PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN DISIPLIN DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU KELAS I A SD NEGERI I METRO UTARA TAHUN PELAJARAN 2013/2014

ABSTRAK
PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE MAKE A MATCH
UNTUK MENINGKATKAN DISIPLIN DAN HASIL BELAJAR SISWA
PADA PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU
KELAS I A SD NEGERI I METRO UTARA
TAHUN PELAJARAN 2013/2014

Oleh
Eni Setianingsih

Penelitian ini dilatar belakangi oleh rendahnya disiplin dan hasil belajar
siswa kelas I A SD Negeri I Metro Utara Tahun Pelajaran 2013/2014. Tujuan
penelitian untuk meningkatkan disiplin dan hasil belajar siswa pada pembelajaran
tematik terpadu dengan menerapkan model cooperative learning tipe make a
match.
Metode yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan
dalam 3 siklus. Setiap siklusnya terdapat empat tahapan yaitu perencanaan,
pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Alat pengumpul data menggunakan lembar
observasi dan soal-soal tes. Data yang diperoleh kemudian dianalisis
menggunakan teknik analisis kualitatif dan kuantitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model cooperative learning

tipe make a match pada pembelajaran tematik terpadu kelas I A SD Negeri I
Metro Utara Tahun Pelajaran 2013/2014 dapat meningkatkan disiplin dan hasil
belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari nilai disiplin siswa pada siklus I (67,10)
persentase siswa mendapat nilai ≥ 66 sebesar 64,51% (20 siswa), siklus II (74,68)
meningkat sebesar 7,58 persentase siswa mendapat nilai ≥ 66 sebesar 74,19% (23
siswa), dan siklus III (82,58) meningkat sebesar 7,9 persentase siswa mendapat
nilai ≥ 66 sebesar 80,65% (25 siswa). Nilai rata-rata hasil belajar siswa siklus I
(66,76) persentase siswa mendapat nilai ≥ 66 sebesar 61,29% (19 siswa), siklus II
(72,86) meningkat sebesar 6,1 persentase siswa mendapat nilai ≥ 66 sebesar
70,97% (22 siswa), dan siklus III (80,81) meningkat sebesar 7,95 siswa mendapat
nilai ≥ 66 sebesar 80,65% (25 siswa).
Kata kunci : cooperative learning tipe make a match, disiplin, hasil belajar.

RIWAYAT HIDUP

Peneliti dilahirkan di Desa Terbanggi Subing, Kecamatan
Gunung Sugih, Kabupaten Lampung Tengah, pada tanggal
17 Juni 1992, sebagai anak keempat dari pasangan Bapak
Sudadi dan Ibu Margiani.
Pendidikan formal peneliti dimulai dari SD Negeri 2 Terbanggi Subing,

Kecamatan Gunung Sugih, Kabupaten Lampung Tengah pada tahun 1998 selesai
pada tahun 2004, melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 4
Gunung Sugih, Kabupaten Lampung Tengah selesai pada tahun 2007,
melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 1 Terbanggi Besar, Kabupaten Lampung
Tengah selesai pada tahun 2010, selanjutnya pada tahun 2010 peneliti
melanjutkan ke Perguruan Tinggi Universitas Lampung Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Program Studi S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD).

MOTO

“Allah SWT tidak akan memberikan cobaan kepada umat-Nya melebihi batas
kemampuan manusia itu sendiri”
(QS. Al-Baqarah: 286)

Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu dan sesungguhnya yang
demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk.
(QS. Al-Baqarah: 45)

PERSEMBAHAN


Bismillahirohmanirohim..

Kupersembahkan karya ini sebagai rasa syukur kepada Allah SWT dan ucapan
terima kasih serta rasa banggaku kepada:
1. Bapak Sudadi dan Ibu Margiani, Orang tua tercinta yang telah mendoakan,
memberi dorongan moral maupun material, memberi semangat, serta
motivasi demi kelancaran penyelesaian skripsi ini
2. Kakak-kakakku (Susanto, Bambang Sudaryono, Danang Kusnadi), dan
Adikku Widi Ananto yang selalu menjadi penyemangat dan mendambakan
keberhasilanku
3. Sahabat-sahabat seperjuangan angkatan 2010 di Program Studi S1-PGSD
Universitas Lampung.
4. Almamater Tercinta Universitas Lampung

i

SANWACANA

Puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan karunia rahmat, hidayah, dan inayah-Nya sehingga peneliti dapat

menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul: “Penerapan Model Cooperative
Learning Tipe Make a Match untuk Meningkatkan Disiplin dan Hasil belajar
Siswa pada Pembelajaran Tematik Terpadu Kelas I A SD Negeri I Metro Utara
Tahun Pelajaran 2013/2014”. Sebagai salah satu syarat meraih gelar sarjana
pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
Semoga tulisan ini memenuhi syarat untuk disebut sebuah skripsi.
Penulis menyadari dengan sepenuh hati bahwa selesainya penulisan ini tak
lepas dari bantuan, dorongan, dan spirit dari berbagai pihak. Oleh karena itu
penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang setulusnya dan penghargaan
yang setinggi-tingginya kepada semua pihak, baik yang secara langsung maupun
tidak langsung telah membantu dalam penyelesaian tugas ini, diantaranya:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Harianto, M.Sc., selaku Rektor Universitas
Lampung.
2. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas
Lampung.
3. Bapak Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
ii

4. Bapak Dr. Hi. Darsono, M.Pd., selaku Ketua Program Studi PGSD.

5. Ibu Dra. Asmaul Khair, M.Pd., selaku Ketua S-I PGSD UPP Metro, Dosen
Pembimbing Akademik, dan Dosen Pembimbing II, yang dalam kesibukannya
senantiasa meluangkan waktu untuk membimbing, memberi saran dan
petunjuk dalam penyusunan skripsi ini hingga selesai.
6. Bapak Drs. Hi. A. Sudirman, M.H., selaku Dosen dan Pembimbing I yang
telah meluangkan waktunya untuk membimbing, memberi masukan dalam
penyusunan skripsi ini dengan sabar dan ikhlas disela kesibukannya.
7. Bapak Drs. Rapani, M.Pd., selaku Dosen dan Pembahas yang telah
memberikan saran-saran dan dukungan serta bantuan selama proses
penyusunan skripsi.
8. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf PGSD UPP Metro yang telah membantu
sampai skripsi ini selesai.
9. Ibu Mundriyani, S.Pd.SD., selaku Kepala SD Negeri 1 Metro Utara atas
izinnya penulis dapat melakukan penelitian di sekolah tersebut.
10. Ibu Yeni Ristiana, A.M., selaku teman sejawat yang telah membantu dalam
penelitian.
11. Para guru SD Negeri 1 Metro Utara atas bimbingan dan kerjasamanya
sehingga penelitian ini dapat berjalan dengan lancar.
12. Siswa-siswi kelas I A SD Negeri 1 Metro Utara yang telah berpartisipasi aktif
sehingga penelitian ini dapat terlaksana dengan baik.

