PENERAPAN METODE PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PADA PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU SISWA KELAS IV B SDN 1 METRO BARAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

(1)

ABSTRAK

PENERAPAN METODE PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PADA PEMBELAJARAN TEMATIK

TERPADU SISWA KELAS IV B SDN 1 METRO BARAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

Oleh:

MAYANG SAPUTRI

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya aktivitas dan hasil pembelajaran siswa kelas IV B SDN 1 Metro Barat yang diketahui dari hasil observasi yaitu hanya sebanyak 12 siswa atau 52.17% dari 23 siswa yang mencapai KKM yaitu 66 dengan kategori “sedang”. Tujuan dari penelitian ini adalah meningkatkan aktivitas dan hasil pembelajaran siswa kelas IV B SDN 1 Metro Barat melalui metode Problem Solving.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam 3 siklus. Masing-masing siklus dilaksanakan melalui 4 tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Pengumpulan data dilakukan melalui lembar observasi dan tes tertulis. Data yang telah dikumpulkan dianalisis menggunakan teknik analisis kualitatif dan kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan metode Problem Solving dapat meningkatkan aktivitas dan hasil pembelajaran siswa kelas IV B SDN 1 Metro Barat. Hal ini dapat dilihat dari persentase aktivitas belajar klasikal pada siklus I mencapai 56.52% kategori “cukup aktif”, siklus II 69.57% kategori “aktif”, siklus III 82.61% kategori “sangat aktif”. Ketuntasan hasil belajar afektif klasikal pada siklus I mendapat 52.17% kategori “cukup percaya diri”, siklus II 73.91% kategori “percaya diri”, siklus III 86.96% kategori “sangat percaya diri”. Ketuntasan hasil belajar kognitif klasikal pada siklus I mencapai 65.21% kategori “tinggi”, siklus II 73.91% kategori “tinggi”, dan mencapai 86.95% kategori “sangat tinggi” pada siklus III. Ketuntasan hasil belajar psikomotor klasikal pada siklus I mencapai 60.87% kategori “cukup terampil”, siklus II 73.91% kategori “terampil”, siklus III 91.30% kategori “sangat terampil”.


(2)

PENERAPAN METODE PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PADA PEMBELAJARAN TEMATIK

TERPADU SISWA KELAS IV B SDN 1 METRO BARAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

(Skripsi)

Oleh

MAYANG SAPUTRI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2014


(3)

(4)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Langkah-langkah Pendekatan Scientific ... 26

2.2 Kerangka Berpikir Penelitian ... 35

3.3 Alur Siklus PTK ... 37

4.4 Diagram Kinerja Guru ... 121

4.5 Diagram Aktivitas Siswa ... 123

4.6 Diagram Peningkatan Hasil Belajar Afektif Siswa ... 125

4.7 Diagram Hasil Belajar Kognitif Siswa ... 127


(5)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Rumusan Masalah ... 6

D. Tujuan Penelitian ... 7

E. Manfaat Penelitian ... 7

II. KAJIAN PUSTAKA ... 9

A. Metode Pembelajaran Problem Solving ... 9

1. Metode Pembelajaran ... 9

2. Metode Problem Solving ... 10

3. Langkah-langkah Metode Problem Solving ... 11

4. Kelebihan dan Kekurangan Metode Problem Solving ... 13

B. Kinerja Guru ... 15

C. Aktivitas Belajar ... 16

1. Pengertian Belajar ... 16

2. Pengertian Pembelajaran ... 18

3. Teori Belajar ... 19

4. Aktivitas Belajar ... 22

5. Hasil Belajar ... 23

D.Pembelajaran Tematik Terpadu ... 24

E. Pendekatan Scientific ... 26

F. Penilaian Autentik ... 27

1. Pengertian Penilaian Autentik ... 27

2. Karakteristik Penilaian Autentik ... 29

3. Teknik Penilaian Autentik ... 29

F. Penelitian yang Relevan ... 32

G.Kerangka Berpikir ... 34


(6)

B. Prosedur Penelitian ... 36

C. Setting Penelitian ... 38

D. Subjek Penelitian ... 38

E. Teknik Pengumpulan Data ... 38

F. Alat Pengumpulan Data ... 39

G. Teknik Analisis Data ... 40

H. Langkah-langkah Penelitian Tindakan Kelas ... 44

I. Indikator Keberhasilan ... 54

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 56

A. Profil Sekolah ... 56

1. Letak Geografis dan Prasarana SDN 1 Metro Barat ... 56

2. Keadaan Penyelenggaraan Sekolah (Guru dan Staf) ... 57

3. Keadaan Siswa ... 57

B. Prosedur Pelaksanaan Kegiatan Penelitian ... 57

C. Pelaksanaan Kegiatan dan Hasil Pembelajaran ... 58

1. Siklus I ... 58

a. Perencanaan ... 58

b. Pelaksanaan ... 58

c. Pengamatan ... 62

1) Kinerja Guru ... 63

2) Aktivitas Belajar Siswa ... 66

3) Hasil Belajar Afektif Siswa ... 69

4) Hasil Belajar Kognitif Siswa ... 71

5) Hasil Belajar Psikomotor Siswa ... 72

d. Refleksi ... 75

2. Siklus II ... 81

a. Perencanaan ... 81

b. Pelaksanaan ... 81

c. Pengamatan ... 85

1) Kinerja Guru ... 86

2) Aktivitas Belajar Siswa ... 89

3) Hasil Belajar Afektif Siswa ... 92

4) Hasil Belajar Kognitif Siswa ... 94

5) Hasil Belajar Psikomotor Siswa ... 96

d. Refleksi ... 98

3. Siklus III ... 102

a. Perencanaan ... 102

b. Pelaksanaan ... 103

c. Pengamatan ... 107

1) Kinerja Guru ... 107

2) Aktivitas Belajar Siswa ... 110

3) Hasil Belajar Afektif Siswa ... 113


(7)

1. Kinerja Guru ... 121

2. Aktivitas Belajar Siswa ... 122

3. Hasil Belajar Siswa ... 124

a. Hasil Belajar Afektif ... 124

b. Hasil Belajar Kognitif ... 126

c. Hasil Belajar Psikomotor ... 128

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 131

A.Kesimpulan ... 131

B.Saran ... 132 DAFTAR PUSTAKA


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

1.1 Perbandingan Hasil Ulangan Semester Ganjil ... 4

3.2 Kategori Kinerja Guru... 40

3.3 Kategori Peningkatan Aktivitas Siswa ... 41

3.4 Kategori Nilai Sikap Siswa ... 42

3.5 Kategori Keterampilan Siswa ... 42

3.6 Nilai ketuntasan belajar siswa ... 44

4.7 Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ... 58

4.8 Kinerja Guru Siklus I ... 63

4.9 Aktivitas Belajar Siswa Siklus I ... 67

4.10 Persentase Jumlah Siswa Aktif Siklus I ... 69

4.11 Hasil Belajar Afektif Siswa Siklus I ... 70

4.12 Persentase Klasikal Hasil Belajar Afektif Siswa pada Siklus I ... 71

4.13 Hasil Belajar Kognitif Siklus I ... 72

4.14 Hasil Belajar Psikomotor Siswa Siklus I ... 73

4.15 Persentase Klasikal Hasil Belajar Psikomotor Siswa pada Siklus I .... 74

4.16 Kinerja Guru Siklus II ... 86

4.17 Aktivitas Belajar Siswa Siklus II ... 90

4.18 Persentase Jumlah Siswa Aktif Siklus II ... 92

4.19 Hasil Belajar Afektif Siswa Siklus II ... 93

4.20 Persentase Klasikal Hasil Belajar Afektif Siswa pada Siklus II ... 94

4.21 Hasil Belajar Kognitif Siklus II ... 95

4.22 Hasil Belajar Psikomotor Siswa Siklus II ... 96

4.23 Persentase Klasikal Hasil Belajar Psikomotor Siswa pada Siklus II .. 98

4.24 Kinerja Guru Siklus III ... 107


(9)

4.28 Persentase Klasikal Hasil Belajar Afektif Siswa pada Siklus III ... 114

4.29 Hasil Belajar Kognitif Siklus III ... 115

4.30 Hasil Belajar Psikomotor Siswa Siklus III ... 116

4.31 Persentase Klasikal Hasil Belajar Psikomotor Siswa pada Siklus III . 118 4.32 Rekapitulasi Kinerja Guru ... 121

4.33 Rekapitulasi Aktivitas Belajar Siswa ... 123

4.34 Rekapitulasi Hasil Belajar Afektif Siswa ... 125

4.35 Rekapitulasi Hasil Belajar Kognitif Siswa ... 126


(10)

PERSEMBAHAN

Bismillahirohmanirrohim

Kupersembahkan karya ini sebagai bentuk terima kasih kepada:

Bapak Suwardi dan Ibu Nining Ismiyati

Kedua sosok yang bagaikan malaikat dalam hidupku. Kedua orang tua yang selalu memberiku dukungan dan semangat luar biasa untuk mewujudkan

impianku, orang tua yang telah mendidik dan merawatku dengan penuh kasih sayang, orang tua yang dari kedua bibirnya tak pernah berhenti

mengalir doa luar biasa agar aku menjadi anak yang mampu membanggakan orang tua, serta orang tua yang selalu memberikan

pelajaran penuh makna dalam tiap langkahku melewati hidup.

Adikku tercinta,

Ilda Rilnanda

Serta keluarga dan orang-orang yang memberiku semangat untuk dapat berbuat lebih baik hingga dapat menyelesaikan studi


(11)

(12)

(13)

MOTO

Sebaik-baik manusia adalah manusia

yang berguna bagi orang lain

(Donny Dhirgantoro )

Whether you believe you can or whether you believe you can’t,

You’re absolutely right


(14)

(15)

(16)

SANWACANA

Puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, hidayah serta nikmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Penerapan Metode Problem Solving Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Pada Pembelajaran Tematik Terpadu Siswa Kelas IV B SDN 1 Metro Barat Tahun Pelajaran 2013/2014”, sebagai syarat meraih gelar sarjana pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih ada kekurangan. Penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari bimbingan, petunjuk serta bantuan dari berbagai pihak, oleh kerena itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada: 1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas

Lampung yang telah memberikan semangat kemajuan untuk memajukan program studi PGSD dan membantu penulis dalam menyelesaikan surat guna syarat skripsi.

2. Bapak Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan FKIP Universitas Lampung yang telah memberikan semangat kemajuan untuk memajukan program studi PGSD dan membantu penulis dalam menyelesaikan surat guna syarat skripsi.

