PENYALAHGUNAAN KEWENANGAN KEPALA DESA DALAM MENERBITKAN SURAT TANAH TERHADAP WARGA ASING (Studi Kasus di Desa Tanjung Setia Kabupaten Pesisir Barat)

(1)

(2)

ABSTRACT

THE ABUSE AUTHORITY OF VILLAGE HEADMAN IN PUBLISIHING LAND CERTIFICATE FOR THE FOREIGNERS.

(Study case In Tanjung Setia Village Pesisir Barat District) By

M. Redho Prawira Putra

Land is the main source in the human life, people try to get a track of land for their lives, buy building the house, as farming and the other neccessities. To build the building on a track of land can not have full rights on a land especially for the foreigners.

The more types of land rights, widening the gap "smuggling" in Indonesian law. The example of smuggling namely, the publishment the land certificate by the village headman of Tanjung Setia. The formulation of the problem in this research is "Why the Abuse Authority of Village Headman in Publishing Land Certificate for the Foreigners in Tanjung Setia Village happened?"

The purpose of this study is to understand the types of the abuse authority of village headman in publishing the land certificate towards the foreigners in Tanjung Setia Village Pesisir Barat district. The method used in this research is a descriptive study using a qualitative approach. Data were collected thgrough inteview, documentation


(3)

and observation. Data analisys techniques are data reduction (screening/ selection of data), data display (presentation of data), and data verification (teting the validity / accuration of data).

The result this research indicated that village headman of Tanjung Setia missused the abuse authority, the abuse authority of village headman of Tanjung Setia was the action of village headman that published a land certificate towards foreigners. The types of abuse authority that had been done by the village headman of Tanjung Setia consisted of three types, were the abuse authority to do the actions that contrary to the public interests or to do the private favorable interests, the second of abuse was the action right directed to tehe public interest, but diverge from the purpose of authority had been gift by law or the other regulations and the abuse authority that be should be used to achieve the certain goals, but had used other procedure to be implemented.


(4)

ABSTRAK

PENYALAHGUNAAN KEWENANGAN KEPALA DESA DALAM MENERBITKAN SURAT TANAH TERHADAP WARGA ASING

(Studi Kasus di Desa Tanjung Setia Kabupaten Pesisir Barat) Oleh

M Redho Prawira Putra

Tanah merupakan sumber pokok dalam kehidupan manusia, manusia berusaha untuk mendapatkan sebidang tanah untuk kehidupannya dengan cara membangun rumah, sebagai pertanian, dan kebutuhan lainnya. Mendirikan bangunan pada sebidang tanah tidak bisa memiliki hak penuh atas tanah terutama untuk WNA. Makin banyak jenis hak atas tanah, makin lebar celah “penyelundupan” hukum di Indonesia. Salah contoh penyelundupan yang terjadi yaitu penerbitan Surat Tanah yang dikeluarkan oleh Kepala Desa Tanjung Setia. Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Mengapa terjadi Penyalahgunaan Kewenangan Kepala Desa dalam Menerbitkan Surat Tanah terhadap Warga Asing di Desa Tanjung Setia?”.

Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mengetahui bentuk Penyalahgunaan Kewenangan Kepala Desa dalam Menerbitkan Surat Tanah terhadap Warga Negara Asing di Desa Tanjung Setia Kabupaten Pesisir Barat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan


(5)

dengan wawancara, dokumentasi dan observasi. Teknik analisis data yang digunakan yaitu reduksi data (penyaringan/ pemilihan data), display data (penyajian data) dan verifikasi data (pengujian keabsahan/ kebenaran data). Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Kepala Desa tanjung Setia melakukan penyalahgunaan kewenangan, penyalahgunaan kewenangan Kepala Desa Tanjung Setia berupa tindakan Kepala Desa yang mengeluarkan Surat Tanah terhadap Warga Negara Asing. Bentuk penyalahgunaan kewenangan yang dilakukan Kepala Desa Tanjung Setia terdiri dari tiga macam yaitu penyalahgunaan kewenangan untuk melakukan tindakan-tindakan yang bertentangan dengan kepentingan umum atau untuk menguntungkan kepentingan pribadi, Penyalahgunaan Kewenangan yang melanggar aturan-aturan Pemerintah dan penyalahgunaan kewenangan yang seharusnya dipergunakan untuk mencapai tujuan tertentu, tetapi telah menggunakan prosedur lain agar terlaksana.


(6)

(7)

(8)

(9)

iiiiiiiii

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... i

DAFTAR GAMBAR ... ii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakan ... 1

B. Rumusan Masalah ... 10

C. Tujuan Penelitian ... 10

D. Kegunaan Penelitian ... 11

II. TINJAUAN PUSTAKA A.Tinjauan Tentang Kewenangan ... 12

a. Pengertian Kewenangan ... 12

b. Penyalagunaan Kewenangan ... 14

B.Tinjauan Tentang Etika Pemerintahan ... 15

a.Pengertian Etika ... 15

b.Pengertian Pemerintahan ... 15

b.Pengertian Etika Pemerintahan ... 15

C.Tinjauan Tentang Kepala Desa ... 17

a. Pengertian Kepala Desa ... 17

b. Kewajiban Kepala Desa ... 18

c. Kewenangan Kepala Desa ... 19

D. Tinjauan Tentang Desa ... 20

a. Arti Desa ... 22

E. Tinjauan Tentang Sertifikat Tanah ... 24

a. Pengertian Sertifikat Tanah ... 24

F. Tinjauan Tentang Jenis-jenis Sertifikat ... 25

a. Sertifikat Hak Milik ... 25

b. Sertifikat Guna Usaha ... 25

c. Sertifikat Hak Guna Bangunan ... 25

d. Sertifikat Hak Pakai ... 26

e. Sertifikat Hak Sewa Untuk Bangunan ... 26

G. Tinjauan Tentang Tugas dan Wewenang PPAT ... 26

a. Tugas PPAT ... 26


(10)

H. Tinjauan Tetang Warga Negara ... 28

a. Warga Negara ... 28

b. Warga Negara Asing ... 28

c. Undang-undang dan Peraturan Tentang Warga Negara Asing ... 29

I. Kerangka fikir ... 29

III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian ... 34

B. Fokus Penelitian ... 36

C. Lokasi Penelitian. ... 38

D. Jenis Data ... 38

E. Penentuan Informan ... 39

F. Teknik Pengumpulan Data ... 40

G. Teknik Pengolahan Data ... 43

H. Teknik Analisis Data... 44

IV. GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis Desa Tanjung Setia ... 46

B. Kondisi Demografi Tanjung Setia ... 49

V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Ketentuan Kepemilikan Tanah oleh WNA.. ... 63

B. Tindakan dan Prilaku Kepala Desa Tanjung Setia dalam Penerbitan Surat Tanah terhadap Warga Asing ... 67

C. Keterkaitan Teori Detournement De Pavoir ... 71

1. Penyalahgunaan Kewenangan untuk Kepentingan Pribadi ... 74

2. Penyalahgunaan Kewenangan yang melanggar Aturan-aturan ... 76

3. Penyalahgunaan Kewenangan yang Tidak Sesuai Prosedur ... 77

D. Bentuk Penyalahgunaan Kewenangan Kepala Desa Tanjung Setia ... 78

1.Penyalahgunaan Kewenangan untuk Kepentingan Pribadi ... 81

2.Penyalahgunaan Kewenangan yang melanggar Aturan-aturan ... 82

E. Penyalahgunaan Kewenangan yang dilakukan WNA ... 85

F. Penyalahgunaan Kewenangan yang dilakukan Kantor Urusan Pertanahan Kabupaten Pesisir Barat ... 86

G. Keterkaitan Teori Detournement De Pavoir Dengan Etika Pemerintahan Dalam Penyalagunaan Kewenangan ... 87

1. Utilitarian Approach... 87

2. Individual Right Approach ... 88


(11)

iiiiiiiii

VI. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan ... 91 B. Saran ... 92 DAFTAR PUSTAKA


(12)

I. PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Kondisi geografis Indonesia yang memiliki daratan (tanah) yang sangat luas telah menjadikan persoalan tanah sebagai salah satu persoalan yang paling urgen di antara persoalan lainnya. Laju perkembangan pembangunan membawa konsekuensi meningkatnya akan kebutuhan tanah sebagai lokasi pembangunan sarana kepentingan umum.

Tanah merupakan sumber pokok dalam kehidupan manusia, manusia berusaha untuk mendapatkan sebidang tanah untuk kehidupannya, setelah manusia mendapatkan tanah manusia akan mempertahankannya dengan cara memanfaatkan tanah dengan cara membangun rumah, sebagai pertanian, dan kebutuhan lainnya.

Hak-hak atas tanah mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia saat ini, makin padat penduduknya akan menambah lagi pentingnya kedudukan akan tanah dalam kehidupan manusia. Tanah merupakan permukaan bumi, setiap manusia memerlukan tanah dalam kehidupannya. dimana tanah sebagai sumber kehidupan bagi semua penduduk di bumi.


(13)

2

Terkait dengan arti penting tanah, pada pasal 33 ayat 3 dalam Undang-Undang dasar 1945 menyatakan bahwa Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-sebesar kemakmuran rakyat (Kertasapoetra, 1991 : 1).

Kepentingan tanah bagi masyarakat agraris merupakan hal yang sangat unggul. Terlebih lagi bagi para petani di pedesaan, tanah merupakan sumber utama penghidupan dan mata pencahariannya. Sehingga harus diperhatikan peruntukkan dan dipergunakan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, baik secara perseorangan maupun secara gotong royong.

Berdasarkan uraian diatas, adapun Peraturan Menteri dalam Negeri yang telah mengatur rambu-rambu untuk mencegah penyalahgunaan tanah di Desa. Dalam Pasal 15 Permendagri 4/2007 yang diatur sebagai berikut :

1. Kekayaan Desa yang berupa tanah di Desa tidak diperbolehkan dilakukan pelepasan hak kepemilikan kepada pihak lain, kecuali diperlukan untuk kepentingan umum.

2. Kekayaan Desa yang berupa tanah di Desa bisa diterbitkan setelah mendapat persetujuan BPD dan mendapat izin Tertulis dari Bupati.

Indonesia merupakan tujuan tempat tinggal yang sangat menarik dan menyenangkan bagi orang asing, namun aturan saat ini belum cukup komprehensif mengatur hak atas tempat tinggal bagi orang asing yang menyebabkan pasar properti asing di Indonesia belum menunjukkan hasil yang


(14)

sesuai dengan harapan, bahkan dalam kenyataannya sering terjadi penyelundupan hukum oleh WNA.

Berkaitan dengan warga negara asing (WNA), pemerintah saat ini tengah menyusun berbagai inisiatif yang terkait dengan sektor properti asing, diantaranya terkait dengan penggunaan, pemanfaatan tanah, pembelian serta pembiayaan properti, pemerintah juga berencana merevisi PP No. 41 Tahun 1996, serta menetapkan batas minimal harga properti yang bisa dibeli oleh WNA. Adapun isi dari PP No. 41 Tahun 1996 tentang Pemilikan Rumah Tempat Tinggal atau Hunian oleh Orang Asing yang berkedudukan di Indonesia, yaitu :

Pasal 1

1. Orang asing yang berkedudukan di Indonesia dapat memiliki sebuah rumah untu tempat tinggal atau hunian dengan hak atas tanah tertentu.

2. Orang asing yang berkedudukan di Indonesia sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)adalah orang asing yang kehadirannya di Indonesia memberikan manfaat bag pembangunan nasional.

Pasal 2

Rumah tempat tinggal atau hunian yang dapat dimiliki oleh orang asing sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 adalah :

1. Rumah yang berdiri sendiri yang dibangun di atas bidang tanah : a. Hak Pakai atas tanah Negara;

b. Yang dikuasai berdasarkan perjanjian dengan pemegang hak atas tanah.