13. Sahabat-sahabatku di program studi

S-1 PGSD Universitas Lampung

angkatan 2010 yang telah menuliskan kenangan berharga dalam hidupku.
14. Semua pihak yang tidak dapat peneliti ucapkan satu persatu.

iii

Semoga amal baik Bapak, Ibu dan Saudara-saudara mendapat balasan dari
Allah SWT. Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih
terdapat kekurangan dan kesalahan baik isi maupun penulisannya, untuk itu, kritik
dan saran yang membangun demi peningkatan kualitas skripsi ini sangat penulis
harapkan.
Akhir kata, peneliti berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi dunia
pendidikan.

Metro, 20 Maret 2014
Peneliti,


Eni Setianingsih

iv

VAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR TABEL ......................................................................................

viii

DAFTAR GAMBAR .................................................................................

x

DAFTAR LAMPIRAN ..............................................................................

xi

I. PENDAHULUAN ................................................................................

A. Latar Belakang Masalah ...........................................................
B. Identifikasi Masalah .................................................................
C. Rumusan Masalah ....................................................................
D. Tujuan Penelitian......................................................................
E. Manfaat Penelitian....................................................................

1
1
7
7
8
8

II. KAJIAN PUSTAKA ............................................................................
A. Pembelajaran Tematik Terpadu dan Pendekatan Ilmiah ..........
1. Pembelajaran Tematik Terpadu .........................................
2. Pendekatan Ilmiah ..............................................................
B. Belajar, Penilaian Autentik, dan Hasil Belajar ..........................
1. Belajar ................................................................................
2. Penilaian Autentik ..............................................................

3. Hasil Belajar .......................................................................
C. Disiplin ......................................................................................
1. Pengertian Disiplin .............................................................
2. Karakteristik Disiplin .........................................................
3. Unsur-Unsur Disiplin .........................................................
4. Alat Ukur Disiplin ..............................................................
5. Indikator Disiplin ...............................................................
D. Model Pembelajaran ..................................................................
1. Pengertian Model Pembelajaran ........................................
2. Macam-Macam Model Pembelajaran ................................
3. Pengertian Model Cooperative Learning ...........................
4. Tipe-Tipe Model Cooperative Learning ............................
5. Model Cooperative Learning Tipe Make a Match ............
E. Hipotesis Tindakan ...................................................................

10
10
10
12
13

13
14
15
16
16
17
18
18
19
20
20
21
22
23
24
28

v

III. METODE PENELITIAN ......................................................................

A. Jenis Penelitian .........................................................................
B. Setting Penelitian ......................................................................
1. Subjek Penelitian ................................................................
2. Tempat Penelitian...............................................................
3. Waktu Penelitian ................................................................
C. Sumber Data .............................................................................
D. Teknik Pengumpulan Data .......................................................
1. Teknik Non Tes ..................................................................
2. Teknik Tes ..........................................................................
E. Alat Pengumpul Data ...............................................................
1. Lembar Panduan Observasi................................................
2. Soal-Soal Tes .....................................................................
F. Teknik Analisis Data ................................................................
1. Analisis Data Kualitatif ......................................................
2. Analisis Data Kuantitatif ....................................................
G. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas ........................................
H. Langkah-Langkah Penelitian Tindakan Kelas .........................
1. Siklus 1 ...............................................................................
2. Siklus 2 ...............................................................................
3. Siklus 3 ...............................................................................
I. Indikator Keberhasilan ..............................................................

29
29
31
31
31
31
31
32
32
32
32
32
32
33
33
36
39
39
39
42
45
48

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN...........................................................
A. Observasi Awal .........................................................................
B. Hasil Penelitian .........................................................................
1. Siklus I ...............................................................................
a. Tahap Perencanaan (planning)....................................
b. Tahap Pelaksanaan (acting) ........................................
c. Tahap Pengamatan (observing) ...................................
1) Kinerja Guru ........................................................
2) Disiplin Siswa ......................................................
3) Hasil Belajar Siswa ..............................................
d. Refleksi (reflecting) ...................................................
e. Rekomendasi Perbaikan Rencana Tindakan Siklus II
2. Siklus II ..............................................................................
a. Tahap Perencanaan (planning)...................................
b. Tahap Pelaksanaan (acting) .......................................
c. Tahap Pengamatan (observing) ..................................
1) Kinerja Guru ........................................................
2) Disiplin Siswa ......................................................
3) Hasil Belajar Siswa ..............................................
d. Refleksi (reflecting) ...................................................
e. Rekomendasi Perbaikan Rencana Tindakan Siklus II
3. Siklus III .............................................................................
a. Tahap Perencanaan (planning)....................................
b. Tahap Pelaksanaan (acting) ........................................
c. Tahap Pengamatan (observing) ...................................

49
49
50
50
50
51
53
53
55
58
64
65
66
66
66
69
69
71
74
80
81
82
82
82
84

vi

1) Kinerja Guru ........................................................
2) Disiplin Siswa ......................................................
3) Hasil Belajar Siswa ..............................................
d. Refleksi (reflecting) ....................................................
4. Pembahasan ........................................................................
a. Peningkatan Kinerja Guru ...........................................
b. Peningkatan Displin Siswa..........................................
c. Peningkatan Hasil Belajar Siswa ................................

85
87
89
96
97
97
98
101

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.....................................................
A. Kesimpulan .............................................................................
B. Saran .......................................................................................