3. Bapak Dr.Hi.Darsono, M.Pd., selaku Ketua Program Studi PGSD Universitas Lampung yang telah memberikan banyak ilmu kepada penulis, memberikan


(17)

4. Ibu Dra. Asmaul Khair, M.Pd., selaku Ketua UPP PGSD Metro yang telah memberikan banyak ilmu kepada penulis, memberikan dukungan, saran, serta masukan demi kebaikan seluruh mahasiswa PGSD UPP Metro.

5. Bapak Drs. Mugiadi, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing I yang telah meluangkan waktu, memberikan ilmu yang dimiliki dengan ikhlas, memberikan saran serta masukan yang luar biasa selama proses pembuatan skripsi.

6. Bapak Drs. Muncarno, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing II sekaligus Dosen Pembimbing Akademik yang telah meluangkan waktu, memberikan ilmu yang dimiliki dengan ikhlas, memberikan saran serta masukan yang luar biasa selama proses pembuatan skripsi dan telah memberikan saran dan pertimbangan yang bijak selama penulis menjadi mahasiswa bimbingan akademik di PGSD UPP Metro.

7. Ibu Dra. Hj. Yulina, M.Pd.I., selaku Dosen Pembahas yang telah memberikan dukungan, saran, masukan, dan kritik yang luar biasa dalam proses pembuatan skripsi.

8. Ibu Sri Subyakti, S.Pd., selaku Kepala Sekolah SDN 1 Metro Barat yang telah memberikan izin dan selalu memberikan semangat dalam pelaksanaan penelitian.

9. Ibu Jayanti, S.Pd. SD., selaku Guru Kelas IV B SDN 1 Metro Barat serta siswa-siswi kelas IV B SDN 1 Metro Barat yang telah membantu dan berpartisipasi dalam pelaksanaan penelitian.


(18)

11. Sahabat-sahabatku yang luar biasa, Riri Afrilia, Sherli Aprilia, Veridiana Eka Christy, Tri Sutrisno, Dita Erwidiya, Indah Suriyana, Sisworo Sanjaya, Sulihawati, Sinta Mahardiyanti.

12. Sapariyanto, yang selalu memberikan dukungan dan semangat yang luar biasa.

13. Seluruh rekan-rekan PGSD angkatan 2010 khususnya PGSD 2010 Kelas “B” Neni, Maul, Lita, Aming, Mega, Putu, Dita C, Rizka, Cahya, Aji, Via, Hardi, Indah, Akmal, Fahmi, Bagus, Ratna, Serlia, Fauzi, Kak Ipul, Surani, Rimba, Nana, Julia, Yuyun, Umi, Aqmarina yang selalu berjuang bersama dari awal hingga penyelesaian studi.

14. Almamater tercinta Universitas Lampung.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan, tetapi penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua orang yang membacanya.

Metro, 15 Agustus 2014 Penulis


(19)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang mutlak bagi kehidupan manusia untuk dapat mengembangkan diri sesuai dengan tujuan hidupnya. Indonesia sebagai negara yang berkembang memandang pendidikan sebagai suatu kebutuhan penting dan sarana demi memajukan pembangunan negara.

Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 menyebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Visi pendidikan nasional menurut Permendiknas RI No. 41 Tahun 2007 adalah terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah. Menurut Hasbullah (2012: 7) pendidikan adalah aktivitas dan usaha manusia untuk meningkatkan kepribadiannya dengan jalan membina potensi-potensi pribadinya, yaitu rohani (pikir, karsa, rasa, cipta, dan budi nurani) dan jasmani (panca indera serta keterampilan-keterampilan).


(20)

Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan merupakan salah satu langkah yang dilakukan untuk membentuk bangsa yang cerdas dan berkualitas. Sejalan dengan visi pendidikan nasional bahwa dalam era globalisasi dimana manusia dituntut untuk dapat mengikuti perkembangan zaman yang semakin maju, setiap warga negara diharapkan mampu menjadi manusia yang cerdas dan berkualitas.

Untuk membentuk sumber daya manusia yang berkualitas tentunya harus diimbangi dengan pendidikan yang berkualitas. Pendidikan harus selalu diperbaiki serta dikembangkan sehingga dapat menyesuaikan diri dengan tuntutan zaman. Pendidikan yang baik tidak hanya menekankan pada aspek pengetahuan saja, namun harus bersifat holistik atau menyeluruh dan mampu menanamkan nilai-nilai, sikap, dan keterampilan pada diri peserta didik. Demi mewujudkan pendidikan yang bermutu, saat ini mulai diterapkan Kurikulum 2013 sebagai perbaikan dan penyempurna dari kurikulum yang telah diterapkan sebelumnya yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2010-2014 diamanatkan penerapan metodologi pendidikan yang tidak lagi berupa pengajaran demi kelulusan ujian (teaching to the test), namun pendidikan menyeluruh yang memerhatikan kemampuan sosial, watak, budi pekerti, kecintaan terhadap budaya-bahasa Indonesia melalui penyesuaian sistem Ujian Akhir Nasional (UAN) pada 2011 dan penyempurnaan kurikulum sekolah dasar dan menengah sebelum tahun 2011 yang diterapkan di 25% sekolah pada 2012 dan 100% pada 2014.

Kurikulum 2013 menerapkan pembelajaran tematik dalam kegiatan belajar mengajar yang diimplementasikan di kelas 1 dan 4 Sekolah Dasar. Menurut Trianto (2011: 147) pembelajaran tematik dimaknai sebagai


(21)

pembelajaran yang dirancang berdasarkan tema-tema tertentu dan menyediakan keluasan dan kedalaman implementasi kurikulum, serta memberikan kesempatan yang sangat banyak pada siswa untuk memunculkan dinamika dalam pendidikan.

Selain itu, pembelajaran dalam Kurikulum 2013 yang menjadikan siswa sebagai pusat pembelajaran menuntut siswa agar mampu berperan aktif dan kreatif dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Oleh karena itu, pada penerapannya harus menggunakan pendekatan yang sesuai yaitu pendekatan scientific. Prof. Sudarwan menyatakan bahwa pendekatan ini memiliki ciri-ciri menonjolkan dimensi pengamatan, penalaran, penemuan, pengabsahan, dan penjelasan mengenai suatu kebenaran (Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013, 2013: 201). Dengan diterapkannya pendekatan scientific diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran serta dapat memberikan pengetahuan yang lebih bemakna bagi siswa.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan guru kelas IV B SD Negeri 1 (SDN 1) Metro Barat pada tanggal 20 Januari 2014, diperoleh informasi bahwa kelas IV B SDN 1 Metro Barat telah menerapkan pembelajaran berbasis Kurikulum 2013. Namun, dalam penerapannya masih terdapat kekurangan dan kendala baik dari pihak guru maupun siswa. Penerapan Kurikulum 2013 masih tergolong baru sehingga masih memerlukan banyak penyesuaian dan penyempurnaan.

Kelas IV di SDN 1 Metro Barat dibagi menjadi 2 kelas yaitu kelas IV A dan IV B. Peneliti memilih kelas IV B karena berdasarkan hasil observasi dan wawancara kelas IV B adalah kelas yang lebih rendah aktivitas dan hasil


(22)

belajarnya dibandingkan dengan kelas IV A. Hal tersebut dapat dilihat berdasarkan hasil ulangan semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014.

Tabel 1.1 Perbandingan Hasil Ulangan Semester Ganjil

Kelas Nilai Rata-rata Kelas

IV A 61,0

IV B 56,0

Menurut hasil observasi, terlihat bahwa dalam pembelajaran yang dilakukan siswa cenderung kurang aktif. Meskipun guru telah berusaha memancing siswa dengan mengajukan pertanyaan, namun siswa masih tetap pasif dan kurang merespon. Hal ini dikarenakan siswa kurang percaya diri dan takut untuk menyampaikan pikiran atau pendapatnya. Dalam menerima pelajaran pun siswa kurang mampu menemukan masalah sendiri serta menemukan pemecahannya. Hal ini menyebabkan pola pembelajaran masih berpusat pada guru (teacher centered).

Selain itu, guru juga cenderung mengalami kesulitan dalam menerapkan pendekatan yang sesuai dengan Kurikulum 2013. Guru masih belum menerapkan model atau metode pembelajaran tertentu yang dapat memotivasi siswa. Ini disebabkan kurangnya pengetahuan guru mengenai metode pembelajaran yang relevan dengan pendekatan scientific seperti metode problem solving, inkuiri dan lain-lain. Terlihat juga bahwa guru kurang bisa mengembangkan kegiatan pembelajaran sehingga hanya terpaku pada apa yang tertulis di buku guru dan buku siswa.

Dari data yang diperoleh pada semester ganjil kelas IV B SDN 1 Metro Barat diketahui bahwa untuk aspek kognitif hanya 52,17% dari 23 siswa atau


(23)

sebanyak 12 siswa yang berhasil mencapai KKM yaitu ≥ 66 dengan nilai rata-rata kelas hanya 56,0. Sedangkan untuk aspek afektif dan psikomotor masih dalam kategori cukup baik.

Berdasarkan hal tersebut, maka perlu diadakan perbaikan dalam kegiatan pembelajaran agar dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa. Salah satu cara untuk menciptakan pembelajaran yang berhasil adalah dengan menerapkan metode pembelajaran yang sesuai. Wahab (2008: 36) menyatakan bahwa metode dapat diartikan sebagai cara atau prosedur yang keberhasilannya adalah di dalam belajar, atau sebagai alat yang menjadikan mengajar menjadi efektif. Metode pembelajaran yang sesuai untuk diterapkan adalah metode Problem Solving. Hal ini dikarenakan metode ini merangsang pengembangan kemampuan berpikir siswa seara kreatif dan menyeluruh, karena dalam proses belajarnya siswa banyak berlatih untuk menyoroti permasalahannya dari berbagai segi dalam rangka mencari pemecahan masalah tersebut.

Menurut Nasution (2008: 170) memecahkan masalah (Problem Solving) dapat dipandang sebagai proses dimana pelajar menemukan kombinasi aturan-aturan yang telah dipelajarinya lebih dahulu yang digunakannya untuk memecahkan masalah dan mampu menghasilkan pelajaran baru atau mempelajari sesuatu yang baru. Dengan menerapkan metode ini diharapkan dapat memperbaiki pembelajaran serta dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa dan hasil belajar yang diperoleh.