2. Satuan rumah susun yang dibangun di atas bidang tanah Hak Pakai atas tanah Negara.

Pasal 3

(1) Perjanjian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 angka 1 dibuat secara tertulis antara orang asing yang bersangkutan dengan pemegang hak atas tanah.

(2) Perjanjian tertulis sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus dibuat dengan akta Pejabat Pembuat Akta Tanah.


(15)

4

Pasal 4

Perjanjian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 angka 1 wajib dicatat dalam buku tanah dan sertipikat hak atas tanah yang bersangkutan.

Pasal 5

(1) Perjanjian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 angka 1 dibuat untuk jangka waktu yang disepakati, tetapi tidak lebih lama dari dua puluh lima tahun.

(2) Jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat diperbaharui untuk jangka waktu yang tidak lebih lama dari dua puluh tahun, atas dasar kesepakatan yang dituangkan dalam perjanjian yang baru, sepanjang orang asing tersebut masih berkedudukan di Indonesia.

Pasal 6

(1) Apabila orang asing yang memiliki rumah yang dibangun di atas tanah Hak Pakai atas tanah Negara, atau berdasarkan perjanjian dengan pemegang hak atas tanah tidak lagi berkedudukan di Indonesia, maka dalam jangka waktu satu tahun wajib melepaskan atau mengalihkan hak atas rumah dan tanahnya kepada orang lain yang memenuhi syarat.

(2) Apabila dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) hak atas tanah tersebut belum dilepaskan atau dialihkan kepada pihak lain yang memenuhi syarat, maka apabila :

a. Rumah tersebut dibangun di atas Hak Pakai atas tanah Negara, rumah beserta tanahnya dikuasai Negara untuk dilelang;

b. Rumah tersebut dibangun di atas tanah berdasarkan perjanjian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 angka 1 huruf b, rumah tersebut menjadi milik pemegang hak atas tanah yang bersangkutan.

Pasal 7

Ketentuan lebih lanjut yang diperlukan bagi pelaksanaan Peraturan Pemerintah ditetapkan oleh Menteri Negara Agraria setelah mendengar pertimbangan Badan Kebijaksanaan dan Pengendalian Pembangunan Perumahan dan Permukiman Nasional.

Pasal 8

Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku sejak diundangkan.

Agar setiap orang mengetahui, memerintahkan pengundangan Peraturan Pemerintah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.


(16)

Berdasarkan peraturan pemerintah (PP) No 41 Tahun 1996 tentang pemilikan Rumah Tinggal atau Hunian oleh Orang Asing tersebut yang berkedudukan di Indonesia, yang boleh di beli oleh Warga Asing hanyalah yang dibangun di atas tanah Hak Pakai Atas Tanah Negara. Dimana hak yang dimaksud adalah mendirikan rumah dengan sertifikat resmi dan legal dari Badan Pertanahan Nasional.

Mendirikan bangunan pada sebidang tanah tidak bisa memiliki hak penuh atas tanah terutama untuk WNA. Tetapi makin banyak jenis hak atas tanah, makin lebar celah “penyelundupan” hukum di Indonesia. Banyak terjadi dan menjadi rahasia umum, kepemilikan asing atas properti terjadi dengan atas nama pasangan atau teman berwarga Negara Indonesia, yang “dilegalkan” dengan pemberian kuasa diantara mereka.

Tata kelola untuk menempati atau menghuni tempat tinggal juga merupakan hal yang harus diperhatikan oleh pemerintah saat ini terutama dalam hal pengawasan dan pengendalian terhadap sistem kelembagaan perumahan di tanah air, sampai saat ini belum ada lembaga yang bisa mengendalikan berapa banyak unit apartemen yang dapat dibeli oleh orang asing, di lokasi-lokasi mana saja, sampai kapan saja semua masa pakai dan masa sewa itu habis, dan bagaimana mengelola tata cara perpanjangannya dengan baik, menyebabkan segala sesuatu tidak terkendali dan terencana, serta umumnya, kalangan pengusaha/ pengembang properti berpendapat bahwa Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1996 terlalu singkat, jadi tidak dapat mengakomodasi kepentingan orang asing akan tempat tinggal.


(17)

6

Desa Tanjung Setia adalah salah satu desa yang banyak ditempati oleh warga asing. Desa Tanjung Setia merupakan pusat pariwisata di Kabupaten Pesisir Barat. Desa Tanjung Setia sangat terkenal dengan keindahan akan ombak lautnya yang sering digunakan wisatawan asing untung bermain surfing, selain itu Desa Tanjung Setia kaya akan keindahan alam yang bersumber dari laut, hal ini membuat daya tarik tersendiri untuk mengundang wisatawan asing berdatangan ke Desa Tanjung Setia bahkan mempunyai rumah dan Cotage di Desa tersebut.

Desa Tanjung Setia mempunyai Potensi yang sangat tinggi, hal ini bisa di ukur dari keindahan alam sekitarnya, potensi desa yang seharusnya bisa dikembangkan oleh desa dan diatur oleh daerah, dengan dijualnya tanah perseorangan terhadap warga asing dapat menimbulkan masalah bagi Desa Tanjung Setia terutama disektor pariwisata.

Terkait hal diatas, Warga Asing mempuyai keterbatasan atas kepemilikan tanah sebagaimana yang diatur dalam PP No 41 Tahun 1996, maka Warga Asing mengambil jalan pintas dengan kerjasama yang melibatkan Kepala Desa dan Warga Masyarakat. Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) diatas, tidak seharusnya tanah perseorangan menjadi hak milik oleh warga Asing, hal ini dikarenakan Warga Asing membeli tanah perseorangan dengan harga tinggi dan menggunakan atas nama pasangan yang mempunyai identitas sah sebagai Warga Negara Indonesia (WNI), dengan demikian proses jual-beli tanah bisa terjadi, masalah ini terjadi dikarenakan disektor surat atas hak tanah di Desa


(18)

Tanjung Setia yang biasa disebut kelemahan sistem publikasi negatif antara Masyarakat dan PPAT (Pejabat Pembuat Akta Tanah).

Mengacu pada pra riset yang peniliti lakukan kepada Sekretaris Desa Tanjung Setia yang mengatakan bahwa proses peralihan tanah dan penerbitan surat tanah disebabkan adanya kerja sama antara kepala desa, WNA dan warga desa. Kepala desa diberikan 20℅ dari hasil penjualan. Setelah proses ini berlangsung, kepala desa diminta oleh WNA untuk menerbitkan sertifikat tanah tanpa melalui proses yang sudah diatur dalam peraturan pemerintah. Adapun Peraturan-peraturan Pemerintah No 24 Tahun 1997 yang mengatur tentang tata cara pendaftaran tanah secara formal yaitu dengan melengkapi dokumen, (Photokopi KTP, Akta jual beli, Photokopi girik, membawa surat pengantar dari Kepala Desa, kemudian pendaftaran ke Badan Pertanahan Nasional).

Berdasarkan pernyataan yang dikemukakan Yusuf selaku juru tulis Desa Tanjung Setia, penulis mendapati bahwa adanya permasalahan yang signifikan, terutama permasalahan warga asing membeli tanah warga perseorangan dan adanya kerja sama antara WNA,Warga masyarakat dan Kepala Desa Tanjung Setia dalam menerbitkan surat tanah, hal ini tentu sangat perpengaruh untuk pembangunan Desa Tanjung Setia, terutama potensi Desa Tanjung Setia seperti pemanfaatan tanah bangunan yang seharusnya dikelola oleh warga untuk membangun cotage untuk para turis wisatawan asing yang datang ke Desa Tanjung Setia sudah diambil alih oleh WNA.


(19)

8

Kepala Desa sendiri sebenarnya mempunyai peran penting dalam masalah ini, masyarakat banyak mempercayakan proses jual beli tanah kepada kepala desanya, Kepala Desa merupakan seorang yang menjadi tokoh utama dalam tata pemerintahan desa dan merupakan seorang pemimpin formal yang berpengaruh dalam kehidupan kemasyarakatan.

Terkait uraian diatas, adapun Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 pasal 14 ayat 1 tentang pelaksanaan Kewenangan dan Tugas Kepala Desa adalah sebagai berikut :

a. Memimpin penyelenggaraan pemerintahan desa berdasarkan kebijakan yang ditetapkan bersama BPD.

b. Mengajukan rancangan peraturan desa.

c. Menetapkan peraturan desa yang telah mendapat persetujuan besama BPD.

d. Menyusun dan mengajukan rancangan peraturan desa mengenai APB Desa untuk dibahas dan ditetapkan bersama BPD.

e. Membina kehidupan masyarakat desa. f. Membina perekonomian desa.

g. Mengkoordinasikan pembangunan desa secara partisipatif. h. Mewakili desanya di dalam dan di luar pengadilan dan dapat

menunjuk kuasa hukum untuk mewakilinya sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

i. Menyelenggarakan urusan pemerintahan. j. Menyelenggarakan urusan Pembangunan. k. Menyelenggarakan urusan kemasyarakatan.

Kepala Desa mempunyai peran dan juga kedudukan yang sangat penting dalam Pemerintahan Desa. Kepala Desa merupakan pemimpin terhadap jalannya tata urusan pemerintahan yang ada di desa. Seorang Kepala Desa merupakan penyelenggara dan sekaligus sebagai penanggung jawab atas jalannya roda pemerintahan dan pembangunan di dalam wilayahnya. Di samping menjalankan urusan pemerintahan dan pembangunan.


(20)

Kepala Desa juga mempunyai kewajiban lain yaitu menyelenggarakan urusan di bidang kemasyarakatan membina ketentraman dan ketertiban masyarakat serta membina dan mengembangkan jiwa dan semangat gotong royong masyarakat. Dengan berbagai kenyataan seperti di atas maka dapat dikatakan bahwa tugas dan kewenangan seorang Kepala Desa mempunyai ruang lingkup yang cukup luas, termasuk untuk melakukan transaksi jual beli tanah.

Berdasarkan tugas dan fungsi kepala desa sebagaimana yang telah di uraikan di atas bahwa kepala desa tidak mempunyai kewenangan dalam menerbitkan surat tanah, untuk peralihan hak atas tanah diperlukan suatu akta otentik yang dibuat oleh seorang pejabat umum yang disebut dengan Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) yang diangkat oleh pemerintah. Sehingga peralihan hak atas tanah tidak dapat dilakukan begitu saja tanpa memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Dari sisi ini kewenangan kepala desa menjadi menarik untuk dikaji lebih lanjut dalam proses peralihan hak atas tanah di pedesaan, berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 yang mengatur tentang tugas dan kewenangan kepala desa, kepala desa hanya bertugas untuk memberikan pelayanan terhadap urusan masyarakat, pembangunan desa, membina ketentraman masyarakatnya, serta dalam transaksi penjualan tanah. Dalam hal ini penulis mendapati permasalahan yang terjadi di desa tanjung setia, permasalahn yang terjadi yaitu kepala desa tanjung setia menerbitkan surat tanah atas transaksi jual beli tanah yang berlangsung.


(21)

10

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No 72 Tahun 2005 Tentang tugas kewenangan dan kewajiban kepala desa, kepala desa tidak mempunyai wewenang dalam menerbitkan surat tanah, hal ini dikarenakan adanya PPAT yang diberikan kewenangan formal oleh pemerintah untuk menerbitkan surat tanah.

