sesuai tema 1 2 3 4

2 Menyajikan berbagai mata pelajaran yang terkait secara

harmonis dalam media pembelajaran

1 2 3 4

3 Menyajikan pembelajaran dengan merujuk kepada tema

pembelajaran.

1 2 3 4

4 Guru mengkondisikan siswa untuk mengamati media yang

disediakan guru

1 2 3 4

5 Guru mengkondisikan siswa untuk mengamati lingkungan

yang ada disekitar siswa


(54)

Aspek yang Diamati Skor

V. Penerapan Strategi Pembelajaran yang Mendidik

1 Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi yang

akan dicapai.

1 2 3 4

2 Menfasilitasi kegiatan yang memuat komponen eksplorasi,

elaborasi dan konfirmasi.

1 2 3 4

3 Melaksanakan pembelajaran secara runtut. 1 2 3 4

4. Menguasai kelas. 1 2 3 4

5 Melaksanakan pembelajaran yang bersifat kontekstual 1 2 3 4

6 Melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan tumbuhnya

kebiasaan positif (nurturant effect).

1 2 3 4

7

Melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran problem posing sesuai dengan alokasi waktu yang direncanakan.

1 2 3 4

VI. Penggunaan Bahasa yang Benar dan Tepat dalam

Pembelajaran

1 Menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar secara

jelas dan lancar

1 2 3 4

2 Menggunakan bahasa tulis yang baik dan benar. 1 2 3 4

VII. Penutup Pembelajaran

1 Melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan

melibatkan peserta didik

1 2 3 4

2 Memberikan tes lisan atau tulisan . 1 2 3 4

3 Mengumpulkan hasil kerja sebagai bahan portofolio. 1 2 3 4

4 Melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arahan

kegiatan berikutnya dan tugas pengayaan.

1 2 3 4 Jumlah

Nilai Kategori

Keterangan: Pemberian skor berdasarkan dengan kriteria penentuan skor kinerja guru.

Tabel 3. Kriteria Penentuan Skor Kinerja Guru.

Skor Nilai Mutu Kriteria

1 Kurang Guru melaksanakan aspek dengan tidak

percaya diri, dan banyak kesalahan.

2 Cukup Guru melaksanakan aspek dengan tidak

percaya diri, tetapi sedikit kesalahan.

3 Baik Guru melakasanakan aspek dengan percaya

diri tanpa kesalahan.

4 Sangat Baik

Guru melaksanakan aspek dengan sangat baik, guru terlihat professional serta menguasai aspek yang diamati.


(55)

b) Aktivitas Belajar Siswa

Instrumen yang digunakan untuk memperoleh data aktivitas siswa menggunakan lembar aktivitas siswa dalam pembelajaran. Adapun indikator aktivitas siswa dalam penelitian ini adalah ini adalah 1) mengamati media yang disediakan guru, 2) mengajukan pertanyaan, 3) mengemukakan pendapat, 4) aktif mengikuti diskusi kelompok, 5) mencari jawaban berdasarkan fakta-fakta yang ada, 6) mengerjakan LKS, 7) semangat dalam mengikuti presentasi dan 8) semangat mengikuti langkah-langkah problem posing.

Tabel 4. Rubrik Pemberian Skor Aktivitas Belajar Siswa.

Nilai Angka

Nilai Mutu Kriteria

1 Sangat kurang tidak dilaksanakan oleh siswa.

2 Kurang dilaksanakan oleh siswa dengan kurang baik, siswa

melakukannya dengan banyak kesalahan, dan guru telihat kurang aktif.

3 Cukup dilaksanakan oleh siswa dengan cukup baik, siswa

melakukannya dengan sedikit kesalahan, dan siswa telihat cukup aktif.

4 Baik dilaksanakan oleh siswa dengan baik, siswa

melakukannya tanpa kesalahan, dan siswa telihat aktif

5 Sangat Baik dilaksanakan oleh siswa dengan sangat baik, siswa

Melakukannya

dengan sempurna, dan siswa telihat sangat aktif.

c) Hasil Belajar Siswa

Instrumen yang digunakan untuk memperoleh data hasil belajar afektif (tanggung jawab) dan psikomotor siswa menggunakan lembar observasi hasil belajar afektif dan psikomotor.


