PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TIPE NUMBER HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN TEMATIK KELAS I A SDN 08 METRO TIMUR TAHUN PELAJARAN 2013/2014

ABSTRAK
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TIPE NUMBER HEADS
TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS
DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN
TEMATIK KELAS I A SDN 08 METRO TIMUR
TAHUN PELAJARAN 2013/2014

Oleh
Marlita Kristanti
Penelitian ini berlatar belakang dari rendahnya aktivitas dan hasil belajar
siswa kelas I A SD Negeri 08 Metro Timur pada pembelajaran tematik. Penelitian
ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa melalui model
pembelajaran tipe Numbered Heads Together (NHT) pada kelas I A dengan
jumlah 26 siswa yang terdiri dari 13 siswa perempuan dan 13 siswa laki-laki.
Metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Prosedur penelitian dilaksanakan melalui proses pengkajian berdaur, yang terdiri
dari 4 tahap, yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) pengamatan,
dan (4) refleksi. Penelitian dilaksanakan dalam 2 siklus, setiap siklus terdiri dari 2
pertemuan. Data penelitian diperoleh melalui lembar observasi dan tes formatif
(kognitif). Teknis analisis data yang digunakan adalah analisis kualitatif dan
kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukan bahwa penggunaan model pembelajaran tipe
NHT dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran
tematik. Dengan demikian penelitian ini dinyatakan berhasil. Pada siklus I ratarata siswa untuk rata-rata hasil belajar kognitif yaitu 65,76, sikap dengan rata-rata
65,96 kategori “baik”, dan keterampilan dengan rata-rata 57,70 dengan kategori
“cukup terampil”. Pada siklus II siswa mencapai hasil belajar meningkat dengan
rata-rata 75,76 kategori “Baik”, sikap 71,34 kategori “baik”, dan keterampilan
mendapatkan nilai 73,07 kategori “terampil”.

Kata kunci : aktivitas belajar, hasil belajar, number heads together.

RIWAYAT HIDUP

Peneliti dilahirkan di Lampung pada tanggal 2 Maret 1992,
anak ke-2 dari tiga bersaudara dari Bapak Teguh Budi Krisnanto
dan Ibu Ika Mustika Rini.
Peneliti

menempuh

pendidikan


Sekolah

Dasar

(SD)

diselesaikan di SDS 01 Sugar Group pada tahun 2004, Sekolah Menengah Pertama
(SMP) di SMP Sugar Group pada tahun 2007, dan Sekolah Menengah Atas (SMA)
di SMA Sugar Group pada tahun 2010.
Pada tahun 2010, peneliti terdaftar sebagai mahasiswa program Sarjana
Pendidikan Universitas Lampung.

PERSEMBAHAN

ِ‫ح َمنِ ال َرحِيم‬
ْ ‫سمِ الَلهِ ال َر‬
ْ ِ‫ب‬
Dengan


mengucap

syukur

Alhamdulillah

kupersembahkan

mahakaryaku ini untuk orang yang kusayangi:
 Ayahanda Teguh Budi Krisnanti dan Ibunda Ika Mustika Rini
tercinta

sekaligus motivator terbesar dalam hidupku yang

selalu mendampingiku dan tak pernah jemu menyayangiku. Tak
pernah cukup ku membalas cinta ayah bunda.,
 Kakanda Septian Kristianto, adinda Safira Anggarini dan
Alfianna

Gita


Sari

tercinta

yang

selalu

mendukungkung,

dukungan moral, materil, doa, dan semangat yang sangat
berharga bagiku.
 Seseorang yang selalu memberikan semangat dan mendukung
dalam selesainya karya tulis ini,
 Keluarga keduaku, Bapak Hi. Sadeni dan keluarga yang selalu
menyayangiku sebagaimana keluarga,
 Sahabat-sahabat tersayang Risty, Zulia, Saras, Reni, dan Amink
yang selalu menemaniku dan berbagi suka duka bersama-sama,
serta memberikan motivasi dalam hidupku.

 Teman-teman seperjuangan VII B neni, ma’ul, jaya, mayang,
riri, serli, serlia, hardi, rimba, aji, via, fauzi, erwi, aya, dita,
rizka, rina, ipul, fahmi, akmal, indah, yuyun, nana, ratna,
bagus, suli, rani, mega, putu, ve, umi, sinta dan
 Almamater UNILA tercinta.

MOTO

Kejayaan adalah tujuan kita walaupun sulit untuk
meraihnya (An-Nahl : 43)

Bagi manusia yang penting bukan berapa lama ia hidup,
tapi bagaimana ia akan menjalani hidupnya. (Lau Tse)

Bersyukurlah bahwa Tuhan mempercayakan anda
kesabaran ketika sejumlah kesulitan mendatangi anda
(Marlita Kristanti)

SANWACANA


Penulis memanjatkan doa serta puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan

rahmat dan hidayah

Nya

sehingga

penulis

dapat

menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa proses penelitian dan penyusunan skripsi ini tidak
akan mungkin terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu
penulismengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1.

Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M. Si., selaku Dekan FKIP Unila yang telah

memberikan dukungan yang teramat besar terhadap perkembangan program
studi PGSD.

2.

Bapak Drs. Baharuddin Risyak, M. Pd., selaku Ketua Jurusan Ilmu
Pendidikanyang telah memberikan sumbangsih untuk kemajuan kampus
PGSD tercinta.

3.

Bapak Dr. Hi. Darsono, M. Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Ilmu
Pendidikan yang telah banyak memberikan kemajuan untuk kampus PGSD
tercinta.

4.

Bapak Dra. Asmaul Khair, M. Pd., selaku Ketua PGSD UPP Metro yang
telah memberikan dukungan dan bantuan selama proses penyusunan skripsi.


5.

Ibu Dra.Nelly Astuti, M. Pd., selaku Pembimbing I atas semua jasanya dan
kesabarannya dalam membimbing

dan memberikan masukan yang

membangun guna kesempurnaan skripsi.
6.

Bapak Drs. Siswantoro, M. Pd., selaku Pembimbing II dan Pembimbing
Akademik yang dalam kesibukannya senantiasa meluangkan waktu untuk
memberikan bimbingan dalam penyusunan penelitian ini.

7.

Bapak Drs. Hi. A. Sudirman, S. Pd, M. H., selaku Pembahas/Penguji yang
selalu memberikan masukan dan saran yang sangat membangun.

8.