Terkait berbagai kenyataan di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian guna mengetahui Penyalahgunaan Kewenangan Kepala Desa dalam menerbitkan surat tanah Terhadap Warga Asing di Desa Tanjung Setia Kabupaten Pesisir Barat.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Mengapa terjadi Penyalahgunaan Kewenangan Kepala Desa dalam Menerbitkan Surat Tanah terhadap Warga Asing di Desa Tanjung Setia ?”.

C.Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui bentuk Penyalahgunaan Kewenangan Kepala Desa dalam Menerbitkan Surat Tanah terhadap Warga Negara Asing di Desa Tanjung Setia.


(22)

D.Kegunaan Penelitian

1. Secara Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan pengembangan ilmu pemerintahan dan ilmu hukum Agraria yang berkaitan dengan masalah tanah khususnya berkaitan dengan kewenangan kepala desa dalam penerbitan surat tanah.

2. Secara Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang sangat berharga bagi, Kepala desa, Perangkat Desa, masyarakat Desa Tanjung Setia, khususnya Warga Desa Tanjung Setia yang menjual tanah terhadap Warga Negara Asing.


(23)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A.Tinjauan Tentang Kewenangan

1. Pengertian Kewenangan

Kewenangan secara umum merupakan lingkup kekuasaan yang dimiliki seseorang atau kelompok untuk memerintah, mengatur, dan menjalankan tugas di bidangnya masing-masing. Kewenangan merupakan unsur dari kekuasaan yang dimiliki seseorang. Dalam berkuasa biasanya seorang pemegang kuasa berwenangn untuk menjalankan kekuasaannya sesuai dengan wewenang yang diberikan kepadanya.

Menurut Kaplan (2011:6) adalah kewenangan adalah kekuasaan Formal yang berhak untuk mengeluarkan perintah dan membuat peraturan serta berhak mengharapkan kapatuhan terhadap peraturan-peraturan”. Adapun pengertian kewenangan menurut Budihardjo (2011:7) adalah Kewenangan adalah kekuasaan yang dilembagakan, kemampuan untuk melakukan tindakan hukum tertentu yang dimaksudkan untuk menimbulkan akibat hukum, dan hak yang berisi kebebasan untuk melakukan atau tidak melakukan tindakan tertentu atau menuntut pihak lain untuk melakukan tindakan tertentu.


(24)

Pengertian kewenangan menurut Stout (2010:71) adalah Pengertian yang berasal dari hukum organisasi pemerintah, yang dapat dijelaskan sebagai keseluruhan aturan yang berkenaan dengan perolehandan penggunaan wewenang-wewenang pemerintah oleh subjek hukum publik di dalam hubungan hukum publik.

Adapun pengertian kewenangan menurut Tonaer (2011:5) adalah kemampuan untuk melaksanakan hukum positif, dan dengan begitu, dapat diciptakan hubungan hukum antara pemerintah dengan warga negara. Otoritas atau kewenangan sering didefinisikan sebagai kekuasaan, kekuasaan yang memerintahkan kepatuhan kekuasaan itu meletakkan kleimnya atas otoritas yang dikuasai. Yang dimaksud dengan otoria atau wewenang ialah hak yang sudah didirikan, dalam ketertiban sosial manapun, untuk menetapkan kebijaksanaan, untuk mengumumkan keputusan pertimbangan atas pokok persoalan yang relevan, dan untuk mendamaikan pertentangan-pertentangan, atau pembimbing bagi orang-orang lain.

Berdasarkan uraian definisi diatas, penulis menyimpulkan bahwa pengertian kewenangan adalah kekuasaan yang dilembagakan berdasarkan peraturan-peraturan yang diharapakan agar peraturan-peraturan tersebut dapat di patuhi. Sehingga keweangan merupakan ketentuan dalam kekuasaan yang bisa digunakan oleh seorang pemegang kuasa untuk menjalankan roda kepemimpinannya


(25)

14

2. Penyalahgunaan Kewenangan ( Detournement De Pouvoir )

Penyalahgunaan Kewenangan merupakan suatu kebijakan yang diberikan suatu pejabat ke pejabat lainya yang ditujukan untuk menjalankan pekerjaanya tidak sesuai dengan kewenangan yang dimiliki pejabat tersebut dengan kata lain pejabat tersebut menyimpang dari wewenangnya, adapaun penyalahgunaan kewenangan menurut Menurut Rivero dan Waline dalam Buku Willy (2013:146), Penyalahgunaan Kewenangan dalam Hukum Administrasi terdiri dari 3 macam yaitu :

1. Penyalahgunaan kewenangan untuk melakukan tindakan-tindakan yang bertentangan dengan kepentingan umum atau untuk menguntungkan kepentingan pribadi, kelompok atau golongan.

2. Penyalahgunaan kewenangan yang kedua yaitu tindakan pejabat tersebut adalah benar ditujukan untuk kepentingan umum, tetapi menyimpang dari tujuan apa kewenangan tersebut diberikan oleh undang-undang atau peraturan-peraturan lain.

3. Penyalahgunaan kewenangan yang terakhir yaitu menyalahgunakan prosedur yang seharusnya dipergunakan untuk mencapai tujuan tertentu, tetapi telah menggunakan prosedur lain agar terlaksana.


(26)

B. Tinjauan Tentang Etika Pemerintahan

1. Pengertian Etika

Menurut oleh filusuf yunani besar Aristoteles. Etika berasal dari bahasa yunani kuno, kata yunani kuno “ethos” yang artinya etik dalam bentuk tunggal mempunyai banyak arti diantaranya, adat, akhlak, watak, perasaan, sikap, cara berfikir. Cara berfikir dapat diartikan sebagai pola berfikir manusia dalam melakukan kegiatan berbuat baik dan buruk. Dalam arti sempit etika sama maknanya dengan moral, yaitu adat istiadat atau kebiasaan. oleh filusuf yunani besar Aristoteles.

2. Pengertian Pemerintahan

Menurut Pamudji (2003:23) Pemerintahan dalam arti luas adalah

Lembaga-lembaga Negara yang menjalankan segala tugas pemerintah baik sebagai lembaga eksekutif, legislatif, maupun yudikatif dengan segala fungsi dan kewenanganya.

3. Pengertian Etika Pemerintahan

Menurut Maryani dan ludigdo (2002: 31), Etika Pemerintahan merupakan seperangkat aturan, norma atau pedoman yang mengatur prilaku manusia, baik yang harus dilakukan manusia dan yang harus ditinggalkan manusia. Baik yang dianut sekelompok atau segolongan masyarakat atau profesi


(27)

16

Menurut Ahmad (2007:67), Etika Pemerintahan memiliki arti ilmu pengetahuan yang menjelaskan baik atau buruk, menerangkan apa yg harus dilakukan oleh manusia, menyatakan tujuan yang harus dicapai oleh manusia dalam perbuatan dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang seharusnya diperbuat oleh manusia.

Menurut Fathoni (2002:164), Etika Pemerintahan adalah teori tentang tingkah laku, perbuatan manusia dipandang dari segi baik dan segi buruk sejauh mana yang dapat ditentukan oleh akal sehat manusia. Etika pemerintahan mempunyai beberapa indikator yaitu :

1. Utilitarian Approach yaitu setiap tindakan harus didasarkan pada konsekuensi nya. Oleh karena itu dalam bertindak seseorang seharusnya mengikuti cara-cara yang dapat memberi manfaat sebesar-besarnya kepada masyarakat, dengan cara yang tidak membahayakan dan dengan biaya serendah-rendahnya.

2. Individual Rights Approach yaitu tindakan ataupun tingkah laku seseorang harus dihindari apabila diperkirakan akan menyebabkan terjadi benturan dengan aturan-aturan yang berlaku.

3. Justice Approach yaitu para pembuat keputusan mempunyai kedudukan yang sama, dan bertindak adil dalam memberikan pelayanan baik terhadap masyarakat.

Berdasarkan definisi yang dikemukan oleh para ahli, dapat disimpulkan bahwa etika pemerintahan adalah sebagai pedoman berupa aturan-aturan yang berlaku untuk manusia dalam ilmu pengetahuan yang menjelaskan baik atau buruk


(28)

perbuatan manusia serta sebagai pedoman manusia dalam pekerjaan agar tidak melakukan kesalahan-kesalahan mendasar dalam ilmu pengetahuan.

C. Tinjauan Tentang Kepala Desa

1. Pengertian Kepala Desa

Kepala Desa menurut Talizidhuhu Ndraha (Djainuri 2003:114), merupakan pemimpin di desa, semua urusan tentang kemakmuran, kesejahteraan masyarakat pembangunan dan lain-lain merupakan kewajiban dari kepala desa sebagai pemimpin formal yang ditujuk oleh pemerintah.

Adapaun Pengertian kepala Desa Menurut (Tahmid 2004:32) Kepala Desa adalah pemimpin dari desa di Indonesia, Kepala Desa merupakan pimpinan dari pemerintah desa, Masa jabatan Kepala Desa adalah 6 tahun, dan dapat diperpanjang lagi untuk satu kali masa jabatan berikutnya. Kepala Desa tidak bertanggung jawab kepada Camat, namun hanya dikoordinasikan saja oleh Camat”. Jabatan Kepala Desa dapat disebut dengan nama lain, misalnya wali nagari, pambakal, hukum tua, perbekel, Peratin.

Berdasarkan pengertian diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud Kepala Desa adalah pemimpin Desa, segala urusan tentang permasalahan yang terkait dengan pembangunan fisik desa, permasalahan masyarakat desa, Kepala Desa mempunyai kewenangan untuk menyelesaikan segala permasalahan yang ada di Desa.


(29)

18

2. Kewajiban Kepala Desa

Kepala Desa dan Perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 mempunyai Kewajiban sebagai Kepala Desa yaitu :

1. Memegang teguh dan mengamalkan Pancasila, melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta mempertahankan dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

2. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

3. Memelihara ketentraman dan ketertiban masyarakat. 4. Melaksanakan kehidupan demokrasi.

5. Melaksanakan prinsip tata pemerintahan desa yang bersih dan bebas dari Kolusi, Korupsi dan Nepotisme.

6. Menjalin hubungan kerja dengan seluruh mitra kerja pemerintahan desa.

7. Menaati dan menegakkan seluruh peraturan perundang- undangan. 8. Menyelenggarakan administrasi pemerintahan desa yang baik.

9. Melaksanakan dan mempertanggungjawabkan pengelolaan keuangan. 10. Melaksanakan urusan yang menjadi kewenangan desa.

11. Mendamaikan perselisihan masyarakat di desa. 12. Mengembangkan pendapatan masyarakat dan desa.

13. Membina, mengayomi dan melestarikan nilai-nilai sosial budaya dan adat istiadat.

14. Memberdayakan masyarakat dan kelembagaan di desa dan

15. Mengembangkan potensi sumber daya alam dan melestarikan lingkungan hidup.

Berdasarkan pengertian diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa kewajiban Kepala Desa adalah untuk mengurus segala macam yang


(30)

mencakup tentang Desa seperti, pemeberdayaan Desa, pembangunan fisik Desa, urusan tentang masyarakat Desa yang mencakup ranah pemerintahan Desa.

3. Kewenangan Kepala Desa

Pelaksanakan tugas Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada peraturan pemerintah nomor 72 tahun 2006, Kepala Desa mempunyai wewenang yaitu :

1. Memimpin penyelenggaraan pemerintahan desa berdasarkan kebijakan yang ditetapkan bersama BPD.

2. Mengajukan rancangan peraturan desa.

3. Menetapkan peraturan desa yang telah mendapat persetujuan besama BPD.

4. Menyusun dan mengajukan rancangan peraturan desa mengenai APB Desa untuk dibahas dan ditetapkan bersama BPD.

5. Membina kehidupan masyarakat desa. 6. Membina perekonomian desa.

7. Mengkoordinasikan pembangunan desa secara partisipatif. 8. Mewakili desanya di dalam dan di luar pengadilan dan dapat

menunjuk kuasa hukum untuk mewakilinya sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Berdasarkan pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa wewenang Kepala Desa adalah membina, mengatur Desa baik dari segi sektor Pembangunan dan urusan kemasyarakatan untuk kemajuan Desa dan kemajuan kehidupan masyrakat desa, serta membuat Peraturan-peraturan Desa bersama BPD.


