Analisis Pengaruh Konsumsi Pemerintah, Ekspor, Tabungan Domestik dan Penanaman Modal Asing Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia (Tahun 1976 2007)

(1)

i

(Tahun 1976-2007)

Skripsi

Dimaksudkan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan

Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta

oleh : TRIYANTO

F. 0104094

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2009


(2)

ii

Analisis Pengaruh Konsumsi Pemerintah, Ekspor, Tabungan

Domestik , dan Penanaman Modal Asing Terhadap Pertumbuhan

Ekonomi Indonesia ( Tahun 1976-2007)

Surakarta, Juni 2009 Disetujui dan diterima oleh

Pembimbing

(Drs. Supriyono,M.Si) NIP. 131 569 284


(3)

iii

Universitas Sebelas Maret Surakarta guna melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan.

Surakarta, Juni 2009

Tim penguji skripsi

1. Drs. Mugi Rahardjo,Dipl, MSi Ketua (………...) NIP. 080 055 250

2. Drs. Supriyono, MSi Pembimbing (………..) NIP. 131 569 284

3. DR. Guntur Riyanto, MSi Anggota (………...) NIP. 131 569 276


(4)

iv

sholat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.(QS. Al-Baqarah :153)

Manusia yang hakiki adalah wujud hak, kemandirian dan kodrat. Berdiri

dengan sendirinya. Sukma menjelma menjadi hamba. Hamba menjelma pada sukma. Napas sirna menuju ketiadaan. Badan kembali sebagai tanah. (Syekh Siti

Jenar, Pupuh II;2)


(5)

v

kepada Allah SWT

SEBAGAI UNGKAPAN RASA BAKTI, HORMAT DAN TERIMA KASIH

kepada Bapak dan Ibu

SEBAGAI UNGKAPAN RASA SAYANG

kepada kedua kakak_q n ponakanku

SEBAGAI UNGKAPAN RASA TERIMA KASIH DAN PERSAHABATAN

kepada teman-teman

SEBAGAI UNGKAPAN RASA KESETIAAN DAN TERIMA KASIH

kepada Almamater


(6)

vi

dan karunia-Nya yang selalu dilimpahkan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Analisis Pengaruh Konsumsi Pemerintah,Ekspor,Tabungan Domestik, dan Penanaman modal Asing (Tahun 1976-2007) ”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat dalam pencapaian gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan pada Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Persiapan, perencanaan, dan pelaksanaan hingga terselesaikannya penyusunan skripsi merupakan tantangan tersendiri bagi penulis. Banyak kesulitan dan hambatan yang harus dilalui. Tetapi berkat arahan, bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, maka akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan.

Tidak lupa penulis menghaturkan ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung memberikan bantuannya sehingga skripsi ini bisa diselesaikan. Oleh karena itu dengan kerendahan hati dan ketulusan yang mendalam penulis menghaturkan terima kasih kepada :

1. Drs. Supriyono, M.Si selaku pembimbing yang dengan arif dan bijak telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran dalam membimbing dan memberikan masukan yang berarti dalam penyusunan skripsi ini.

2. Prof. Dr. Bambang Sutopo, M.Com., Akt., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta yang secara langsung maupun tidak


(7)

vii Pembangunan.

4. Dra. Izza Mafruhah, M.Si., selaku Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan. 5. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret

Surakarta beserta seluruh staff dan karyawan yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan pelayanan kepada penulis.

6. Tim penguji yang telah memberikan banyak masukan kepada penulis.

7. Bank Indonesia Kota Surakarta yang telah banyak membantu penulis dalam mengumpulkan data yang sangat berguna dalam penyusunan skripsi.

8. Keluarga yang senantiasa mendukung, memberi dorongan, semangat untuk menyelesaikan skripsi ini, bantuan moril dan materiil, juga lantunan do’a yang tiada henti-hentinya.

9. Mikhaela yang sudah memberi perhatian, semangat, selama dua tahun ini, best i ever had

10. Teman-teman kos Annisa, Kisworo, Dede, Ryan, Hendrik jangan usilin Gery mulu kesian dya juga manusia punya hati punya rasa hehehe, Gery sing sabar yo.., Irul, Farid, Iwan kagum ma kalian paling rajin sholat jamaah di Masjid, Arip yang selalu terobsesi ma sepoor, Kurnia, Antok ma Khrisna anak Sipil yang slalu rajin lemburan, semangaaaat. Pak Budi mantan bapak kos, yang baru aja pindahan bulan Juni, makasih udah numpang empat taon lebih. Noeg”bokep” thanx udah share pilm, lagu ma aplikasi komputer.


(8)

viii

langsung maupun tidak atas bantuannya kepada penulis hingga terselesaikannya penelitian ini.

Ibarat pribahasa tiada gading yang tak retak, begitu pula skripsi ini masih memerlukan tanggapan, saran, kritik dan perbaikan. Semoga skripsi ini bisa memberikan kontribusi yang berarti bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan dapat memberikan manfaat bagi semua pembaca. Saran serta kritik akan penulis terima, sebagai bahan evaluasi bagi penulis.

Surakarta, April 2008


(9)

ix

ABSTRAK ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitian ... 10

D. Manfaat Penelitian ... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori ... 12

1. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi ... 12

2. Teori Pertumbuhan Ekonomi ... 13

3. Faktor-faktor Pertumbuhan Ekonomi ... 17

4. Konsumsi Pemerintah ... 21

5. Pengertian Ekspor ... 24

6. Teori Perdagangan Internasional ... 25

7. Faktor-faktor Penentu Ekspor ... 27

8. Tabungan Domestik ... 30

9. Pengertian Penanaman Modal Asing ... 34

10. Manfaat Penanaman Modal Asing ... 37


(10)

x

B. Ruang Lingkup Penelitian ... 46

C. Definisi Operasional Variabel ... 46

D. Metode Pengumpulan Data ... 48

E. Metode Analisis Data ... 49

1. Pemilihan Model ... 46

2. Analisis Error Correction Model (ECM)... 49

3. Uji Asumsi Klasik ... 58

a. Multikolinearitas ... 58

b. Heteroskedastisitas ... 59

c. Autokorelasi ... 60

d. Uji Normalitas ... 61

e. Uji Linearitas ... 62

4. Uji Statistik ... 62

a. Uji Signifikansi Parameter Individual ... 63

b. Uji Statistik F (Uji Secara Bersama-sama) ... 65

c. Koefisien Determinasi ... 66

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Penelitian ... 68

1. Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia ... 70

2. Perkembangan Konsumsi Pemerintah ... 72

3. Perkembangan Ekspor Indonesia ... 73

4. Perkembangan Tabungan Domestik Indonesia ... 75

5. Perkembangan Penanaman Modal Asing di Indonesia ... 76

B. Analisa Data dan Pembahasan ... 78

1. Deskripsi Data ... 78

2. Model Analisis ... 81


(11)

xi

3) Uji Autokorelasi ... 89

4) Uji Normalitas ... 91

5) Uji Linearitas ... 92

f. Uji Statistik ... 93

1) Uji Secara Individu ... 93

2) Uji Secara Bersama-sama ... 96

3) Koefisien Determinasi ... 97

3. Intepretasi Ekonomi ... 97

a. Pengaruh Konstanta Terhadap Pertumbuhan Ekonomi .... 98

b. Pengaruh Konsumsi Pemerintah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi ... 98

c. Pengaruh Ekspor Terhadap Pertumbuhan Ekonomi ... 100

d. Pengaruh Tabungan Domestik Terhadap Pertumbuhan Ekonomi ... 102

e. Pengaruh PMA Terhadap Pertumbuhan Ekonomi ... 104

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 106

B. Saran ... 109

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(12)

xii

1.1 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Per Kwartal ... 8

4.1 Data Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi, Konsumsi Pemerintah, Ekspor Tabungan Domestik dan Penanaman Modal Asing Tahun 1976-2007... 80

4.2 Hasil Uji MWD Linier dan log Linier... 82

4.3 Hasil estimasi dengan model ECM ... 84

4.4 Uji Klein ... 87

4.5 Uji Park ... 89

4.6 Uji Breuch-Godfrey ... 90

4.7 Uji Jarque-Bera ... 92

4.8 Uji Ramsey ... 92

4.9 Pengaruh Variabel Independen Jangka Pendek ... 94


(13)

xiii

2.1 Kerangka Pemikiran Studi ... 44

3.1 Daerah Kritis Uji t ... 64

3.2 Daerah Kritis Uji F ... 66

4.1 Grafik Perkembangan Produk Domestik Bruto Indonesia ... 72

4.2 Grafik Perkembangan Konsumsi Pemerintah... 73

4.3 Grafik Perkembangan Ekspor... 75

4.4 Grafik Perkembangan Tabungan Domestik ... 76


(14)

ANALISIS PENGARUH KONSUMSI PEMERINTAH, EKSPOR, TABUNGAN DOMESTIK, DAN PENANAMAN MODAL ASING

TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA (TAHUN 1976-2007)

Penelitian ini mengambil judul “Analisis Pengaruh Konsumsi Pemerintah, Ekspor, Tabungan Domestik, Dan Penanaman Modal Asing Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Indonesia (Tahun 1976-2007)”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsumsi pemerintah, ekspor, tabungan domestik, dan penanaman modal asing terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia dalam jangka panjang dan jangka pendek pada periode tersebut.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang bersifat

time series dari tahun 1976-2007. Penelitian ini menggunakan model linier dinamik yang kemudian diuji menggunakan metode Error Correction Model (ECM), dimana variabel pertumbuhan ekonomi (RPDB) sebagai variabel dependen dan variabel konsumsi pemerintah (KONS), ekspor (EKS), tabungan domestik (TAB), dan penanaman modal asing (PMA) sebagai variabel independen.