103
103
104

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

vii

DAFTAR TABEL

Tabel
Halaman
1.1 Persentase kategori disiplin siswa kelas I A dan Kelas I B ..............
4
1.2 Persentase kategori hasil belajar siswa kelas I A dan Kelas I B ......
5
3.1 Kualifikasi tingkat keberhasilan kinerja guru .................................. 34
3.2 Konversi disiplin siswa .................................................................... 35
3.3 Konversi keterampilan siswa............................................................ 36
3.4 Konversi nilai hasil belajar pengetahuan siswa ................................ 37
3.5 Konversi hasil belajar siswa ............................................................. 38
4.1 Hasil kinerja guru dalam proses pembelajaran siklus I .................... 53
4.2 Hasil disiplin siswa siklus I .............................................................. 55
4.3 Penskoran disiplin siswa siklus I ...................................................... 56
4.4 Persentase kategori disiplin siswa siklus I ....................................... 57
4.5 Hasil belajar keterampilan siswa siklus I ......................................... 58
4.6 Penskoran keterampilan siklus I ....................................................... 59
4.7 Persentase kategori keterampilan siswa siklus I............................... 60
4.8 Hasil belajar pengetahuan siklus I .................................................... 61
4.9 Persentase kategori pengetahuan siswa siklus I ............................... 62
4.10 Hasil belajar siswa siklus I ............................................................... 63
4.11 Persentase kategori hasil belajar siswa siklus I ................................ 64
4.12 Hasil kinerja guru dalam proses pembelajaran siklus II................... 69
4.15 Hasil disiplin siswa siklus II............................................................. 71
4.16 Penskoran disiplin siswa siklus II .................................................... 72
4.17 Persentase kategori disiplin siswa siklus II ...................................... 73
4.18 Hasil belajar keterampilan siswa siklus II ........................................ 74
4.19 Penskoran keterampilan siklus II ..................................................... 75
4.20 Persentase kategori keterampilan siswa siklus II ............................. 76
4.21. Hasil belajar pengetahuan siklus II .................................................. 77
4.22 Persentase kategori pengetahuan siswa siklus II.............................. 78
4.23 Hasil belajar siswa siklus II ............................................................. 79
4.24 Persentase kategori hasil belajar siswa siklus II .............................. 80
4.25 Hasil kinerja guru dalam proses pembelajaran siklus II .................. 85
4.26 Hasil disiplin siswa siklus III ........................................................... 87
4.27 Penskoran disiplin siswa siklus III ................................................... 88
4.28 Persentase kategori disiplin siswa siklus III..................................... 89
4.29 Hasil belajar keterampilan siswa siklus III ...................................... 89
4.30 Penskoran keterampilan siklus III .................................................... 90
4.31 Persentase kategori keterampilan siswa siklus III............................ 92
4.32 Hasil belajar pengetahuan siklus III ................................................. 93
viii

4.33 Persentase kategori pengetahuan siswa siklus III ........................... 94
4.34 Hasil belajar siswa siklus III ........................................................... 95
4.35 Persentase kategori hasil belajar siswa siklus III ............................ 96
5.1 Peningkatan kinerja guru siklus ..................................................... 97
5.2 Peningkatan disiplin siswa .............................................................. 99
5.3 Peningkatan hasil belajar siswa ....................................................... 101

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Halaman

3.1 Siklus penelitian tindakan kelas ......................................................... 30
4.1 Grafik peningkatan kinerja guru ......................................................... 98
4.2 Grafik peningkatan disiplin siswa ...................................................... 100
4.3 Grafik peningkatan hasil belajar siswa ................................................ 102

x

1

I . PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang harus dipenuhi oleh setiap
warga negara Indonesia, karena pendidikan dapat menciptakan manusia yang
berkualitas. Hal ini sesuai dengan UUD 1945 alinea keempat yang
menyiratkan cita-cita nasional dibidang pendidikan yaitu mencerdaskan
kehidupan bangsa. Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional Pasal 1 Butir 1: Pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara. Ki Hadjar Dewantara (dalam Hasbullah, 2012: 4) pendidikan yaitu
menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka
sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai
keselamatan dan kebahagian yang setinggi-tingginya.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan pendidikan adalah
suatu bimbingan yang diberikan kepada siswa dalam pertumbuhannya, agar
menjadi manusia yang memiliki kepribadian, kecerdasan, dan keterampilan
yang sesuai dengan tuntutan masyarakat. Mengingat pentingnya pendidikan

2

bagi kehidupan manusia, upaya meningkatkan mutu pendidikan harus
dilakukan.
Kurikulum, guru, dan siswa merupakan faktor penentu kemajuan
pendidikan. Rusman (2009: 3) kurikulum adalah seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu. Berdasarkan PP. RI No 32 Tahun
2013 tentang perubahan PP. No 19 Tahun 2005 bahwa pemantapan Standar
Nasional Pendidikan dan pengaturan kurikulum secara utuh sangat penting
dan

mendesak

perlu

dilakukan

untuk

mencapai

tujuan

Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2010-2014.
Berdasarkan perubahan Peraturan Pemerintah tersebut kurikulum yang
berlaku saat ini adalah kurikulum 2013. Permendikbud Nomor 67 Tahun
2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur SD/MI Kurikulum 2013
menjelaskan bahwa pelaksanaan kurikulum 2013 mengunakan pembelajaran
tematik terpadu dengan pendekatan ilmiah. Kemendikbud (2013: 200)
pendekatan ilmiah dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada
siswa dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan
pendekatan ilmiah, pembelajaran diarahkan agar siswa mencari informasi
dari berbagai sumber bukan diberitahu.
SD Negeri I Metro Utara merupakan salah satu SD yang telah
menerapkan kurikulum 2013, untuk kelas I dan kelas IV.

Dalam

pelaksanaan pembelajaran kurikulum 2013, guru harus mengembangkan
berbagai kompetensi siswa, seperti sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

3

Hal tersebut dipertegas oleh Mulyasa (2013: 65) pengembangan kurikulum
2013 difokuskan pada pembentukan kompetensi dan karakter siswa, berupa
panduan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dapat didemonstrasikan
siswa sebagai wujud pemahaman terhadap konsep yang dipelajarinya secara
kontekstual.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru kelas I A SD
Negeri I Metro Utara pada tanggal 07 dan 08 Januari 2014 yang dilakukan
oleh peneliti, dalam pelaksanaan proses pembelajaran tematik terpadu, guru
kurang melibatkan siswa atau masih berpusat pada guru (teacher center),
guru belum maksimal menggunakan model pembelajaran yang menarik,
siswa kurang disiplin dalam mengerjakan tugas, tidak menyelesaikan tugas
yang diberikan guru tepat waktu, ada juga siswa yang tidak mau
mengerjakan tugas, siswa sering ribut, bermain dengan temannya, dan
menganggu temannya.
Selain melakukan observasi dan wawancara di kelas I A SD Negeri I
Metro Utara, peneliti juga melakukan studi dokumentasi nilai disiplin dan
hasil belajar di kelas I A tahun pelajaran 2013/2014, kemudian peneliti
membandingkan dengan nilai disiplin dan hasil belajar siswa kelas I B tahun
pelajaran 2013/2014, diperoleh data nilai disiplin siswa kelas I A sebesar
59,99 dan nilai disiplin siswa kelas I B sebesar 65,47, sedangkan untuk
persentase disiplin dapat tabel 1.1 sebagai berikut:

4

Tabel 1.1. Persentase kategori disiplin siswa kelas 1 A dan siswa kelas I B.
Nilai
Skala 0-100
86 – 100
81 – 85
76 – 80
71 – 75
66 – 70
61 – 65
56 – 60
51 – 55
46 – 50
0 – 45

Predikat

Sangat Baik (SB)

Kelas I A
Jumlah
Persentase
Siswa
(%)

Kelas I B
Jumlah Persentase
Siswa
(%)

3

9,68

8

25,81

Baik (B)

14

45,16

12

38,71

Cukup (C)

12

38,71

9

29,03

Kurang (K)

2

6,45

2

6,45

Jumlah

31

100

31

100

Berdasarkan tabel 1.1, persentase kategori disiplin siswa kelas I A
menunjukkan, siswa mendapat nilai ≥ 66 (kategori sangat baik dan baik)
sebesar 54,84% (17 siswa), siswa mendapat nilai < 66 (kategori cukup dan
kurang) sebesar 45,16% (14 siswa). Persentase kategori disiplin siswa kelas
I B, siswa mendapat ≥ 66 (kategori sangat baik dan baik) sebesar 64,52%
(20 siswa) dan siswa mendapat nilai < 66 (kategori cukup dan kurang)
sebesar 35,48% (11 siswa).
Selain melakukan studi dokumentasi nilai disiplin, peneliti juga
melakukan studi dokumentasi hasil belajar siswa, diketahui nilai rata-rata
hasil belajar siswa kelas I A sebesar 57,33 dan rata-rata hasil belajar siswa
kelas I B sebesar 61,29. Persentase kategori hasil belajar siswa dapat
digambarkan pada tabel berikut:

5

Tabel 1.2. Persentase kategori hasil belajar siswa kelas I A.
Nilai

Predikat

Skala 0-100
86 – 100
81 – 85
76 – 80
71 – 75
66 – 70
61 – 65
56 – 60
51 – 55
46 – 50
0 - 45
Jumlah

A
AB+
B
BC+
C
CD+
D

Kelas I A
Jumlah
Persentase
Siswa
(%)

Kelas I B
Jumlah Persentase
Siswa
(%)

3

9,68

5

16,13

13

41,93

12

38,71

10

32,26

10

32,26

5

16,13

4

12,90

31

100

31

100

Berdasarkan tabel 1.2, persentase hasil belajar siswa kelas I A, siswa
mendapat nilai ≥ 66 (kategori (sangat baik (A) dan (baik) B) sebesar 51,61%
(16 siswa), dan siswa mendapat nilai < 66 (kategori cukup (C) dan kurang
(D)) sebesar 48,39% (15 siswa). Persentase hasil belajar siswa kelas I B,
siswa mendapat nilai ≥ 66 (kategori A dan B) sebesar 45,16% (14 siswa),
dan siswa mendapat nilai < 66 (kategori cukup (C) dan kurang (D)) sebesar
54,84% (17 siswa).
Berdasarkan data yang diperoleh disiplin dan hasil belajar siswa kelas
I A lebih rendah dibanding siswa kelas I B dan proses pembelajaran belum
dikatakan berhasil karena nilai siswa ≥ 66 (kategori sangat baik dan baik)
belum mencapai ≥ 75% siswa. Hal tersebut sesuai dengan pendapat
Suprihatiningrum (2013: 129):
Dari segi proses pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas
apabila seluruhnya atau setidaknya sebagian besar 75% siswa terlibat
aktif, baik fisik, mental maupun sosial dalam proses pembelajaran,
sementara itu proses pembelajaran dikatakan berhasil apabila terjadi
perubahan positif pada diri siswa seluruhnya atau setidaknya sebagian
besar 75%.

6

Berdasarkan penyebab masalah yang diungkapkan di atas, perlu
adanya tindak lanjut yang tepat, untuk perbaikan disiplin dan hasil belajar
siswa pada pembelajaran tematik terpadu kelas I A SD Negeri I Metro Utara
Tahun Pelajaran 2013/2014. Guru harus menggunakan model pembelajaran
yang dapat menjadikan siswa aktif, disiplin dalam mengikuti proses
pembelajaran sehingga hasil belajar mereka meningkat. Salah satu model
pembelajaran yang dapat menjadikan siswa disiplin dalam mengikuti proses
pembelajaran adalah model pembelajaran cooperative learning tipe make a
match.

Huda (2013: 253) model make a match memiliki beberapa

kelebihan diantaranya: (a) dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa, baik
secara kognitif maupun fisik, (b) karena ada unsur permainan, model ini
menyenangkan, (c) meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang
dipelajari dan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, (d) efektif melatih
kedisiplinan siswa menghargai waktu untuk belajar.
Berdasarkan alasan di atas, peneliti tertarik untuk melakukan Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) dengan judul: “Penerapan Model Cooperative
Learning Tipe Make a Match untuk Meningkatkan Disiplin dan Hasil
Belajar Siswa pada Pembelajaran Tematik Terpadu Kelas I A SD Negeri I
Metro Utara Tahun Pelajaran 2013/2014”.

7

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, identifikasi masalah dalam
penelitian ini sebagai berikut:
1. Pembelajaran masih berpusat pada guru (teacher centre).
2. Guru belum maksimal menggunakan model pembelajaran yang menarik,
salah satunya model cooperative learning tipe make a match.
3. Rendahnya hasil belajar siswa pada pembelajaran tematik terpadu, dilihat
dari hasil penilaian guru masih banyak siswa yang mendapat nilai < 66.
4. Siswa kurang disiplin dalam mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh
guru.