Berdasarkan uraian di atas, maka dalam penelitian tindakan kelas ini penulis mengangkat judul “Penerapan Metode Problem Solving Untuk


(24)

Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Pada Pembelajaran Tematik Terpadu Siswa Kelas IV B SDN 1 Metro Barat Tahun Pelajaran 2013/2014.”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut:

1. Siswa masih kurang percaya diri dan takut untuk menyampaikan pendapat

2. Pembelajaran masih berpusat pada guru (teacher centered)

3. Guru masih mengalami kesulitan dalam mengembangkan pembelajaran menggunakan metode yang sesuai dengan pendekatan scientific yang digunakan dalam Kurikulum 2013 antara lain metode problem solving 4. Guru masih terpaku dengan buku guru dan buku siswa dalam

melaksanakan kegiatan pembelajaran sehingga pembelajaran kurang berkembang

5. Rendahnya aktivitas belajar siswa dalam kegiatan pembelajaran di kelas 6. Rendahnya hasil belajar kognitif siswa yaitu hanya 52,17% dari 23 siswa

yang mencapai KKM yaitu ≥ 66 dengan nilai rata-rata kelas hanya 56,0 7. Rendahnya hasil belajar afektif dan psikomotor siswa yaitu masih dalam

kategori cukup baik

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:


(25)

1. Bagaimanakah meningkatkan aktivitas belajar siswa dengan menggunakan metode Problem Solving pada pembelajaran tematik terpadu siswa kelas IV B SDN 1 Metro Barat?

2. Bagaimanakah meningkatkan hasil belajar siswa dengan menggunakan metode Problem Solving pada pembelajaran tematik terpadu siswa kelas IV B SDN 1 Metro Barat?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa dengan menggunakan metode

Problem Solving pada pembelajaran tematik terpadu siswa kelas IV B SDN 1 Metro Barat

2. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan menggunakan metode Problem Solving pada pembelajaran tematik terpadu siswa kelas IV B SDN 1 Metro Barat

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan di kelas IV B SDN 1 Metro Barat diharapkan memiliki beberapa manfaat, yaitu bagi:

1. Siswa

Dapat meningkatkan aktivitas siswa serta dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran.


(26)

2. Guru

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas pengetahuan dan wawasan guru mengenai metode pembelajaran yang relevan dengan pendekatan scientific yang diterapkan dalam Kurikulum 2013, serta diharapkan dapat memberikan manfaat dalam mengembangkan kualitas guru.

3. Sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi kontribusi positif untuk meningkatkan mutu pendidikan di SDN 1 Metro Barat terutama dalam hal penerapan Kurikulum 2013.

4. Peneliti

Bagi peneliti, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana pengembangan wawasan mengenai Kurikulum 2013 dan implementasinya dalam pembelajaran. Serta dapat menambah pengetahuan peneliti mengenai penelitian tindakan kelas dan penerapan metode Problem Solving.


(27)

II. KAJIAN PUSTAKA

A. Metode Pembelajaran Problem Solving

1. Metode Pembelajaran

Metode merupakan salah satu aspek pokok dalam pembelajaran. Penerapan metode pembelajaran yang sesuai dapat menjadi penentu keberhasilan suatu kegiatan pembelajaran. Metode yang digunakan haruslah sesuai dengan karakteristik materi yang akan disampaikan dan karakteristik dari siswa.

Yamin (dalam Suprihatiningrum, 2013: 281) menyatakan bahwa metode pembelajaran merupakan cara melakukan atau menyajikan, menguraikan materi pembelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan. Hal senada juga diungkapkan oleh Suprihatiningrum (2013: 281) yang menyatakan bahwa metode pembelajaran adalah cara yang berisi prosedur baku untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran, khususnya kegiatan penyampaian materi kepada siswa dan juga berperan sebagai alat untuk menciptakan proses pembelajaran antara siswa dengan guru dalam proses pembelajaran.

Sedangkan menurut Djamarah & Zain (2006: 102) yang dimaksud metode dalam pembelajaran adalah metode sebagai alat motivasi


(28)

ekstrinsik. Maksudnya adalah metode berfungsi sebagai alat perangsang dari luar yang dapat membangkitkan belajar siswa.

Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas peneliti menyimpulkan bahwa metode pembelajaran adalah cara yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran dan berperan sebagai alat untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran.

2. Metode Problem Solving

Metode problem solving merupakan sebuah cara berpikir secara ilmiah untuk menemukan pemecahan dari suatu masalah. Metode ini menjadikan siswa berpikir lebih aktif dan terampil memecahkan masalah. Djamarah & Zain (2006: 91) menyatakan bahwa metode problem solving (metode pemecahan masalah) bukan hanya sekedar metode mengajar, tetapi juga merupakan suatu metode berpikir. Sebab dalam problem solving dapat menggunakan metode lainnya yang dimulai dari menarik data sampai menarik kesimpulan.

Sedangkan menurut Nasution (2008: 170) memecahkan masalah dapat dipandang sebagai proses dimana pelajar menemukan kombinasi aturan-aturan yang telah dipelajarinya lebih dahulu yang digunakannya untuk memecahkan masalah yang baru. Lebih lanjut Nasution (2008: 170) menyatakan bahwa memecahkan masalah tidak sekedar menerapkan aturan-aturan yang diketahui, akan tetapi juga menghasilkan pelajaran baru. Dalam memecahkan masalah pelajar harus berpikir, mencobakan


(29)

hipotesis dan bila memecahkan masalah itu ia dapat mempelajari sesuatu yang baru.

Dalyono (2005: 226) mengemukakan bahwa belajar pemecahan masalah pada dasarnya adalah belajar menggunakan metode-metode ilmiah atau berpikir secara sistematis, logis, teratur dan teliti. Tujuannya adalah untuk memperoleh kemampuan dan kecakapan kognitif untuk memecahkan masalah secara rasional, lugas, dan tuntas.

Sedangkan menurut Sanjaya (Hermansyach, 2010, http: //hermanuny .blogspot.com/2010/10/metode-pembelajaran-problem-solving.html) metode problem solving merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan pada proses pemecahan masalah secara ilmiah dimana siswa tidak hanya mendengarkan, mencatat atau menghapal materi tetapi juga mampu berpikir secara aktif, mengkomunikasikan, mencari dan mengolah data lalu menyimpulkan.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka peneliti menyimpulkan bahwa metode problem solving merupakan metode atau cara memberikan pengertian dengan menstimulasikan anak didik untuk memperhatikan, menelaah dan berpikir secara ilmiah tentang suatu masalah untuk selanjutnya menganalisa masalah tersebut untuk memecahkan masalah.

3. Langkah-Langkah Metode Problem Solving

Langkah-langkah metode Problem Solving menurut Djamarah dan Zain (2006: 92) adalah sebagai berikut:


(30)

1. Adanya masalah yang jelas untuk dipecahkan. Siswa akan dihadapkan dengan sebuah masalah. Masalah ini muncul dari siswa disesuaikan dengan taraf kemampuannya.

2. Mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah misalnya dengan membaca buku, meneliti berdiskusi, dll.

3. Menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut. Dugaan jawaban ini didasarkan kepada data yang telah diperoleh pada tahap pengumpulan dan pencarian data.

4. Menguji kebenaran jawaban sementara tersebut. Dalam langkah ini siswa harus berusaha memecahkan masalah sehingga betul-betul yakin bahwa jawaban tersebut betul-betul cocok. Apakah sesuai dengan jawaban sementara atau tidak.

5. Menarik kesimpulan. Dalam tahap ini siswa harus sampai kepada kesimpulan terakhir tentang jawaban dari masalah tadi.

Sedangkan Dewey (dalam Nasution, 2008: 170) mengemukakan langkah-langkah metode pembelajaran problem solving adalah sebagai berikut:

1. Pelajar dihadapkan dengan masalah 2. Pelajar merumuskan masalah itu 3. Ia merumuskan hipotesis

4. Ia menguji hipotesis itu

Dari beberapa pendapat di atas maka peneliti menyimpulkan bahwa langkah-langkah metode problem solving adalah diawali dengan


(31)

pemberian masalah, selanjutnya siswa mengumpulkan data, merumuskan hipotesis atau jawaban sementara, dan dilanjutkan dengan menguji jawaban sementara tersebut, setelah itu siswa menarik kesimpulan.

4. Kelebihan dan Kekurangan Metode Problem Solving

Setiap metode pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dan kekurangan metode problem solving menurut Djamarah dan Zain (2006: 92) adalah sebagai berikut:

Kelebihan :

1. Penerapan metode ini dapat membuat pendidikan di sekolah menjadi lebih relevan dengan kehidupan, khususnya dengan dunia kerja yang akan dihadapi oleh siswa di masa mendatang.

2. Proses belajar mengajar melalui pemecahan masalah dapat membiasakan para siswa menghadapi dan memecahkan masalah secara terampil, apabila menghadapi permasalahan dalam keluarga, masyarakat, maupun pekerjaan. Tentunya hal ini merupakan sesuatu yang sangat bermanfaat bagi siswa dan merupakan suatu kemampuan yang sangat bermakna bagi siswa.

3. Metode ini dapat merangsang pengembangan kemampuan berpikir siswa secara kreatif dan menyeluruh, karena dalam proses belajarnya siswa banyak melakukan kegiatan yang menuntut siswa mampu menyelesaikan suatu permasalahan dengan menyoroti permasalahannya dari berbagai segi dalam rangka mencari pemecahan.


(32)

Sedangkan kekurangan dari metode ini adalah sebagai berikut:

1. Sulitnya menentukan suatu masalah yang tingkat kesulitannya sesuai dengan tingkat berpikir siswa, tingkat sekolah dan kelasnya serta pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki siswa. Hal ini membutuhkan kemampuan dan keterampilan guru. Namun, sebenarnya metode pemecahan masalah dapat dilakukan di seluruh jenjang pendidikan dengan menyesuaikan tingkat kesulitan permasalahan dengan taraf kemampuan berpikir anak.

2. Dengan menggunakan metode ini, proses belajar mengajar akan memerlukan waktu yang cukup banyak dan lebih lama karena siswa diharapkan mampu menemukan pemecahan suatu masalah dengan langkah-langkah yang tepat. Hal ini kemudian berakibat pada penambahan waktu dengan mengambil dan terpaksa mengorbankan waktu pelajaran lain.

3. Metode ini mengharuskan siswa untuk lebih aktif. Mengubah kebiasaan siswa belajar dengan mendengarkan dan menerima informasi dari guru menjadi belajar dengan banyak berpikir memecahkan permasalahan sendiri atau kelompok, yang kadang-kadang memerlukan berbagai sumber belajar, merupakan kesulitan tersendiri bagi siswa.

Berdasarkan uraian di atas peneliti menyimpulkan bahwa metode problem solving memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya adalah pembelajaran menjadi lebih relevan dengan kehidupan, siswa lebih terampil memecahkan masalah dan berpikir secara kreatif.


(33)

Sedangkan kekurangannya adalah sulitnya menemukan masalah yang sesuai dengan tingkat perkembagan siswa, pembelajaran memakan waktu lama dan mengharuskan siswa menjadi lebih aktif merupakan kesulitan tersendiri.