Bapak/Ibu Dosen dan Staff karyawan S1 PGSD UPP Metro, yang telah
banyak membantu sampai skripsi ini selesai.

9.

Kepala Sekolah SDN 08 Metro Timur dan segenap guru SDN 08 Metro
Timur, serta para siswa yang telah memberikan bantuan atas kelancaran
selama penelitian.

10. Kedua orang tuaku tercinta, saudara-saudara tersayang, seluruh keluarga dan
orang terdekatku yang telah memberikan motivasi dan bantuan dalam
menyelesaikan studi ini.
11. Seluruh teman-teman seperjuangan angkatan 2010 kelas B yang selama ini
sudah melewati suka dan duka bersama-sama.
12. Sahabat-sahabat, teman-teman, dan seluruh rekan mahasiswa PGSD atas
semua dukungan, motivasi, dan bantuan yang selalu diberikan.

Menyadari


bahwa

dalam

penyusunan

skripsi

ini

mungkin

masih

terdapatkesalahan atau kekurangan daik dalam penulisan maupunpengetikan,
kritik dan saran yang membangun sangat diperlukan guna perbaikan di masa
yang akan datang. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis
dan pembaca sekalian.

Metro,


Juli 2014

Penulis

Marlita Kristanti

DAFTAR ISI

A

Halaman

DAFTAR TABEL.......................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN
A.
B.
C.
D.
E.

Latar Belakang Masalah ............................................................................
Identifikasi Masalah ..................................................................................
Rumusan Masalah .....................................................................................
Tujuan Penelitian.......................................................................................
Manfaat Penelitian.....................................................................................

1
5
5
6
7

BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Model Pembelajaran.................................................................................. 8
1. Pengertian Model Pembelajaran ......................................................... 8
2. Macam-Macam Model Pembelajaran ................................................. 9
B. Cooperative Learning ............................................................................... 11
1. Pengertian Cooperative Learning ...................................................... 11
2. Tujuan Cooperative Learning ............................................................ 12
3. Karakteristik Cooperative Learning................................................... 13
4. Keunggulan dan Kelemahan Cooperative Learning .......................... 13
5. Tipe-Tipe Cooperative Learning ....................................................... 14
C. Model Cooperative Learning Tipe Number Heads Together ................... 15
1. Pengertian Number Heads Togother ................................................... 15
2. Tujuan Number Heads Togother......................................................... 15
3. Manfaat Number Heads Togother....................................................... 16
4. Kelemahan dan Kelebihan Number Heads Togother.......................... 17
5. Langkah-Langkah Number Heads Togother....................................... 17
D. Belajar ....................................................................................................... 19
1. Pengertian Belajar ............................................................................... 19
2. Aktivitas Belajar.................................................................................. 22
3. Hasil Belajar ........................................................................................ 23
E. Pembelajaran Tematik ............................................................................... 24

1. Pengertian Tematik ............................................................................. 24
2. Rambu-Rambu Pembelajaran tematik................................................. 26
3. Keunggulan Pembelajaran Tematik .................................................... 26
4. Pendekatan Scientific .......................................................................... 27
5. Langkah-langkah Pembelajaran tematik ............................................. 30
6. Penilaian Otentik ................................................................................. 31
F. Hipotesis Tindakan.................................................................................... 32
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian .......................................................................................... 33
B. Setting Penelitian ...................................................................................... 34
C. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................ 35
D. Alat Pengumpulan Data ............................................................................ 35
E. Teknik Analisis Data ................................................................................. 36
F. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas ......................................................... 41
G. Indikator Keberhasilan .............................................................................. 54
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ......................................................................................... 55
1. Hasil Observasi dan Kondisi Pembelajaran Tematik di SD Negeri 08
Metro Timur ......................................................................................... 55
a. Profil SD Negeri 08 Metro Timur ................................................. 55
b. Deskripsi Awal .............................................................................. 56
c. Persiapan Pembelajaran ................................................................. 58
2. PelaksanaanKegiatan dan Hasil Penelitian ........................................... 58
a. Siklus I........................................................................................... 58
b. Siklus II ......................................................................................... 68
c. Hasil Temuan ................................................................................ 77
BAB VKESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan................................................................................................ 88
B. Saran .......................................................................................................... 89

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................
LAMPIRAN-LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

1.1 Kategori Penilaian Sikap ........................................................................... 39
1.2 Kriteria Penilaian Unjuk Kerja .................................................................. 39
1.3 Kriteria Keaktifan Kelas ............................................................................ 40
1.4 Kategori Kinerja Guru ............................................................................... 40
1.5 Kriteria Ketuntasan Belajar ....................................................................... 42
1.6 Jadwal Perencanaan Penelitian .................................................................. 42
3.1 Instrumen Penilaian Aktivitas Siswa ........................................................ 37
3.2 Pedoman Aktivitas Siswa .......................................................................... 38
3.3 Instrumen Penilaian Kinerja Guru ............................................................. 38
3.4 Pedoaman Kinerja Guru ............................................................................ 41
3.5 Kategori Kinerja Guru ............................................................................... 41
3.6 Instrumen Penilaian Sikap ......................................................................... 42
3.7 Analisis penilaian Sikap ............................................................................ 43
3.8 Instrumen PenilaianKeterampilan ............................................................. 43
3.9 Kriterian Penilaian Unjuk Kerja ................................................................ 44
3.10 Kriteria Ketuntasan Belajar ..................................................................... 46
4.1 Rekapitulasi Aktivitas Siswa ..................................................................... 71
4.2 Rekapitulasi Aktivitas Guru ...................................................................... 73

4.3 Rekapitulasi HasislBelajra Kognitif Siswa ............................................... 75
4.4 Rekapitulasi HasislBelajra Afektif Siswa ................................................. 77
4.5 Rekapitulasi Hasisl Belajar Psikomotor Siswa ......................................... 78

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Halaman

1.1 Diagram Pengajaran .................................................................................. 13
2.2 Diagram Pengajaran ................................................................................... 22
4.1 Mengamati Tumbuhan ............................................................................... 56
4.2 Diagram Kenaikan Rata-Rata Kinerja Guru .............................................. 56
4.3 Diagram Ketuntasan Belajar Siswa ............................................................ 79

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan suatu proses yang dialami oleh setiap individu dan
berlangsung sepanjang hayat. Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan
potensi yang dimiliki individu, membentuk kepribadian individu yang cakap
dan kreatif, serta bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Hal tersebut sejalan dengan pengertian pendidikan dalam UU No. 20
Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional bahwa pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara.
Jika ingin menjadi pribadi yang memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara maka seseorang harus menempuh
pendidikan. Pendidikan menjadi sesuatu yang sangat penting untuk diperoleh
bagi setiap individu dalam memenuhi tuntutan zaman yang selalu mengalami
perkembangan.
Selanjutnya Sagala (2010: 4) me nyatakan bahwa pendidikan merupakan
suatu proses dalam rangka mempengaruhi peserta didik supaya mampu
menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan lingkungannya dan yang akan
menimbulkan perubahan pada dirinya yang memungkinkan, sehingga
berfungsi sesuai kompetensinya dalam kehidupan masyarakat.