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas,
maka dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimanakah disiplin siswa dapat ditingkatkan melalui penerapan
model cooperative learning tipe make a match pada pembelajaran
tematik terpadu kelas I A SD Negeri I Metro Utara Tahun Pelajaran
2013/2014?
2. Apakah hasil belajar siswa dapat ditingkatkan melalui penerapan model
cooperative learning tipe make a match pada pembelajaran tematik
terpadu kelas I A SD Negeri I Metro Utara Tahun Pelajaran 2013/2014?

8

D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian adalah
untuk:
1. Meningkatkan disiplin siswa kelas I A SD Negeri I Metro Utara Tahun
Pelajaran 2013/2014 pada pembelajaran tematik terpadu melalui
penerapan model cooperative learning tipe make a match.
2. Meningkatkan hasil belajar siswa kelas I A SD Negeri I Metro Utara
Tahun Pelajaran 2013/2014 pada pembelajaran tematik terpadu melalui
penerapan model cooperative learning tipe make a match.

E. Manfaat Penelitian
Adapun hasil penelitian tindakan kelas, diharapkan dapat bermanfaat
bagi:
1. Siswa
a. Dapat meningkatkan disiplin siswa dalam pembelajaran tematik
terpadu di kelas I A SD Negeri 1 Metro Utara Tahun Pelajaran
2013/2014.
b.

Dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran tematik
terpadu di kelas I A SD Negeri 1 Metro Utara Tahun Pelajaran
2013/2014.

2. Guru
Dapat menambah wawasan dan meningkatkan kemampuan guru
dalam menerapkan model cooperative learning tipe make a match, pada
pembelajaran tematik terpadu di kelas I A SD Negeri I Metro Utara.

9

3. Sekolah
Dapat menjadi masukan bagi sekolah dalam upaya meningkatkan
kualitas pembelajaran tematik terpadu melalui penerapan model
cooperative learning tipe make a match .
4.

Peneliti
Dapat menambah pengetahuan tentang penelitian tindakan kelas,
menggunakan model cooperative learning tipe make a match pada
pembelajaran tematik terpadu .

10

II. KAJIAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Tematik Terpadu dan Pendekatan Ilmiah
1. Pembelajaran Tematik Terpadu
a. Pengertian Pembelajaran Tematik Terpadu
Pembelajaran tematik terpadu merupakan pembelajaran yang
menggunakan tema pada proses pembelajaran. Kemendikbud (2013:
7) pembelajaran tematik terpadu adalah pembelajaran dengan
memadukan beberapa mata pelajaran melalui penggunaan tema,
dimana peserta didik tidak mempelajari materi mata pelajaran secara
terpisah, semua mata pelajaran yang ada di sekolah dasar sudah
melebur menjadi satu kegiatan pembelajaran yang diikat dengan tema.
Prastowo (2013: 223) pembelajaran tematik terpadu merupakan
pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai kompetensi
dari berbagai mata pelajaran ke dalam berbagai tema. Mulyasa (2013:
170) pembelajaran tematik terpadu adalah pembelajaran yang
diterapkan pada tingkatan pendidikan dasar yang menyuguhkan proses
belajar berdasarkan tema untuk kemudian dikombinasikan dengan
mata pelajaran lainnya.

11

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan
pembelajaran

tematik

terpadu

merupakan

pembelajaran

yang

mengaitkan beberapa mata pelajaran dalam satu tema tertentu,
pembelajaran ini dapat menjadikan proses pembelajaran menjadi lebih
efektif dan efisien.
b
. T
u
Pembe
j
u
a
n

lajaran Tematik Terpadu

Pembelajaran tematik terpadu merupakan pembelajaran yang
diterapkan pada kurikulum 2013. Tematik terpadu memiliki beberapa
tujuan, Kemendikbud (2013: 193) tujuan tematik terpadu sebagai
berikut:
1) Mudah memusatkan perhatian pada satu tema atau topik
tertentu.
2) Mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai
kompetensi mata pelajaran dalam tema yang sama.
3) Memiliki pemahaman terhadap materi pelajaran lebih
mendalam dan berkesan.
4) Mengembangkan kompetensi berbahasa lebih baik dengan
mengaitkan berbagai mata pelajaran lain dengan pengalaman
pribadi siswa.
5) Lebih bergairah belajar karena mereka dapat berkomunikasi
dalam situasi nyata, seperti: bercerita, bertanya, menulis
sekaligus mempelajari pelajaran yang lain.
6) Lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi
yang disajikan dalam konteks tema yang jelas.
7) Guru dapat menghemat waktu, karena mata pelajaran yang
disajikan secara terpadu dapat dipersiapkan sekaligus dan
diberikan dalam 2 atau 3 pertemuan bahkan lebih dan atau
pengayaan.
8) Budi pekerti dan moral siswa dapat ditumbuh kembangkan
dengan mengangkat sejumlah nilai budi pekerti sesuai dengan
situasi dan kondisi.

12

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan pembelajaran
tematik

terpadu

merupakan

pembelajaran

yang

bertujuan

untuk

memudahkan siswa dalam memahami materi pelajaran, menjadikan siswa
lebih

bergairah

dalam

mengikuti

proses

pembelajaran,

serta

mengembangkan berbagai kemampuan siswa dalam tema tertentu.
2. Pendekatan Ilmiah
Kurikulum

2013

merupakan

kurikulum

yang

menggunakan

pendekatan ilmiah dalam pelaksanaan pembelajaran. Beberapa hal
menurut Kemendikbud (2013: 200-209)

mengenai pendekatan ilmiah,

pendekatan ilmiah merupakan pendekatan yang dimaksudkan untuk
memberikan pemahaman kepada siswa dalam mengenal, memahami
berbagai materi dengan menggunakan informasi yang bisa berasal dari
mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru.
Langkah-langkah pendekatan ilmiah meliputi: (a) mengamati (dengan
metode observasi siswa menemukan fakta bahwa ada hubungan antara
objek yang dianalisis), (b) menanya (saat guru atau siswa bertanya, pada
saat itu pula guru membimbing atau memandu siswanya belajar dengan
baik), (c) menalar (proses berfikir yang logis dan sistematis atas faktafakta empiris yang dapat diobservasi), (d) mencoba (siswa harus mencoba
atau melakukan percobaan), (e) mengolah (tahapan mengolah ini siswa
sebisa

mungkin

dikondisikan

belajar

secara

kolaboratif),

(f)

menyimpulkan (kegiatan menyimpulkan merupakan kelanjutan dari
kegiatan mengolah, bisa dilakukan bersama-sama dalam satu kesatuan

13

kelompok), (g) menyajikan dan mengkomunikasikan (siswa harus dapat
menyajikan dan mengkomunikasikan hasil pekerjaan yang telah disusun).
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan pendekatan ilmiah
merupakan pendekatan yang mendorong siswa dalam proses pembelajaran
dibiasakan untuk menemukan kebenaran ilmiah atau berfikir secara
rasional, melalui kegiatan yang mereka lakukan, yaitu: mengamati,
menanya, menalar, mencoba, mengolah, menyimpulkan, menyajikan dan
mengkomunikasikan.