(31)

20

D. Tinjauan Tentang Desa

Di Indonesia terdapat kesatuan-kesatuan masyarakat hukum yang menjalankan pemerintahan sendiri berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat dan merupakan pemerintahan terbawah. Kesatuan masyarakat ini tidak mempergunakan nama yang sama di seluruh Indonesia. di jawa dan Madura disebut dengan nama Desa, di Palembang Marga, di Minangkabau Nagri, Kuhusus di Lampung semua daerah menggunakan nama desa, tetapi setelah era reformasi satu daerah dengan daerah yang lain tidak sama, ada yang mempergunakan nama pekon, kampung dan ada yang tetap menggunakan nama desa.

Istilah Desa disesuaikan dengan kondisi sosial budaya masyarakat setempat seperti nagari, kampung, pekon, huta, bori, dan marga. Pemebentukan, penghapusan dan atau penggabungan Desa ditetapkan dengan peraturan Desa dengan mempertimbangkan luas wilayah, jumlah penduduk, sosial budaya potensi dan lain-lain.

Terkait tentang Pengertian Desa diatas, berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang menyatakan bahwa “Kesatuan Wilayah hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat setempat yang dilalui dalam sistem pemerintahan nasional dan berada di daerah kabupaten”.

Penyelenggaraan pemerintah desa merupakan subsistem penyelenggaraan pemerintahan, sehingga desa memiliki kewenangan untuk mengatur dan


(32)

mengurus kepentingan masyarakatnya. Kepala Desa bertanggung jawab kepada Badan Perwakilan Desa dan menyampaikan laporan pelaksanaan tugas itu kepada Bupati. untuk itu Kepala Desa mempunyai wewenang untuk melakukan perbuatan hukum dan mengadakan perjanjian yang saling menguntungkan.

Sebagai perwujudan Demokrasi, di desa dibentuk Badan Perwakilan Desa atau sebutan lain (BPD), yang sesuai dengan budaya yang berkembang di desa yang bersangkutan, yang berfungsi sebagai lembaga legilasi, dan pengawasan dalam hal pelaksanaan peraturan desa, anggaran, pendapatan, dan belanja desa dan keputusan Kepala Desa.

Di Desa dibentuk lembaga kemasyarakatan desa lainnya sesuai dengan kebutuhan desa, Lembaga dimaksudkan merupakan mitra pemerintahan desa dalam rangka pemberdayaan masyarakat desa. Desa memiliki sumber pembiayaan berupa pendapatan desa, bantuan pemerintah dan pemerintah daerah, pendapatan lain-lain yang sah, sumbangan pihak ke tiga dan pinjaman desa. Berdasaran hak asal-usul desa yang bersangkutan , Kepala Desa mempunyai wewenang untuk mendamaikan perkara atau sengketa dari pada warganya.

Apa yang dikembangkan dalam kebijakan pemerintah desa yang kendati memuat konsep hak untuk menyelenggarakan rumah tangganya sendiri, namun bersamaan dengan itu pula, dinyatakan bahwa desa merupakan organisasi pemerintahan terendah di bawah camat, dengan sendirinya desa


(33)

22

merupakan representasi pemerintahan pusat. Hal ini berarti bahwa apa yang dianggap baik oleh pemerintah pusat dipandang baik pula untuk desa.

Berdasarkan pengertian diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa pengertian Desa adalah Suatu Kesatuan masyarakat hukum yang menjalankan pemerintahan sendiri berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat dan merupakan pemerintahan terbawah.

1. Arti Desa

Terkait arti Desa, sebagai basis kehidupan masyarakat, menurut Abdul Ghafar Karim dalam bukunya Dahlan Thaib (2003:260) mengemukakan bahwa : Desa mempunyai dua wilayah berbeda tetapi saling berkaitan, pertama, wilayah internal Desa, badan perwakilan Desa (BPD), institusi lokal, dan warga masyarakat. Kedua, wilayah eksternal Desa, yaitu wilayah hubungan antara Desa dengan pemerintahan pusat, provinsi, kabupaten dan kecamatan, dalam konteks formasi negara yang hirarkis sentralistik.

Desentralisali tanpa disertai demokratisasi sama saja memindahkan sentralisasi dan korupsi dari pusat ke daerah ke daerah atau Desa. Sebaliknya demokratisasi tanpa desentralisasi sama saja merawat hubungan yang jauh antara pemerintah dan rakyat, atau menjauhkan partisipasi masyarakat. Dalam berbagai literatur juga ditegaskan bahwa tujuan penting desentralisasi adalah mendorong tumbuhnya demokrasi lokal, sedangkan konsep desentralisasi demokratisasi merupakan bentuk pengembangan hubungan sinergis antara


(34)

pemerintah pusat dengan pemerintah lokal dan antara pemerintah lokal dengan masyarakat.

Sebagai miniatur negara Indonesia, Desa menjadi arena politik paling dekat bagi relasi antara masyarakat dengan pemegang kekuasaan atau perangkat desa. Para perangkat desa menjadi bagian dari birokrasi negara yang mempunyai segudang tugas kenegaraan diantaranya, menjalankan birokratisasi di level desa, melaksanakan program-program pembangunan, memberikan pelayanan administratif kepada masyarakat, serta melakukan kontrol dan evaluasi warga desa.

Tugas Pemerintahan Desa adalah memberikan pelayanan administratif atau surat menyurat kepada warga. Sudah lama birokrasi surat menyurat itu dianggap sebagai pelayanan publik, meskipun hal itu yang membutuhkan adalah negara bukan masyarakat. Semua unsur pelayanan desa selalu janji memberikan pelayanan prima selama 24 jam nonstop, karena itu kepala desa senantiasa membawa tas kecil dan membawa stempel untuk meneken surat yang dibutuhkan warga masyarakat.

Berdasarkan pemaparan diatas, dapat diketahui bahwa arti desa adalah sebagai tempat dimana masyarakat mengalami kehidupan yang di tata oleh sistem pemerintahan yang terkecil yang berbasis kepada pemerintahan pusat. Selain itu desa merupakan kesatuan dalam kehidupan berbangsa yang selalu menjadi tolak ukur pemerintah, dimana jika desa maju dalam semua sektor kehidupan,


(35)

24

E. Tinjauan Tentang Sertifikat Tanah

1. Pengertian Sertifikat Tanah

Sebutan "sertifikat" atau certificate (inggris), certificaat/certifikaat

(belanda), adalah merupakan tanda pernyataan atau keterangan yang

dikeluarkan atau diterbitkan oleh pejabat dan atau lembaga /institusi tertentu dengan tujuan tertentu. Dalam kamus bahasa Indonesia disebutkan bahwa sertipikat merupakan surat keterangan (pernyataan) tertulis atau tercetak dari orang yang berwenang yang dapat digunakan sebagai bukti pemilikan atau kejadian.

Menurut Harsono (2003 : 105), sertifikat tanah adalah suatu surat tanda bukti hak yang dikeluarkan pemerintah dalam rangka penyelenggaraan pendaftaran tanah atau merupakan suatu tanda bukti bahwa seseorang atau suatu badan hukum mempunyai suatu hak atas tanah atas suatu bidang tanah tertentu.

Soerodjo (2003 : 106), bahwa sertipikat tanah merupakan surat tanah bukti yang berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat mengenai data fisik dan data yuridis yang termuat didalamnya sepanjang data fisik dan data yuridis tersebut sesuai dengan data yang ada dalam surat ukur dan buku tanah yang bersangkutan.


(36)

F. Tinjauan Tentang Jenis-jenis Sertifikat

Menurut peraturan Presiden No. 71 Tahun 2012 kepemilikan tanah yang ada di Indonesia, ada lima jenis sertifikat tanah yang diakui legalitasnya. Lima jenis legalitas tanah tersebut yang pertama adalah hak milik

.

1. Sertifikat Hak Milik

hak milik yaitu hak kepemilikan dan pemakaian yang tidak punya jangka waktu tertentu. Jadi jika punya sertifikat ini artinya adalah pemegangnya punya hak sepenuhnya terhadap tanah yang dikuasainya. Hak jenis ini hanya bisa dimiliki oleh warga negara Indonesia saja.

2. Sertifikat Hak Guna Usaha atau HGU

Hak Guna Usaha atau HGU. Yaitu tanah yang dikuasai negara namun dapat dipakai oleh pihak tertentu atau perusahaan untuk pemberdayaan tanah tersebut. Misalnya untuk peternakan, pertanian, perikanan dan sebagainya. Luas tanah yang bisa dijadikan sebagai HGU minimal lima hektar namun tidak boleh lebih dari 25 hektar. Sedangkan lamanya maksimal 25 tahun namun dalam jangka waktu tersebut HGU bisa dialihkan ke pihak lain. Sertifikat HGU ini juga bisa dijadikan jaminan kredit.

3. Hak Guna Bangunan

Hak Guna Bangunan atau HGB, yaitu hak untuk membuat bangunan dan memilikinya di atas lahan yang bukan punyanya sendiri dan jangka waktunya paling lama adalah tigapuluh tahun. Seperti HGU, HGB juga bisa


(37)

26

dialihkan pada pihak lain. Obyek dari HGB antara lain yaitu tanah yang dipunyai secara langsung oleh negara atau tanah milik pribadi atau badan hukum dan digunakan oleh pihak lain dengan perjanjian tertentu.

4. Sertifikat Hak Pakai

Yang dimaksud dengan hak pakai yaitu hak memakai atau mengambil hasil tanah yang dimiliki negara atau pihak lain yang memberi kuasa pada pihak kedua melalui perjanjian yang berkaitan dengan pengelolaan tanah. Jadi bukan perjanjian sewa menyewa.

5. Hak Sewa Untuk Bangunan

Hak sewa untuk bangunan, Sertifikat ini bisa dimiliki oleh pribadi atau badan hukum yang punya hak sewa. Jadi pemilik sertifikat dapat memakai tanah dengan tujuan untuk mendirikan bangunan. Tapi sebelumnya harus ada perjanjian sewa menyewa dan pengguna tanah harus membayar kompensasi pada pemilik tanah sesuai dengan kesepakatan yang telah disetujui bersama. Sebenarnya ini bukan merupakan sertifikat, namun merupakan bentuk pernjanjian sewa menyewa tanah.

G.Tinjauan Tentang Tugas dan Wewenang Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT)

1. Tugas PPAT

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 1998 Tentang Tugas PPAT (Pejabat Pebuat Akta Tanah), tepat pada pasal 2 yang berbunyi :


(38)

“PPAT bertugas pokok melaksanakn sebagian kegiatan-kegiatan pendaftaran tanah dengan membuat akta tanah sebagai bukti telah dilakukanya perbuatan hukum tertentu mengenai hak atas tanah atau Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun, yang akan dijadikan dasar bagi pendaftaran perubahan data pendaftaran tanah yang diakibatkan oleh perbuatan hukum itu”

Perbuatan hukum sebagaimana dimaksudkan pada ayat 1 adalah sebagai berikut:

a. Jual beli b. Tukar menukar c. Hibah

d. Pemasukan ke dalam perusahaan (inbreng) e. Pembagian hak bersama

f. Pemeberian Hak Guna Bangunan/Hak Pakai atas tanah Hak Milik g. Pemberian Hak Tanggungan

h. Pemberian kuasa membebankan Hak Tanggungan

Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana yang dimaksudkan dalam pasal 2 seorang PPAT mempunyai kewenangan membuat akta otentik mengenai semua perbuatan hukum sebagaimana dimaksudkan dalam Pasal 2 ayat 2 mengenai hak atas tanah dan Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun yang terletak di dalam daerah kerjanya.