B. Kinerja Guru

Kinerja merupakan hasil yang diinginkan atau prestasi yang diperlihatkan dari suatu tindakan atau perilaku, dalam hal ini adalah kinerja guru. Menurut Sianipar (dalam Susanto, 2013: 28) kinerja guru merupakan hasil dari suatu kegiatan tertentu selama satu periode waktu tertentu atau perwujudan dari hasil perpaduan sinergis dan akan terlihat dari produktivitas guru dalam melaksanakan tugas dan pekerjaannya serta tidak hanya mencakup aspek proses dan hasil saja tetapi juga dari waktu.

Hal ini sejalan dengan pendapat Mangkunegara (dalam Susanto, 2013: 28) yang menyatakan bahwa kinerja guru adalah hasil kerja guru yang dicapai secara kualitas dan kuantitas dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Sedangkan menurut Rusman (2012: 50) kinerja guru adalah wujud perilaku dan kegiatan yang dilaksanakan yang sesuai dengan harapan dan kebutuhan atau tujuan yang ingin dicapai secara efektif dan efisien.

Menurut Rusman (2012: 50) kinerja guru merupakah wujud perilaku guru dalam proses pembelajaran, yang dimulai dari merencanakan pembelajaran, melaksankan kegiatan pembelajaran, dan menilai hasil belajar. Depdiknas (2008: 21) yang menyatakan bahwa hal yang berkaitan dengan


(34)

kinerja guru, wujud perilaku dimaksud adalah kegiatan guru dalam proses pembelajaran, melaksanakan kegiatan pembelajaran, dan menilai hasil belajar.

Berkaitan dengan kompetensi yang harus dimiliki oleh guru, Glasser (dalam Rusman, 2012: 53) mengemukakan empat hal yang harus dikuasai oleh seorang guru yaitu menguasai bahan pelajaran, mampu mendiagnosis tingkah laku siswa, mampu menjalankan proses pembelajaran dan mampu mengevaluasi hasil belajar siswa.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas peneliti menyimpulkan bahwa kinerja guru adalah hasil kerja guru yang dicapai sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya secara efektif dan efisien.

C. Aktivitas Belajar

1. Pengertian Belajar

Belajar merupakan sebuah proses atau aktivitas yang dilakukan seseorang dalam hidupnya untuk memperoleh pengalaman dan keterampilan sesuai dengan tujuan tertentu yang diharapkan. Belajar tidak hanya terbatas pada aktivitas formal, tetapi juga informal.

Morgan (dalam Dalyono, 2005: 213) mengatakan bahwa belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman. Sedangkan Gagne (dalam Dalyono, 2005: 213) menyatakan bahwa belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi


(35)

siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya (performancenya) berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi itu ke waktu sesudah ia mengalami situasi tadi.

Menurut Sunaryo (dalam Komalasari, 2010: 2) belajar merupakan suatu kegiatan dimana seseorang membuat atau menghasilkan suatu perubahan tingkah laku yang ada pada dirinya dalam pengetahuan, sikap, dan keterampilan.

Pengertian belajar juga diutarakan oleh Sa’ud, dkk (2006: 3) yang menyatakan bahwa belajar belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan itu baik dalam berbagai hal, seperti berubahnya pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, kecakapan serta kemampuan sebagai hasil dari pengalaman dan latihan.

Dalyono (2005: 214) menyatakan bahwa belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan atau pengalaman. Dalam arti perubahan-perubahan yang disebabkan oleh pertumbuhan atau kematangan tidak dianggap sebagai hasil belajar; seperti perubahan-perubahan yang terjadi pada diri seorang bayi.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa belajar adalah aktivitas yang mengakibatkan adanya perubahan dari seseorang baik secara tingkah laku, pola pikir, sikap, maupun pengetahuan sebagai hasil dari latihan atau pengalaman.


(36)

2. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran merupakan suatu proses yang disengaja dan bertujuan agar siswa belajar. Dalam kegiatan pembelajaran terjadi interaksi antara siswa dengan pendidik.

Sebagaimana yang dinyatakan Suprihatiningrum (2013: 75) yaitu bahwa pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang melibatkan informasi dan lingkungan yang disusun secara terencana untuk memudahkan siswa dalam belajar. Menurut Rusmono (2012: 6) Pembelajaran merupakan suatu upaya untuk menciptakan suatu kondisi bagi terciptanya suatu kegiatan belajar yang memungkinkan siswa memperoleh pengalaman belajar yang memadai.

Sedangkan menurut Hamalik (2013: 57) pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran. Hernawan (2011: 3) menyatakan bahwa pembelajaran penekanannya pada kegiatan belajar siswa yang dirancang oleh guru melalui usaha terencana melalui prosedur atau metode tertentu agar terjadi proses perubahan perilaku secara baik, yang terpenting dalam proses pembelajaran ini adalah perlunya komunikasi timbal balik.

Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas, maka peneliti menyimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu kegiatan belajar yang dirancang oleh guru yang merupakan kombinasi dari beberapa unsur yang saling mendukung untuk mencapai tujuan pembelajaran.


(37)

3. Teori Belajar

Jenis teori belajar yang banyak mempengaruhi pemikiran tentang proses pembelajaran dan pendidikan adalah teori belajar Behaviorisme, Kognitivisme dan Konstruktivisme.

a. Teori Belajar Behaviorisme

Tokoh-tokoh aliran teori behaviorisme antara lain adalah Skiner, Thorndike dan Watson. Thorndike (dalam Budiningsih, 2005: 21) menyatakan bahwa teori behaviorisme adalah proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus adalah segala sesuatu yang dapat merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, sedangkan respon adalah reaksi dari peserta didik ketika bellajar baik berupa pikiran, perasaan atau perbuatan.

Menurut Thomas B. Roberts (dalam Lapono, 2008: 1.1) kajian konsep dasar belajar dalam Teori Behaviorisme didasarkan pada pemikiran bahwa belajar merupakan salah satu jenis perilaku (behavior) individu atau peserta didik yang dilakukan secara sadar. Individu berperilaku apabila ada rangsangan (stimuli), sehingga dapat dikatakan peserta didik di SD/MI akan belajar apabila menerima rangsangan dari guru. Semakin tepat dan intensif rangsangan yang diberikan oleh guru akan semakin tepat dan intensif pula kegiatan belajar yang dilakukan peserta didik. Dalam belajar tersebut kondisi lingkungan berperan sebagai perangsang (stimulator) yang harus direspon individu dengan sejumlah konsekuensi tertentu. Konsekuensi yang dihadapi peserta didik, ada


(38)

yang bersifat positif (misalnya perasaan puas, gembira, pujian, dan lain-lain sejenisnya) tetapi ada pula yang bersifat negatif (misalnya perasaan gagal, sedih, teguran, dan lain-lain sejenisnya). Konsekuensi positif dan negatif tersebut berfungsi sebagai penguat (reinforce) dalam kegiatan belajar peserta didik.

b. Teori Belajar Kognitivisme

Salah satu tokoh aliran teori kognitivisme adalah Piaget. Menurut Piaget (dalam Budiningsih, 2005: 35) teori belajar kognitif adalah suatu proses genetik, yaitu suatu proses yang didasarkan pada mekanisme biologis perkembangan sistem syaraf dimana belajar terjadi sesuai tahap pola perkembangan dan umur seseorang sehingga dengan semakin bertambahnya umur seseorang maka perkembangan syarafnya semakin komplek dan kemampuannya semakin berkembang.

Menurut Thomas B. Roberts (dalam Lapono, 2008: 1.1) teori Kognitivisme mengacu pada wacana psikologi kognitif, dan berupaya menganalisis secara ilmiah proses mental dan struktur ingatan dalam aktifitas belajar. Tekanan utama psikologi kognitif adalah struktur kognitif, yaitu perbendaharaan pengetahuan pribadi individu yang mencakup ingatan jangka panjang (long-term memory). Psikologi kognitif memandang manusia sebagai makhluk yang selalu aktif mencari dan menyeleksi informasi untuk diproses. Perhatian utama psikologi kognitif adalah pada upaya memahami proses individu mencari, menyeleksi, mengorganisasikan, dan


(39)

menyimpan informasi. Belajar kognitif berlangsung berdasar skemata atau struktur mental individu yang mengorganisasikan hasil pengamatannya.

Struktur mental individu tersebut berkembangan sesuai dengan tingkatan perkembangan kognitif seseorang. Semakin tinggi tingkat perkembangan kognitif seseorang semakin tinggi pula kemampuan dan keterampilannya dalam memproses berbagai informasi atau pengetahuan yang diterimanya dari lingkungan, baik lingkungan phisik maupun lingkungan sosial. Itulah sebabnya, teori belajar kognitivisme dapat disebut sebagai (1) teori perkembangan kognitif, (2) teori kognisi sosial, dan (3) teori pemrosesan informasi.

c. Teori Belajar Konstruktivisme

Menurut Thomas B. Roberts (dalam Lapono, 2008: 1.1) Konsep dasar belajar menurut teori belajar konstruktivisme adalah pengetahuan baru dikonstruksi sendiri oleh peserta didik secara aktif berdasarkan pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya. Pendekatan konstruktivisme dalam proses pembelajaran didasari oleh kenyataan bahwa tiap individu memiliki kemampuan untuk mengkonstruksi kembali pengalaman atau pengetahuan yang telah dimilikinya.

Pembelajaran konstruktivisme merupakan satu teknik pembelajaran yang melibatkan peserta didik untuk membina sendiri secara aktif pengetahuan dengan menggunakan pengetahuan yang


(40)

telah ada dalam diri mereka masing-masing. Tokoh-tokoh aliran teori konstruktivisme diantaranya adalah Gagne dan Merrill.

Menurut Merrill (dalam Budiningsih, 2005: 64) belajar dalam teori konstruktivisme sebagai suatu usaha pemberian makna oleh siswa kepada pengalamannya melalui proses asimilasi dan akomodasi akan membentuk suatu konstruksi pengetahuan yang menuju pada kemutakhiran struktur kognitifnya, kegiatan pembelajaran akan diarahkan agar terjadi aktivitas kontruksi pengetahuan oleh siswa secara optimal. Lebih lanjut Thomas B. Roberts (dalam Lapono, 2008: 1.1) menyatakan bahwa peserta didik akan mengaitkan materi pembelajaran baru dengan materi pembelajaran lama yang telah ada. Dalam pembelajaran konstruktivisme peserta didik memegang peran kunci dalam mencapai kesuksesan belajarnya, sedangkan guru hanya berperan sebagai fasilitator.

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti menyimpulkan bahwa dalam penelitian ini peneliti menggunakan teori belajar konstruktivisme dimana siswa siswa mengkonstruksi pengetahuan baru berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang telah dimilikinya. Siswa diharapkan mampu membina pengetahuan baru secara aktif berdasarkan pengetahuan lama yang dimilikinya.