B. Belajar, Penilaian Autentik, dan Hasil Belajar
1.

Belajar
Belajar merupakan sesuatu yang tidak asing bagi kita, dari lahir
hingga saat ini kita pasti pernah mengalami proses belajar, karena belajar
adalah sesuatu yang pasti dialami oleh setiap manusia. Suprihatiningrum
(2013: 15-34) teori belajar dikelompokan menjadi empat aliran, yaitu
aliran behavioristik, konstruktivistik, humanistik, dan sibernetik. Aliran
yang sesuai dengan kondisi pembelajaran saat ini adalah aliran
konstruktivistik, hal ini dipertegas oleh Suprijono (2013: 29-39) seiring
upaya perbaikan kualitas pembelajaran organis, filsafat konstruktivistik
kian populer dibidang pendidikan pada dekade ini, pada pembelajaran
konstruktivistik lebih menekankan pada belajar operatif, autentik, belajar
kolaboratif, dan kooperatif.
Beberapa ahli pendidikan mendefinisikan tentang belajar, Gagne
(dalam Suprijono, 2013: 2) belajar adalah perubahan disposisi atau

14

kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas. Perubahan disposisi
tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang
secara alamiah. Trianto (2010: 16) belajar secara umum dapat diartikan
sebagai perubahan pada individu yang terjadi melalui pengalaman dan
bukan

karena

pertumbuhan

atau

perkembangan

tubuhnya

atau

karakteristik seseorang sejak lahir. Bell-Gredler (dalam Winataputra, dkk.,
2008: 1.5) belajar adalah proses yang dilakukan oleh manusia untuk
mendapatkan aneka ragam kemampuan (comtencies), keterampilan
(skills), dan sikap (attitude). Proses belajar tersebut berkelanjutan dari
bayi hingga sepanjang hayat.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan belajar
adalah kegiatan yang dilakukan oleh seseorang melalui berbagai
pengalaman yang mereka alami dan mereka dapatkan dari lingkungan
keluarga, lingkungan masyarakat, maupun lingkungan sekolah sehingga
menghasilkan perubahan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor.
2. Pengertian Penilaian Autentik
Penilaian autentik merupakan penilaian yang mencerminkan hasil
belajar siswa yang sesungguhnya.

Nurgiyantoro (2011: 22) penilaian

autentik (authentic assessment) merupakan penilaian yang menekankan
kemampuan siswa untuk mendemonstrasikan pengetahuan yang dimiliki
secara nyata dan bermakna.

Kunandar (2013: 35) penilaian autentik

adalah kegiatan menilai peserta didik yang menekankan pada apa yang
seharusnya dinilai, baik proses maupun hasil dengan instrumen penilaian
yang disesuaikan dengan tuntutan kompetensi yang ada di Standar

15

Kompetensi (SK) atau Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD).
Komalasari (2011: 148) penilaian autentik adalah suatu penilaian belajar
yang merujuk pada situasi atau konteks dunia nyata, yang memerlukan
berbagai

macam

pendekatan

untuk

memecahkan

masalah

yang

memberikan kemungkinan bahwa satu masalah bisa mempunyai lebih dari
satu macam pemecahan.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan penilaian
autentik adalah penilaian yang digunakan untuk mengukur segala aspek
baik proses pembelajaran maupun hasil belajar afektif, kognitif, dan
psikomotor siswa.
3. Hasil Belajar
Setiap kegiatan yang dilakukan akan menghasilkan sesuatu, begitu
pula dengan kegiatan belajar akan menghasilkan hasil, yaitu hasil belajar.
Kunandar (2011: 277) hasil belajar adalah hasil yang diperoleh siswa
setelah mengikuti suatu materi tertentu dari mata pelajaran yang berupa
data kuantitatif maupun kualitatif. Sudjana (2010: 22) hasil belajar adalah
kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima
pengalaman belajarnya. Suprijono (2013: 5) hasil belajar adalah pola-pola
perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apersepsi, dan
keterampilan. Bloom (dalam Kurniawan, 2011: 13-15) menggolongkan
hasil belajar menjadi: (a) hasil belajar kognitif, yaitu hasil belajar yang ada
kaitannya dengan ingatan, kemampuan berfikir atau intelektual, (b) hasil
belajar ranah afektif, yaitu merujuk pada hasil belajar yang berupa
kepekaan rasa atau emosi, (c) hasil belajar psikomotor, yaitu berupa

16

kemampuan gerak sederhana yang mungkin dilakukan secara refleks
hingga gerak kompleks yang terbimbing hingga gerak kreativitas.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan hasil belajar adalah
hasil yang diperoleh oleh siswa baik berupa kognitif, afektif, ataupun
psikomotor setelah mengikuti proses pembelajaran.

C. Disiplin
1. Pengertian Disiplin
Setiap siswa hendaknya memiliki karakter yang positif, agar mereka
dapat menjadi pribadi yang baik. Salah satu karakter utama yang harus
dikembangkan oleh guru untuk siswanya adalah disiplin. Beberapa ahli
mengemukakan tentang pengertian disiplin, Fathurrohman, dkk., (2013:
125) disiplin adalah tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh
pada ketentuan dan peraturan.

Stara Waji (dalam Amri, 2013: 161)

mengemukakan:
Disiplin berasal dari bahasa latin discere yang berarti belajar. Dari
kata ini timbul diciplina yang berarti pengajaran atau pelatihan dan
sekarang, kata disiplin mengalami perkembangan makna dalam
beberapa pengertian. Pertama disiplin diartikan sebagai kepatuhan
terhadap peraturan atau tunduk pada pengawasan, dan pengendalian.
Kedua disiplin sebagai latihan yang bertujuan mengembangkan diri
agar dapat berperilaku tertib.
Daryanto & Suryatri (2013: 49) dalam perspektif umum disiplin
adalah perilaku sosial yang bertanggung jawab dan fungsi kemandirian
yang optimal dalam suatu relasi sosial yang berkembang atas dasar
kemampuan mengelola/mengendalikan, memotivasi, dan idependensi diri.