Berdasarkan hasil uji dengan ECM, menunjukkan bahwa pengaruh konsumsi pemerintah tehadap pertumbuhan ekonomi pada jangka pendek berpengaruh negatif dan signifikan, jangka panjang pengeluaran pemerintah berpengaruh positif tetapi tidak signifikan. Pengaruh ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi pada jangka pendek berpengaruh negatif dan signifikan, sedangkan dalam jangka panjang berpengaruh positif dan signifikan. Pengaruh tabungan domestik terhadap pertumbuhan ekonomi dalam jangka pendek berpengaruh negatif dan sinigfikan, sedangkan dalam jangka panjang berpengaruh positif dan signifikan. Pengaruh penanaman modal asing terhadap pertumbuhan ekonomi dalam jangka pendek berpengaruh positif dan signifikan, sedangkan dalam jangka panjang berpengaruh positif dan tidak signifikan. Hasil uji secara bersama-sama, semua koefisien regresi secara bersama-sama signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diajukan beberapa saran antara lain: pemerintah harus mereformasi struktur birokrasi selama ini dan melakukan promosi barang- barang Indonesia agar dapat bersaing dengan negara lain.

Kata Kunci: RPDB, Konsumsi Pemerintah, Ekspor, Tabungan Domestik, Penanaman Modal Asing, dan Error Correction Model.


(15)

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Indonesia sebagai negara yang sedang membangun, ingin mencoba untuk dapat membangun bangsa dan negaranya sendiri tanpa memperdulikan bantuan dari negara lain. Indonesia pernah mencobanya tetapi sulit untuk terus bertahan di tengah derasnya laju globalisasi yang terus berkembang dengan cepat tanpa mau menghiraukan bangsa lain yang masih membangun. Indonesia dalam keadaan tersebut akhirnya terpaksa mengikuti arus, mencoba untuk membuka diri dengan berhubungan lebih akrab dengan bangsa lain demi menunjang pembangunan bangsanya terutama dari sendi ekonomi nasionalnya. Menurut Boediono (1999: 22), pertumbuhan ekonomi merupakan tingkat pertambahan dari pendapatan nasional. Pertumbuhan ekonomi merupakan sebagai proses kenaikan output perkapita dalam jangka panjang dan merupakan ukuran keberhasilan pembangunan.

Terdapat tiga faktor atau komponen utama pada pertumbuhan ekonomi pada setiap negara, pertama adalah akumulasi modal, meliputi semua bentuk investasi baru yang di tanamkan pada tanah, peralatan fisik dan modal sumber daya manusia. Kedua, pertumbuhan penduduk yang beberapa tahun selanjutnya akan memperbesar jumlah angkatan kerja. Ketiga, kemajuan teknologi. Akumulasi modal sangat diperlukan bagi terciptanya suatu iklim investasi yang bertujuan bagi pembangunan ekonomi negara. Pembangunan di


(16)

suatu negara memang banyak dipengaruhi oleh ketiga faktor tersebut disamping ada faktor lain yang mempengaruhi di dalamnya. Akumulasi modal sangat diperlukan bagi terciptanya suatu iklim investasi yang bertujuan bagi pembangunan ekonomi negara. Investasi yang masuk besar maka diharapkan kegiatan ekonomi dan outputnya juga meningkat, sehingga pendapatan nasional negara tersebut juga akan meningkat. Negara mempunyai kewajiban untuk dapat memanfaatkan modal atau sumber daya yang telah dimiliki supaya dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dan mencari solusi atau kebijakan terhadap faktor-faktor yang dapat menghambat pertumbuhan ekonomi (Todaro, 2000 : 88).

Menurut Sadono Sukirno (1994), pertumbuhan ekonomi merupakan perkembangan dalam kegiatan perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksikan dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat pun meningkat. Negara harus mencapai pertumbuhan ekonomi yang teguh dalam jangka panjang karena ada dua alasan penting (Sadono Sukirno, 1994: 25), pertama, untuk menyediakan kesempatan kerja kepada tenaga kerja yang semakin bertambah. Kedua, untuk menaikkan tingkat kemakmuran masyarakat.

Kerapuhan perekonomian Indonesia disebabkan dengan tidak adanya dukungan mikro ekonomi yang kuat. Permasalahan yang masih tidak dapat diselesaikan sampai saat ini adalah korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) yang terlalu tinggi di Indonesia, sumber daya manusia Indonesia kurang kompetitif, jiwa entrepreneurship yang kurang, dan sebagainya. Meningkatnya


(17)

pertumbuhan investasi di Indonesia dimulai dengan ditetapkannya Undang-Undang No.1 / tahun 1967 tentang penanaman modal asing (PMA) dan Undang-Undang No.6 / tahun 1968 tentang penanaman modal dalam negeri (PMDN). Dengan diberlakukannya Undang-undang tersebut diharapkan dapat mendorong peningkatan investasi di Indonesia dari waktu ke waktu yang kemudian menciptakan iklim investasi yang kondusif selama proses pembangunan.

Dana pembangunan dari dalam negeri berasal dari tabungan domestik dan ekspor sedangkan dari luar negeri dapat berupa pinjaman bantuan maupun investasi asing. Sebagian besar negara menggabungkan kedua sumber dana tersebut. Karena dana yang dihimpun dari dalam negeri tidak cukup untuk kebutuhan dana pembangunan. Sumber dana eksternal dimanfaatkan oleh negara sebagai dana tambahan disamping tabungan domestik. Kendalanya adalah tingkat pendapatan yang rendah masyarakat sehingga menyebabkan kekurangan kapital guna pembiayaan pembangunan.

Akumulasi tabungan domestik yang ada tidak mampu memenuhi kebutuhan biaya investasi yang dibutuhkan dalam proses memicu pertumbuhan ekonomi, dan disisi lain adalah kekurangan dalam memenuhi kebutuhan devisa untuk membiayai kebutuhan impor barang-barang modal dan teknologi, dengan demikian untuk menutupi kekurangan tersebut negara mengusahakan sumber daya eksternal berupa investasi.

Arus masuk modal asing (capital inflows) juga berperan dalam menutup gap devisa yang ditimbulkan oleh defisit pada transaksi berjalan.


(18)

Masuknya modal asing juga mampu menggerakkan kegiatan ekonomi yang lesu akibat kurangnya modal (saving investment gap) bagi pelaksanaan pembangunan ekonomi. Modal asing ini selain sebagai perpindahan modal juga dapat memberikan kontribusi positif melalui aliran industrialisasi dan modernisasi. Modal asing yang masuk tersebut tidak dikelola dengan baik, maka dapat menimbulkan dampak negatif yang besar terutama apabila terjadinya capital flows reversal .

Sampai saat ini terdapat dua pandangan yang berbeda mengenai peranan modal asing terhadap pertumbuhan ekonomi negara-negara dunia ketiga. Pandangan pertama adalah mereka yang pro tentang perlunya modal asing (Chenery dan Cartel dalam Mudrajad Kuncoro, 1997) berpendapat: pertama, sumber dana eksternal (modal asing) dapat dimanfaatkan oleh negara dunia ketiga sebagai dasar untuk mempercepat investasi dan pertumbuhan ekonomi. Kedua, pertumbuhan ekonomi yang meningkat perlu perubahan strukur produksi dan perdagangan. Ketiga, modal asing dapat berperan penting dalam mobilisasi dana maupun transformasi struktural. Keempat, kebutuhan modal asing akan semakin menurun jika terjadi perubahan struktural benar-benar terjadi (meskipun modal asing di masa yang akan datang akan semakin produktif).

Kelompok kedua adalah mereka yang anti terhadap perlunya dana eksternal berpendapat: pertama, penanaman modal asing atau bantuan luar negeri dalam jangka pendek akan memperbesar pertumbuhan ekonomi, namun dalam jangka panjang nenghambat pertumbuhan ekonomi. Kedua, semakin


(19)

besar negara bergantung akan penanaman modal asing dan bantuan luar negeri makin besar perbedaan pendapatan yang pada akhirnya akan menimbulkan pola ketergantungan terhadap negara-negara maju (Sritua, 1999).