2

Ki Hajar Dewantara (Ihsan, 2008: 5) mendefinisikan pendidikan umumnya
berarti daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan
batin, karakter), pikiran (intelek), dan tubuh anak. Pendidikan meliputi
pendidikan formal, informal dan nonformal. Sesuai dengan kurikulum yang
baru, saat ini pembelajaran di SD mulai diarahkan pada kurikulum 2013, dan
dalam kurikulum 2013 ini sangat erat kaitannya dengan pembelajaran tematik,
dimana di dalamnya menggabungkan beberapa pelajaran dalam satu tema yg
masih memiliki saling ketrkaitan antara mata pelajarannya.
Untuk mencapai tujuan pendidikan, maka kurikulum merupakan salah satu
aspek yang menjadi pertimbangan penting. Hal ini dikarenakan kurikilum
memayungi pendidikan Indonesia atau dapat dikatakan menjadi landasan
dalam pendidikan yang ada di Indonesia. Konsep kurikulum berkembang
sejalan dengan perkembangan teori dan praktik pendidikan, juga bervariasi
sesuai dengan aliran atau teori pendidikan yang dianutnya. Kurikulum
dipandang sebagai kumpulan mata pelajaran yang harus disampaikan guru
atau dipelajari oleh siswa. Anggapan ini telah ada sejak zaman yunani kuno,
dalam lingkungan atau hubungan tertentu pandangan ini masih dipakai sampai
sekarang Beeby (Trianto, 2011: 101)
Dengan adanya kurikulum 2013 yang menerapkan pembelajaran tematik,
menjadikan siswa dapat belajar dari pengalaman maupun lingkungan sekitar.
Upaya untuk menunjang tercapainya pembelaajaran tematik tersebut harus
didukung dengan iklim pembelajaran yang kondusif dan mendukung. Iklim
pembelajaran yang diciptakan guru di dalam kelas sangat mendukung akan
keberhasilan tercapainya tujuan suatu pembelajaran.

3

Sebagai model inovasi, model pembelajaran tematik tidaklah mudah untuk
dilaksanakan karena memerlukan penyesuaian diri dan kemauan untuk
beradaptasi. Hal ini mengingat bahwa pada model pembelajaran tematik yang
memadukan berbagai disiplin ilmu memerlukan manajemen pembelajaran
yang kompleks. Salah satu Sekolah Dasar (SD) yang sudah menerapkan
Kurikulum 2013 dalam pembelajaran di kelas adalah SD Negeri 08 Metro
Timur.
Berdasarkan hasil observasi dengan guru kelas pada tanggal 15 dan 17
Desember 2013, ditemukan beberapa kekurangan dalam proses pembelajaran,
salah satunya adalah belum tercapainya Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).
Dari jumlah keseluruhan 26 siswa, pada hasil belajar kognitif hanya 10 siswa
atau 38,5% siswa yang mencapai KKM dan 16 siswa atau 61,5% siswa belum
mencapai KKM. Seangkan hasil belajar afektif siswa, terdapat 17 siswa
(65,38%) siswa belum mencapai ketuntasan dan hanya 9 siswa (34,62%)
siswa mencapai ketuntasan belajar. Untuk hasil psikomotor siswa, terdapat 13
siswa (50%) siswa belum lulus dan 13 siswa (50%) siswa yang sudah lulus
KKM. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar siswa pada pelajaran tematik
di kelas I A SDN 08 Metro Timur belum maksimal, dan nilai rata-rata siswa
yaitu 64 dengan nilai terendah 45 dan nilai tertinggi 80. Sedangkan KKM
yang ditentukan adalah 69 (data nilai ulangan harian tahun pelajaran
2013/2014).
Masalah di atas, disebabkan antara lain karena: (1) Diketahui bahwa dalam
proses pembelajaran guru masih terpaku pada buku (text book), (2) guru
belum maksimal dalam mengelola pembelajaran baik dengan menggunakan

4

strategi, model, dan metode pembelajaran, terutama model pembelajaran tipe
Numbered Heads Together (NHT), (4) kurikulum yang masih baru serta
proses pembelajaran yang masih baru juga memungkinkan rendahnya hasil
belajar yang dicapai oleh siswa. Hal ini mengakibatkan siswa kurang berani
bertanya dan mengemukakan pendapat, (5) di dalam proses pembelajaran
siswa kurang aktif, suasana belajar kurang kondusif untuk mendukung
pencapaian hasil belajar siswa, sehingga hasil belajar rendah.
Untuk mengatasi masalah tersebut, diperlukan soslusi, salah satunya yaitu
menerapkan model pembelajaran yang diharapkan dapat meningkatkan
aktivitas dan hasil belajar siswa. Selanjutnya Isjoni (2011: 50) mengemukakan
dalam cooperative learning terdapat beberapa variasi model yang dapat
diterapkan, yaitu diantaranya: (a) Student Team Acievement Division, (b)
jigsaw, (c) Group Investigastion, (d) Rotating Trio Exchange, (e) Group
Resume, (f) Number Heads Together, dan lain-lain. Isjoni (2011: 5)
mengemukakan perkembangan model pembelajaran dari waktu ke waktu terus
mengalami perubahan. Terkait dengan pendekatan konstruktivisme dalam
pembelajaran, salah satu model pembelajaran yang kini banyak mendapat
respon adalah model pembelajaran kooperatif atau cooperative learning.
Diantara beberapa tipe pembelajaran Coopertave Learning seperti yang
sudah disebutkan, disini peneliti membahas tentang tipe Numbered Heads
Together (NHT). NHT merupakan salah satu tipe dari model cooperative
learning. NHT adalah terjemahan dari nomor berkepala bersama. Hal ini juga
dijelaskan oleh Isjoni (2011: 68) mengemukakan bahwa NHT, yaitu teknik