17

Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan disiplin adalah
karakter yang menunjukkan seseorang taat dengan peraturan yang berlaku
yang dilakukan dengan penuh rasa tanggung jawab.
2. Karakteristik Disiplin
Karakteristik disiplin merupakan ciri khas yang menunjukkan
seseorang memiliki sifat disiplin. Disiplin memiliki beberapa karakteristik,
berikut tentang karakteristik disiplin menurut beberapa ahli. Daryanto &
Suryatri (2013: 49), karakteristik disiplin yang sehat adalah:
Orang yang mampu melakukan fungsi psikososial dalam berbagai
setting termasuk: (a) kompetensi dalam bidang akademik, pekerjaan,
dan relasi sosial, (b) pengelolaan emosi dan mengontrol perilakuperilaku yang impulsif, (c) kepemimpinan, (d) harga diri yang
positif, dan identitas diri. Disiplin dapat diukur atau dapat
diobservasi baik secara emosional maupun tampilan perilaku.
Fathurrohman, dkk., (2013: 130) seseorang yang berdisiplin
memiliki deskripsi perilaku: (a) biasa menyelesaikan tugas-tugas tepat
waktu, menghindari sikap ingkar janji, dan biasa mengerjakan tugas
sampai selesai, (b) menghindari sikap buruk sangka dan lalai, (c) berani
menanggung resiko dan tidak suka melempar kesalahan pada orang lain,
(d) selalu menghindari sikap munafik dan putus asa.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa
disiplin memiliki karakteristik taat, berani bertanggung jawab, dan selalu
mengerjakan tugas tepat pada waktunya. Karakteristik disiplin tersebut
dapat diamati melalui perilaku yang mereka lakukan dalam kegiatan
sehari-hari.

18

3. Unsur-Unsur Disiplin
Sebelum seseorang memiliki sikap disiplin didahului oleh
serangkaian unsur-unsur yang mendorong terbentuknya disiplin. Hurlock
(dalam Amri, 2013: 165) unsur-unsur disiplin adalah: (a) peraturan sebagai
pedoman perilaku, (b) konsistensi dalam peraturan, (c) hukuman untuk
pelanggaran, (d) penghargaan untuk berperilaku yang baik. Amri (2013:
165) mengemukakan unsur pokok yang membentuk disiplin, sikap yang
telah ada pada diri manusia dan sistem nilai budaya yang ada di dalam
masyarakat.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan disiplin
terbentuk dari berbagai unsur yang saling terkait yaitu peraturan, ketaatan
hukuman, dan penghargaan. Unsur-unsur tersebut harus ada, agar disiplin
dapat terbentuk.
4. Alat Ukur Disiplin
Disiplin merupakan salah satu sikap yang dapat diukur dengan
beberapa cara. Menurut Kemendikbud (2013: 10-12) cara mengukur sikap
adalah sebagai berikut :
a. Observasi
Observasi merupakan suatu teknik penilaian yang dilakukan
dengan cara menggunakan indera baik secara langsung maupun tidak
langsung dengan menggunakan lembar panduan observasi yang berisi
indikator perilaku yang diamati.

19

b. Penilaian Diri
Penilaian diri merupakan teknik penilaian dengan cara meminta
siswa untuk mengukur kelebihan dan kekurangannya sendiri dalam
konteks pencapaian kompetensi.
c. Penilaian antar teman
Merupakan teknik penilaian dengan cara meminta siswa untuk
saling menilai sikap dan perilaku dengan temannya.
d. Jurnal
Merupakan catatan guru di dalam dan di luar kelas yang berisi
kelebihan dan kelemahan sikap siswa.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa untuk
mengukur disiplin siswa dapat dilakukan dengan empat cara, yaitu
observasi, penilaian diri, penilaian antar teman, dan jurnal, dalam penelitian
ini peneliti menggunakan lembar observasi.
5. Indikator Disiplin
Seseorang yang memiliki sifat disiplin di tandai oleh beberapa hal.
Menurut Daryanto & Suryatri (2013: 145) indikator disiplin adalah (a)
datang ke sekolah dan masuk kelas pada waktunya, (b) melaksanakan
tugas-tugas kelas yang menjadi tanggung jawabnya, (c) duduk pada tempat
yang telah ditetepkan, (d) menaati peraturan sekolah dan kelas, (e)
berpakaian rapi (f) mematuhi peraturan permainan. Kemendikbud (2013:
ix) indikator disiplin adalah (a) kehadiran ke sekolah tepat waktu, (b)
senantiasa menjalankan tugas piket, (c) menyelesaikan tugas sesuai waktu
yang disepakati.

20

Bersadasarkan pendapat di atas dapat peneliti simpulkan indikator
disiplin adalah (a) masuk kelas tepat waktu, (b) berpakaian rapi, (c) baris
atau duduk sesuai kelompok tepat waktu, (d) menyelesaikan tugas-tugas
tepat waktu, (e) menaati aturan dalam proses pembelajaran.

D. Model Pembelajaran
1. Pengertian Model Pembelajaran
Model pembelajaran merupakan salah satu komponen yang
dibutuhkan oleh guru, untuk mengimplementasikan rencana pembelajaran
yang ingin mereka terapkan. Joyce & Weil (dalam Rusman, 2013: 133)
model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan
untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang),
merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing di kelas atau
yang lain. Sejalan dengan pendapat Suprijono (2013: 46) model
pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran hasil penurunan
teori psikologi pendidikan dan teori belajar yang dirancang berdasarkan
analisis terhadap implementasi kurikulum dan implikasinya pada tingkat
operasional di kelas. Ngalimun (2013: 27) model pembelajaran adalah:
Suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman
dalam merencanakan pembelajaran di kelas. Dengan kata lain model
pembelajaran adalah suatu perencanaan atau pola yang dapat kita
gunakan untuk mendesain pola-pola mengajar secara tatap muka di
dalam kelas dan menentukan material/perangkat pembelajaran
termasuk di dalamnya buku-buku, media (film-film), tipe-tipe,
program-program media komputer, dan kurikulum (sebagai kursus
untuk belajar).

