3 koordinasi, ketepatan, dan strukstur anatomis-fisiologis. Keterampilan
teknis adalah faktor yang mempengaruhi penampilan dan sekaligus prestasi atlet. Namun kondisi fisik saja tidak cukup, karena harus ada yang
mengemudikan, mengarahkan, sehingga penampilannya merupakan perpaduan antara berbagai faktor, dengan faktor psikis juga berperan.
2. Faktor-faktor Psikologis
Faktor psikologis demikian penting dalam Dunia olahraga sehingga sejak puluhan tahun yang lalu di Dunia Barat maupun Timur
dibuka cabang keilmuan psikologi olahraga untuk dipelajari. Fungsi faktor psikologis adalah sebagai penggerak atau pengarah penampilan atlet.
Bahkan seorang pakar psikologi olahraga dunia mengatakan bahwa 80 persen faktor kemenangan atlet profesional ditentukan oleh faktor
psikologis Lilik Sudarwati, 2007: 13. Selain dibutuhkan pada atlet kelas dunia, faktor psikologis juga
sangat penting untuk membantu, membina dan mencetak atlet. Bagi atlet pemula atau yunior diharapkan mampu memperlihatkan prestasi-prestasi
puncak dan bagi atlet yang berbakat diharapkan bisa dikembangkan sebaik-baiknya tanpa hambatan dari faktor-faktor yang ada dalam
kepribadiannya Lilik Sudarwati, 2007: 17. Kesiapan dan kemantapan dalam berolahraga khususnya sepakbola
menetukan berhasil atau tidaknya pencapaian sebuah prestasi di samping penguasaan teknik dan taktik yang diperlukan. Tanpa adanya kesiapan dan
kemantapan, prestasi puncak akan sulit untuk dicapai. Hal-hal yang perlu
4 disiapkan atlet disamping peningkatan teknik, taktik dan kemampuan
tubuh seperti kekuatan, daya tahan, kecepatan, dan koordinasi gerak. Hal- hal seperti ini juga perlu diperhatikan adanya faktor-faktor yang erat
hubungannya dengan pencapaian prestasi. Menurut Singgih Dkk 1989: 139 yang dikutip oleh Supriyanto
2012: 4 faktor psikologis yang mengganggu prestasi atlet antara lain :
a. Kecemasan atau Ketegangan Kecemasan adalah respon terhadap situasi tertentu yang
mengancam dan merupakan hal yang normal terjadi, menyertai perkembangan, perubahan, pengalaman baru atau uang belum pernah
dilakukan, serta dalam menemukan identitas diri dan arti hidup. Kecemasan
sampai pada
taraf tertentu
dapat mendorong
meningkatnya performa Kaplan Dkk dalam Lilik Sudarwati, 2007: 90-91.
Setiap atlet seringkali berhadapan dengan pertandingan yang menimbulkan suatu kondisi kompetisi. Dalam setiap pertandingan
tersebut, tidak jarang atlet mengalami ketegangan atau kecemasan. Akibatnya atlet akan merasakan gejala-gejala seperti : sakit, muntah,
perut seperti diaduk-aduk, tenggorokan kering, dan lain-lain. Hal-hal ini terjadi karena situasi pertandingan yang terlalu berat dirasakan
oleh atlet dan menimbulkan kondisi dimana atlet merasa cemas akan keberhasilannya untuk satu pencapaian prestasi.