(56)

Adapun indikator hasil belajar afektif dalam penelitian ini adalah 1) mengikuti diskusi kelompok, 2) menjaga kekompakan anggota kelompok, 3) kesadaran dalam mengerjakan tugas yang diberikan guru, dan 4) menyelesaikan tugas sesuai waktu yang ditentukan. Sedangkan, indikator hasil belajar pada ranah psikomotor adalah 1) menunjukkan fakta dalam mengomentari pendapat dan menyampaikan ide/gagasan, 2) mengangkat tangan sebelum mengomentari pendapat dan menyampaikan ide/gagasan, 3) menulis dengan tulisan yang jelas dan rapih, dan 4) berbicara menggunakan bahasa Indonesia dengan suara yang jelas.

Tabel 5. Rubrik Pemberian Skor Hasil Belajar Afektif dan Psikomotor.

Nilai

Angka Nilai Mutu Kriteria

1 Belum Terlihat Apabila siswa belum memperlihatkan tanda-tanda

awal yang dinyatakan dalam indikator karena belum memahami makna dari nilai itu.

2 Mulai Terlihat

Apabila siswa sudah mulai memperlihatkan adanya tanda-tanda awal perilaku yang dinyatakan dalam indikator tetapi belum konsisten karena sudah ada pemahaman dan mendapat penguatan lingkungan terdekat.

3

Mulai Berkembang

Apabila siswa sudah memperlihatkan berbagai tanda perilaku yang dinyatakan dalam indikator dan

mulai konsisten karena selain sudah ada

pemahaman dan kesadaran juga mendapat

penguatan dari lingkungan terdekat dan lingkungan yang lebih luas.

4

Sudah membudaya

Apabila siswa terus menerus memperlihatkan perilaku yang dinyatakan dalam indikator secara konsisten karena selain sudah selain sudah ada

pemahaman dan kesadaran juga mendapat

penguatan dari lingkungan terdekat dan lingkungan yang lebih luas sudah tumbuh kematangan moral.


(57)

2. Lembar Tes

Instrumen yang digunakan untuk memperoleh data hasil belajar kognitif siswa menggunakan lembar tes yang digunakan untuk memperoleh data yang bersifat kuantitatif . Lembar tes diberikan setiap pertemuan (tes evaluasi) dan setiap akhir siklus (tes formatif). Melalui soal tes formatif ini dapat diketahui peningkatan hasil belajar kognitif siswa dalam pembelajaran tematik melalui model pembelajaran problem posing selama satu siklus. Pada penelitian ini, terdapat dua orang observer yaitu guru kelas IV A dan mahasiswa PGSD yang menjadi teman sejawat peneliti.

E. Teknik Analisis Data

1. Teknik Analisis Data Kualitatif

Data kualitatif diperoleh melalui kegiatan pengamatan (observasi). Dalam penelitian ini, yang termasuk dalam data kualitatif adalah kinerja guru, aktivitas siswa, hasil belajar afektif dan psikomotor siswa.

a) Nilai kinerja guru diperoleh dengan menggunakan rumus:

N = x 100

Keterangan:

N = Nilai yang dicari

R = Skor yang diperoleh guru SM = Skor maksimum

100 = Bilangan tetap

(Sumber: Adaptasi Aqib 2009: 141)


(58)

Tabel 6. Kinerja Guru Setiap Aspek Pembelajaran.

No. Aspek yang Diamati Skor Maksimal

1. Apersepsi dan Motivasi 16

2. Penyampaian kompetensi dan rencana kegiatan 8

3. Model problem posing dengan pendekatan

Saintifik

24

4. Penerapan pembelajaran tematik 20

5. Penerapan strategi pembelajaran yang mendidik 28

6. Penggunaan bahasa yang baik dan benar 8

7. Penutup 16

Jumlah 120

Tabel 7. Kategori Keberhasilan Kinerja Guru.

Peringkat Nilai

Sangat Baik ( A) 90 < A ≤ 100

Baik (B) 75 < B ≤ 90

Cukup Baik (C) 60 < C ≤ 75

Kurang (K) ≤ 60

(Adaptasi dari Kemendikbud 2013: 311-313)

b) Aktivitas Siswa

Adapun data aktivitas siswa diperoleh dengan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan siswa. Aktivitas siswa diperoleh dengan menggunakan rumus:


(59)

Keterangan:

N = nilai yang dicari atau dikembangkan R =skor yang diperoleh siswa

SM =skor maksimum 100 = bilangan tetap

(Modifikasi dari Purwanto, 2008: 102)

Tabel 8. Kategori Aktivitas Siswa Setiap Individu Berdasarkan Perolehan Nilai.

No Rentang Nilai Kategori

1. . N > 75 Aktif

2. 50 < N ≤ 75 Cukup Aktif

3. 25 < N ≤ 50 Kurang Aktif

4. N ≤ 25 Pasif

(Sumber: adaptasi Poerwanti, 2008: 7.8)

Persentase Aktivitas Siswa Secara Klasikal Menggunakan Rumus: Jumlah siswa aktif

Jumlah seluruh siswa

(Adaptasi dari Aqib, dkk., 2009: 41)

Tabel 9. Kriteria Keaktifan Kelas dalam Satuan Persen.