Negara yang sedang berkembang dengan tingkat pendapatan yang masih relatif rendah menyebabkan tingkat investasi dalam negeri yang tercemin dalan penanaman modal dalam negeri dan tabungan domestik juga masih relatif kecil sehingga banyak sumber-sumber daya alam yang sebenarnya pontensial belum digunakan secara optimal. Penyebab kurang optimalnya pemanfaatan sumber daya alam karena diperlukan investasi baru dan penggunaan modal yang besar.

Pengeluaran pemerintah di negara berkembang pada umumnya relatif besar. Di negara-negara berkembang pengeluaran terbesar dialokasikan untuk pembangunan infrastuktur yang merupakan barang publik murni yang tidak dapat dihasilkan oleh pihak swasta seperti energi, pertahanan, juga umtuk membiayai kegiatan sosial seperti : pendidikan, kesehatan dan lain lain. Besarnya pengeluaran pemerintah menjadi suatu yang mengundang kontroversi pada ekonomi makro. Sementara negara-negara bergerak menuju pasar terbuka dan bebas, pengeluran pemerintah juga meningkat secara terus menerus.

Pengeluaran pemerintah melalui APBN tercermin dalam realisasi anggaran rutin, realisasi anggaran belanja pembangunan, sedangkan jumlah seluruh penerimaan meliputi penerimaan dalam negeri dan penerimaan luar negeri yang disebut penerimaan pembangunan. Pengeluaran rutin jika di tinjau dari tujuannya merupakan pengeluaran operasional dan mutlak dilakukan serta


(20)

konsumtif, tetapi tidak semua anggaran belanja rutin dapat dikategorikan sebagai pengeluaran konsumsi (current expenditure) misalnya, pembelian inventaris kantor, pemeliharaan gedung. Sebaliknya terdapat elemen pengeluaran pembangunan yang sebagian besar merupakan pengeluaran untuk investasi dapat di kategorikan sebagai pengeluaran yang bersifat konsumsi seperti berbagai jenis upah dan gaji tambahan.

Perekonomian Indonesia mengalami zaman keemasan akibat kenaikan harga minyak di pasaran dunia (oil boom) yang dapat dinyatakan sebagai titik angka pertumbuhan yang relatif tinggi, dimana rata-rata mencapai 7%. Indonesia pada waktu gejolak eksternal (1983-1986) dihadapkan pada kenyataan bahwa pertumbuhan ekonomi merosot drastis menjadi hanya 4,88% per tahun. Penurunan pertumbuhan ekonomi ini diakibatkan oleh banyak faktor, yang paling menonjol adalah menurunnya harga minyak mentah, akibatnya pendapatan pemerintah pun menurun. Menurunnya investasi dan impor juga menyebabkan terjadinya penurunan pertumbuhan ekonomi tersebut. Utang luar negeri yang diperoleh tidak mampu menyelamatkan perekonomian Indonesia.

Pemerintah melakukan upaya untuk menjaga stabilitas ekonomi makro dengan mengeluarkan berbagai kebijakan. Di bidang keuangan, pemerintah melakukan devaluasi pada Maret 1983 dan September 1986, melakukan deregulasi perbankan 1 Juni 1983, Paket Oktober 1986, dan kebijakan pengetatan moneter (tight monetary policy). Di bidang fiskal diadakan reformasi perpajakan (1984,1985) dan penghematan fiskal (fiscal


(21)

austerity). Dibidang perdagangan dan industri, pemerintah memperkuat kebijakan orientasi ke dalam melalui rasionalisasi tarif, memperkuat proteksi melalui hambatan nontarif, reformasi bea masuk, dan peluncuran paket Mei 1986. Selain itu pemerintah masih terus melanjutkan kebijakan rasionalisasi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan regulasi perekonomian pasar (Sundrum, dalam Nur Hidayah : 8).

Selama periode 1993-1995 rata-rata pertumbuhan ekonomi pertahun meningkat menjadi 7,3 persen hingga 8,2 persen, tetapi akibat krisis yang melanda Indonesia laju pertumbuhan ekonomi Indonesia menurun drastis. Memasuki triwulan ke-4 tahun 1997, Indonesia di guncang oleh krisis moneter yang di akibatkan oleh penurunan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika. Krisis nilai tukar rupiah berlanjut menjadi krisis ekonomi, industri banyak yang gulung tikar bermula dari ketidak mampuan membeli bahan baku impor dan krisis perbankan. Bank Indonesia pada tanggal 14 Agustus 1997 melakukan kebijakan dengan melepaskan intervensi terhadap rupiah dan menerapkan sistem nilai tukar mengambang bebas (freely floating). Bank Indonesia tidak mampu lagi menahan besarnya permintaan valuta asing tersebut, setelah kehilangan sejumlah besar cadangan devisa yang dimilikinya untuk mempertahankan sistem mengambang terkendali. Pada tahun 1998 laju pertumbuhan ekonomi Indonesia minus 13,13 persen dengan laju inflasi sebesar 77,63 persen. Kondisi ini sangat memprihatinkan dimana harga-harga melambung tinggi sehingga masyarakat kesulitan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya (Tambunan, 2001: 12-13 dalam Dwi dan Yuni, 2004: 43)


(22)

Respon pertama Indonesia terhadap masalah ini adalah menaikkan tingkat suku bunga domestik untuk mengendalikan naiknya inflasi dan melemahnya nilai tukar rupiah, dan memperketat kebijakan fiskalnya. Indonesia dan International Monetary Fund (IMF) pada Oktober 1997, mencapai kesepakatan tentang program reformasi ekonomi yang diarahkan pada penstabilan ekonomi makro dan penghapusan beberapa kebijakan ekonomi yang dinilai merusak, antara lain Program Permobilan Nasional dan monopoli, yang melibatkan anggota keluarga Presiden Soeharto. Rupiah masih belum stabil dalam jangka waktu yang cukup lama, hingga pada akhirnya Presiden Soeharto terpaksa mengundurkan diri pada Mei 1998. Di bulan Agustus 1998, Indonesia dan IMF menyetujui program pinjaman dana di bawah Presiden B.J Habibie. Presiden Gus Dur yang terpilih sebagai presiden pada Oktober 1999 kemudian memperpanjang program tersebut (Wijino, Wirjo, 2005)

Tabel 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Per Kwartal (%) Pertumbuhan Ekonomi

Bulan

Tahun 1998 Tahun 1999 Tahun 2000

Maret -4,49 -6,13 3,64

Juni -13,34 1,79 4,98

September -16 2,85 4,08

Desember -18,26 5,36 6,91

Pertumbuhan Ekonomi Bulan

Tahun 2001 Tahun 2002 Tahun 2003

Maret 4,8 2,5 3,4

Juni 3,79 3,5 3,8

September 3,15 3,9 3,9

Desember 1,6 3,8 4,4

Pertumbuhan Ekonomi

Bulan Tahun 2004 Tahun 2005 Tahun 2006

Marer 4,5 6,4 4,6

Juni 4,3 5,5 5,2

September 5,0 5,3 5,5

Desember 6,7 4,9 6,1


(23)

Perekonomian Indonesia pada tahun 1999 mulai membaik, walau pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya 0,88%. Pertumbuhan ekonomi pada 2000 naik menjadi 4,92% dan antara tahun 2001-2004 rata-rata pertumbuhan ekonomi mencapai di atas 4% serta kisaran tahun 2005-2007 sudah di atas 5%. Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, tertarik untuk melakukan penelitian mengenai faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Penelitian ini mengambil periode waktu dari tahun 1976-2007. Dasar permasalahan yang muncul diatas, maka penelitian ini mengambil judul “Analisis Pengaruh Konsumsi Pemerintah , Ekspor, Tabungan Domestik dan Penanaman Modal Asing Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia (Tahun 1976-2007)”.

B. PERUMUSAN MASALAH

Berikut adalah permasalahan yang ingin dijawab melalui penelitian ini: 1. Bagaimana pengaruh konsumsi pemerintah terhadap pertumbuhan

ekonomi Indonesia pada jangka panjang dan jangka pendek?

2. Bagaimana pengaruh ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia pada jangka panjang dan jangka pendek?

3. Bagaimana pengaruh tabungan domestik terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia pada jangka panjang dan jangka pendek?

4. Bagaimana pengaruh penanaman modal asing (PMA) terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia pada jangka panjang dan jangka pendek?


(24)

5. Bagaimana pengaruh bersama-sama semua variabel (konsumsi pemerintah, ekspor, tabungan domestik, dan PMA) terhadap pertumbuhan ekonomi?

C. TUJUAN PENELITIAN

Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Mengetahui pengaruh konsumsi pada jangka panjang dan jangka pendek

terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia.

2. Mengetahui pengaruh ekspor pada jangka panjang dan jangka pendek terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia.

3. Mengetahui pengaruh tabungan domestik pada jangka panjang dan jangka pendek terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia.

4. Mengetahui pengaruh penanaman modal asing pada jangka panjang dan jangka pendek terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia.