21

Arends (dalam Trianto, 2010: 22) istilah model pengajaran mengarah
pada suatu pendekatan pembelajaran tertentu termasuk tujuannya,
sintaksnya, lingkungannya, dan sistem pengelolaannya. Suprihatinigrum
(2013: 185) model pembelajaran merupakan pola yang telah direncanakan
dengan matang dan merupakan pedoman pelaksanaan pembelajaran mulai
dari kegitan awal, inti, dan penutup serta penilaian pembelajaran yang
disusun sedemikian rupa untuk mencapai tujuan pembelajaran (baik tujuan
utama maupun tujuan pendamping/nurturant effect).
Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan
model pembelajaran adalah rangkaian perencanaan pembelajaran yang
dirancang untuk pedoman guru dalam melaksanakan proses pembelajaran.
Guru dalam memilih model pembelajaran harus memperhatikan tujuan
pembelajaran yang akan dicapai.
2. Macam-Macam Model Pembelajaran
Guru merupakan seorang pendidik yang mengajar di kelas, guru
harus dapat mengusai kelas dan menerapkan pembelajaran yang
menyenangkan, selain itu guru harus menerapkan model pembelajaran
yang sesuai dengan karakteristik siswa, setiap kelas kemungkinan akan
menggunakan model pembelajaran yang berbeda-beda, untuk itu guru
harus dapat menerapkan berbagai model pembelajaran. Suprijono (2013:
76) model pembelajaran dibagi menjadi tiga (a) model pembelajaran
langsung (direct instruction) dikenal dengan sebutan active teaching, (b)
model pembelajaran kooperatif (cooperative learning), (c) model
pembelajaran berbasis masalah. La & Arihi (dalam Prastowo, 2013: 74)

22

macam-macam

model

pembelajaran

sebagai

berikut:

(a)

model

cooperative learning, (b) kontekstual, (c) tugas terstruktur, (d) PAKEM,
(e) VCT, (f) simulasi, (g) bermain peran (role playing), (h) kuantum, (i)
PAIKEM, (j) berbasis portofolio, (k) kelas rangkap, (l) langsung (direct
instruction), (m) terpadu, dan (n) model tematik terpadu.
Berdasarkan pendapat di atas, model pembelajaran memiliki
berbagai jenis yang akan terus dikembangkan oleh para pengembang
pendidikan, hal ini bertujuan untuk memperbaiki pembelajaran yang
sesuai dengan karakteristik serta kebutuhan siswa.
3. Pengertian Model Cooperative Learning
Cooperative learning merupakan salah satu model pembelajaran
yang diterapkan dalam pembelajaran kurikulum 2013, dalam kurikulum
2013 siswa banyak melakukan kegiatan pembelajaran berkelompok.
Komalasari (2011: 62) cooperative learning adalah pembelajaran dimana
siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara
kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 2-5 orang, dengan struktur
kelompok yang relatif heterogen.

Rusman (2013: 202) cooperative

learning merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan
bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang
anggotanya terdiri dari 4-6 orang struktur kelompok yang bersifat
heterogen. Isjoni (2011: 14) pembelajaran cooperative learning adalah
model belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil
yang tingkat kemampuannya berbeda, dalam menyelesaikan tugas

23

kelompoknya, setiap anggota kelompok harus saling bekerjasama, dan
saling membantu untuk memahami materi pelajaran.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan
pembelajaran cooperative learning adalah pembelajaran berkelompok,
setiap kelompok bekerja untuk memecahkan suatu masalah secara
bersama-sama dengan anggota kelompoknya dengan penuh rasa tanggung
jawab.
4. Tipe-Tipe Model Cooperative Learning
Saat ini model pembelajaran sudah banyak berkembang dan
memiliki banyak tipenya, salah satunya adalah model pembelajaran
cooperative learning. Rusman (2013: 213-225) tipe model pembelajaran
cooperative learning meliputi: (a) model STAD (students team
achievement division), (b) model jigsaw, (c) model investigasi kelompok
(group investigation), (d) model mencari pasangan (make a match), (e)
model TGT (teams games tounaments), (f) model struktural. Suprijono
(2013: 89-103) membagi model cooperative learning menjadi dua belas
tipe yaitu: (a) jigsaw, (b) think pair share, (c) numbered heads together,
(d) group investigation, (d) two stay two stray, (e) make a match, (f)
listening team, (g) inside-outside circle, (h) bamboo dancing, (i) poincounter-point, (i) the power of two, (j) listening team.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan make a
match adalah salah tipe dari model pembelajaran cooperative learning,
peneliti memilih model cooperative learning tipe make a match untuk
membantu guru dalam mencapai tujuan pembelajaran, yaitu dapat

24

meningkatkan disiplin dan hasil belajar siswa, khususnya dalam
pembelajaran tematik terpadu.
5. Model Cooperative Learning Tipe Make a Match
a. Pengertian Model Cooperative Learning Tipe Make a Match
Proses pembelajaran yang baik adalah yang dapat menciptakan
pembelajaran yang efektif dengan adanya komunikasi dua arah antara
guru dengan siswa. Salah satu alternatif untuk pengajaran tersebut
adalah menggunakan model pembelajaran cooperative learning tipe
make a match (mencari pasangan).

Aqib (2013: 23) model

cooperative learning tipe make a match adalah model yang
diperkenalkan oleh Lena Curran, pada

Dokumen yang terkait

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TEKNIK MAKE A MATCH SISWA KELAS V A SD NEGERI 2 METRO TIMUR TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 14 115

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TALKING STICK UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN TEMATIK KELAS IV SD NEGERI 4 METRO TIMUR TAHUN PELAJARAN 2013/2014

1 27 83

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE MAKE A MATCH DENGAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PKn SISWA KELAS IVA SD NEGERI 3 KARANG ENDAH LAMPUNG TENGAH TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 10 53

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN DISIPLIN DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU KELAS I A SD NEGERI I METRO UTARA TAHUN PELAJARAN 2013/2014

2 9 71

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE EXAMPLE NON-EXAMPLE UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN TEMATIK KELAS IVB SD NEGERI 01 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 8 142

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TIPE NUMBER HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN TEMATIK KELAS I A SDN 08 METRO TIMUR TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 6 77

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PKn SISWA KELAS V SD NEGERI 4 METRO SELATAN TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 5 54

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE PAIR CHECK UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN TEMATIK KELAS IV B SD NEGERI 06 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

1 15 48

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VA SD NEGERI 4 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2014/2015

1 9 101

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS IVB SD NEGERI 2 BUMIHARJO

2 9 80