PPAT khusus hanya berwenang membuat akta mengenai perbuatan hukum yang disebut secara khusus dalam penunjukannya.

2. Wewenang PPAT

PPAT hanya berwenang membuat Akta Tanah mengenai hak atas tanah atau Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun yang terletak di dalam daerah kerjanya. Akta tukar menukar, akta pemasukan ke dalam perusahaan, dan


(39)

28

akta pembagian hak bersama mengenai beberapa hak atas tanah dan Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun yang tidak semuanya terletak di dalam daerah kerja seorang PPAT dapat dibuat oleh PPAT yang daerah kerjanya meliputi salah satu bidang tanah atau satuan rumah susun yang haknya menjadi obyek perbuatan hukum dalam akta.

H.Tinjauan Tentang Warga Negara

1. Warga Negara

Menurut P. N. H. Simanjuntak (2006: 9) Warga Negara adalah mereka yang berdasarkan hukum merupakan anggota dari suatu negara, warga negara mempunyai peranan penting yaitu sebagai pendukung dalam usaha pembelaan negara, Warga Negara atau Rakyat mempunyai dengan posisinya masing-masing memiliki peran besar dalam menjaga negara, mempertahankan, dan membela keutuhan wilayah serta kedaulatan Negara dari ancaman.

Berdasarakan pengertian diatas, dapat diambil kesimpulkan bahwa Warga Negara adalah individual yang bertempat tinggal dan berdomisili di suatu negara yang di akui oleh Negara dengan identitas yang sah dari badan Hukum di suatu Negara.

2. Warga Negara Asing

Menurut P. N. H. Simanjuntak (2006: 9) Warga Negara Asing adalah mereka yang berada di suatu Negara tetapi secara hukum tidak menjadi


(40)

anggota Negara yang bersangkutan dan tunduk pada pemerintahan dimana mereka berada Contohnya : Duta besar, kunjugan wisata.

Berdasarakan pengertian diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa Warga Negara Asing adalah Individual yang tidak menetap di suatu negara yang dimana mereka harus patuh dengan peraturan-peraturan negara di tempat mereka berada.

3. Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah tentang Warga Asing

Adapun undang-undang dan peraturan pemerintah yang mengatur tentang keberadaan Warga Negara Asing di Negara Indonesia yaitu :

1. Peraturan Nomor 31 tahun 1994 tentang Pengawasan orang asing dan tindakan keimigrasian.

2. Undang-undang Nomor 9 Tahun 1992 tentang Keimigrasian. I. Kerangka Fikir

Berdasarkan peraturan pemerintah (PP) No 41 Tahun 1996 tentang pemilikan Rumah Tinggal atau Hunian oleh Orang Asing tersebut yang berkedudukan di Indonesia, yang boleh di beli oleh Warga Asing hanyalah yang dibangun di atas tanah Hak Pakai Atas Tanah Negara. Dimana hak yang dimaksud adalah mendirikan rumah dengan sertifikat resmi dan legal dari Badan Pertanahan Nasional, tetapi makin banyak jenis hak atas tanah, makin lebar celah “peneyelundupan” hukum di indonesia. Banyak terjadi dan sudah menjadi rahasia umum, kepemilikan asing atas properti terjadi dengan atas nama


(41)

30

pasangan atau teman berwarga Negara Indonesia, yang “dilegalkan” dengan pemberian kuasa di antara mereka.

Lebih lanjut mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang pendaftaran tanah, yang mempunyai wewenang dalam menerbitkan, membuat dan mengesahkan adanya suatu akta Otentik Tentang Tanah adalah PPAT. Sesuai dengan pernyataan diatas, ada tiga proses yang harus dilewati dalam menerbitkan akta tanah diantaranya adalah yang pertama mengurus kelengkapan dokumen seperti KTP, KK, Akta jual beli, yang kedua melengkapi dokumen dari kepala desa yang berupa surat pengantar dan yang terakhir mendaftar ke Badan Pertanahan Nasional.

Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang pendaftaran tanah, adapun Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2006, Tetang Kewenangan Kepala Desa yaitu, Memimpin penyelenggaraan pemerintahan desa berdasarkan kebijakan yang ditetapkan bersama BPD, Mengajukan rancangan peraturan desa, Menetapkan peraturan desa yang telah mendapat persetujuan besama BPD, Menyusun dan mengajukan rancangan peraturan desa mengenai APB Desa untuk dibahas dan ditetapkan bersama BPD, Membina kehidupan masyarakat desa, Membina perekonomian desa, Mengkoordinasikan pembangunan desa secara partisipatif, Mewakili desanya di dalam dan di luar pengadilan dan dapat menunjuk kuasa hukum untuk mewakilinya sesuai dengan peraturan perundang-undangan.


(42)

Terkait mengenai proses penerbitan sertifikat tanah secara formal menurut PP PP No.24 1997, penulis menjelaskan bahwa di Desa Tanjung Setia terjadi penerbitan sertifikat tanah secara non formal yang dilakukan oleh Kepala Desa Tanjung Setia terhadap WNA, prosenya dilaksanakan melalui satu tahapan yaitu WNA meminta pertolongan Kepala Desa untuk menerbitkan sertifikat tanah dengan imbalan uang yang jumlahnya melebihi ketetapan Badan Pertanahan Nasional.

Berdasarkan uraian diatas, Kepala Desa Tanjung Setia sudah Melebihi Kewenangannya yang biasa disebut Penyalahgunaan Kewenangan, adapaun Penyalahgunaan Kewenangan Menurut Rivero dan Waline (Ridwan H.R 2006 : 146), Penyalahgunaan Kewenangan dalam Hukum Administrasi terdiri dari 3 macam yang pertama Penyalahgunaan kewenangan untuk melakukan tindakan-tindakan yang bertentangan dengan kepentingan umum atau untuk menguntungkan kepentingan pribadi, kelompok atau golongan.

Penyalahgunaan kewenangan yang kedua yaitu tindakan pejabat tersebut adalah benar ditujukan untuk kepentingan umum, tetapi menyimpang dari tujuan apa kewenangan tersebut diberikan oleh undang-undang atau peraturan-peraturan lain. Penyalahgunaan kewenangan yang terakhir yaitu menyalahgunakan prosedur yang seharusnya dipergunakan untuk mencapai tujuan tertentu, tetapi telah menggunakan prosedur lain agar terlaksana.

Terkait Teori Detaournemnet de Pavoir yang diungkapkan Rivero dan Waline, adapun Etika Pemerintahan menurut Fathoni (2002:164), diantaranya adalah, Utilitarian Approach yaitu setiap tindakan harus didasarkan pada konsekuensi


(43)

32

nya. Oleh karena itu dalam bertindak seseorang seharusnya mengikuti cara-cara yang dapat memberi manfaat sebesar-besarnya kepada masyarakat, dengan cara yang tidak membahayakan dan dengan biaya serendah-rendahnya, Individual Rights Approach yaitu tindakan ataupun tingkah laku seseorang harus dihindari apabila diperkirakan akan menyebabkan terjadi benturan dengan hak orang lain, Justice Approach yaitu para pembuat keputusan mempunyai kedudukan yang sama, dan bertindak adil dalam memberikan pelayanan baik terhadap masyarakat.

.

Berdasarkan definisi-definisi beberapa ahli diatas, Penulis kaitkan antara Teori Detournement de Pavoir dan Teori Etika Pemerintahan, bahwa Kepala Desa Tanjung Setia melebihi Kewenangan dan Kepala Desa Tanjung Setia melanggar kaidah-kaidah yang sudah ada dalam Etika Pemerintahan.

Desa Tanjung Setia mempunyai daerah pariwisata yang indah, hal ini dtunjukan dengan banyaknya WNA yang berdatangan ke wilayah pariwisata dan bertempat tinggal di wilayah pariwisata, dengan datangnya WNA tentu menunjang kemajuan desa, tetapi dalam hal konteks ini kedatangan WNA banyak membuat pro dan kontra di Desa Tanjung Setia, hal ini dikarenakan banyaknya jumlah tanah yang sudah menjadi milik WNA, selain itu munculnya sertifikat tanah untuk WNA yang dilakukan oleh Kepala Desa Tanjung Setia. Berdasarkan pemaparan diatas, penelitian ini dilakukan untuk melihat Kewenangan Kepala Desa Tanjung Setia terindikasi menyalahgunakan kewenangan. Agar lebih mudah dalam memahami penelitian ini, berikut adalah bagan kerangka fikir penelitian :


(44)

Gambar 1. Kerangka Pikir

Gambar 1. Kerangka Fikir PP NO.41 Tahun 1996 Tentang Pemilikan

Rumah Tinggal atau Hunian oleh Warga Asing

Kewenangan Kepala Desa Kepala Desa melebihi Kewenanganya PP NO.24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran

Tanah

TEORI DETOURNEMENT DE POUVOIR ( Rivero dan Waline )

Penyalahgunaan kewenangan untuk melakukan tindakan-tindakan yang bertentangan dengan kepentingan umum atau untuk menguntungkan kepentingan pribadi, kelompok atau golongan.

Penyalahgunaan kewenangan yang berupa tindakan pejabat tersebut adalah benar ditujukan untuk kepentingan umum, tetapi menyimpang dari tujuan apa kewenangan tersebut diberikan oleh undang-undang atau peraturan-peraturan lain.

menyalahgunakan prosedur yang seharusnya dipergunakan untuk mencapai tujuan tertentu, tetapi telahmenggunakan prosedur lain agar terlaksana.

Mendeskripsikan Penyalahgunaan Kewenangan yang terjadi di Desa Tanjung Setia Kabupaten Pesisir Barat

TEORI ETIKA PEMERINTAHAN

( Fathoni )

Utilitarian Approach. Individual Rights

Approach.


(45)

34

III. METODE PENELITIAN

A. Tipe Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe penelitian deskriptif. Menurut Nawawi (2001:63), penelitian deskriptif adalah sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki, dengan menggambarkan keadaan subjek atau objek penelitian berdasarkan fakta-fakta yang nampak sebagaimana adanya, yang tidak terbatas, pada pengumpulan data dan penyusunan data, tetapi melihat analisa dan interprestasi tentang arti data itu.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian dengan pendekatan kualitatif. Menurut Bogdan dan Tylor dalam bukunya Moleong (2002: 3) mengemukakan bahwa :

” Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menggunakan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Penelitian ini menyusun desain yang secara terus menerus disesuaikan dengan kenyataan di lapangan. Penelitian kualitatif tidak bertujuan untuk mengkaji atau membuktikan kebenaran suatu teori tetapi teori yang sudah ada dikembangkan dengan menggunakan data yang dikumpulkan”.

Berdasarkan penelitian ini, setelah peneliti mengumpulkan data dalam bentuk hasil wawancara, dokumentasi, dan observasi maka untuk selanjutnya data tersebut akan dianalisis lebih mendalam lagi sehingga membentuk suatu kesimpulan ilmiah-alamiah yang dapat diterima oleh berbagai kalangan,


(46)

terutama dalam hal ini adalah Kepala Desa dan kalangan masyarakat sebagai pihak yang merasakan atas tindakan yang dilakukan Kepala Desa.