5. Mengetahui pengaruh bersama-sama semua variabel (konsumsi pemerintah, ekspor, tabungan domestik, dan PMA) terhadap pertumbuhan ekonomi

D. MANFAAT PENELITIAN

Berdasarkan perumusan masalah dan tujuan penelitian, maka manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain:

1. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai gambaran mengenai faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di Indonesia.


(25)

2. Penelitian ini dapat memperkaya khasanah penelitian yang ada serta dapat digunakan sebagai bahan acuan bagi penelitian serupa di masa yang akan datang.

3. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan pengetahuan dan membuktikan bahwa terdapat hubungan atau pengaruh antara konsumsi pemerintah, ekspor, tabungan domestik dan penanaman modal asing terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia

4. Sebagai aplikasi dari teori-teori ekonomi, yaitu ekonomi makro sehingga dapat menambah referensi bagi peminat untuk mengetahui secara teoritis mengenai pertumbuhan ekonomi.


(26)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. TINJAUAN TEORI

1. Pertumbuhan Ekonomi

a. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi merupakan perkembangan dalam kegiatan perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang di produksi dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran dalam masyarakat meningkat (Sadono Sukirno, 1999 : 10)

Pertumbuhan ekonomi menurut Prof. Simon Kuznets adalah kenaikan jangka panjang dalam kemampuan sebuah negara untuk menyediakan semakin banyaknya jenis-jenis barang ekonom kepada penduduknya, kemampuan ini tumbuh sesuai dengan kemajuan teknologi dan penyesuaian kelembagaan dan idiologis yang diperlukan ( Jhingan, 1996 : 72)

Pembangunan ekonomi dapat diartikan sebagai usaha usaha untuk meningkatkan taraf hidup suatu bangsa yang sering kali diukur dengan tinggi rendahnya pendapatan riil per kapita (Irawan & Suparmoko, 1996 : 5) sehingga pembangunan ekonomi terdapat usaha untuk meningkatkan pendapatan nasional riil juga untuk meningkatkan produktivitas. Pembangunan ekonomi selain lebih banyak output di dalamnya, juga terdapat perubahan-perubahan dalam kelembagaan dan


(27)

pengetahuan teknik dalam mengasumsikan output lebih banyak sehingga kekayaan suatu negara bertambah.

Pembangunan ekonomi juga terkandung arti adanya usaha untuk meningkatkan pendapatan perkapita masyarakat atau GDP (Gross Domestic Product) dimana kenaikannya di ikuti oleh perombakan dan modernisasi serta memperkaitkan aspek pemerataan pendapatan (income equity) (Suryana, 2000: 4).

b. Teori Pertumbuhan Ekonomi

Ilmu ekonomi terdapat banyak teori pertumbuhan, sehingga tidak ada suatu teori pertumbuhan yang menyeluruh, lengkap, dan merupakan satu-satunya teori pertumbuhan yang baku. Berikut teori pertumbuhan yang dikemukakan oleh para ahli ekonomi diantaranya adalah (Lincolin Arsyad, 1992: 39):

1) Teori Rostow

Teori ini merupakan artikel Rostow yang dimuat dalam

Economic Journal (Maret 1956) yang dikembangkan dalam buku yang berjudul The Stage of Economic Growth (1960). Menurut Rostow, ada 5 (lima) tahapan dalam proses pembangunan ekonomi yang merupakan karakteristik perubahan ekonomi, sosial dan politik yang terjadi, antara lain yaitu:.

a) Masyarakat Tradisional,

Menurut Rostow, masyarakat tradisional adalah masyarakat yang fungsi produksinya masih terbatas yang ditandai oleh cara


(28)

produksi yang relatif masih primitif dan cara hidup masyarakat yang masih dipengaruhi oleh nilai-nilai kurang rasional, tetapi kebiasaan itu masih turun menurun.

b) Tahap Prasyarat Tinggal Landas

Menurut Rostow, tahap ini adalah tahap transisi di masyarakat untuk mempersiapkan diri agar mencapai pertumbuhan dengan menggunakan kekuatan sendiri. Namun pertumbuhan ekonomi hanya akan tercapai jika diikuti oleh kemampuan masyarakat untuk menggunakan ilmu pengetahuan modern dan membuat penemuan baru yang bisa menurunkan biaya produksi. c) Tahap Tinggal Landas

Tahap ini terjadi dimana pertumbuhan ekonomi dapat dikatakan terjadi apabila terlihat suatu perubahan drastis dalam masyarakat. Misalnya resolusi politik, terciptanya kemajuan yang cepat dalam inovasi atau terbukanya pasar-pasar baru.

d) Tahap Menuju Kedewasaan

Merupakan tahap dimana masyarakat sudah secara efektif menggunakan teknologi modern pada hampir semua kegiatan produksi.

e) Masa Konsumsi Energi

Menurut Rostow, masa ini adalah tahap akhir dalam proses pembangunan ekonomi. Masyarakat menekankan masalah-masalah


(29)

yang berkaitan dengan konsumsi kesejahteraan masyarakat bukan masalah produksi.

2) Teori Pertumbuhan Klasik

Menurut pandangan ahli-ahli ekonomi klasik, diantaranya Adam Smith (1723-1790) “An Inquiry Into the Nature and Causes of the Wealth of Nation” (1776) atau singkatnya “Wealth of Nation”, ada 4 faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, yaitu: jumlah penduduk, jumlah stok barang-barang modal, luas tanah dan kekayaan alam, serta tingkat teknologi yang digunakan. Teori pertumbuhan menurut teori mereka, dimisalkan luas tanah dan kekayaan alam adalah tetap jumlahnya dan tingkat teknologi tidak mengalami perubahan.

Berdasarkan kepada teori pertumbuhan klasik yang baru diterangkan, dikemukakan suatu teori yang menjelaskan perkaitan di antara pendapatan per kapita dan jumlah penduduk. Teori tersebut dinamakan teori penduduk optimum. Teori pertumbuhan klasik dapat dilihat bahwa apabila terdapat kekurangan penduduk, produksi marjinal adalah lebih tinggi daripada pendapatan per kapita. Jumlah penduduk berkembang semakin banyak, hukum hasil tambahan yang semakin berkurang akan mempengaruhi fungsi produksi, yaitu produksi marjinal akan mulai mengalami penurunan, oleh karenanya pendapatan nasional dan pendapatan per kapita menjadi semakin lambat pertumbuhannya.


(30)

3) Teori Pertumbuhan Neo-Klasik

Teori pertumbuhan neo-klasik melihat dari sudut pandang yang berbeda, yaitu dari segi penawaran. Menurut teori ini, yang dikembangkan oleh Abramovits dan Solow pertumbuhan ekonomi tergantung kepada perkembangan faktor-faktor produksi. Dalam persamaan, pandangan ini dapat dinyatakan dengan persamaan: AY = f (AK,AL,AT)

Dimana :

AY adalah tingkat pertumbuhan ekonomi AK adalah tingkat pertumbuhan modal AL adalah tingkat pertumbuhan penduduk AT adalah tingkat pertumbuhan teknologi

Analisis Solow selanjutnya membentuk formula matematik untuk persamaan itu dan seterusnya membuat pembuktian secara kajian empiris untuk menunjukkan kesimpulan berikut: faktor terpenting yang mewujudkan pertumbuhan ekonomi bukanlah pertambahan modal dan pertambahan tenaga kerja. Faktor yang paling penting adalah kemajuan teknologi dan pertambahan kemahiran dan kepakaran tenaga kerja.

4) Teori Schumpeter

Teori Schumpeter dalam bukunya berjudul “The Theory of Economic Development” (1934) mengemukakan bahwa sistem kapitalisme adalah sistem yang paling baik untuk menciptakan


(31)

pembangunan ekonomi yang pesat. Faktor utama yang menyebabkan perkembangan ekonomi menurut Schumpeter adalah proses inovasi yang dilakukan oleh para wiraswasta. Kemajuan ekonomi atau peningkatan output total suatu masyarakat hanya bisa diterapkan dengan adanya inovasi oleh para wiraswasta. Pembaharuan-pembaharuan yang dapat dilakukan atau diciptakan oleh pengusaha adalah: pertama, memperkenalkan suatu barang baru, kedua, penggunaan cara baru dalam memproduksikan barang, ketiga, memperluas pasar suatu barang ke daerah- daerah yang baru, keempat mengembangkan sumber barang mentah yang baru, dan yang ke lima adalah mengadakan reorganisasi dalam suatu perusahaan atau industri. (Jhingan, 1996 : 282).

c. Faktor- Faktor Pertumbukan Ekonomi

Proses pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh dua macam faktor, faktor ekonomi dan faktor non ekonomi (Jhingan 1996 : 67).

1) Faktor Ekonomi

Para ahli ekonom menganggap faktor produksi sebagai kekuatan utama yang mempengaruhi pertumbuhan. Laju pertumbuhan ekonomi jatuh atau bangunnya merupakan konsekuensi dari perubahan yang terjadi di dalam faktor produksi tersebut.