5

yang memberi kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide
dan pertimbangan jawaban yang paling tepat.
Berdasarkan beberapa model pembelajaran tersebut, salah satu model
pembelajaran yang dipandang lebih tepat untuk diterapkan di Kelas I A SD
Negeri 08 Metro Timur

pada pembelajaran tematik dan dimungkinkan

mampu mengatasi permasalahan di atas ialah model pembelajaran cooperative
learning tipe Number Heads Together atau dapat disingkat NHT. Model
cooperative learning tipe NHT diyakini mampu mengatasi permasalahan di
atas, karena model cooperative learning tipe NHT dapat menumbuhkan cara
berpikir kritis, dan memungkinkan siswa belajar secara aktif. Selain itu juga
model pembelajaran ini dapat diterapkan pada siswa kelas tinggi maupun
kelas rendah.
Berdasarkan uraian di atas maka penulis merasa perlu untuk meningkatkan
perbaikan pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas yang berjudul:
Penerapan Model Pembelajaran Tipe Number Headss Together (NHT) Untuk
Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran Tematik
Kelas I A SD N 08 Metro Timur Tahun Pelajaran 2013/2014.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasi
permasalahan yang ada, yaitu sebagai berikut.
a. Guru masih terpaku pada buku (text book).
b. Guru belum maksimal dalam menggunakan strategi, model, dan metode
pembelajaran

yang bervariasi

pembelajaran NHT.

terutama dalam penerapan model

6

c. Suasana belajar kurang kondusif.
d. Rendahnya aktivitas belajar siswa kelas I A SD Negeri 08 Metro Timur.
e. Rendahnya hasil belajar kelas I A SD Negeri 08 Metro Timur.

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan Identifikasi masalah di atas, maka diperoleh beberapa
rumusan masalah sebagai berikut.
a. Bagaimanakah meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas I A SD Negeri
08 Metro Timur dengan menerapkan model cooperative learning tipe
Number Heads Together Tahun Pelajaran 2013/2014?
b. Bagaimanakah meningkatkan hasil belajar siswa kelas I A SD Negeri 08
Metro Timur dengan menerapkan model cooperative learning tipe Number
Heads Together Tahun Pelajaran 2013/2014?

D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka
tujuan penelitan adalah untuk:
a. Meningkatkan aktivitas belajar pada siswa kelas I A SD Negeri 08 Metro
Timur dengan menerapkan model cooperative learning tipe Number
Heads Together Tahun Pelajaran 2013/2014.
b. Meningkatkan hasil belajar pada siswa kelas I A SD Negeri 08 Metro
Timur dengan menerapkan model cooperative learning tipe Number
Heads Together Tahun Pelajaran 2013/2014.

7

E. Manfaat Penelitian
Adapun hasil penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat memberikan
manfaat bagi:
a. Siswa
1) Dapat meningkatkan aktivitas pada kelas I A SD Negeri 08 Metro
Timur.
2) Dapat meningkatkan hasil belajar pada kelas I A SD Negeri 08 Metro
Timur.
b. Guru
1) Dapat memperbaiki kualitas pembelajaran Tematik kelas I A SD
Negeri 08 Metro Timur.
2) Dapat

menambah

wawasan

dan

pengetahuan

guru

dalam

menggunakan model pembelajaran berupa model pembelajaran
cooperative

learning

tipe

Number

Heads

Together

untuk

meningkatkan aktivitas dan hasil belajar pada pembelajaran tematik
kelas I C SD Negeri 08 Metro Timur.
c. Sekolah
Dapat

memberikan

sumbangan

yang

berguna

dalam

rangka

meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran di SD
Negeri 08 Metro Timur.
d. Peneliti
Dapat meningkatkan pengetahuan dan penguasaan dalam menggunakan
model pembelajaran pada pembelajaran tematik, sehingga akan tercipta
guru yang profesional guna meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia.

8

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Model Pembelajaran
1. Pengertian Model Pembelajaran
Tingkat keberhasilan proses kegiatan pembelajaran yang dilakukan
sangat dipengaruhi oleh penggunaan model pembelajaran. Arends
(Trianto, 2012: 22) menyatakan bahwa The term teaching model refers to
a practucilar approach to instruction that includes its goals, syntax,
environment, and management system.
Hanafiah & Suhana (2010: 41) model pembelajaran merupakan salah
satu pendekatan dalam rangka mensiasati perubahan perilaku peserta
didik secara adaptif maupun generatif. Model pembelajaran sangat erat
kaitannya dengan gaya belajar peserta didik dan gaya mengajar guru.
Kemudian dijelaskan lebih lanjut oleh Komalasari (2010: 57) yang
mendefinisikan bahwa model pembelajaran pada dasarnya merupakan
bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang
disajikan secara khas oleh guru.
Selanjutnya Chauham (Wahab 2007: 52) mendefinisikan bahwa model
mengajar

merupakan

sebuah

perencanaaan

pengajaran

yang

menggambarkan proses yang ditempuh pada proses belajar mengajar

9

agar dicapai perubahan spesifik pada prilaku siswa seperti yang
diharapkan.
Ada beberapa macam model pembelajaran yang dikenal dalam dunia
pendidikan, diantaranya adalah: (1) Model pembelajaran kontekstual, (2)
Model pembelajaran kooperative, (3) Model pembelajaran terpadu, (4)
Metode pembelajaran kuantum, (5) Metode pembelajaran berbasis
masalah, dan masih ada beberapa lagi model pembelajaran yang bisa
diterapkan dalam proses pembelajaan.
Isjoni

(2011:

5)

mengemukakan

bahwa

perkembangan

model

pembelajaran dari waktu ke waktu terus mengalami perubahan. Sejalan
dengan pendekatan konstruktivisme dalam pembelajaran, salah satu
model pembelajaran yang kini banyak mendapat respon adalah model
pembelajaran kooperatif atau cooperative learning.
Berdasarkan beberapa pengertian model pembelajaran para ahli di atas,
maka penulis menyimpulkan bahwa model pembelajaran merupakan
salah satu pendekatan perencanaan pengajaran yang disajikan secara khas
oleh guru dalam proses belajar mengajar agar dicapai perubahan spesifik
pada prilaku siswa seperti yang diharapkan. Salah satu model
pembelajaran yang kini banyak mendapat respon adalah model
cooperative learning.