Alasan memilih metode kualitatif yaitu : pertama, menyesuaikan metode ini lebih mudah apabila berhadapan dengan kenyataan jamak (kompleks/heterogen). Kedua, metode ini menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara peneliti dan informan. Ketiga, metode ini lebih peka dan menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama terhadap pola-pola nilai yang dihadapi. Alasan lain dari dipilihnya metode ini dikarenakan pemahaman terhadap permasalahan lebih bersifat kualitatif yang didasarkan pada persepsi, eksplorasi pemikiran, dan pengembangan konsep.

Berbicara metode penelitian kualitatif berarti berbicara proses dalam pencapaian suatu tujuan yang diinginkan, bukan berbicara pada output (keluaran/hasil akhir), membatasi studi dengan fokus yang jelas, dan hasilnya dapat disepakati oleh kedua belah pihak (peneliti dan subyek penelitian). Berdasarkan pendapat para ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa metode deskriptif merupakan sebuah metode yang digunakan untuk meneliti suatu objek dengan cara menentukan, menafsirkan data yang ada, danpelaksanaanya melalui pengumpulan data yang diteliti. Metode ini dianggap relevan untuk dipakai karena dapat menggambarkan objek yang ada. Adapun objek dalam penelitian ini adalah Penyalahgunaan kewenangan Kepala Desa tanjung setia dalam penerbitan Surat tanah.


(47)

36

B. Fokus Penelitian

Fokus penelitian dalam penelitian kualitatif yaitu apa yang menjadi sasaran peneliti dalam penelitiannya. Fokus penelitian merupakan hal yang penting jika kita melakukan sebuah penelitian yang bersifat kualitatif. Melalui fokus penelitian, diharapkan dapat membatasi studi yang akan dilaksanakan, dapat memandu peneliti untuk mengarahkan suatu penelitian. Tanpa adanya fokus penelitian, maka seorang peneliti akan mudah terjebak oleh melimpahnya volume data yang diperoleh di lapangan.

Miles dan Huberman (Miles dan Huberman, 1992:60) mengemukakan bahwa Memfokuskan dan membatasi pengumpulan data dapat dipandang kemanfaatannya sebagai reduksi data yang sudah diantisipasi. Ini merupakan bentuk pra analisi yang mengesampingkan variabel-variabel dan yang memperhatikan lainnya. Dengan adanya pemfokusan akan menghindari pengumpulan data yang sembarangan dan hadirnya data yang melimpah ruah.” Sesuai dengan uraian di atas dalam penelitian ini yang menjadi fokus penelitian adalah untuk mengetahui penerbitan surat tanah dalam konteks penyalahgunaan kewenangan kepala desa di Desa Tanjung Setia Kabupaten Pesisir Barat.


(48)

Berdasarkan uraian diatas adapun Penyalahgunaan Kewenangan yang dimaksud menurut Rivero dan Waline dalam Buku Willy (2013:146) terdiri dari tiga macam yaitu :

1. Penyalahgunaan kewenangan yang dimaksud untuk melakukan tindakan-tindakan yang bertentangan dengan kepentingan umum atau untuk menguntungkan kepentingan pribadi, kelompok atau golongan.

2. Penyalahgunaan kewenangan yang kedua yaitu tindakan pejabat tersebut adalah benar ditujukan untuk kepentingan umum, tetapi menyimpang dari tujuan apa kewenangan tersebut diberikan oleh undang-undang atau peraturan-peraturan lain.

3. Penyalahgunaan kewenangan yang terakhir yaitu menyalahgunakan prosedur yang seharusnya dipergunakan untuk mencapai tujuan tertentu, tetapi telah menggunakan prosedur lain agar terlaksana.

Terkait teori detournement de pavoir, adapun teori Etika pemerintahan menurut Fathoni (2002:164) mempunyai beberapa indikator yaitu :

1. Utilitarian Approach yaitu setiap tindakan harus didasarkan pada konsekuensi nya. Oleh karena itu dalam bertindak seseorang seharusnya mengikuti cara-cara yang dapat memberi manfaat sebesar-besarnya kepada masyarakat, dengan cara yang tidak membahayakan dan dengan biaya serendah-rendahnya.


(49)

38

2. Individual Rights Approach yaitu tindakan ataupun tingkah laku seseorang harus dihindari apabila diperkirakan akan menyebabkan terjadi benturan dengan aturan-aturan yang berlaku.

3. Justice Approach yaitu para pembuat keputusan mempunyai kedudukan yang sama, dan bertindak adil dalam memberikan pelayanan baik terhadap masyarakat.

C.Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian merupakan tempat dimana peneliti melakukan penelitian, terutama sekali dalam menangkap fenomena yang sebenarnya terjadi dari objek yang diteliti dalam rangka mendapatkan data-data penelitian yang akurat. Penentuan lokasi ditentukan peneliti dengan sengaja. Menurut Moleong (2011:86) dalam penentuan lokasi penelitian cara yang terbaik dengan jalan mempertimbangkan teori subtantif dan menjajaki lapangan untuk mencari kesesuaian. Sebagai pertimbangan dalam menentukan lokasi penelitian.

Penelitian ini dilakukan di dalam lingkungan Desa Tanjung Setia dan objek wisata bahari Kabupaten Pesisir Barat.

D.Jenis Data

Dalam penelitian ini ada dua jenis data yang digunakan, yaitu data primer dan data sekunder.

1. Data Primer

Data Primer menurut Iqbal Hasan (2002:82) adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung di lapangan oleh orang melakukan penelitian atau


(50)

yang bersangkutan yang memerlukannya. Data primer dalam penelitian adalah data yang diperoleh dar hasil wawancara yaitu berupa pertanyaan mengenai penggambaran proses penerbitan surat tanah yang dilakukan oleh Kepala Desa Tanjung Setia terhadap WNA di Kabupaten Pesisir Barat. 2. Data Sekunder

Menurut Iqbal Hasan (2002:82), data Sekunder yaitu data yang mendukung data primer, mencakup data lokasi penelitian dan data lain yang mendukung masalah penelitian. Data sekunder dalam penelitian ini yaitu berupa dokumen yang penulis dapatkan dari prariset dan riset yang peneliti lakukan dalam proses penelitian di Kabupaten Pesisir Barat.

E.Penentuan Informan

Informan dalam penelitian ini adalah pegawai Badan Pertanahan Daerah, Istri Warga Negara Asing, Tokoh Masyarakat Desa Tanjung Setia, Warga Desa Tanjung Setia yang menjual tanah terhadap WNA. Dari beberapa informan diharapkan dapat terungkap kata-kata tindakan yang diharapkan. Kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati atau diwawancarai merupakan sumber data utama (Moleong, 2002:112).

Teknik penentuan informan dilakukan secara purposive sampling. Menurut Faisal (1997:63), teknik pengambilan sampel purposive adalah sampel ditetapkan secara sengaja oleh peneliti, dalam hubungan ini lazimnya dinyatakan atas kriteria-kriteria atau pertimbangan-pertimbangan tertentu, jadi


(51)

40

tidak melalui proses pemilihan sebagaimana yang dilakukan dalam teknik random.

Menurut Spreadley dan faisal (1990:60), agar memperoleh informasi yang lebih terbukti, terdapat beberapa kriteria yang perlu dipertimbangkan yakni : 1. Subyek yang lama dan intensif dengan suatu kegiatan atau aktifitas yang

menjadi sasaran atau perhatian penelitian.

2. Subyek yang masih terkait secara penuh dan aktif pada lingkungan atau kegiatan yang menjadi sasaran atau perhatian penelitian.

3. Subyek yang mempunyai cukup banyak informasi, banyak waktu dan kesempatan untuk dimintai keterangan.

4. Subyek yang berada atau tinggal pada sasaran yang mendapat perlakuan yang mengetahui kejadian tersebut.

Kriteria yang ditentukan oleh penulis dalam menentukan informan berdasarkan pertimbangan diatas, yaitu :

1. Pegawai Kantor Urusan Pertanahan Kabupaten Pesisir Barat 2. Istri Warga Negara Asing

3. Tokoh masyarakat Desa Tanjung Setia

4. Warga Desa Tanjung Setia yang menjual tanah terhadap WNA. F. Teknik Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan pada penelitian ini didasarkan pada data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari penelitian dilapangan, termasuk wawancara dan observasi dengan masyarakat Desa tanjung setia khususnya yang mngetahui proses penerbitan surat tanah yang dilakukan Kepala Desa Tanjung Setia terhadap WNA di Kabupaten Pesisir Barat secara langsung dan secara individu. Sedangkan data sekunder diperoleh dari studi pustaka terhadap


(52)

peraturan perundang-undangan sebagai dokumen resmi dan literatur-literatur yang lain. Selain itu bahan sekunder juga didapatkan dari literatur-literatur seperti buku panduan, seminar, internet, dan lain-lain.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Wawancara

Dalam penelitian ini teknik wawancara digunakan sebagai cara untuk mengumpulkan data. Menurut Moleong (2002:135) menjelaskan bahwa wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu, percakapan ini dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan.

Penggunaan metode wawancara dalam penelitian ini ditujukan untuk mengungkapkan data tentang bentuk penyalahgunaan kewenangan Kepala Desa Tanjung Setia dalam proses penerbitan surat tanah terhadap WNA, Wawancara dilakukan kepada informan yang telah ditentukan dengan menggunakan daftar pertanyaan yang serupa.

Wawancara peneliti lakukan dengan salah satu Pegawai Kantor Urusan Pertanahan Pesisir Barat Kabupaten, Istri WNA, Tokoh masyarakat Desa Tanjung Setia dan WNI yang menjual tanah terhadap WNA, wawancara dilakukan di Kabupaten pesisir Barat, terkait penyalahgunaan yang dilakukan Kepala Desa Tanjung Setia dalam penerbitan surat tanah terhadap WNA. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis wawancara terbuka dan alat pengumpulan data yang berupa pedoman wawancara yaitu


(53)

42

instrumen yang berbentuk pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara langsung kepada informan.

2. Dokumentasi

Menurut Suharsimi Arikunto (1998 : 236) dokumentasi adalah suatu metode pengumpulan data dengan melihat catatan tertulis dan dapat dipertanggungjawabkan serta menjadi alat bukti yang resmi. Metode ini digunakan untuk mengungkap tentang bentuk penyalahgunaan yang dilakukan Kepala Desa dalam proses penerbitan Surat Tanah Terhadap Warga Asing. Penggunaan metode dokumentasi ini ditujukan untuk melengkapi dan memperkuat data dari hasil wawancara, sehingga diharapkan dapat diperoleh data yang lengkap, menyeluruh dan memuaskan. 3. Observasi

Menurut Suharsini Arikunto (1998:236), teknik observasi yaitu untuk menjelaskan gejala yang terjadi, dimaksudkan sebagai pengumpulan data selektif sesuai dengan pandangan seorang peneliti. Selain itu terdapat data yang yang tidak dapat ditanyakan kepada informan, ada diantaranya membutuhkan pengamatan secara langsung peneliti.

Beberapa item yang perlu diobservasi yaitu keadaan tempat sosial politik berlangsung, benda, peralatan, perlengkapan, termasuk letak dan penggunaanya, para pelaku termasuk status, jenis kelamin, usia dan sebagainya, kegiatan yang berlangsung, tindakan-tindakan, serta waktu berlangsungnya peristiwa. Pada penelitian ini penulis melakukan observasi


(54)

di lingkungan Desa Tanjung Setia dan wisata Bahari pada hari minggu tanggal 9 juni, 2013.