Siswa aktif % Kriteria

≥ 80 Sangat Aktif

60-79 Aktif

40-59 Cukup Aktif

20-39 Kurang aktif

<20 pasif

(adaptasi dari aqib, dkk., 2009: 41)

c) Hasil Belajar Afektif

Hasil belajar afektif siswa pada sikap tanggungjawab dan percaya diri diperoleh melalui observasi.


(60)

Pemerolehan nilai afektif individual N

Keterangan:

N

= nilai afektif

R =skor yang diperoleh siswa SM =skor maksimum 100 = bilangan tetap

(Modifikasi dari Purwanto, 2008: 102) Pemerolehan Nilai Afektif Klasikal

Jumlah siswa yang memiliki nilai afektif ≥ 66 Jumlah seluruh siswa

(Modifikasi dari Aqib, dkk., 2009: 41)

Tabel 10. Kategori Hasil Belajar Afektif.

Nilai Angka Kategori

81-100 Sangat Baik

66-80 Baik

51-65 Cukup Baik

0-50 Kurang Baik

(Adaptasi dari Kemendikbud 2013: 131)

d) Hasil Belajar Psikomotor

Hasil belajar psikomotor dihitung dengan menggunakan rumus:

Keterangan:

N

= nilai psikomotor

R =skor yang diperoleh siswa SM =skor maksimum

100 = bilangan tetap

(Modifikasi dari Purwanto, 2008: 102) Pemerolehan Nilai Psikomotor Klasikal

Jumlah siswa yang memiliki nilai psikomotor ≥ 66 Jumlah seluruh siswa

(Modifikasi dari Aqib, dkk., 2009: 41)

X 100%

X 100% N


(61)

Tabel 11. Kategori Hasil Belajar Psikomotor.

Nilai Angka Kategori

81-100 Sangat Terampil

66-80 Terampil

51-65 Cukup Terampil

0-50 Kurang Terampil

(Adaptasi dari Kemendikbud 2013: 131)

2. Teknik Analisis Data Kuantitatif

Data kuantitatif adalah data yang berupa angka-angka. Dalam penelitian ini, yang termasuk analisis data kuantitatif adalah hasil belajar kognitif siswa.

a) Menghitung Hasil Belajar Kognitif Siswa Secara Individual

Keterangan:

NP = Nilai pengetahuan R = Skor yang diperoleh SM = Skor maksimum 100 = Bilangan tetap

(Modifikasi dari Purwanto 2008: 102)

b) Persentase Ketuntasan Belajar Klasikal

Jumlah siswa yang memiliki nilai kognitif ≥ 66 Jumlah seluruh siswa

(Modifikasi dari Aqib, dkk., 2009: 41)


(62)

Tabel 12. Kategori Hasil Belajar Kognitif.

Nilai Angka

Kategori

96-100

Tuntas 91-95

81-90 76-80 71-75 66-70 61-65

Belum Tuntas 56-60

51-55 46-50

(Adaptasi dari Kemendikbud 2013: 131) Tabel 13. Kriteria Ketuntasan Hasil Belajar.

No Tingkat Ketuntasan Kriteria

1 ≥ 80 % Sangat Tinggi

2 60 - 79 % Tinggi

3 40 – 59 % Sedang

4 20 – 39 % Rendah

5 < 20 % Sangat Rendah

(Adaptasi: Aqib dkk, 2009: 41)

Hasil analisis ini digunakan untuk melakukan perencanaan lanjut dalam siklus selanjutnya sebagai bahan refleksi dalam memperbaiki rancangan pembelajaran.

F. Pelaksanaan Penelitian 1. Siklus I

Prosedur penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan di kelas IV A SDN 1 Metro Barat adalah sebagai berikut.


(1)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dibahas pada bab IV, dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Pembelajaran Tematik melalui penerapan model pembelajaran Problem Posing dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. Pada siklus I, persentase jumlah siswa aktif 59,09% dengan kriteria cukup aktif. Pada siklus II meningkat 22,73% sehingga menjadi 81,82% dengan kriteria aktif.