(32)

a) Sumber Alam

Faktor utama yang mempengaruhi suatu perekonomian adalah alam atau tanah. Tanah sebagai mana di pergunakan dalam ilmu ekonomi mencakup sumber alam seperti kesuburan tanah, letak dan susunannya, kekayaan hutan, mineral, iklim, sumber air, sumber lautan dan lain-lain. Tersedianya sumber alam secara melimpah merupakan hal yang penting bagi pertumbuhan ekonomi. Suatu negara yang kekurangan sumber alam tidak akan membangun secara cepat.

b) Akumulasi Modal

Modal berarti persediaan faktor produksi yang secara fisik dapat di reproduksi apabila stok modal naik dalam batas waktu tertentu, hal ini disebut akumulasi modal atau pembentukan modal. Pembentukan modal merupakan investasi dalam bentuk barang-barang modal yang dapat menaikkan stok modal, output nasional dan pendapatan nasional sehingga menjadi kunci utama menuju pembangunan ekonomi.

Proses pembentukan modal bersifat komulatif dan membiayai diri sendiri serta mencakup tiga tahap yang saling berkaitan : (1) keadaan tabungan nyata dan kenaikannya, (2) keberadaan lembaga keuangan dan kredit untuk menggalakkan tabungan dan menyalurkannya ke jalur yang dikehendaki, (3) mempergunakan tabungan untuk investasi barang modal.


(33)

c) Organisasi

Organisasi berkaitan dengan penggunaan faktor produksi di dalam kegiatan ekonomi. Organisasi bersifat melengkapi modal, buruh, dan membantu tingkat produktivitasnya. Para wiraswasta tampil sebagai organisator dan pengambil keputusan atau resiko di antara ketidak pastian. Wiraswastawan bukanlah manusia dengan kemampuan biasa, ia memiliki kemampuan khusus untuk bekerja dibandingkan orang lain. d) Kemajuan Teknologi

Perubahan teknologi berkaitan dengan perubahan di dalam metode produksi yang merupakan hasil pembaharuan atau hasil dari teknik penelitian baru. Perubahan teknologi telah menaikkan produktivitas buruh, modal, dan faktor produksi lainnya.

e) Pembagian Kerja dan Skala Produksi

Spesialisasi dan pembagian kerja menimbulkan peningkatan produktivitas. Keduanya membawa kearah ekonomi produksi skala besar yang selanjutnya membantu perkembangan industri. Pembagian kerja menghasilkan perbaikan kemampuan produksi buruh. Setiap buruh akan bekerja lebih efisien.


(34)

2) Faktor Non Ekonomi a) Faktor Sosial

Faktor sosial dan budaya juga mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Pendidikan dan kebudayaan barat membawa kearah penalaran (reasoning) dan skeptisisme. Ia menambahkan semangat yang menghasilkan penemuan baru dan memunculkan kelas pedagang baru. Kekuatan faktor ini menghasilkam perubahan padangan, harapan, struktur, dan nilai-nilai sosial. Orang dibiasakan menabung dan investasi, dan menikmati resiko untuk memperoleh laba.

b) Faktor Manusia

Peningkatan GDP berkaitan erat dengan perkembangan faktor manusia sebagaimana terlihat dalam efisiensi atau produktivitas yang melonjak di kalangan tenaga buruh. Inilah yang oleh para ahli ekonomi disebut pembentukan modal insani, yaitu proses peningkatan ilmu pengetahuan, keterampilan dan kemampuan seluruh penduduk negara bersangkutan. Proses ini mencakup kesehatan, pendidikan dan pelayanan sosial pada umumnya.

c) Faktor Politik dan Administratif

Struktur politik dan administratif yang lemah merupakan penghambat besar bagi pertumbuhan ekonomi di negara berkembang. Administrasi yang kuat, efisien dan tidak korup,


(35)

sangatlah penting bagi pembangunan ekonomi. Ketertiban, stabilitas dan perlindungan hukum mendorong kewiraswastaan. Kemajuan teknologi, mobilitas faktor, dan pasar yang luas membantu merangsang usaha dan inisiatif.

2. Konsumsi Pemerintah

Identitas keseimbangan pendapatan nasional Y = C+I+G+(X-M) merupakan sumber legitimasi pandangan kaum Keynesian akan relevansi campur tangan pemerintah dalam perekonomian. Dari notasi sederhana tersebut dapat di telaah bahwa kenaikan atau penurunan pengeluaran pemerintah akan menaikan atau menurunkan pendapatan nasional. Banyak pertimbangan yang melandasi pengambilan keputusan pemerintah dalam mengatur pengeluarannya (Dumairy, 1997 : 161).

Pemerintah tidak cukup hanya meraih tujuan akhir dari setiap kebijakannya tersebut, tetapi juga harus memperhitungkan sasaran yang akan menikmati atau terkena dari kebijakan tersebut. Pengeluaran yang semakin besar dengan tujuan semata-mata hanya untuk meningkatkan pendapatan nasional atau memperluas kesempatan kerja adalah tidak memadai melainkan pula harus diperhitungkan siapa atau masyarakat lapisan mana yang akan terpekerjakan atau meningkatkan pendapatannya.

Musgrave berpendapat (Guritno, 1995 : 170) bahwa dalam suatu proses pembangunan, investasi swasta dalam persentase tehadap GNP semakin besar dan persentase investasi pemerintah dalam persentase terhadap GNP semakin kecil. Tingkat ekonomi yang lebih lanjut, Rostow


(36)

menyatakan bahwa pembangunan ekonomi, aktivitas pemerintah akan beralih dari penyediaan prasarana ke pengeluaran-pengeluaran untuk akivitas sosial seperti halnya, progam kesejahteraan, hari tua, program pelayanan kesehatan masyarakat dan sebagainya.

Teori perkembangan pemerintah yang dikembangkan oleh Rostow dan Musgrave adalah suatu pandangan yang di timbulkan dari pengamatan berdasarkan pembagunan ekonomi yang dialami oleh banyak negara, tetapi tidak didasarkan oleh suatu teori tertentu. Tahap pertumbuhan ekonomi dalam teori ini tidak jelas, apakah terjadi dalam tahap demi tahap ataukah beberapa tahap dapat terjadi secara simultan. (Guritno, 1995 : 171)

Teori makro mengenai perkembangan pengeluaran pemerintah dikemukakan oleh para ahli ekonomi di antaranya adalah:

a. Hukum Wagner

Wagner mengemukakan suatu teori mengenai perkembangan pengeluran pemerintah yang semakin besar dalam persentase terhadap GNP yang juga didasarkam pula pada pengamatan di negara-negara Eropa, Amerika dan Jepang pada abad ke 19. Wagner mengemukakan pendapatnya dalam bentuk hukum, akan tetapi pada pandangannya tersebut tidak dijelaskan apakah yang dimaksud dengan pertumbuhan pengeluaran pemerintah dan GNP, apakah dalam bentuk pertumbuhan secara relatif ataukah secara absolut. Hukum Wagner jika pengeluaran pemerintah secara relatif, mengemukakan bahwa dalam suatu


(37)

perekonomiaan jika pendapatan perkapita meningkat, secara relatif pengeluaran pemerintah juga akan meningkat. (Guritno, 1995 : 171). b. Teori Peacock & Wiseman

Teori Peacock & Wiseman adalah sebagai berikut, perkembangan ekonomi menyebabkan pungutan pajak yang semakin meningkat walaupun tarif pajak tidak meningkat, dan meningkatnya penerimaan pajak juga mengakibatakan pengeluaran pemerintah semakin meningkat. Oleh karena itu pada keadaan normal, meningkatnya GNP menyebabkan penerimaan pemerintah semakin besar, begitu pula pengeluaran pemerintah juga semakin besar.

Teori mereka didasarkan pada suatu pandangan bahwa pemerintah senantiasa untuk memperbesar pengeluaran sedangkan masyarakat tidak suka membayar pajak yang semakin besar untuk membiayai pengeluaran pemerintah yang semakin besar tersebut, sehingga teori Peacock & Wiseman merupakan dasar teori pemungutan suara. Peacock & Wiseman mendasarkan teori mereka pada suatu teori bahwa masyarakat mempunyai suatu tingkat toleransi pajak, yaitu suatu tingkat dimana masyarakat dapat memahami besarnya pungutan pajak yang diperlukan oleh pemerintah untuk membiayai pengeluaran pemerintah. Jadi masyarakat menyadari bahwa pemerintah memerlukan dana untuk membiayai aktivitas pemerintah sehingga mereka mempunyai suatu tingkat kesadaran untuk membayar pajak. Sikap toleransi ini merupakan kendala bagi


(38)

pemerintah untuk menaikkan pungutan pajak secara semena-mena (Guritno, 1995 : 171).