G. Teknik Pengolahan Data

Menurut Suharsimi Arikunto (1998:238), Terkait pengolahan data merupakan teknik operasional setelah data terkumpul. Adapun teknik pengolahan data pada penelitian ini adalah data yang diperoleh dari hasil wawancara, dokumentasi dan observasi tersebut kemudian diolah dengan cara :

1. Inventarisasi data, yaitu mengumpulkan data dari hasil wawancara,

dokumentasi dan observasi. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara langsung dengan informan yang telah ditentukan melalui media perekam audio (tape recorder)dan alat perekan lainya, sedangkan observasi dilakukan dengan melihat, meneliti situasi objek di lapangan. Data yang berasal dari hasul dokumentasi dikumpulkam baik berupa literatur (buku), ataupun dokumen-dokumen tentang kegiatan yang akan anda teliti dengan orang yang berkaitan (data terlampir).

2. menyeleksi data yang sesuai dengan permasalahan yang diteliti. Penseleksian data ini dilakukan dengan cara memilah-milah data yang diperoleh dari hasil wawancara, dokumentasi dan observasi untuk ditentukan mana yang dapat berguna dan mana yang tidak dapat dipakai dalam penelitian ini.

3. Mengklasifikasikan data, data yang telah diseleksi tersebut diklasifikasikan dan dilihat jenisnya serta hubunganya berdasarkan panduan wawancara


(55)

44

yang telah dibuat (jika data dari hasil wawancara) atau berdasarkan jenis kegiatan jika data berbentuk dokumen kegiatan.

4. Menyusun data dengan menempatkan data tersebut pada posisi pokok bahasa secara sistematis. Penyusunan dan penempatan data sesuai dengan alur analisis yang telah penulis susun dalam pembahasan dan penempatan serta penentuan volume data disesuaikan dengan yang dibutuhkan.

H.Teknik Analisis Data

Analisis data menurut Patton dalam bukunya moleong (2002:103), adalah proses mengatur urutan data kedalam suatu pola kategori dan satuan uraian bear. Analisis data menggunakan analisis deskriptif yang sifatnya induktif (kesimpulan khusus menjadi umum), yaitu berusaha untuk memperoleh kesimpulan berdasarkan pemikiran yang alamiah dari berbagai jawaban yang diperoleh atau mencoba mendalami dan meneropong gejala sosial-politik dengan menginterprestasikan masalah yang terkandung di dalamnya.

Kesimpulan atas interpretasi jawaban yang akan diambil dari analisis deskriptif ini bersifat tentative/ tidak tentu, selalu diulang-ulang karena sewaktu-waktu kesimpulan yang ada dikemudian hari dapat berubah. Intinya kesimpulan yang akan dibuat dari hasil analisis data kualitatif dimaksudkan agar kita dapat memahami fenomena politik/pemerintahan yang kompleks.

Menurut Matthew dan huberman (1992:20) ada beberapa teknik analisis data yang dapat dilakukan yaitu reduksi data (penyaringan/pemilihan data), display data (penyajian data) dan verifikasi data (pengujian keabsahan/kebenaran data).


(56)

Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemusatan pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan tranformasi data “kasar” dengan melakukan pemotongan (rangkum) data sehingga hanya hal-hal pokok saja yang diambil.

Display data yaitu menyajikan sekumpulan informasi yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan, melihat gambaran keseluruhan atau tabel. Tahap verifikasi yakni mencari hubungan, persamaan dari data yang diperoleh baik pada saat sebelum, selama, maupun setelah pengumpulan data sehingga dapat dicapai suatu kesimpulan.

Berikut ini adalah bagan teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

Gambar 2. Teknik Analisis Data Pengumpulan Data

Penyajian Data

Reduksi Data

Kesimpulan-kesimpulan : Penarikan/Verifikasi


(57)

46

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Kondisi Geografis

1. Batas Wilayah Desa Tanjung Setia

Wilayah Desa Tanjung Setia merupakan bagian wilayah Kecamatan Pesisir Selatan Kabupaten Pesisir Barat. Secara administratif Desa Tanjung Setia memiliki batas-batas sebagai berikut:

- Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Pagar Dalam. - Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Biha. - Sebelah Timur berbatasan dengan Hutan Marga. - Sebelah Barat berbatasan dengan Samudra Hindia.

(Sumber: Profil Desa Tanjung Setia Kecamatan Pesisir Selatan Kabupaten Pesisir Barat Tahun 2013)

2. Luas Wilayah Desa Tanjung Setia

Tanjung Setia ( 05°18’00” LS - 104°00’00”) masuk kedalam wilayah aministrasi kecamatan pesisir selatan. Morfologi pantai ini datar hingga landai ( 2% - 8% ), karakteristik garis pantai teluk ini terdiri dari pasir, kerikil, dan kerakal.


(58)

Jenis penggunaan tanah di wilayah Desa Tanjung Setia terdiri dari dua bagian besar yaitu penggunaan tanah untuk kawasan budidaya dan non budidaya atau kawasan lindung. Bila dilihat secara parsial maka dari luasan wilayah Desa Tanjung Setia seluas 2500 Ha umumnya di dominasi oleh penggunaan lahan perkebunan dengan luas 1500 Ha dari luas seluruh wilayah Desa. Kemudian menyusul jenis penggunaan tanah persawahan dan perumahan penduduk dengan luasan 900 Ha dari luas seluruh wilayah Desa, dan yang terkecil adalah penggunaan untuk daerah zona wisata yaitu dengan luas 100 Ha.

3. Luas dan Orbitasi Desa Tanjung Setia

Secara keseluruhan luas wilayah yang dimiliki Desa Tanjung Setia yaitu 2,500 ha/m2 yang terdiri atas luas pemukiman, luas persawahan, luas perkebunan, luas kuburan, luas pekarangan, luas taman, luas perkantoran dan luas prasarana umum lainnya. sedangkan orbitasi atau jarak tempuh desa adalah :

- Jarak dari Desa Tanjung Setia ke Ibukota Kecamatan 5 km - Jarak dari Desa Tanjung Setia ke Ibukota Kabupaten 36 km - Jarak dari Desa Tanjung Setia ke Ibukota Provinsi 360 km (Sumber: Profil Desa Tanjung Setia Kecamatan Pesisir Selatan Kabupaten


(59)

48

4. Iklim dan Keadaan Tanah

Curah hujan rata-rata mencapai 0,3 mm, suhu rata-rata harian 20oC dan Desa Tanjung Setia berada pada ketinggian 5 meter dari permukaan laut. Sementara jenis tanah yang ada pada Desa Tanjung Setia sebagian besar adalah tanah lempungan sehingga cocok untuk aktivitas pertanian dan persawahan penduduk dan sedikit tanah pasir.

5. Potensi Wisata

Potensi wisata adalah wisata alam yang merupakan ciptaan manusia, tata hidup seni-budaya serta sejarah bangsa dan tempat atau keadaan alam yang mempunyai daya tarik untuk dikunjungi. Potensi wisata pada Desa Tanjung Setia dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4. Potensi wilayah Desa Tanjung Setia

No Potensi Wilayah Luas

1 Laut(wisata pulau, taman laut, situs sejarah bahari, pantai dll)

60 Ha

2 Argowisata 40 Ha

Jumlah 100 Ha

(Sumber: Profil Desa Tanjung Setia Kecamatan Pesisir Selatan Kabupaten Pesisir Barat Tahun 2013)

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa potensi wisata pada Desa Tanjung Setia Kecamatan Pesisir Selatan Kabupaten Pesisir Barat terdiri dari wisata laut (wisata pulau, taman laut, situs sejarah bahari, pantai dll) seluas 60 Ha dan Argowisata seluas 40 Ha, dengan demikian banyaknya daya tarik di Desa Tanjung Setia terutama di sektor pariwisata pantai


(60)

bahari, banyaknya WNA yang berdatangan ke Desa Tanjung Setia hanya ingin melihat keindahan ombak laut Desa, terlepas dari keindahan wisata bahari, WNA sudah memiliki cotage yang dibangun diatas tanah Desa Tanjung Setia atas kepemilikan pribadi dengan mengatasnama istri dari WNA yang berkebangsaan Indonesia, tanah yang dimiliki WNA ± 20 Ha dengan demikian lokasi pinggiran pantai Desa Tanjung Setia yang sangat diminati oleh WNA untuk berbisnis dan mendirikan rumah tempat tinggal.

B. Kondisi Demografi

Secara keseluruhan jumlah penduduk Desa Tanjung Setia adalah 1.272 orang yang terdiri dari 784 kepala keluarga. Untuk lebih jelasnya mengenai kondisi demografi Desa Tanjung Setia berikut diuraikan komposisi penduduk berdasarkan jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, mata pencaharian, dan suku.

1. Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Untuk mengetahui gambaran penduduk Desa Tanjung Setia berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5. Komposisi Penduduk Desa Tanjung Setia Berdasarkan Jenis Kelamin

No. Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%)

1. Laki-laki 569 44,73%

2. Perempuan 703 55,27%

Jumlah 1.272 100%

(Sumber: Profil Desa Tanjung Setia Kecamatan Pesisir Selatan Kabupaten Pesisir Barat Tahun 2013)


(61)

50

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa jumlah penduduk Desa Tanjung Setia adalah 1.272 orang yang terdiri atas laki-laki berjumlah 569 atau 44,73% dan perempuan berjumlah 703 atau 55,27%. Dengan demikian diketahui bahwa jumlah penduduk berjenis kelamin perempuan lebih banyak dari pada penduduk berjenis kelamin laki-laki.

2. Distribusi Penduduk Berdasarkan Umur

Penduduk adalah orang-orang yang berdomisili secara tetap dalam wilayah suatu negara untuk jangka waktu yang lama. Untuk mengetahui gambaran penduduk Desa Tanjung Setia berdasarkan umur dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 6. Komposisi Penduduk Desa Tanjung Setia Berdasarkan Umur

No. Umur Jumlah Persentase (%)

1. 0-6 tahun 216 16,98%

2. 7-12 tahun 167 13,13%

3. 13-18 tahun 205 16,15%

4. 19-24 tahun 160 12,58%

5. 25-55 tahun 280 22,01%

6. 56 keatas 244 19,18%

Jumlah 1.272 100%

(Sumber: Profil Desa Tanjung Setia Kecamatan Pesisir Selatan Kabupaten Pesisir Barat Tahun 2013)

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa golongan umur mayoritas pada penduduk Desa Tanjung Setia berada pada kelompok umur 25-55 tahun yang berjumlah 280 orang atau 22,01% dan golongan umur minoritas berada pada kelompok umur 19-24 tahun yang berjumlah 160 orang atau 12,58% dari keseluruhan jumlah penduduk yang ada.


(62)

3. Distribusi Penduduk Berdasarkan Etnis

Kelompok etnis adalah kelompok sosial dalam sistem sosial atau kebudayaan yang mempunyai arti atau kedudukan tertentu karena keturunan, adat, agama, bahasa, dan sebagainya. Anggota-anggota suatu kelompok etnik meiliki kesamaan dalam hal sejarah (keturunan), bahasa (baik yang digunakan ataupun tidak), sistem nilai, serta adat-istiadat dan tradisi. Untuk mengetahui gambaran penduduk DesaTanjung Setia berdasarkan suku atau etnis kedaerahan penduduknya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 7. Komposisi Penduduk Desa Tanjung Setia Berdasarkan Suku

No. Suku Jumlah Persentase (%)

1. Lampung 1.040 81,76%

2. Jawa 129 10,14%

3. Sunda 75 5,90%

4. Minang 2 0,16%

5. Semendo/Ogan 20 1,57%

6. Banjar 3 0,24%

7. Bugis 3 0,24%

Jumlah 1.272 100%

(Sumber: Profil Desa Tanjung Setia Kecamatan Pesisir Selatan Kabupaten Pesisir Barat Tahun 2013)

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa mayoritas penduduk Desa Tanjung Setia beretnis Lampung, suku lampung ini merupakan penduduk asli Desa Tanjung Setia yang berjumlah 1.040 orang atau 81,76% dari keseluruhan jumlah penduduk. Suku atau etnis lain yang mendiami Desa Tanjung Setia adalah penduduk pendatang yang terdiri atas suku jawa, sunda, minang, semendo/ogan, banjar dan bugis.