4. Aktivitas Belajar

Aktivitas merupakan suatu kegiatan atau proses yang dilakukan seseorang untuk mencapai tujuan tertentu. Dimyati & Mudjiono (2006: 236) menyatakan bahwa aktivitas belajar dialamai oleh siswa sebagai


(41)

suatu proses, yaitu proses belajar sesuatu yang merupakan kegiatan mental mengolah bahan belajar dan pengalaman lain.

Menurut Kunandar (2011: 277) aktivitas siswa adalah keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, minat, perhatian, dan aktivitas dalam kegiatan pembelajaran guna menunjang keberhasilan proses belajar mengajar dan memperoleh menfaat dari kegiatan tersebut. Indikator aktivitas belajar seseorang, menurut Kunandar (2011: 277) dapat dilihat dari: (1) mayoritas siswa beraktivitas dalam pembelajaran, (2) aktivitas pembelajaran didominasi oleh kegiatan siswa, serta (3) siswa mampu mengerjakan LKS yang diberikan guru. Indikator aktivitas belajar ini menekankan student center menjadi perhatian utama dalam pembelajaran.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka peneliti menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan aktivitas belajar adalah proses pembelajaran yang melibatkan mental dan emosional siswa, yang berdampak pada perubahan perilaku, pemahaman serta keterampilannya yang berasal dari kegiatan tersebut.

5. Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan suatu hal yang sangat erat kaitannya dengan proses belajar atau pembelajaran. Gagne & Briggs (dalam Suprihatiningrum, 2013: 37) menyatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa sebagai akibat perbuatan


(42)

belajar dan dapat diamati melalui penampilan siswa (learner’s performance).

Menurut Sudjana (2012: 3) hasil belajar pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku dalam pengertian yang luas mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotor. Sedangkan menurut Reigeluth (dalam Suprihatiningrum, 2013: 37) hasil belajar atau pembelajaran dapat dipakai sebagai pengaruh yang memberikan suatu ukuran atau nilai dari metode alternatif dalam kondisi yang berbeda, atau dapat pula diartikan sebagai suatu kinerja yang diindikasikan sebagai suatu kapabilitas atau kemampuan yang telah diperoleh.

Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas peneliti menyimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan atau perubahan yang diperoleh oleh siswa sebagai hasil dari kegiatan belajar.

D. Pembelajaran Tematik Terpadu

Pembelajaran tematik tepadu merupakan pembelajaran yang menggabungkan atau memadukan beberapa topik atau mata pelajaran ke dalam satu pembelajaran dan mengaitkannya dengan tema yang sesuai untuk memberikan pembelajaran yang bermakna bagi siswa.

Kemendikbud (2013) mengemukakan bahwa pembelajaran tematik terpadu merupakan pembelajaran terpadu yang dalam pelaksanaannya pelajaran yang disampaikan diintegrasikan melalui tema untuk memberikan pengalaman bermakna kepada siswa secara utuh. Trianto (2011: 147) menyatakan bahwa pembelajaran tematik dimaknai sebagai pembelajaran


(43)

yang dirancang berdasarkan tema-tema tertentu dan menyediakan keluasan dan kedalaman implementasi kurikulum, menawarkan kesempatan yang sangat banyak pada siswa untuk memunculkkan dinamika dalam pendidikan.

Lebih lanjut Kemendikbud (2013), juga mengungkapkan bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran Tematik Terpadu harus ditentukan tema yang telah dipilih dan dikembangkan oleh guru yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Rusman (2012: 254) menyatakan bahwa pembelajaran tematik adalah model pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan tematik yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman bermakna kepada siswa.

Menurut Sa’ud (2006: 7) Pembelajaran tematik menawarkan model-model pembelajaran yang menjadikan aktivitas pembelajaran itu relevan dan penuh makna bagi siswa, baik aktivitas formal maupun informal. Dalam pembelajaran tematik dapat dilihat bahwa tidak ada pemisahan antar mata pelajaran. Hal ini dikarenakan pola pikir siswa yang masih berpikir secara holistik atau menyeluruh dan sehingga akan sulit untuk menerima pelajaran yang terpisah-pisah.

Penerapan pembelajaran tematik berbeda dengan pembelajaran konvensional. Pembelajaran tematik terpadu menjadikan aktivitas pembelajaran yang penuh makna bagi siswa.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa pembelajaran tematik terpadu merupakan pembelajaran yang mengintegrasikan beberapa mata pelajaran ke satu pembelajaran dengan menggunakan tema untuk memberikan pembelajaran yang penuh makna.


(44)

E. Pendekatan Scientific

Kurikulum 2013 yang diimplementasikan mengamanatkan bahwa pembelajaran harus dilaksanakan dengan menerapkan pendekatan scientific atau pendekatan ilmiah. Pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah itu dianggap lebih efektif hasilnya dibandingkan dengan pembelajaran tradisional.

Kemendikbud (2013), menyatakan bahwa pendekatan saintifik (scientific) disebut juga sebagai pendekatan ilmiah, proses pembelajaran dapat dipadankan dengan suatu proses ilmiah sehingga Kurikulum 2013 mengamanatkan esensi pendekatan saintifik dalam pembelajaran. Kemendikbud (2013) juga mengungkapkan pendekatan saintifik merujuk pada teknik-teknik investigasi atas fenomena atau gejala, memperoleh pengetahuan baru, atau mengoreksi dan memadukan pengetahuan sebelumnya.

Selanjutnya Kemendikbud (2013) mengemukakan bahwa pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam pembelajaran semua mata pelajaran meliputi menggali informasi melaui pengamatan, bertanya, percobaan, kemudian mengolah data atau informasi, menyajikan data atau informasi, dilanjutkan dengan menganalisis, menalar, kemudian menyimpulkan, dan mencipta.

Gambar 2.1 Langkah-langkah Pendekatan Scientific Kemendikbud (2013)


(45)

Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka peneliti menyimpulkan bahwa pendekatan scientific merupakan pendekatan pembelajaran yang diamanatkan dalam Kurikulum 2013 yang memiliki langkah-langkah yaitu mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta.

F. Penilaian Autentik

1. Pengertian Penilaian Autentik

Penilaian pada proses pembelajaran merupakan hal yang sangat penting untuk mengetahui kualitas pembelajaran yang telah dilaksanakan. Dalam Kurikulum 2013 digunakan penilaian autentik dimana penilaian dilakukan secara menyeluruh dan mencakup ranah afektif, kognitif dan psikomotor peserta didik.

Hal ini sejalan dengan Kemendikbud (2013) yang mengemukakan bahwa penilaian autentik adalah pengukuran yang bermakna secara signifikan atas hasil belajar peserta didik untuk ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Istilah asesmen merupakan sinonim dari penilaian, pengukuran, pengujian, atau evaluasi. Sedangkan istilah autentik merupakan sinonim dari asli, nyata, valid, atau reliabel.

Wiggins (Kemendikbud, 2013) mendefinisikan asesmen autentik sebagai upaya pemberian tugas kepada peserta didik yang mencerminkan prioritas dan tantangan yang ditemukan dalam aktifitas-aktifitas pembelajaran, seperti meneliti, menulis, merevisi dan membahas artikel, memberikan analisa oral terhadap peristiwa, berkolaborasi dengan antarsesama melalui debat, dan sebagainya.


(46)

Nurgiyantoro (2011: 23) menyatakan bahwa penilaian autentik merupakan suatu bentuk tugas yang menghendaki pembelajar untuk menunjukkan kinerja di dunia nyata secara bermakna yang merupakan penerapan esensi pengetahuan dan keterampilan. Sedangkan menurut Komalasari (2010: 148) penilaian autentik adalah suatu penilaian belajar yang memonitor dan mengukur kemampuan siswa serta semua aspek hasil belajar (yang tercakup dalam domain kognitif, afektif, dan psikomotor) yang merujuk pada situasi atau konteks dunia nyata.

Penilaian autentik relevan dalam pendekatan ilmiah untuk diimplementasikan dalam pembelajaran sesuai dengan Kurikulum 2013. Lebih lanjut Kemendikbud (2013) menyatakan bahwa asesmen semacam ini mampu menggambarkan peningkatan hasil belajar peserta didik, baik dalam rangka mengobservasi, menalar, mencoba, membangun jejaring, dan lain-lain. Penilaian autentik cenderung fokus pada tugas-tugas kompleks atau kontekstual, memungkinkan peserta didik untuk menunjukkan kompetensi mereka dalam pengaturan yang lebih autentik.

Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas maka peneliti menyimpulkan bahwa penilaian autentik adalah penilaian yang mengukur atau menunjukkan pengetahuan dan keterampilan siswa dengan cara menerapkan pengetahuan dan keterampilan itu dalam kehidupan nyatanya.


(47)

2. Karakteristik Penilaian Autentik

Hanafiah dan Suhana (2010: 76) mengemukakan karakteristik penilaian autentik yaitu sebagai berikut:

a. Penilaian dilakukan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung

b. Aspek yang diukur adalah keterampilan dan performasi, bukan hanya sekedar mengingat fakta apakah peserta didik belajar atau apa yang sudah diketahui oleh peserta didik

c. Penilaian dilakukan secara berkelanjutan, yaitu dilakukan dalam beberapa tahapan dan periodik, sesuai dengan tahapan waktu dan bahasannya, baik dalam bentuk formatif maupun sumatif

d. Penilaian dilakukan secara integral, yaitu menilai berbagai aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan peserta didik sebagai satu kesatuan utuh

e. Hasil penilaian digunakan sebagai feedbaack, yaitu untuk keperluan pengayaan (enrichment) standar minimal telah tercapai atau mengulang (remedial) jika standar minimal belum tercapai.

3. Teknik Penilaian Autentik

Dalam penilaian autentik ada tujuh teknik penilaian yang dapat digunakan oleh guru, yaitu penilaian unjuk kerja, penilaian sikap, penilaian tertulis, penilaian proyek, penilaian produk, portofolio, dan penilaian diri. (Depdiknas dalam Komalasari, 2010: 152)


(48)

a. Penilaian Unjuk Kerja

Penilaian unjuk kerja merupakan penilaian yang dilakukan dengan mengamati kegiatan peserta didik dalam melakukan sesuatu. Pengamatan unjuk kerja perlu dilakukan dalam berbagai konteks untuk menetapkan tingkat pencapaian kemampuan tertentu.