2. Macam-Macam Model Pembelajaran
Model pembelajaran merupakan jembatan dalam tercapainya tujuan
pembelajaran. Sebagaimana sering dikatakan bahwa model pembelajaran

10

merupakan suatu kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang
sistematis untuk mencapai tujuan pembelajarandan juga sebagai pedoman
bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar.
Arends (Trianto, 2001: 25) menyeleksi enam model pembelajaran yang
sering dan praktis digunakan guru dalam mengajar, yaitu: presentasi,
pengajaran langsung, pengajaran konsep, pembelajaran kooperatif,
pengajaran

bermasalah,

dan

diskusi

kelas.

Para

pakar

model

pembelajaran berpendapat bahwa tidak adasatu model pembelajaran
yangpaling

baik

diantara

yang

lainnya,

karena

masing-masing

modelpembelajaran dapat dirasakan baik, apabila telah diujicobakan
untuk mengerjakan materi pelajaran tertentu.oleh karena itu, dari
beberapa model pembelajaran yang ada perlu kiranya diseleksi model
pembelajaran mana yang paling baik untuk mengajarkan suatu materi
tertentu.
Trianto (2012: 41) menyebutkan beberapa model pembelajaran,
diantaranya:
a.

b.

c.
d.

Direct Intruction, yaitu suatu pendekatan mengajar yang dirancang
khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan
pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedular yang terstruktur
dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang
bertahap, selangkah demi selangkah.
Cooperative Learning, dimana dalam kelas kooperatif siswa belajar
bersama dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4- 6
orang siswa yang sederajat tetapi heterogen, kemampuan, jenis
kelamin, suku atau ras, dan satu sama lain saling membantu.
Problem Based Instruction, adalah interaksi antara stimulus dengan
respon, merupakan hubungan antara dua arah belajar dan lingkunga.
Contextual Teaching and Learning, yaitu merupakan suatu konsepsi
yang membantu guru mengaitkan konten mata pelajaran dengan
situasi dunia nyata dan memotivasi siswa membuat hubungan antara
pengetahuan dan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai
anggota keluarga, warga negara, dan tenaga kerja.

11

e.

Pembelajaran Model Diskusi Kelas, dalam pembelajaran diskusi
mempunyai arti suatu situasi dimana guru dengan siswa atau
siswadengan siswa yang lain salling bertukar pendapat secara lisan,
saling berbagi gagasan dan pendapat.

Dari beberapa pendapat para ahli tentang modelpembelajaran diatas,
maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran yaitu suatu
kerangka dalam proses pembelajaran yang berisi tentang tahapan-tahapan
yang akan dilakukan dalam pembelajaran yang dilaksanakan dengan
tujuan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan/
diharapkan, dan penggunaannya akan fleksibel sesuai dengan materi yag
akan disamapikan.

B. Cooperative Learning
1.

Pengertian Cooperative Learning
Model pembelajaran memiliki beberapa jenis, salah satunya adalah
cooperative learning. Menurut Isjoni (2007: 15) cooperative learning
berasal dari kata cooperative yang artinya mengerjakan sesuatu secara
bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu
kelompok atau satu tim. Model cooperativelearning menurut Suprijono,
(2009: 61), model ini dikembangkan untuk mencapai hasil belajar
berupa prestasi akademik, toleransi menerima keragaman, dan
pengembangan keterampilan sosial.Untuk mencapai hasil belajar itu
model cooperative learning menuntut kerjasama dan interdependensi
siswa dalam struktur tugas, struktur tujuan, struktur reward-nya.
Slavin (dalam Solihatin & Raharjo, 2007: 4) mengemukakan bahwa
cooperative learning adalah suatu model pembelajaran dimana siswa
belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif
yang anggotanya terdiri dari 4─6 orang, dengan struktur kelompoknya

12

yang bersifat heterogen. Hal yang sama juga dikemukakan oleh Rusman
(2012:

203)

bahwa

cooperative

learning

merupakan

bentuk

pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompokkelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat
sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen.
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, maka penulis
menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan cooperative learning
yaitu suatu model pembelajaran yang dalam proses pelaksanaan
pembelajarannya siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok
kecil. Kelompok kecil tersebut terdiri dari 4 sampai 6 orang siswa untuk
memaksimalkan kegiatan belajarnya sendiri dan juga anggota yang lain
dengan struktur kelompok yang heterogen.

2. Tujuan Cooperative Learning
Setiap

model

pembelajaran

memiliki

tujuan

dalam

pelaksanaannya. Begitu pula dengan model cooperative learning.
Martati (2010: 15) mengemukakan tiga tujuan cooperative learning,
yaitu meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademis yang
penting, toleransi dan penerimaan yang lebih luas terhadap orang-orang
yang berbeda ras, budaya, kelas sosial, atau kemampuannya dan
mengajarkan keterampilan kerja sama dan berkolaborasi kepada siswa.
Berdasarkan pendapat Martati di atas dapat diketahui bahwa
terdapat tiga tujuan cooperative learning. Ketiga tujuan tersebut yaitu

13

meningkatkan kinerja siswa, toleransi dan penerimaan antar sesama
manusia, serta mengajarkan keterampilan kerja sama.

3. Karakteristik Cooperative Learning
Setiap model pembelajaran memiliki karakteristik tertentu, begitu pula
dengan cooperative learning. Cooperative learning memiliki beberapa
karakteristik, Slavin (dalam Isjoni, 2011: 21) mengemukakan tiga
karakteristik cooperative learning, yaitu:
a. Penghargaan kelompok
Cooperative learning menggunakan tujuan-tujuan kelompok untuk
memperoleh penghargaan kelompok. Penghargaan kelompok
diperoleh jika kelompok mancapai skor di atas kriteria yang
ditentukan.
b. Pertanggungjawaban individu
Adanya pertanggunggjawaban secara individu juga menjadikan setiap
anggota siap untuk menghadapi tes dan tugas-tugas lainnya secara
mandiri tanpa bantuan teman sekelompoknya.
c. Kesempatan yang sama untuk mencapai keberhasilan
Cooperative learning menggunakan metode skoring yang mencakup
nilai perkembangan berdasarkan peningkatan prestasi yang
diperoleh siswa dari yang terdahulu. Dengan menggunakan metode
skoring ini setiap siswa baik yang berprestasi rendah, sedang, atau
tinggi sama-sama memperoleh kesempatan untuk berhasil dan
melakukan yang terbaik bagi kelompoknya.
Berdasarkan karakteristik cooperative learning

menurut pendapat

Slavin di atas dapat diketahui bahwa terdapat tiga karakteristik
cooperative learning. Ketiga karakteristik tersebut yaitu penghargaan
kelompok, pertanggungjawaban individu, dan kesempatan yang sama
untuk mencapai keberhasilan.