(63)

52

4. Distribusi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan adalah suatu kondisi jenjang pendidikan yang dimiiki oleh seseorang melalui pendidikan forma yang dipakai oleh pemerintah serta disahkan oleh departemen pendidikan .Untuk mengetahui gambaran penduduk Desa Tanjung Setia berdasarkan tingkat pendidikannya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 8. Komposisi Penduduk Desa Tanjung Setia Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No. Pendidikan Jumlah Persentase (%)

1. TK 145 11,40%

2. SD 240 18,87%

3. SLTP/Sederajat 280 22,01%

4. SMA/Sederajat 230 18,08%

5. Diploma 120 9,43%

6. SI 101 7,94%

7. S2 40 3,14%

8. Tidak sekolah 116 9,12%

Jumlah 1.272 100%

(Sumber: Profil Desa Tanjung Setia Kecamatan Pesisir Selatan Kabupaten Pesisir Barat Tahun 2013)

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa mayoritas penduduk Desa Tanjung Setia adalah tamatan SLTP/Sederajat yang berjumlah 280 orang atau 22,01% dari jumlah keseluruhan penduduk yang ada, namun pada Desa Tanjung Setia juga masih terdapat penduduk yang tidak mengenyam pendidikan yang berjumlah 116 orang atau 9,12%.


(1)

8. Sosial Politik Desa Tanjung Setia

1. Organisasi Sosial Kemasyarakatan

Organisasi sosial merupakan perkumpulan sosial yang dibentuk oleh masyarakat. Baik yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum, yang berfungsi sebagai saran partisipasi masyarakat dalam pembangunan bangsa dan negara. Sebagai makhluk yang selalu hidup bersama-sama. Beberapa Organisasi Sosial Kemasyarakatan yang terdapat di Desa Tanjung Setia diantaranya :

Tabel 11. Organisasi yang terdapat di Desa Tanjung Setia

NO Jenis Organisasi Jumlah Anggota

1 LKPM 3 Orang

2 PKK 5 Orang

3 Karang Taruna 25 Orang

4 Kelompok Tani 15 Orang

5 Lembaga Adat 9 Orang

(Sumber: Profil Desa Tanjung Setia Kecamatan Pesisir Selatan Kabupaten Pesisir Barat Tahun 2013).

Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa organisasi yang terdapat di Desa Tanjung Setia terdiri dari LKPM, PKK, Karang Taruna, Kelompok Tani, Lembaga Adat yang mayoritas anggotanya masih sangat terlalu minim, untuk sebuah Desa, berdasarkan


(2)

62

penelitian yang penulis dapatkan ha ini dikarenakan tidak adanya kepedulian Kepala Desa tehadapa masyarakat dalam hal organisasi. 9. Sarana dan Prasarana DesaTanjung Setia

Sarana merupakan Beberapa fasilitas umum yang berguna untuk menunjang kehidupan masyarakat Desa dan untuk memenuhi fasilitas masyrakat dalam kehidupan sehari-hari, adapaun sarana yang terdapat pada Desa Tanjung Setia diantaranya:

Tabel 12. Sarana dan Prasarana Desa Tanjung Setia

No. Jenis Nama Jumlah Unit

1 Perkantoran Kantor Peratin 1

2 SD/sederajat 1

3 Peribadatan Masjid 3

Surau/Mushola 2

4 Olahraga Lapangan Bulu Tangkis 1

Lapangan Volley 1

5 Kesehatan Puskesmas 1

6 Transportasi Jalan aspal 13 km

Jalan tanah 3 km

(Sumber: Profil Desa Tanjung Setia Kecamatan Pesisir Selatan Kabupaten Pesisir Barat Tahun 2013).

Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa sarana yang terdapat di Desa Tanjung Setia yang terdiri dari kantor pertanian, SD, Masjid, Mushala, Lapangan Voley, Puskesmas, Jalan Aspal, Jalan tanah, dalam hal ini terlihat jelas bahwa saran yang terdapat di Desa Tanjung Setia masih sangat minim fasilitas, hal ini dapat dilihat dari jumlah fasilitas yang berada di Desa Tanjung Setia.


(3)

VI. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang penulis dapatkan, adapun simpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian mengenai Penyalahgunaan Kewenangan Kepala Desa Tanjung Setia dalam menerbitkan surat tanah terhadap warga asing, maka secara jelas diketahui beberapa simpulan yang menyangkut hasil penelitian antara lain :

1. Kepala Desa Tanjung Setia menyalahgunakan Kewenangan yang dimilikinya dengan melakukan penerbitan surat tanah terhadap Warga Negara Asing.

2. Bentuk penyalahgunaan yang dilakukan Kepala Desa Tanjung Setia ada 3 (tiga) yaitu penyalahgunaan kewenangan untuk kepentingan pribadi, penyalahgunaan yang melanggar aturan-aturan pemerintah dan penyalahgunaan kewenangan yang tidak sesuai dengan prosedur.

3. Kepala Desa Tanjung Setia melanggar kaidah-kaidah yang sudah ada dalam Etika Pemerintahan sehingga tindakan-tindakan yang dilakukan Kepala Desa Tanjung Setia merugikan masyarakat Desa.


(4)

92

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan, maka saran yang dapat diberikan adalah :

1. Kepala Desa Tanjung Setia seharusnya lebih mementingkan kepentingan masyrakat dibandingkan kepentingan pribadi, sehingga tidak merugikan aset berharga Desa Tanjung Setia yang berupa tanah.

2. Kepala Desa Tanjung Setia harus mematuhi kaidah-kaidah yang sudah ada dalam Etika Pemerintahan, sehingga dalam melakukan tindakan yang berhubungan dengan aset Desa, Kepala Desa tidak merugikan masyarakat.

3. Kantor Urusan Pertanahan Kabupaten Pesisir Barat harus melakukan pengawasan yang ketat terhadap Kepala Desa, bahkan memberikan sanksi yang tegas terhadap Kepala Desa yang melakukan tindakan yang menyimpang dari kewenangan yang dimilikinya.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Arikunto, Suharsimi. 1998. Metodologi Penelitian Sosial. Yogyakarta. Liberty

Ahmad. 2007. Etika Pemerintahan. Bandung. Rineka Cipta

Djatmiko Boedi, Harsono Boedi, Soerodjo Irawan. 2003. Sertifikat Hak Dan

Kekuatan Pembuktiannya. Jakarta. Bina Aksara

Djainuri, Aries dkk. 2003. Sistem Pemerintahan Desa. Bandar Lampung. Pusat Penerbit Universitas Lampung

Fathoni.2002. Etika Pemerintahan. Bandung. Rineka Cipta

Ganjong. 2007. Pemerintahan Daerah Kajian Politik dan Hukum. Bogor. Ghalia Indonesia

Hasan, Iqbal. 2002. Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Jakarta. Ghalia Indonesia

Huberman, Michael dan Miles, B. Matthew. 1992. Analisis Data Kualitatif. Jakarta. Universitas Indonesia Press

Kartasapoetra, G. 1991. Hukum Tanah Jaminan UUPA Bagi Keberhasilan

Pendayagunaan Tanah. Jakarta. Rineka cipta

Lestari, Amanda Putri Lubis, Kaplan Abraham, Stout H.D, Budiharjo Meriam. 2011. Upaya dan Tindakan Hukum. Jakarta. Cintya Press Maryani, ludigdo. 2002.Etika Pemerintahan. Bandung. Rineka Cipta

Nawawi, Hadari. 2001. Penelitian Sosial. Jakarta. Rineka Cipta Nazir. Moh. 1999. Metode Penelitian. Jakarta. Ghalia Indonesia

Pamudji. 2003. Pengantar Pemerintahan di Indonesia. Bandung. Erlangga Sapoetrakerta, dkk. 1984. Hukum Tanah Jaminan UUAP Bagi Penyagunaan


(6)

Suandra, I Wayan. 1994. Hukum Pertanahan Indonesia. Jakarta. Rineka Cipta

Spreadley dan Faisal. 1990. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta. Rineka Cipta

Simanjuntak P. N. H. 2008. Kewarganegaraan. Bandung. Erlangga Sugiyono. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung. Alfabeta Willy. 2013. Dasar-Dasar Hukum Administrasi Negara. Jakarta Timur. Sinar

Grafika B. Sumber Lain :

Permendagri Dalam Pasal 15 4/2007.

Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1996 tentang Pemilikan Rumah Tempat Tinggal atau Hunian oleh Orang Asing yang berkedudukan di Indonesia. Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah.

Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 pasal 14 ayat 1 tentang pelaksanaan Kewenangan dan Tugas Kepala Desa.

Peraturan Nomor 31 tahun 1994 tentang Pengawasan orang asing dan tindakan keimigrasian.

Peraturan Pemerintah 37 Tahun 1998 Tentang Peraturan Jabatan Pejabat Akta Tanah.

Peraturan Menteri Negara Agraria/ Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 3 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997, sertifikat Tanah.

Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Pokok-Pokok Agraria(UUPA).

http://id.Kerupukkulit. penyalahgunaan kewenangan. org. com. diakses pada tanggal 15 mei 2013, pukul 10.00 WIB.


Dokumen yang terkait

Konstelasi Politik Dalam Pemilihan Kepala Desa (Studi Kasus : Pemilihan Kepala Desa Huta Ibus Kecamatan Lubuk Barumun Kabupaten Padang Lawas)

5 85 73

Eksistensi Kepala Desa Sebagai Mediator Dalam Penyelesaian Sengketa Alternatif (Studi di Kabupaten Nias)

0 39 141

Peranan Kepala Desa dalam Pembangunan Masyarakat Desa Studi Kasus di Dua Desa di Kabupaten DT II Bogor Propinsi Jawa-Barat

0 5 164

Pembentukan Jaringan Sosial pada Proses Pemilihan Kepala Desa (Studi Kasus Pemilihan Kepala Desa di Desa Tanjung Anom, Kecamatan Mauk, Kabupaten Tangerang, Propinsi Jawa Barat)

0 9 110

SISTEM PEMILIHAN KEPALA DESA (PERATIN) PERSPEKTIF KETATANEGARAAN DALAM ISLAM (Studi Kasus di Pekon Way Jambu Labuhan Krui Kecamatan Pesisir Selatan Kabupaten Pesisir Barat

1 17 92

Kewenangan Desa dalam Pembangunan Desa Pasal 18 dan Pasal 22 mpdf

0 1 2

KEWENANGAN KEPALA DESA DALAM PENGELOLAAN USAHA DESA DI DESA MORO KECAMATAN SEKARAN KABUPATEN LAMONGAN

0 0 114

Analisis Hukum Islam Terhadap Peran Kepemimpinan Kepala Desa Dalam Pembangunan Desa Periode 2010 – 2016 (Studi di Desa Negeri Ratu Kecamatan Pesisir Utara Kabupaten Pesisir Barat) - Raden Intan Repository

0 1 92

ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PERALIHAN HAK ATAS TANAH BAGI WARGA NEGARA ASING DENGAN CARA MELAKSANAKAN PERKAWINAN CAMPURAN DENGAN WARGA NEGARA INDONESIA (Studi Kasus Perkawinan Campuran Pada Masyarakat Pekon Tanjung Setia Kec. Pesisir Selatan Kab.Pesisir

0 0 92

PERAN PEREMPUAN DALAM MEMBANTU EKONOMI KELUARGA DI DESA TANJUNG SETIA KECAMATAN PESISIR SELATAN KABUPATEN PESISIR BARAT - Raden Intan Repository

0 0 114