Untuk mengamati unjuk kerja peserta didik dapat menggunakan instrumen berupa daftar cek (check-list) atau menggunakan skala penilaian (rating scale).

b. Penilaian Sikap

Sikap bermula dari perasaan yang terkait dengan kecenderungan seseorang dalam merespon sesuatu atau objek. Sikap juga merupakan ekspresi dari nilai atau pandangan hidup yang dimiliki seseorang. Penilaian sikap merupakan penilaian yang dilakukan dengan mengamati perasaan atau penilaian siswa, kepercayaan atau keyakinan siswa, dan kecenderungan untuk berperilaku siswa berkaitan dengan suatu objek. Penilaian sikap dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa instrumen penilaian, antara lain format observasi perilaku dan item pertanyaan langsung.

c. Penilaian Tertulis

Penilaian tertulis dilakukan dengan tes tertulis. Tes tertulis merupakan tes dimana soal dan jawaban diberikan kepada peserta didik dalam bentuk tulisan.


(49)

Terdapat dua bentuk soal tes tertulis, yaitu soal dengan memilih jawaban berupa soal pilihan ganda dan menjodohkan, serta soal dengan menyuplai jawaban berupa soal isian singkat atau melengkapi, soal uraian terbatas dan soal uraian objektif/nonobjektif.

d. Penilaian Proyek

Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang harus diselesaikan dalam periode atau waktu tertentu. Tugas tersebut berupa suatu investigasi sejak dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan, dan penyajian data. Penilaian proyek dapat diggunakan untuk mengetahui pemahaman, kemampuan mengaplikasikan, kemampuan penyelidikan, dan kemampuan menginformasikan mata pelajaran tertentu secara jelas kepada siswa.

Guru perlu menetapkan tahapan yang perlu dinilai, seperti pengumpulan data, analisis data, dan menyiapkan laporan tertulis. Laporan tugas juga dapat disajikan dalam bentuk poster. Pelaksanaan penilaian dapat menggunakan instrumen berupa daftar cek atau skala penilaian.

e. Penilaian Produk

Penilaian produk adalah penilaian terhadap proses pembuatan dan kualitas suatu produk. Penilaian ini meliputi penilaian kemampuan siswa dalam membuat produk-produk teknologi dan


(50)

seni, seperti: makanan, pakaian, patung, lukisan, barang-barang yang terbuat dari kayu, keramik, dll.

f. Penilaian Portofolio

Penilaian portofolio adalah penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan siswa dalam periode tertentu secara individu. Informasi tersebut dapat berupa hasil karya siswa pada saat proses pembelajaran yang dianggap terbaik oleh siswa.

g. Penilaian Diri (self assessment)

Penilaian diri merupakan suatu teknik penilaian dimana siswa diminta untuk menilai dirinya sendiri berkaitan dengan status, proses, dan tingkat pencapaian kompetensi yang dipelajarinya. Teknik ini dapat digunakan untuk mengukur kompetensi kognitif, afektif, dan psikomotor. Siswa diminta untuk menilai berdasarkan kriteria dan acuan yang telah disiapkan.

G. Penelitian yang Relevan

Metode Problem Solving merupakan metode pembelajaran yang dapat merangsang pengembangan kemampuan berpikir siswa secara kreatif dan menyeluruh. Hal ini dikarenakan dalam proses belajarnya siswa banyak melakukan kegiatan yang menuntut siswa mampu menyelesaikan suatu permasalahan. Metode ini juga membuat pembelajaran menjadi lebih televan dengan kehidupan nyata. Sehingga dengan menerapkan metode Problem


(51)

Solving dapat membuat siswa menjadi lebih aktif dan terampil serta akan meningkatkan hasil belajar siswa.

Penelitian Tin Rustini (2008) yang dilaksanakan di SD Negeri Marga Endah Kecamatan Cimahi Tengah Kota Cimahi menyimpulkan bahwa penerapan metode problem solving sebagai suatu strategi yang sangat efektif dalam mengembangkan siswa untuk berpikir secara ilmiah dan mengembangkan daya nalar mereka dalam menghadapi berbagai masalah kehidupan. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Heru Setyawan (2012) yang dilaksanakan pada mata pelajaran IPS di kelas VA SD Negeri 5 Metro Pusat juga menunjukkan Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatkan persentase aktivitas dan rata-rata hasil belajar siswa setiap siklus. Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa penerapan metode problem solving dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS di kelas VA SD Negeri 5 Metro Pusat.

Fitria Novita Sarie (2014) menyimpulkan bahwa berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di SD 2 Tanjungkarang dapat diketahui penerapan model Problem Solving telah mampu menyelesaikan masalah. Hal ini terbukti dari peningkatan keterampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS. Persamaan dari ketiga penelitian tersebut dengan penelitian yang dilakukan peneliti adalah penerapan metode yang sama yaitu metode problem solving. Penelitian kedua dan ketiga memiliki kesamaan meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Sedangkan perbedaanya adalah waktu dan tempat penelitian, mata pelajaran atau materi yang diteliti, siklus yang dilaksanakan dan hasil yang diperoleh.


(52)

Berdasarkan uraian di atas, ketiga penelitian tersebut cukup relevan terhadap efektivitas penerapan metode problem solving dalam meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa sekolah dasar.

H. Kerangka Berpikir

Pembelajaran dalam Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan scientific yang bertujuan untuk mempermudah guru dalam menyampaikan materi pembelajaran. Pembelajaran yang dilaksanakan di kelas IV B SDN 1 Metro Barat masih memiliki beberapa kendala baik dalam penerapan pendekatan scientific sesuai dengan Kurikulum 2013 maupun dalam penerapan metode pembelajaran yang sesuai dengan Kurikulum 2013. Aktivitas dan hasil belajar siswa juga rendah.

Penerapan metode yang tepat akan meningkatkan aktivitas siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran dan hasil belajar siswa. Metode problem solving merupakan sebuah cara berpikir secara ilmiah untuk menemukan pemecahan dari suatu masalah. Metode ini menjadikan siswa berpikir lebih aktif dan terampil memecahkan masalah.

Metode problem solving merupakan metode atau cara memberikan pengertian dengan menstimulasikan anak didik untuk memperhatikan, menelaah dan berpikir secara ilmiah tentang suatu masalah untuk selanjutnya menganalisa masalah tersebut untuk memecahkan masalah. Dengan menerapkan metode problem solving diharapkan aktivitas dan hasil belajar yang diperoleh siswa akan meningkat.


(53)

Gambar 2.2 Kerangka Berpikir Penelitian

I. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian pustaka di atas, dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut: “Apabila dalam pembelajaran tematik terpadu menerapkan metode Problem Solving sesuai dengan langkah-langkah yang tepat, maka dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IV B SDN 1 Metro Barat Tahun Pelajaran 2013/2014”.

Input 1. Rendahnya aktivitas belajar siswa

2. Rendahnya hasil belajar siswa

Process

Output

Penerapan pendekatan scientific dan metode problem solving

1. Peningkatan aktivitas belajar siswa 2. Peningkatan hasil belajar siswa


(54)

III. METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan adalah penelitian tindakan kelas yang difokuskan kepada situasi kelas atau yang lazim dikenal dengan (classroom action research). Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat (Wardhani, dkk., 2007: 1.3).

Pemberian tindakan yang dilakukan oleh guru menyangkut penyajian strategi, pendekatan, metode atau cara untuk memperoleh hasil melalui sebuah tindakan dan dilakukan secara berulang-ulang sampai memperoleh informasi yang matang tentang pelaksanaan metode yang digunakan.

B. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk siklus yang tidak hanya berlangsung satu kali, tetapi beberapa kali hingga tercapai tujuan yang diharapkan dalam pembelajaran. Sebagaimana yang dikemukakan Wardhani (2007: 2.4), setiap siklus terdiri dari empat kegiatan pokok yaitu perencanaan (planing), pelaksanaan (acting), pengamatan


(55)

(observing), dan refleksi (reflection), dan seterusnya sampai tercapai hasil yang diharapkan.

Berikut ini merupakan gambar alur siklus penelitian tindakan kelas yang diadaptasi dari Wardhani (2007: 2.4).

Gambar 3.3 Alur Siklus Penelitian Tindakan Kelas Sumber: Wardhani, dkk. (2007: 2.4)

Perencanaan I

SIKLUS I

Pengamatan I

Pelaksanaan I Refleksi I

Perencanaan II

SIKLUS II

Pengamatan II

Pelaksanaan II Refleksi II

Perencanaan III

SIKLUS III

Pengamatan III

Pelaksanaan III Refleksi III

Dilanjutkan ke siklus selanjutnya


(56)

C. Setting Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kelas IV B SD Negeri 1 Metro Barat, Jalan Sriwijaya 16A Metro Barat.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2013/2014 selama kurang lebih 4 bulan dimulai dari bulan Februari sampai Mei.

D. Subjek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan secara kolaboratif partisipatif antara peneliti dengan guru kelas IV B SDN 1 Metro Barat. Subjek penelitian tindakan kelas adalah siswa dan guru kelas IV B SDN 1 Metro Barat dengan jumlah siswa sebanyak 23 orang yang terdiri dari 11 siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan.

E. Teknik Pengumpulan Data

Peneliti mengumpulkan keseluruhan data yang diperoleh berdasarkan instrument penelitian yaitu dengan teknik non tes dan tes yang dilakukan selama tindakan berlangsung.

1. Teknik non tes (observasi) , dalam penelitian ini teknik nontes dilakukan dengan mengobservasi aktivitas siswa dan kinerja guru dalam proses pembelajaran untuk mengetahui sejauh mana tingkat


(57)

ketercapaian pembelajaran dengan menggunakan metode problem solving sesuai dengan langkah-langkah yang baik dan benar.

2. Teknik tes , yaitu prosedur atau cara pengumpulan data untuk mengumpulkan informasi tentang sejauh mana pemahaman siswa terhadap pembelajaran dan mengetahui keberhasilan dalam meningkatkan hasil belajar siswa menggunakan metode problem solving.

F. Alat Pengumpulan Data

Arikunto (2007: 101) menyatakan bahwa instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Lembar observasi kinerja guru, instrumen ini digunakan untuk

mengumpulkan data mengenai kinerja guru selama pembelajaran

2. Lembar observasi aktivitas siswa, instrumen ini digunakan untuk mengetahui aktivitas siswa selama mengikuti proses pembelajaran. 3. Lembar observasi afetif siswa, instrumen ini digunakan untuk

mengumpulkan data mengenai sikap percaya diri siswa selama pembelajaran.

4. Lembar observasi psikomotor, instrumen ini digunakan untuk mengumpulkan data mengenai keterampilan siswa selama pembelajaran.


(58)

5. Tes hasil belajar, instrumen ini digunakan untuk mengungkapkan pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran serta mengetahui ketercapaian indikator pembelajaran dengan menggunakan metode Problem Solving.