3. Ekspor a. Pengertian

Kegiatan ekspor adalah sistem perdagangan dengan cara mengeluarkan barang dari dalam keluar wilayah pabean Indonesia dengan memenuhi ketentuan yang berlaku. Ekspor merupakan nilai semua barang dan jasa yang dijual oleh sebuah negara ke negara lain, termasuk diantara barang-barang, ongkos pengapalan, asuransi, dan jasa-jasa pada suatu tahun tertentu. (Bambang Triyoso, 1984).

Fungsi penting adalah mengatasi masalah terbatasnya pasar di dalam negeri, perkembangan ekspor akan menggalakan perkembangan sektor dalam negeri karena :

1) Beberapa fasilitas yang digunakan untuk memperlancar kegiatan ekspor, seperti pengembangan sistem komunikasi, jaringan pengangkutan dan fasilitas latihan atau pendidikan, dapat digunakan oleh sektor dalam negeri.

2) Dengan menarik tenaga kerja dari sektor dalam negeri, sektor ekspor akan mendorong sektor dalam negeri untuk menciptakan inovasi yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas (Sadono Sukirno, 1996)


(39)

b. Teori Perdagangan Internasional

Teori perdagangan internasional dapat digolongkan ke dalam dua kelompok, yaitu teori klasik dan teori modern. Teori klasik yang umum dikenal adalah teori keunggulan absolut dari Adam Smith, teori keunggulan relatif atau keunggulan komparatif dari J.S Mill dan teori biaya relatif dari David Ricardo, sedangkan teori faktor proporsi dari Heckscher dan Ohlin disebut juga teori modern. (Tulus Tambunan, 2001 dalam Nur Hidayah, 2003:51)

1) Teori Klasik

a) Teori Keunggulan Absolut

Dasar pemikiran dari teori ini adalah bahwa suatu negara akan melakukan spesialisasi terhadap ekspor suatu jenis barang tertentu, dimana negara tersebut memiliki keunggulan absolut dan tidak memproduksi atau melakukan impor jenis barang dimana negara tersebut tidak mempunyai keunggulan absolut terhadap negara lain yang memproduksi barang sejenis dengan kata lain, suatu negara akan mengekspor (mengimpor) suatu jenis barang, jika negara tersebut dapat (tidak dapat) memproduksinya secara lebih efisien atau murah dibandingkan negara lain. Teori ini menekankan bahwa efisiensi dalam penggunaan input, misalnya tenaga kerja, dalam proses produksi sangat menentukan keunggulan atau daya saing.


(40)

b) Teori Keunggulan Komparatif

Munculnya teori keunggulan komparatif dari J.S Mill dan David Ricardo dapat dianggap sebagai kritik sekaligus upaya perbaikan terhadap teori keunggulan absolut. J.S Mill beranggapan bahwa suatu negara akan berspesialisasi pada ekspor barang tertentu jika negara tersebut memiliki keunggulan komparatif terbesar dan akan berspesialisasi pada impor jika negara tersebut memiliki kerugian komparatif. Negara akan melakukan ekspor jika barang dapat diproduksi dengan biaya lebih rendah, dan melakukan impor jika barang yang diproduksi sendiri membutuhkan biaya lebih besar atau mahal. David Ricardo berpendapat bahwa perdagangan antara dua negara akan terjadi jika masing-masing negara memiliki biaya relatif terkecil untuk jenis barang yang berbeda. Sehingga penekanan Ricardo adalah pada efisiensi relatif antara negara dalam memproduksi dua atau lebih jenis barang yang menjadi dasar terjadinya perdagangan.

2) Teori Modern (Teori H-O)

Teori Heckscher dan Ohlin (H-O) disebut juga teori faktor proporsi (proportion factor) atau teori ketersediaan faktor

(endowment factor). Dasar pemikiran teori ini adalah perdagangan internasional, misalnya antara Indonesia dan AS terjadi karena


(41)

biaya alternatif tersebut dikarenakan adanya perbedaan jumlah dalam faktor produksi. Faktor endowment yang berbeda, maka sesuai hukum pasar harga faktor produksi tersebut juga berbeda antara Indonesia dan AS. Jadi menurut teori H-O, suatu negara akan berpesialisasi dalam produksi dan ekspor barang-barang yang input utamanya relatif sangat banyak di negara tersebut, serta mengimpor barang yang input utamanya tidak dimiliki oleh negara tersebut (jumlahnya terbatas).

c. Faktor Penentu Ekspor

Faktor yang mempengaruhi ekspor, impor, dan ekspor neto : (Mankiw, 2003: 210)

1) Selera konsumen terhadap barang-barang produksi dalam negeri dan luar negeri

2) Harga barang-barang di dalam negeri dan luar negeri

3) Kurs yang menentukan jumlah mata uang domestik yang dibutuhkan untuk membeli mata uang asing

4) Pendapatan konsumen di dalam dan luar negeri 5) Ongkos angkutan barang antar negara

6) Kebijakan pemerintah mengenai perdagangan internasional

Sedangkan faktor-faktor penyebab terjadinya perdagangan internasional adalah sebagai berikut :


(42)

1) Teori Permintaan dan Teori Penawaran

Perdagangan antara dua negara terjadi karena adanya perbedaan permintaan dan penawaran. Permintaan berbeda karena ada perbedaan pendapatan per kapita, selera masyarakat serta faktor lainnya. Sedangkan penawaran berbeda karena ada perbedaan dalam jumlah atau kualitas faktor produksi, derajat teknologi, faktor eksternalitas dan faktor lainnya.

2) Vent For Surplus

Perdagangan luar negeri terjadi karena adanya kelebihan stok yang bisa terjadi karena berbagai hal seperti pendapatan yang menurun, terjadinya panen besar, dan sebagainya. Perdagangan luar negeri digunakan untuk menjaga agar harga di dalam negeri tidak merosot.

3) Siklus Produk (product cycle)

Dasar pemikiran teori ini adalah mengikuti perubahan waktu, setiap produk atau industri akan melalui proses dari tahap pengembangan (inovasi) hingga tahap kejenuhan (maturity) dan tahap penurunan produksi.

Peranan ekspor dalam pembangunan ekonomi menurut ahli ekonomi klasik, terutama David Ricardo, mengemukakan pendapatnya bahwa perdagangan luar negeri melalui ekspor


(43)

memberikan sumbangan yang pada akhirnya dapat mempercepat perkembangan ekonomi suatu negara. (Sadono Sukirno, 1996)

Adapun sumbangan penting dari kegiatan luar negeri melalui ekspor dalam pembangunan ekonomi meliputi (Sadono Sukirno, 1996) :

1) Pada suatu negara yang sudah mencapai tingkat kesempatan kerja penuh, maka perdagangan luar negeri memungkinkan negara untuk mencapai tingkat konsumsi yang lebih tinggi daripada yang mungkin dicapai tanpa adanya kegiatan ekspor.

2) Suatu negara dapat memperluas pasar dan hasil-hasil produksi nasional.

3) Suatu negara dapat menggunakan teknologi yang berasal dari luar negeri.

Para ahli ekonomi sesudah mazhab klasik berpendapat, bahwa salah satu fungsi dari ekspor adalah untuk mengatasi terbatasnya permintaan pasar dalam negeri. Perkembangan ekspor akan menggalakkan perkembangan sektor pendukung lainnya di dalam negeri karena akan menciptakan permintaan atas barang yang dihasilkan di dalam negeri, yang akhirnya ekspor dapat memperlancar perkembangan ekonomi. Perdagangan luar negeri yang terjadi melalui ekspor, maka pendapatan masyarakat khususnya produsen dan orang-orang yang kegiatannya di sektor luar negeri akan bertambah. Makin


(44)

cepat perkembangan perdagangan luar negeri makin cepat pula pendapatan masyarakat bertambah.

4. Tabungan Domestik

Tabungan merupakan bagian dari pendapatan suatu periode tertentu yang tidak habis di konsumsi pada periode bersangkutan. Tabungan suatu negara dapat dibagi menjadi, tabungan domestik, tabungan swasta dan tabungan luar negeri

Produk Domestik Bruto (Gross Domestic Bruto) merupakan pendapatan total dalam sebuah perekonomian sekaligus pengeluaran total atas output barang dan jasa dalam perekonomian yang sama (Mankiw, 2003 : 92)

Y = C + I + G + Nx

Dimana : Y = GDP C = konsumsi I = Investasi

G = Pengeluaran Pemerintah Nx = Ekspor bersih

Pendapatan total yang tersedia dalam perekonomian setelah dipakai untuk konsumsi dan pembelian pemerintah disamakan dengan tabungan nasional.

S = I maka, Y – C – G = S

Anggap bahwa T adalah jumlah pajak yang dibayar rumah tangga kepada pemerintah, maka:


(45)

S = ( Y – T – C) + ( T- G)

Tabungan swasta tabungan publik

Tabungan swasta merupakan jumlah pendapatan yang tersisa bagi pemerintah setelah dipotong belanja pemerintah sehingga apabila pajak yang diterima lebih besar dari pengeluaran untuk membeli barang dan jasa, hal tersebut terjadi surplus anggaran hal ini berarti nerupakan tabungan publik.