2. Penerapan model pembelajaran Problem Posing dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal tersebut dapat dilihat pada persentase ketuntasan hasil belajar afektif (tanggung jawab) siswa siklus I yaitu 63,64% dengan kriteria tinggi pada siklus II meningkat 13,63% sehingga menjadi 77,27% dengan kriteria tinggi. Persentase hasil belajar psikomotor siklus I yaitu 68,18% dengan kriteria tinggi pada siklus II meningkat 13,64% sehingga menjadi 81,82% dengan kriteria sangat tinggi. Dan persentase hasil belajar kognitif siswa yaitu 63,64% dengan kriteria tinggi. Pada siklus II meningkat 13,63% sehingga menjadi 77,27% dengan kriteria tinggi.


(2)

B. Saran

Perbaikan aktivitas dan hasil belajar Tematik melalui penerapan model pembelajaran Problem Posing yang telah dilakukan, peneliti memberikan saran antara lain:

1. Bagi Siswa

Siswa harus mempersiapkan bahan materi terlebih dahulu sebelum materi disampaikan oleh guru. Siswa harus berani dalam menyampaikan ide/gagasan serta pertanyaan kepada teman atau guru dalam diskusi kelompok maupun diskusi kelas. Partisipasi dalam bertanya maupun mengeluarkan pendapat dapat dijadikan salah satu indikator keberhasilan pelaksanaan pembelajaran di kelas.

2. Bagi Guru

Beberapa hal yang perlu diperhatikan sebagai pelaksanaan penerapan model pembelajaran Problem Posing antara lain perlu mempersiaplan perangkat pembelajaran seperti pemetaan, silabus, RPP, LKS, sumber belajar dan media pembelajaran. Pembuatan media pembelajaran harus sesuai dengan tema dan subtema yang sedang dibahas dan berada dekat dengan kehidupan siswa sehingga semua mata pelajaran dapat terkait secara harmonis.

3. Bagi SDN 1 Metro Barat

Perubahan dan pembangunan dunia yang semakin maju menuntut manusia untuk selalu belajar agar dapat diterima dan mampu bersaing dengan manusia-manusia unnggul lainnya. Pendidikan adalah penentu kualitas yang dimiliki oleh manusia. Dunia pendidikan yang selalu


(3)

mengalami peningkatan, perlu diadakan inovasi pembelajaran. Inovasi pembelajaran tersebut harus mampu menciptakan manusia yang cakap cerdas dan berwawasan luas menghadapi realita dan fenomena yang ada saat ini. Seperti penerapan model pembelajaran Problem Posing dalam pembelajaran di sekolah serta pengoptimalan sarana dan prasarana.

4. Bagi peneliti berikutnya

Berdasarkan pelaksanaan dan hasil penelitian, peneliti menyarankan bagi peneliti berikutnya untuk menerapkan model pembelajaran problem posing pada pembelajaran. Model pembelajaran ini dapat digunakan pada semua pembelajaran.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Amri, Sofan. 2013. Pengembangan dan Model Pembelajaran dalam Kurikulum 2013. Prestasi pustakaraya. Jakarta.

Aqib, Zainal. 2009. Penelitian Tindakan Kelas Untuk SD, SLB dan TK. Yrama Widya. Bandung.

Arikunto, Suharsimi, dkk. 2011. Penelitian Tindakan Kelas. Bumi Aksara. Jakarta.

Firman, Harry dan Ari Widodo. 2008. Pendidikan IPA di Sekolah Dasar. Upi Press. Bandung.

Hasbullah. 2012. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Hernawan, Asep Herry, dkk. 2007. Belajar dan Pembelajaran SD. Bandung: UPI

PRESS

Huda, Miftahul. 2013. Model-model Pengajaran dan Pembelajaran. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Husamah & Yanur Setyaningrum. 2013. Desain Pembelajaran Berbasis Pencapaian Kompetensi. Prestasi Pustaka Karya. Jakarta.

Ihsan, Fuad. 2005. Dasar-dasar Kependidikan. Rineka Cipta. Jakarta.

Isjoni. 2007 Integrated Learning pendekatan pembelajaran IPS di Pendidikan SD. Fallah production. Bandung.

_____, 2011. Cooperative Learning. Alfabeta. Bandung.

Kemendikbud. 2012. Dokumen Kurikulum 2013. Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar. Jakarta.

_______. 2013. Pembelajaran Tematik Terpadu dengan Pendekatan Saintifik di SD. Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar. Jakarta.


(5)

_______. 2013. Buku Tematik Terpadu Kurikulum 2013. Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar. Jakarta.

_______. 2013. Penilaian di Sekolah Dasar. Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar. Jakarta..

_______. 2013. Penyusunan RPP di Sekolah Dasar. Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar. Jakarta.

Kunandar. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Rajagrafindo Persada. Jakarta.

_____, 2013. Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik Berdasarkan Kurikulum 2013). Rajagrafindo Persada. Jakarta.