G. Teknik Analisis Data

1. Data Kualitatif

Analisis data kualitatif dalam penelitian ini menggunakan lembar observasi. Lembar observasi digunakan untuk mengetahui perkembangan kinerja guru, aktivitas siswa, afektif dan psikomotor siswa selama pembelajaran.

a. Kinerja Guru

Keterangan:

NP = Nilai kinerja guru

R = Skor yang diperoleh guru SM = Skor maksimum

100 = Bilangan tetap

(Sumber: Purwanto, 2008: 102) Tabel 3.2 Kategori Kinerja Guru

No Rentang nilai Kategori 1 N > 80 Sangat baik 2 60 < N ≤ 80 Baik 3 40 < N ≤ 60 Cukup baik 4 20 < N ≤ 40 Kurang baik 5 N ≤ 20 Sangat kurang (Sumber: Poerwanti, 2008: 7.8)

%

100

×

SM

R

NP


(59)

b. Nilai aktivitas siswa secara individu diperoleh dengan rumus: N =

� x 100

Keterangan:

N : Nilai yang dicapai

R : Skor mentah yang diperoleh siswa SM : Skor maksimum

100 : Bilangan tetap

(Sumber: Purwanto, 2008:102)

c. Nilai persentase aktivitas siswa secara klasikal diperoleh dengan rumus: % 100 .  

siswa aktif siswa P

Berdasarkan nilai yang dicapai pada indikator aktivitas, akan diketahui tingkat aktivitas siswa sesuai kriteria berikut ini.

Tabel 3.3 Kategori Peningkatan Aktivitas Siswa Siswa aktif (%) Kategori

> 80 Sangat aktif 60 – 79 Aktif 40 – 59 Cukup aktif 20 – 39 Kurang aktif

< 20 Pasif (Sumber: Aqib, dkk., 2009: 41)

d. Sikap Siswa NA


(60)

NP Keterangan:

NA

= nilai sikap

R = skor yang diperoleh siswa SM = skor maksimum

100 = bilangan tetap (Sumber: Purwanto, 2008: 102)

Tabel 3.4 Kategori Nilai Afektif Siswa

No Rentang nilai Kategori 1 N > 80 Sangat percaya diri 2 60 < N ≤ 80 Percaya diri 3 40 < N ≤ 60 Cukup percaya diri 4 20 < N ≤ 40 Kurang percaya diri 5 N ≤ 20 Sangat kurang percaya diri (Sumber: Poerwanti, 2008: 7.8)

e. Keterampilan Siswa

Keterangan:

NP

= nilai psikomotor

R = skor yang diperoleh siswa SM = skor maksimum

100 = bilangan tetap (Sumber: Purwanto, 2008: 102)

Tabel 3.5 Kategori Psikomotor Siswa

No Rentang nilai Kategori 1 N > 80 Sangat terampil 2 60 < N ≤ 80 Terampil 3 40 < N ≤ 60 Cukup terampil 4 20 < N ≤ 40 Kurang terampil 5 N ≤ 20 Sangat kurang terampil (Sumber: Poerwanti, 2008: 7.8)


(61)

�̅ =∑� = � �

�� � � �� � � �

=� ℎ ℎ � � %

2. Data Kuantitatif

Analisis kuantitatif digunakan untuk mendeskripsikan peningkatan kualitas belajar siswa dalam hubungannya dengan penguasaan materi yang diajarkan oleh guru. Nilai akhir siswa akan dibandingkan dengan nilai awal kemudian akan diketahui selisih dari nilai awal dan nilai akhir, dimana selisihnya itu yang menjadi penentu kemajuan atau kemunduran belajar.

a. Menghitung ketuntasan belajar siswa secara individual

Keterangan: S = Nilai siswa (nilai yang dicari)

R = Jumlah skor/item yang dijawab benar N = Skor maksimum dari tes

Ketuntasan individual jika siswa memperoleh nilai ≥66 (Sumber: Purwanto, 2008: 112)

b. Menghitung nilai rata-rata seluruh siswa

Keterangan: �̅ = Nilai rata-rata yang dicari ∑X = Jumlah nilai

n = Jumlah siswa (Sumber: Sudjana, 2010: 109)


(62)

Ketuntasan individual : jika siswa mencapai ketuntasan ≥ 66% Ketuntasan klasikal : jika ≥ 75 % dari seluruh siswa mencapai

ketuntasan ≥ 66 (Sumber: Purwanto, 2008: 102)

Tabel 3.6 Nilai Ketuntasan Belajar Siswa

No Rentang Nilai Kategori

1. ≥80% Sangat Tinggi

2. 61% - 80% Tinggi

3. 41% - 60% Sedang

4. 21% - 40% Rendah

5. <20% Sangat Rendah

Sumber: Purwanto (2009: 102).

H. Langkah-Langkah Penelitian Tindakan Kelas

Dalam penelitian ini terdapat empat tahap penelitian yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Penelitian ini menggunakan metode Problem Solving dan terdiri dari siklus I, siklus II dan siklus III.

1. Siklus I

a. Perencanaan

Pada tahap ini peneliti melakukan persiapan awal pembelajaran dengan menggunakan metode problem solving dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Melakukan analisis Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar dan materi pelajaran yang akan disampaikan.


(63)

3. Menyiapkan Lembar Kerja Siswa (LKS) dan media yang sesuai dengan materi dan metode pembelajaran yang akan digunakan. 4. Menyiapkan instrumen penilaian yang berupa lembar observasi

untuk mengamati aktivitas siswa dan kinerja guru.

5. Menyusun tes evaluasi hasil belajar (Formatif) untuk mendapatkan data hasil belajar siswa.

b. Pelaksanaan

Tahap ini merupakan tahap pelaksanaan rencana pembelajaran yang telah disusun pada tahap perencanaan, yaitu sebagai berikut:

Kegiatan awal 1. Salam dan berdoa

2. Pengkondisian kelas dan mengecek kesiapan siswa (merapikan tempat duduk dan mengabsen)

3. Guru melakukan apersepsi:

 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai

 Guru memberikan motivasi kepada siswa

 Guru melakukan tanya jawab tentang materi pembelajaran

Kegiatan Inti

1. Guru menyajikan masalah yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari sesuai dengan materi pembelajaran

2. Guru meminta siswa untuk membentuk kelompok heterogen yang terdiri dari 5-6 siswa


(64)

3. Guru membagikan LKS yang berisi masalah kepada masing-masing kelompok

4. Masing-masing kelompok diminta untuk mencari pemecahan masalah yang telah diberikan

5. Setelah selesai, setiap kelompok diminta untuk menampilkan pemecahan masalah yang mereka lakukan

6. Guru bersama-sama dengan siswa melakukan pengecekan terhadap hasil kerja mereka dan memeriksa hasil pemecahan masalah

7. Setelah melakukan pengecekan terhadap jawaban masing-masing kelompok, selanjutnya kelompok diminta untuk mengumpulkan LKS.

Kegiatan akhir

1. Bertanya jawab dan menjelaskan hal-hal yang belum dimengerti oleh siswa

2. Guru bersama siswa menyimpulkan kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan

3. Guru memberikan motivasi dan apresiasi kepada siswa 4. Guru memberikan evaluasi

5. Berdoa

c. Pengamatan

Pelaksanaan observasi dilaksanakan bersamaan dengan berlangsungnya pelaksanaan pembelajaran di kelas. Observasi dilakukan oleh peneliti dan teman sejawat yang bertindak sebagai observer. Observasi


(65)

dilakukan dengan menggunakan lembar panduan observasi, yang bertujuan untuk mengamati aktivitas siswa dan kinerja guru selama proses pembelajaran berlangsung. Data yang dihasilkan berupa data kualitatif. Sedangkan data kualitatif didapatkan dari hasil tes.

Dalam tahap ini, yang dilakukan adalah:

1. Mengamati aktivitas siswa serta sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan

2. Mengamati kinerja guru selama proses pembelajaran melalui lembar observasi

3. Mengamati kendala atau kelemahan yang terdapatdalam proses pembelajaran

d. Refleksi

Pada tahap ini, peneliti:

1. Melakukan analisis berdasarkan data yang diperoleh dari hasil observasi mengenai aktivitas siswa dan kinerja guru selama proses pembelajaran dengan menerapkan metode problem solving.

2. Melakukan analisis keberhasilan dan kekurangan dalam proses pembelajaran serta mengidentifikasi penyebab terjadinya kekurangan selama proses pembelajaran.

Dan selanjutnya bahan analisis dari siklus pertama direfleksikan untuk dijadikan bahan kajian untuk merencanakan siklus kedua.


(66)

2. Siklus II

a. Perencanaan

Siklus II ini dilakukan setelah merefleksi kegiatan Siklus I. Hasil pembelajaran pada siklus II ini diharapkan lebih baik dari siklus I. Pada tahap ini peneliti kembali melakukan persiapan awal pembelajaran dengan menggunakan metode problem solving dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Melakukan analisis Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar dan materi pelajaran yang akan disampaikan.

2. Menyusun rencana pembelajaran

3. Menyiapkan LKS dan media yang sesuai dengan materi dan metode pembelajaran yang akan digunakan.

4. Menyiapkan instrumen penilaian yang berupa lembar observasi untuk mengamati aktivitas siswa dan kinerja guru.

5. Menyusun tes evaluasi hasil belajar (Formatif) untuk mendapatkan data hasil belajar siswa.

b. Pelaksanaan

Tahap ini merupakan tahap pelaksanaan rencana pembelajaran yang telah disusun pada tahap perencanaan, yaitu sebagai berikut:

Kegiatan awal 1. Salam dan berdoa

2. Pengkondisian kelas dan mengecek kesiapan siswa (merapikan tempat duduk dan mengabsen)


(67)

4. Guru melakukan apersepsi:

 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai

 Guru memberikan motivasi kepada siswa

 Guru melakukan tanya jawab tentang materi pembelajaran

Kegiatan Inti

1. Guru menyajikan masalah yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari sesuai dengan materi pembelajaran

2. Guru meminta siswa untuk membentuk kelompok heterogen yang terdiri dari 5-6 siswa

3. Guru membagikan LKS yang berisi masalah kepada masing-masing kelompok

4. Masing-masing kelompok diminta untuk mencari pemecahan masalah yang telah diberikan

5. Setelah selesai, setiap kelompok diminta untuk menampilkan pemecahan masalah yang mereka lakukan

6. Guru bersama-sama dengan siswa melakukan pengecekan terhadap hasil kerja mereka dan memeriksa hasil pemecahan masalah

7. Setelah melakukan pengecekan terhadap jawaban masing-masing kelompok, selanjutnya kelompok diminta untuk mengumpulkan LKS.

Kegiatan akhir

1. Bertanya jawab dan menjelaskan hal-hal yang belum dimengerti oleh siswa


(68)

2. Guru bersama siswa menyimpulkan kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan

3. Guru memberikan motivasi dan apresiasi kepada siswa 4. Guru melakukan evaluasi

5. Berdoa

c. Pengamatan

Pelaksanaan observasi dilaksanakan bersamaan dengan berlangsungnya pelaksanaan pembelajaran di kelas. Observasi dilakukan oleh peneliti dan teman sejawat yang bertindak sebagai observer. Observasi dilakukan dengan menggunakan lembar panduan observasi, yang bertujuan untuk mengamati aktivitas siswa dan kinerja guru selama proses pembelajaran berlangsung. Data yang dihasilkan berupa data kualitatif. Sedangkan data kualitatif didapatkan dari hasil tes.