Tabungan merupakan salah satu jenis pembiayaan dalam negeri. Tabungan dihimpun dan diciptakan dengan cara menghemat atau menekan konsumsi baik dari sektor pemerintah, swasta dan masyarakat.

Konsep tabungan telah di telaah oleh beberapa ahli ekonomi diantaranya : a. Menurut John Mynard Keynes

Teori Keynes tentang tabungan dikenal dengan Absolute Income Hypotesis. Teori ini dikenal sebagai teori keynes mengenai konsumsi yang menyatakan bahwa seseorang akan meningkatkan konsumsinya apabila pendapatan pribadinya meningkat. Peningkatan konsumsi seseorang tidaklah sama dengan peningkatan pendapatannya.

b. Menurut Duesenbery

Menurut teori ini, pengeluaran konsumsi seseorang tidaklah ditentukan oleh pendapatan absolutnya melainkan oleh pendapatan konsumsinya.


(46)

Hipotesis yang diambil Duesenbery adalah :

1) Jika pada periode t pendapatan seseorang lebih besar daripada pendapatan tertingginya pada waktu itu, maka orang tersebut akan menaikan konsumsinya.

2) Jika pendapatan seseorang itu turun dari pendapatan tertingginya sampai saat itu, maka orang tersebut akan cenderung untuk mempertahankan konsumsinya dan menurunkan tabungannya. Kedua gejala tesebut disebut Rachef effect.

Menurut Duesenbery, fungsi konsumsi dan tabungan adalah : Ct = a - bY

St = Yt – Ct

Dimana Ct = konsumsi pada saat t Yt = pendapatan pada saat t St = tabungan pada saat t

Menurut Duesenbery, rekonsiliasi data Cross Section

memperlihatkan bahwa APC orang dengan pendapatan rendah lebih besar dari pada orang yang berpendapatan lebih tinggi, sedangkan rekonsiliasi dengan data Time Series memperlihatkan dalam jangka pendek, APC lebih besar dari MPC dan dalam jangka panjang APC = MPC

c. Menurut Ando Mondligliani

Menurut Ando-Mongliani pada saat mulai bekerja sampai akhir hidup, seseorang mempunyai pendapatan dan konsumsi.


(47)

Pendapatannya lebih rendah pada saat seseorang mulai bekerja. Pendapatan tersebut akan terus meningkat sesuai dengan lama seseorang bekerja. Berkenaan dengan hal tersebut maka seseorang harus menabung pada saat pendapatannya lebih besar dari pada konsumsinya. Pendapatan yang diterima lebih rendah maka orang tersebut melakukan dissaving dan sebaliknya pada saat pendapatan lebih besar dari pada konsumsinya, orang tesebut melakukan saving. d. Menurut Milton Friedman

Teori yang dikemukakan oleh M. Friedman ini timbul karena adanya ketidakpuasan terhadap penggunaan pendapatan sebagai determinan pengeluaran konsumsi. Asumsi yang diambil adalah seseorang konsumen akan mencapai utilitas maksimum sepanjang hidupnya dengan cara menyesuaikan pola konsumsi dengan pendapatan jangka panjang. Kesempatan konsumsi jangka panjang dapat diperkirakan dengan cara membuat proyeksi yang didasarkan pada pendapatan sekarang dan pendapatan masa lalu.

e. Menurut U Tun Wai

Tabungan menurut U Tun Wai adalah keputusan seseorang untuk menabung ditentukan oleh kemampuan, kesempatan, dam kemauan. Fungsinya dapat ditulis :

S = a (A,W,O)

Dimana S = Tabungan


(48)

W = Kemauan (willingness) O = Kesempatan (opportunity) a = Notasi fungsional

Menurut U Tun Wai, jumlah tabungan yang sebenarnya ditentukan oleh variable A, W, dan O, namun bagi perseorangan atau rumah tangga, tabungan dapat ditentukan oleh A pada suatu saat, W pada saat yang lain dan, O pada saat yang lainnya lagi. Sebagai contoh, masyarakat petani yang miskin mungkin mempunyai kemauan untuk menabung, namun kemampuannya tidak memungkinkan. Naiknya pendapatan seseorang maka kemampuan untuk menabung timbul, namun ia akan lebih suka untuk membeli barang konsumsi yang lebih mewah.

5. Penanaman Modal Asing a. Pengertian

Secara singkat, investasi dapat didefinisikan sebagai tambahan bersih terhadap stok kapital yang ada. Istilah lain dari investasi adalah akumulasi modal atau pembentukan modal. Pengertian investasi atau akumulasi modal dalam makro ekonomi adalah berbeda dengan modal. Dalam penelitian ini investasi yanng dimaksud investasi swasta atau PMA

PMA atau investasi asing merupakan invetasi yang dilakukan oleh para pemilik modal asing di dalam negeri untuk mendapatkan suatu keuntungan dari usaha yang dilakukan. Menurut Mudrajad


(49)

Kuncoro (2000: 215) PMA merupakan salah satu sumber pembiayaan pembangunan nasional di samping ekspor, tabungan domestik dan bantuan luar negeri.

Menurut undang-undang nomor 1 tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing pada pasal 1 menyebutkan bahwa : “Pengertian penanaman modal asing di dalam undang-undang ini hanyalah meliputi penanaman modal asing secara langsung yang dilakukan menurut atau berdasarkan ketentuan-ketentuan undang-undang ini dan yang digunakan untuk menjalankan perusahaan di Indonesia dalam arti bahwa pemilik modal secara langsung menanggung resiko dari penanaman modal tersebut”

Pengertian penanaman modal asing (PMA) dari tinjauan dan pembahasan undang-undang penanaman modal dan kredit luar negeri : (Ismail Sunny dan Rusdiono Rachmad dalam Pandji Anoraga, 1995:48)

1) Alat pembayaran luar negeri yang ditata merupakan bagian kekayaan devisa Indonesia, yang dengan persetujuan pemerintah digunakan untuk pembiayaan perusahaan di Indonesia.

2) Alat-alat untuk perusahaan, yaitu bahan-bahan yang dimasukkan dari luar negeri ke wilayah Indonesia selama alat-alat tersebut tidak dibiayai dari kekayaan Indonesia.


(50)

3) Bagian dari hasil perusahaan yang didasarkan undang-undang ini diperkenankan ditransfer, tetapi dipergunakan untuk membiayai perusahaan Indonesia

Keuntungan adanya modal asing yaitu berupa diolahnya sumber daya alam kita, meningkatkan lapangan pekerjaan, meningkatnya penerimaan negara dari sumber pajak, serta adanya alih teknologi. Pemilik modal mendapat keuntungan berupa deviden atau hasil usaha (Suparmoko dan Irawan, 1996: 87-88).

Pengertian PMA dari tinjauan dan pembahasan undang-undang penanaman modal dan kredit luar negeri adalah (Suhendro, 2005: 13): a. Alat pembayaran luar negeri yang tidak merupakan bagian dari

kekayaan devisa Indonesia, atas persetujuan pemerintah digunakan untuk pembiayaan perusahaan di Indonesia.

b. Alat-alat untuk perusahaan, termasuk penemuan-penemuan orang asing dan bahan-bahan yang dimasukkan dari luar negeri ke wilayah Indonesia selama alat-alat tersebut tidak dibiayai dari devisa Indonesia.

c. Keuntungan perusahaan yang berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 boleh di transfer, namun digunakan untuk membiayai perusahaan di Indonesia.

Modal asing dapat memasuki suatu negara dalam bentuk modal swasta dan/ atau modal negara. Modal asing swasta dapat mengambil


(51)

bentuk investasi lansgsung dan ivestasi tidal langsung (M.L Jhingan 1996 : 483)

a. Investasi Langsung.

Berarti bahwa perusahaan dari Negara penanam modal secara de facto atau de jure melakukan pengawasan arus asset (aktiva) yang ditanam dinegara pengimpormodal dengan cara ivestasi itu.

b. Investasi Tidak Langsung

Dikenal sebagai investasi portofolio atau rentier yang sebagian besar terdiri dari penguasaan atas saham yang di pindahkan ( yang dikeluarkan atau dijamin oleh pemerintah negara pengimpor modal), atas saham atau surat utang oleh warga negara dari beberapa negara lain. Penguasaan saham tersebut tidaklah sama dengan hak untuk mengendalikan perusahaan. Para pemegang saham hanya punya hak atas deviden saja.

c. Modal Asing Negara.

Terdiri atas pinjaman keras bilateral, pinjaman lunak bilateral dan pinjaman multilateral.

b. Manfaat Penanaman Modal Asing

Dalam perkembangannya, kehadiran penanaman modal asing di negara berkembang ada yang mendukung dan menentangnya. Beberapa pendapat yang mendukung adanya PMA merupakan analis


(52)

Neo-Klasik tradisional dimana hanya memusatkan perhatiannya pada faktor-faktor penentu pertumbuhan ekonomi, yaitu :

1) PMA berperan dalam mengisi kesenjangan antara target jumlah devisa yang dibutuhkan dan hasil-hasil akibat devisa dari ekspor ditambah dengan bantuan luar negeri netto.