Majid, Abdul. 2013. Strategi Pembelajaran. Rosdakarya. Bandung.

Maulina, Aisyah. 2013. Pengaruh Model Pembelajaran Problem Posing Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas IV SD Negeri Wonorejo 3. IKIP PGRI. Semarang.

Nurgiyantoro, Burhan. 2011. Penilaian Otentik dalam Pembelajaran Bahasa. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.

Pahyanti, Novi. 2013. Peningkatan Tanggung Jawab Siswa Melalui Model Snowball Throwing Pada Siswa SMK YPP Purworejo Kelas X TM C Tahun Pelajaran 2012/2013. Universitas Muhammadiyah Purworejo. Purworejo.

Poerwanti, Endang, dkk. 2008. Assesmen Pembelajaran SD. Dirjen Dikti Depdiknas. Jakarta.

Purwanto, Ngalim. 2008. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Penngajaran. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Rohman, M & Sofan Amri. 2013. Strategi dan Desain Pengembangan Sistem Pembelajaran. Prestasi Pustaka. Jakarta.

Rusman. 2012. Model-model pembelajara mengembangkan profesionalisme Guru. Rajawali Pers. Jakarta.

Rusmono. 2012. Strategi Pembelajaran dengan PBL Itu Perlu. Ghalalia Indonesia. Jakarta.

Sa’ud, Udin Syaefuddin, dkk. 2006. Pembelajaran terpadu. UPI PRESS.


(6)

Sanjaya, wina. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Kencana Prenada Media Group. Jakarta.

Sapriya, dkk. 2007. Pengembangan Pendidikan IPS di SD. UPI PRESS. Bandung. Sardiman. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. PT Raja Grafindo

Persada. Jakarta.

Sowiyah. 2010. Pengembangan Kompetensi Guru SD. Lembaga Penelitian Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Sudiatmaja, Kojat. 2008. Perkembangan Belajar Peserta Didik. Bandar Lampung. Universitas Lampung.

Sudjana, Nana. 2012. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Sukardjo, M & Ukin Komarudin. 2012. Landasan Pendidikan Konsep dan Aplikasinya. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Suryosubroto, A. 2009. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Rineka Cipta. Jakarta.

Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di SD. Kencana Prenada Media Group. Jakarta.

Suwangsih, Erna & Tiurlina. 2006. Model Pembelajaran Matematika. UPI PRESS. Bandung.

Thobroni, M & Arif Mustofa. 2012. Belajar dan Pembelajaran. Ar-ruzz Media. Yogyakarta.

Tirtarahardja, Umar & La Sulo. 2008. Pengantar Pendidikan Edisi Revisi. Rineka Cipta. Jakarta.

Trianto. 2009. Pengembangan Model Pembelajaran Tematik. Prestasi Pustaka Raya. Jakarta.

______. 2010. Mengembangkan Model Pembelajaran Tematik. Prestasi Pustaka. Jakarta.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003.Tentang Sistem Pendidkan Nasional. Jakarta: Dirjen Dikti Depdiknas.

Winataputra, Udin S, dkk. 2008. Teori Belajar dan Pembelajaran. Universitas Terbuka. Jakarta.


Dokumen yang terkait

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DENGAN MEDIA GRAFIS UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV B PADA PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU DI SD NEGERI 7 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 20 83

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TALKING STICK UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN TEMATIK KELAS IV SD NEGERI 4 METRO TIMUR TAHUN PELAJARAN 2013/2014

1 27 83

PENERAPAN STRATEGI PAIKEM PADA PEMBELAJARAN TEMATIK UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV C SD NEGERI 1 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 5 47

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TIPE NUMBER HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN TEMATIK KELAS I A SDN 08 METRO TIMUR TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 6 77

PENERAPAN METODE PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PADA PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU SISWA KELAS IV B SDN 1 METRO BARAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 6 79

PENERAPAN STRATEGI CONCEPT MAPPING UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR PADA PEMBELAJARAN TEMATIK SISWA KELAS IVA SDN 05 METRO TIMUR TAHUN PELAJARAN 2013/2014

6 66 71

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PADA PEMBELAJARAN TEMATIK SISWA KELAS IV A SDN 1 METRO BARAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 9 75

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE PAIR CHECK UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN TEMATIK KELAS IV B SD NEGERI 06 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

1 15 48

PENERAPAN MODEL PROBLEM POSING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF DAN HASIL BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN TEMATIK SISWA KELAS IV C SDN 11 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 7 72

PENERAPAN MODEL PROBLEM POSING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF DAN HASIL BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN TEMATIK SISWA KELAS IV C SDN 11 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 32 244