Dalam tahap ini, yang dilakukan adalah:

1. Mengamati aktivitas siswa serta sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan

2. Mengamati kinerja guru selama proses pembelajaran melalui lembar observasi

3. Mengamati kendala atau kelemahan yang terdapatdalam proses pembelajaran


(69)

d. Refleksi

Pada tahap ini, peneliti:

1. Melakukan analisis berdasarkan data yang diperoleh dari hasil observasi mengenai aktivitas siswa dan kinerja guru selama proses pembelajaran dengan menerapkan metode problem solving.

2. Melakukan analisis keberhasilan dan kekurangan dalam proses pembelajaran serta mengidentifikasi penyebab terjadinya kekurangan selama proses pembelajaran.

Dan selanjutnya bahan analisis dari siklus pertama direfleksikan untuk dijadikan bahan kajian untuk merencanakan siklus ketiga.

3. Siklus III a. Perencanaan

Siklus III ini dilakukan setelah merefleksi kegiatan Siklus II. Hasil pembelajaran pada siklus II ini diharapkan lebih baik dari siklus II. Pada tahap ini peneliti kembali melakukan persiapan awal pembelajaran dengan menggunakan metode problem solving dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Melakukan analisis Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar dan materi pelajaran yang akan disampaikan.

2. Menyusun rencana pembelajaran

3. Menyiapkan LKS dan media yang sesuai dengan materi dan metode pembelajaran yang akan digunakan.

4. Menyiapkan instrumen penilaian yang berupa lembar observasi untuk mengamati aktivitas siswa dan kinerja guru.


(1)

131

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian tindakan kelas melalui penerapan metode

Problem Solving pada siswa kelas IV B SDN 1 Metro Barat dapat

disimpulkan bahwa:

1. Penerapan metode Problem Solving pada pembelajaran tematik terpadu dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. Hal tersebut ditunjukkan pada siklus I nilai persentase jumlah siswa aktif mencapai 56.52% dengan kategori “cukup aktif”, pada siklus II mencapai 69.57% dengan kategori “aktif”, dan pada siklus III mencapai 82.61% dengan kategori “sangat aktif”.

2. Penerapan metode Problem Solving dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal tersebut ditunjukkan dengan adanya peningkatan persentase klasikal hasil belajar siswa yang mencakup 3 ranah yaitu ranah afektif, kognitif, dan psikomotor. Hasil belajar afektif pada siklus I dengan persentase 52.17% dengan kategori “cukup percaya diri”, pada siklus II mencapai 73.91% dengan kategori “percaya diri”, dan pada siklus III mencapai 86.97% dengan kategori “sangat percaya diri”. Pada ranah kognitif ketuntasan hasil belajar siswa siklus I yaitu 65.21% dengan kategori “tinggi”, pada siklus II mencapai 73.91% dengan kategori


(2)

132

“tinggi”, dan pada siklus III mencapai 86.95% dengan kategori “sangat tinggi”. Dan hasil belajar psikomotor siklus I dengan persentase 60.87% dengan kategori “cukup terampil”, pada siklus II mencapai 73.91% dengan kategori “terampil”, dan pada siklus III mencapai 91.30% dengan kategori “sangat terampil”.

Hal ini sesuai dengan pendapat Djamarah dan Zain (2006: 92) yang menyatakan bahwa metode metode Problem Solving dapat merangsang kemampuan berpikir siswa secara kreatif dan menyeluruh karena dalam proses belajarnya siswa banyak melakukan kegiatan yang menuntut siswa aktif dan mampu menyelesaikan suatu permasalahan.

B. Saran

1. Kepada Siswa

Siswa diharapkan dapat selalu mengikuti pembelajaran di kelas dengan lebih aktif serta lebih percaya diri. Dengan begitu diharapkan siswa akan lebih mudah menyerap pelajaran yang diberikan. Siswa juga diharapkan meningkatkan intensitas belajar dengan menerapkan metode

Problem Solving.

2. Kepada Guru

Diharapkan guru dapat menciptakan pembelajaran yang lebih kreatif dan menginovasi pembelajaran serta dapat memahami dan mencoba terlebih dahulu dalam penggunaan metode Problem Solving metode pembelajaran yang lain dalam pembelajaran. Selain itu guru juga diharapkan berani berinovasi untuk menerapkan model serta media pembelajaran yang kreatif dan menarik sehingga menghasilkan


(3)

133

pembelajaran yang berkualitas dan lebih menyenangkan. Selain itu guru juga dapat memotivai siswa agar lebih aktif dan percaya diri sehingga siswa mendapatkan pembelajaran yang lebih bermakna.

3. Kepada Sekolah

Diharapkan agar sekolah dapat memberikan sarana dan prasarana untuk mengembangkan metode Problem Solving sebagai inovasi dalam pembelajaran yang dapat diterapkan oleh guru-guru pada semua pembelajaran tematik terpadu sehingga dapat mengkatkan kualitas pembelajaran.

4. Kepada Peneliti Lanjutan

Diharapkan dengan metode Problem Solving dapat digunakan sebagai bahan rujukan pada penelitian yang akan dilakukan selanjutnya pada kelas IV atau kelas yang lainnya.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi, dkk. 2011. Penelitian Tindakan Kelas. Bumi Aksara. Jakarta.

Aqib, Zainal, dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) untuk Guru SD, SLB, TK. CV Yrama Widya. Bandung.

Budiningsih, Asri. 2005. Belajar Dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. Dalyono. 2005. Psikologi Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta.

Depdiknas. 2008. Penilaian Kinerja Guru. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. Djamarah, Syaiful Bahri & Aswan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Rineka

Cipta. Jakarta.

Hamalik, Oemar. 2005. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Bandung.

Hanafiah, Nanang & Cucu Suhana. 2010. Konsep Strategi Pembelajaran. Refika Aditama. Bandung.

---. 2010. Konsep Strategi Pembelajaran. Refika Aditama. Bandung. Hasbullah. 2012. Dasar Ilmu Pendidikan. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Hermansyach. 2011. http://hermanuny.blogspot.com/2010/10/metode pembelajaran-problem-solving-dan.html?m=1 (tanggal akses, Jumat 31 Januari 2014, @ 20.00 WIB)


(5)

Hernawan, Asep Herry, dkk. 2011. Belajar dan Pembelajaran SD. UPI Press. Bandung.

Komalasari, Kokom. 2010. Pembelajaran Kontekstual : Konsep dan aplikasi. Refika Aditama. Bandung.

Kunandar. 2011. Langkah Mudah PTK Sebagai Pengembangan Profesi Guru. Rajawali Grafindo Persada. Jakarta.

---. 2013. Penilaian Autentik ( Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik

Berdasarkan Kurikulum 2013). Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Lapono, Nabisi, dkk. 2008. Belajar dan Pembelajaran SD. Depdiknas. Jakarta. Majid, Abdul. 2013. Strategi Pembelajaran. Remaja Rosdakarya. Bandung. Nasution, S. 2008. Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar & Mengajar.

Bumi Aksara. Jakarta.

Nasution, Noehi, dkk. 2007. Pendidikan IPA di SD. Universitas Terbuka. Jakarta. Nurgiyantoro, Burhan. 2011. Penilaian Otentik Dalam Pembelajaran Bahasa.

Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Poerwanti, Endang, dkk. 2008. Asesmen Pembelajaran SD. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Depatemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Purwanto, Ngalim. 2009. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Rosda. Bandung.

Putra, Sitiatava Rizema. 2013. Desain Belajar Mengajar Kreatif Berbasis Sains. Diva Press. Jogjakarta.

Rusman. 2012. Model-model Pembelajaran. RajaGrafindo Persada. Jakarta. Rusmono. 2012. Strategi Pembelajaran Dengan PBL itu Perlu. Ghalia. Jakarta. Sa`ud, Udin Syaefuddin, dkk. 2006. Pembelajaran Terpadu. Upi Press. Bandung. Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses


(6)

Sowiyah. 2010. Pengembangan Kompetensi Guru SD. Lembaga Penelitian Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Sudjana, Nana. 2012. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Suprihatiningrum, Jamil. 2013. Strategi Pembelajaran, Teori & Aplikasi. Ar-Ruzz Media. Jogjakarta.

Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar Pembelajaran di Sekolah Dasar. Kencana Prenada Media Group. Jakarta.

Trianto. 2011. Desain Pengembangan Pembelajaran Tematik. Kencana Prenada Media Group. Jakarta.

Tim Penyusun. 2010. Format Penulisan Karya Ilmiah. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

---. 2013. Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013. Kemendikbud. Jakarta.

---. 2013. Pedoman Penilaian. Kemendikbud. Jakarta.

Wahab, Abdul Aziz. 2008. Metode dan Model-Model Mengajar. Alfabeta. Bandung.

Wardhani, IGAK, dkk. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Universitas Terbuka. Jakarta.

Winataputra, Udin S. 2008. Teori Belajar dan Pembelajaran. Universitas Terbuka. Jakarta.


Dokumen yang terkait

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DENGAN MEDIA GRAFIS UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV B PADA PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU DI SD NEGERI 7 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 20 83

PENERAPAN STRATEGI PAIKEM PADA PEMBELAJARAN TEMATIK UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV C SD NEGERI 1 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 5 47

PENERAPAN METODE ROLE PLAYING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV DAUD PADA PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU SD MUHAMMADIYAH METRO PUSAT

1 11 74

PENGGUNAAN MEDIA VISUAL UNTUK MENINGKATKA AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU KELAS I A SDN 7 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

1 18 82

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL MELALUI MEDIA GRAFIS UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PADA PEMBELAJARAN TEMATIK SISWA KELAS IV B SD NEGERI 1 NUNGGALREJO TAHUN PELAJARAN 2013/2014

2 4 71

PENERAPAN METODE PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PADA PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU SISWA KELAS IV B SDN 1 METRO BARAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 6 79

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PADA PEMBELAJARAN TEMATIK SISWA KELAS IV A SDN 1 METRO BARAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 9 75

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE PAIR CHECK UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN TEMATIK KELAS IV B SD NEGERI 06 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

1 15 48

PENERAPAN MODEL PROBLEM POSING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF DAN HASIL BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN TEMATIK SISWA KELAS IV C SDN 11 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 7 72

PENERAPAN MODEL PROBLEM POSING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF DAN HASIL BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN TEMATIK SISWA KELAS IV C SDN 11 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 32 244