4. Keunggulan dan Kelemahan Cooperative Learning
Model pembelajaran selalu memiliki keunggulan dan kelemahan ketika
diterapkan dalam proses kegiatan pembelajaran. Jarolimek & Parker

14

(dalam Isjoni, 2011: 24) mengemukakan keunggulan dan kelemahan
cooperative learning sebagai berikut:
a. Keunggulan yang diperoleh didalam pembelajaran cooperative
learning yaitu: (1) saling ketergantungan yang positif, (2) adanya
pengakuan dalam merespon perbedaan individu, (3) siswa
dilibatkan dalam perencanaan dan pengelolaan kelas, (4) suasana
kelas yang rileks dan menyenangkan, (5) terjalinnya hubungan
yang hangat dan bersahabat antara siswa dengan guru, dan (6)
memiliki banyak kesempatan untuk meng-ekspresikan pengalaman
emosi yang menyenangkan.
b. Kelemahan yang diperoleh dalam pembelajaran cooperative
learning yaitu: (1) guru harus mempersiapkan pembelajaran secara
matang, disamping itu memerlukan lebih banyak tenaga, pemikiran
dan waktu, (2) agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar
maka dibutuhkan dukungan fasilitas, alat dan biaya yang cukup
memadai, (3) selama kegiatan diskusi kelompok berlangsung, ada
kecenderungan topik permasalahan yang sedang dibahas meluas
hingga banyak yang tidak sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan, dan (4) saat diskusi kelas, terkadang didominasi
seseorang, hal ini mengakibatkan siswa yang lain menjadi pasif.

5. Tipe-tipe Cooperative Learning
Cooperative learning mempunyai beberapa tipe yang dapat di
terapkan

dalam

proses

pembelajaran.

Isjoni

(2011:

50)

mengemukakan dalam cooperative learning terdapat beberapa variasi
model yang dapat diterapkan, yaitu diantaranya: (a) Student Team
Acievement Division, (b) jigsaw, (c) Group Investigastion, (d)
Rotating Trio Exchange, (e) Group Resume, (f) NHT, dan lain-lain.
Dari beberapa model pembelajaran tersebut, salah satu model
pembelajaran yang dipandang lebih tepat untuk diterapkan di Kelas I
A SD Negeri 08 Metro Timur pada mata Pembelajaran Tematik ialah
model pembelajaran cooperative learning tipe NHT karena model ini
dapat menumbuhkan cara berpikir kritis, dan memungkinkan siswa

15

belajar secara aktif selain itu juga model ini dapat diterapkan baik
pada kelas rendah maupun kelas tinggi.

C. Model Cooperative Learning Tipe Numbered Headss Together
1.

Pengertian Numbered Headss Together
NHT merupakan salah satu tipe dari model cooperative learning. NHT
adalah terjemahan dari nomor berkepala bersama. Trianto (2012: 82),
mengemukakan bahwa NHT pertama kali dikembangkan oleh Kagan
pada tahun 1993 untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah
materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman
mereka

terhadap

isi

pelajaran

tersebut.

Isjoni

(2011:

68)

mengemukakan bahwa NHT, yaitu teknik yang memberi kesempatan
kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan pertimbangan
jawaban yang paling tepat. Selain itu teknik ini mendorong siswa untuk
meningkatkan semangat kerjasama mereka.
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, maka penulis
menyimpulkan bahwa model NHT, adalah salah satu tipe model
cooperative learning. Tipe ini melibatkan lebih banyak siswa dalam
menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan memberikan
kesempatan kepada siswa untuk saling membagi ide-ide dan
mempertimbangkan jawaban yang paling tepat untuk kelompok.

2. Tujuan Numbered Headss Together
Setiap tipe model pembelajaran memiliki tujuan pencapaian untuk
dilaksanakan dalam proses proses kegiatan pembelajaran. Ibrahim

16

(dalam Herdian blogspot.com), mengemukakan tiga tujuan yang hendak
dicapai dalam cooperative learning tipe NHT, yaitu:
a. Hasil belajar akademik stuktural
Bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas
akademik.
b. Pengakuan adanya keragaman
Bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya yang
mempunyai berbagai latar belakang.
c. Pengembangan keterampilan sosial
Bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa.
Keterampilan yang dimaksud antara lain berbagi tugas, aktif
bertanya, menghargai pendapat orang lain, mau menjelaskan ide
atau pendapat, bekerja dalam kelompok dan sebagainya.
Berdasarkan tujuan NHT menurut pendapat Ibrahim (dalam Herdian
blogspot.com) di atas dapat diketahui bahwa terdapat tiga tujuan yang
hendak dicapai dalam cooperative learning tipe NHT. Ketiga tujuan
tersebut yaitu hasil belajar akademik stuktural, pengakuan adanya
keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial.

3. Manfaat Numbered Headss Together
Ada beberapa manfaat pada model pembelajaran cooperative learning
tipe NHT, sebagaimana yang dikemukakan oleh Ibrahim (Herdy,
wordpress.com, 2009) bahwa manfaat NHT, yaitu:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.

Rasa harga diri menjadi lebih tinggi.
Memperbaiki kehadiran.
Penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar.
Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil.
Konflik antara pribadi berkurang.
Pemahaman yang lebih mendalam.
Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi.
Hasil belajar lebih tinggi.
Berdasarkan pendapat Ibrahim di atas dapat diketahui bahwa

dengan menggunakan model pembelajaran tipe NHT diharapkan siswa

17

dapat mendapatkan manfaat mulai baik secara pengetahuan maupun
sikap. Dengan demikian maka akan timbul rasapeka dan toleransi
terhadap sekitar.

4. Kelebihan dan Kelemahan Numbered Headss Together
Terdapat kelebihan dan kelemahan pada model pembelajaran
cooperative

learning

tipe

NHT,

Hermana

(Sumber:

www.englishwithgalih.blogspot.com, siakses pada tanggal 21 Febuari
20114 pukul 16.45 WIB) mengemukakan bahwa:
a. Kelebihan model cooperative learning tipe NHT, yaitu:
1. Setiap siswa menjadi siap semua.
2. Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh.
3. Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai.
b. Kelemahan model cooperative learning tipe NHT, yaitu:
1. Kemungkinan nomor yang dipanggil, dipanggil lagi oleh guru.
2. Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru.

Berdasarkan pendapat di atas dapat diketahui kelebihan model
cooperative learning tipe NHT, yaitu setiap siswa menjadi siap semua,
dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh, dan siswa yang
pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai. Sedangkan
kelemahan model cooperative learning tipe NHT, yaitu memungkinan
nomor yang dipanggil, dipanggil lagi oleh guru, dan tidak semua
anggota kelompok dipanggil oleh guru.

18

5. Langkah-langkah NHT
Setiap tipe dalam model cooperative learning mempunyai langkah
masing-masing dalam penerapannya, begitu pula model cooperative
learning tipe NHT. Komalasari (2010: 62─63) mengemukakan
langkah-langkah NHT, yaitu:
a. Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok
mendapat nomor.
b. Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok
mengerjakannya.
c. Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap
anggota kelompok dapat mengerjakannya/mengetahui jawabannya.
d. Guru memanggil salah satu nomor. Nomor yang dipanggil
melaporkan hasil kerjasama mereka.
e. Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor
yang lain.
f. Siswa bersama dengan guru membuat kesimpulan dari kegiatan yang
baru saja dilakukan tersebut.
Suprijono (2011: 92) pembelajaran dengan menggunakan metode
Number Headss Together (NHT) diawali dengan Numbering, guru
membagi

kelas

menjadi

kelompok

sebaiknya

kelompok-kelompok

mempertimbangkan

kecil.

jumlah

Pemilihan

konsep

yang

dipelajari. Jika jumlah peserta didik terdiri dari 40 siswa dan terbagi
menjadi 5 kelompok, berdasarkan jumlah konsep yang dipelajari maka
tiap kelompok terdiri dari 8 siswa dan tiap kelompok diberi nomor 1-8
setelah kelompok terbentuk guru mengajukan pertanyaan yang harus
dijawab tiap-tiap kelompok. Berikan kesempatan kepada tiap kelompok
untuk mengemukakan jawaban. Pada kesempatan ini tiap kelompok
menyatukan kepalanya (HT), berdikusi memikirkan jawaban. Langkah
berikutnya adalah guru memanggil peserta didik yang memiliki nomor
kepala sama dari tiap tiap kelompok. Mereka diberi kesempatan atas

19

memberi jawaban atas pertanyaan yang telah diterima dari guru. Hal itu
dilakukan terus hingga semua peserta didik dengan nomor yang sama
dari masing masing kelompok mendapat giliran memaparkan jawaban
atas pertanyaan guru. Berdasarkan jawaban jawaban itu guru dapat
mengembangkan diskusi lebih mendalam hingga peserta didik dapat
menemukan jawaban pertanyaan itu sebagai pengetahuan yg utuh.
Menurut Trianto (2012: 82), dalam mengajukan pertanyaan kepada
seluruh kelas, guru menggunakan struktur empat fase sintaks NHT:
a. Fase 1: Penomoran
Dalam fase ini guru membagi siswa ke dalam kelompok 3-5 orang dan
kepada setiap kelompok diberi nomor antara 1 sampai 5.
b. Fase 2: mengajukan pertanyaan
Guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan dapat
bervariasi. Pertanyaan dapat amat spesifik dan dalam bentuk
kalimattanya. Misalnya, “Berapakah jumlah gigi orang dewasa?”
atau berbentuk arahan, misalnya “pastikan setiap orang mengetahui
5 buah ibu kota provinsi yang terletak di Pulau sumatra.”
c. Fase 3: Berpikir bersama
Siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan
pertanyaan itu dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya
mengetahui jawaban tim.
d. Fase 4: Menjawab
Guru memanggil suatu nomor tertentu, kemudian siswa yang
nomornya dipanggil mengacungkan tangannya dan mencoba untuk
menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas.
D. Belajar
1. Pengertian Belajar

Belajar merupakan suatu kebutuhan bagi setiap manusia, karena dengan
belajar seorang siswa dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan,
dan sikap yangmana semua itu baik bagi dirinya, maupun orang
sekitarnya. Belajar hanya mungkin terjadi apabila anak aktif mengalami

20

sendiri. Menurut Hamalik (2001:27) belajar adalah merupakan suatu
proses, suatu kegiatan dan bukan hasil ataupun tujuan.
Terdapat tiga teori tentang belajar yang dikembangkan oleh para ahli,
yaitu teori belajar kontruktivisme, teori belajar behaviorisme, dan teori
belajar kognitivisme. Salah satu teori belajar yang mendukung di dalam
proses pembelajaran dengan menggunakan model cooperative learning
tipe NHT adalah teori belajar konstruktivisme.
Witting (Muhibbidin, 2006: 65) dalam bukunya yang berjudul
Psychology of Learning mendefinisikan belajar sebagai suatu
perubahan yang relatif menetap dalam segala macam/keseluruhan
tingkah laku suatu organisme sebagai hasil pengalaman. Perlu dicatat
bahwa definisi Witting tidak menekankan perubahan yang disebut
behavior change tetapi behavioral repertoire change , yakni perubahan
yang menyangkut seluruh aspek psiko-fisik organisme. Penekanan yang
berbeda ini didasarkan pada kepercayaan tingkah laku lahiriah
organisme itu sendiri bukan indikator peristiwa belajar.
Belajar merupakan proses perubahan dalam diri seseorang, yang semula
tidak tahu menjadi tahu dan yang tidak bisa menjadi bisa. Gagne
(Muhibbidin, 2006: 66) berpendapat bahwa terjadinya belajar seseorang
karena dipengaruhi faktor dari luar (stimulus dan lingkungan dalam
cara belajar) dan faktor dari dalam diri orang tersebut (faktor yang
menggambarkan keadaan dan proses kognitif siswa) dimana saling
berinteraksi.

21

Hal ini diperkuat oleh Gagne (Suprijono, 2011: 2) yang menyatakan
bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku atau kemampuan yang
dicapai seseorang melalui aktivitas. Perubahan tingkah laku tersebut
bukan dipperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara
alamiah.
Slameto (2003: 2) menyatakan bahwa belajar ialah suatu proses usaha
yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah
laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri
dalam interaksi dengan lingkungannya. Selanjutnya Hamalik (2008: 27)
mengemukakan belajar adalah memodifikasi atau memperteguh
kelakuan melalui pengalaman. Menurut pengertian ini, belajar
merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau
tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu,
yakni

mengalami.

Lebih

lanjut

Hernawan,

dkk

(2007:

2)

mendefinisikan bahwa belajar adalah proses perubahan perilaku,
dimana perubahan perilaku tersebut dilakukan secara sadar dan bersifat
menetap, perubahan perilaku tersebut meliputi perubahan dalam hal
kognitif, afektif dan psikomotor.
Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang
sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang
pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan
pendidikan itu tergantung pada proses belajar yang dialami siswa baik
ketika berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarganya
sendiri.

22

Dari beberapa pengertian tentang belajar yang telah dikemukakan ,
penulis menyimpulkan bahwa belajar yaitu kegiatan yang menekankan
pada proses daripada hasil. Belajar dilakukan dengan mengalaminya
sendiri,

serta

adanya

perubahan

tingkah

laku,

pengetahuan,

kemampuan, keterampilan dan sikap pada diri seseorang.

2.

Aktivitas Belajar
Suatu proses dalam belajar dituntut adanya suatu aktivitas yang
dilakukan oleh siswa, karena keberhasilan dalam belajar tergantung
kepada

aktivitas

yang

dilakukan

selama

proses

pembelajaranberlangsung. Sehingga tanpa adanya aktivitas kegiatan
belajar tidak akan berlangsung dengan baik.
Aktivitas berkaitan erat dengan proses pembelajaran. Hanafiah dan
Suhana (2010: 23) mengungkapkan bahwa aktivitas harus melibatkan
seluruh aspek psikofisis peserta didik, baik jasmani maupun rohani
sehingga akselerasi perubahan perilakunya dapat terjadi secara cepat,
tepat, mudah, dan benar, baik berkaitan dengan aspek kognitif, afektif,
maupun psikomotorik. Didalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:
3) aktivitas yaitu kegiatan. Sedangkan
Lebih lanjut Kunandar (2010: 277) mengemukakan aktivitas belajar
yaitu keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian, dan
aktivitas dalam kegiatan pembelajaran guna menunjang keberhasilan
proses pembelajaran dan memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut.
Aktivitas belajar siswa yang dinilai dalam penelitian ini meliputi,
memperhatikan penjelasan guru, bertanya pada guru, menjawab

23

pertanyaan dari guru, memberikan pendapat, antusias dalam mengikuti
semua tahapan pembelajaran berbasis NHT, kerja sama dalam kegiatan
diskusi kelompok, tidak mengganggu teman, dan menyimpulkan
pembelajaran bersama dengan guru.
Menurut Hadis (2008: 73) aktivitas belajar adalah segenap rangkaian
kegiatan peserta didik dengan cara meniru perilaku orang lain, dan
pengalaman, yaitu belajar dari kegagalan dan keberhasilan orang lain.
Sedangkan menurut Gie (dalam Lukas, 2011: 2) aktivitas belajar adalah
segenap rangkaian kegiatan atau aktivitas secara sadar yang dilakukan
seorang yang mengakibatkan perubahan dalam dirinya, berupa
perubahan atau kemahiran.
Dari beberapa pengerian tentang aktivitas belajar yang telah
dikemukakan, penulis menyimpulkan bahwa aktivitas belajar adalah
kegiatan yang melibatkan fisik dan pikiran. Dengan demikian akan
mengakibatkan perubahan tingkah laku siswa dengan beberapa
indikator, seperti afektif, psikomotor, dan kognitif.

3.

Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan hasil yang diperoleh siswa setelah mengalami
proses belajar. Sudjana (dalam Kunandar, 2010: 276) mengemukakan
bahwa hasil belajar merupakan suatu akibat dari proses belajar dengan
menggunakan alat pengukuran berupa tes yang disusun secara
terencana, baik tes tertulis, tes lisan maupun tes perbuatan. Sedangkan
Nasution (Kunandar, 2010: 276) berpendapat bahwa hasil belajar
adalah suatu perubahan pada individu yang belajar, tidak hanya

24

menganai pengetahuan, tetapi juga membentuk percakapan dan
penghayatan dalam diri pribadi individu yang belajar.
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, maka penulis
menyimpulkan bahwa hasil belajar yaitu hasil yang diperoleh siswa
setelah mengalami proses belajar mengajar. Hasil belajar tersebut
ditandai oleh adanya perubahan tingkah laku yang meliputi ranah
kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik melalui alat pengukuran
berupa tes yang disusun secara terencana, baik tes tertulis, tes lisan
maupun tes perbuatan.
Dari beberapa pengertian para ahli, maka penulis menyimpulkan bahwa
penilaian adalah suatu proses yang memberikan atau menentukan nilai
kepada objek tertentu berdasarkan suatu kriteria tertentu.

E. Pembelajaran Tematik
1. Pengertian tematik
Kurikulum 2013 yang saat ini sudah mulai diterapkan dibeberapa SD
inti di Indonesia menjadi topik utama dalam pendidikan di Indonesia.
Saat ini tidak ha

Dokumen yang terkait

PENGGUNAAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS IVA SDN 08 METRO TIMUR TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 7 60

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS VA SDN 08 METRO TIMUR TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 7 57

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TALKING STICK UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN TEMATIK KELAS IV SD NEGERI 4 METRO TIMUR TAHUN PELAJARAN 2013/2014

1 27 83

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN DISIPLIN DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU KELAS I A SD NEGERI I METRO UTARA TAHUN PELAJARAN 2013/2014

2 9 71

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE EXAMPLE NON-EXAMPLE UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN TEMATIK KELAS IVB SD NEGERI 01 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 8 142

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN TEMATIK KELAS IV A SD NEGERI 6 METRO PUSAT

0 26 96

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TIPE NUMBER HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN TEMATIK KELAS I A SDN 08 METRO TIMUR TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 6 77

PENERAPAN METODE PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PADA PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU SISWA KELAS IV B SDN 1 METRO BARAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 6 79

PENERAPAN STRATEGI CONCEPT MAPPING UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR PADA PEMBELAJARAN TEMATIK SISWA KELAS IVA SDN 05 METRO TIMUR TAHUN PELAJARAN 2013/2014

6 66 71

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PADA PEMBELAJARAN TEMATIK SISWA KELAS IV A SDN 1 METRO BARAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 9 75