2) PMA dapat menambah pendapatan yang diterima oleh pemerintah yang berasal dari pajak yang dibayarkan oleh perusahaan asing tersebut sehingga pemerintah memiliki ketersediaan dana finansial untuk membiayai pengeluarannya atau membiayai proyek-proyek dalam negeri.

3) PMA akan membawa pengetahuan dan teknologi yang canggih dalam melakukan proses produksinya.

4) PMA akan mengurangi tingkat pengangguran di negara tuan rumah bagi perusahaan asing yang membawa dan melakukan produksi dengan padat karya

5) Dengan adanya PMA akan memberikan sumbangan positif terhadap pembangunan nasional di negara penerimanya

Pendapat yang menentang adanya PMA secara umum dibagi atas dua argumen, yaitu argumen yang bersifat ekonomis (mengenai kegiatan-kegiatan perusahan asing tersebut) dan yang kedua adalah argumen yang bersifat ideologis. Pendapat-pendapat mereka yang menentang antara lain adalah :


(53)

1) Dengan adanya PMA ini justru memperburuk ketimpangan kesempatan ekonomis antar daerah di mana akan mendorong terjadinya arus urbanisasi antar daerah.

2) Adanya perusahaan asing yang memproduksi barang-barang yang sebenarnya masih belum sesuai dengan kebutuhan pokok penduduk, maka akan mendorong perilaku untuk berkonsumsi mewah dan mendorong adanya demonstration effect di kalangan masyarakat.

3) Sumber-sumber daya negara-negara tuan rumah akan dialokasikan oleh kegiatan produksi yang dilihat secara sosial tidak menguntungkan sehingga negara tuan rumah merasa dirugikan dengan adanya peranan perusahaan asing tersebut.

4) Dilakukannya praktek transfer pricing yang sering digunakan oleh perusahaan modal asing untuk melipatgandakan keuntungannya. 5) Perusahaan-perusahaan asing akan merusak struktur perekonomian

negara tuan rumah, karena dapat menghambat investasi yang dilakukan oleh usahawan lokal. Hal ini dikarenakan perusahaan asing tersebut telah menguasai teknologi, jaringan perdagangan, telekomunikasi, keahlian dan ketrampilan dalam manajemen usahanya.

6) Pengaruh terakhir adalah adanya perusahan asing dinegara tuan rumah, yaitu dapat mempengaruhi kondisi politik suatu negara.


(54)

B. Penelitian Terdahulu

Bambang Kustituanto dan Istikomah (dalam Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia: 1999) melakukan penelitian mengenai “Peranan Penanaman Modal Asing (PMA) terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia tahun 1977-1996” diperoleh hasil penelitiannya adalah untuk analisis model statis diperoleh bahwa bantuan luar negeri (AID) dan variabel tabungan domestik mempunyai hubungan yang signifikan terhadap variabel pertumbuhan ekonomi. Hasil uji t menunjukan bahwa kedua variabel tersebut mempunyai nilai t hitung lebih besar dari nilai t tabel derajad signifikansi 5% yaitu (2,179) dari nilai tersebut kita tidak bisa menerima Ho (Ho ditolak) atau variabel bantuan luar negeri dan tabungan domestik mempunyai pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi. Koefisien hasil estimasi memberikan hasil positif, yang berarti variabel tersebut berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi.

Suyatno (dalam Jurnal Ekonomi Pembangunan: 2003) melakukan penelitian mengenai Hutang Luar Negeri, Penanaman Modal Asing (PMA), Ekspor, dan Peranannya terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun 1975-2000”. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa koefisien dari hasil estimasi variabel hutang luar negeri dan PMA memberikan tanda negatif, artinya mengindikasikan variabel tersebut berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi. Pengaruh tersebut tidak menunjukkan hubungan yang signifikan. Sesuai hasil analisis regresi diperoleh bahwa hasil uji t-hitung yang lebih kecil daripada t-tabel dengan


(55)

derajat signifikan 0,025 persen, yaitu (±2,064). Sementara variabel ekspor terbukti mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi yang ditunjukkan dari hasil hitung (3,957) lebih besar dari t-tabel (±2,064). Pengaruh tersebut juga bersifat positif yang ditunjukkan nilai koefisien mempunyai nilai positif sebesar 1,508, yang berarti setiap variabel ekspor meningkat sebesar 1 persen maka variabel pertumbuhan ekonomi akan meningkat sebesar 1,508 persen. Dari nilai masing-masing variabel, diartikan bahwa Ho ditolak untuk variabel ekspor, dan Ho diterima untuk variabel hutang luar negeri dan penanaman modal asing.

Basuki Rahmad dan Yuni Prihadi Utomo (dalam Jurnal Ekonomi Pembangunan: 2005), melakukan penelitian yang berjudul ”Pengaruh Hutang Luar Negeri, Penanaman Modal Asing, dan Tabungan Domestik Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia (1976-2000)” dengan alat analisis model linear berganda menggunakan Model ECM (Error Correction Model) diperoleh hasil penelitiannya adalah, hasil uji F menunjukkan bahwa variabel pertumbuhan ekonomi dijelaskan oleh hutang luar negeri, PMA, dan tabungan domestik yang secara bersama-sama mempengaruhi terhadap pertumbuhan ekonomi pada tingkat signifikasi 10%. Hasil analisis dengan uji t diketahui bahwa hutang luar negeri, PMA dan tabungan domestik menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap pertumbukan ekonomi di Indonesia.

Nur Hidayah melakukan penelitian (Skripsi: 2006) berjudul ”Pengaruh Penanaman Modal Asing, Aliran Bersih Utang Luar Negeri


(56)

Pemerintah, Ekspor Bersih, dan Tabungan Domestik terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia (Tahun 1970-2004). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh variabel-variabel ekonomi makro terhadap pertumbuhan ekonomi.

Penelitian ini menggunakan model linear dinamik, dan diuji dengan menggunakan metode Error Correction Model (ECM). Pengujian ini disertai dengan uji statistik serta uji asumsi klasik. Berdasarkan hasil uji dengan ECM menunjukkan bahwa variabel penanaman modal asing dalam jangka pendek memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Dalam jangka panjang memiliki pengaruh positif dan tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi pada tingkat signifikansi 5 persen.

Selanjutnya untuk variabel aliran bersih hutang luar negeri pemerintah dalam jangka pendek maupun jangka panjang memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Variabel ekspor bersih dalam jangka pendek memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, namun dalam jangka panjang memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Variabel tabungan domestik dalam jangka pendek berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, begitu juga dalam jangka panjang memiliki pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi


(57)

C. Kerangka Pemikiran

Perhitungan output nasional atau PDB sangat diperlukan dalam teori maupun kebijakan makro ekonomi. Pengukuran tersebut bermanfaat untuk menghadapi berbagai masalah sentral yang berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi dan pengangguran, serta ukuran dan faktor-faktor penentu inflasi. Dengan adanya data PDB membantu para pembuat kebijakan untuk menjalankan perekonomian menuju sasaran atau target yang telah ditetapkan.

Sementara itu, sumber dana untuk pembangunan dapat berasal dari dua sumber, yaitu sumber dana luar negeri dan dalam negeri. Dana dari luar negeri yaitu berupa penanaman modal asing dan utang luar negeri pemerintah yang merupakan stok kapital atau tambahan modal dan diperlukan pemerintah guna membiayai pembangunan-pembangunan yang dilakukan pemerintah dengan tujuan mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia. Dana dari luar negeri ini digunakan untuk memacu meningkatnya investasi dalam negeri dan dapat memicu kenaikan sumber daya ekonomi yang lebih besar sehingga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi.

Lebih mempermudahkan dalam proses analisis permasalahan yang telah dikemukakan ada 4 variabel yang berpengaruh terhadap GDP. Variabel tersebut adalah konsumsi pemerintah, ekspor, tabungan domestik, dan penanaman modal asing, untuk mempermudah pemahaman dalam


(58)

penelitian ini, digambarkan kerangka pemikiran yang sistematis sebagai berikut :

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Pengaruh Konsumsi Pemerintah,Ekspor,Tabungan Domestik, dan PMA Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia.

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dalam penelitian ini, maka dapat diambil hipotesis adalah sebagai berikut:

a. Diduga konsumsi pemerintah berpengaruh positif dalam jangka panjang dan jangka pendek terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia tahun 1976-2007.

b. Diduga ekspor berpengaruh positif dalam jangka panjang dan jangka pendek terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia tahun 1976-2007.

Konsumsi Pemerintah

Ekspor

Tabungan Domestik

PMA

Pertumbuhan Ekonomi


(59)

c. Diduga tabungan domestik berpengaruh positif dalam jangka panjang dan jangka pendek terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia tahun 1976-2007.

d. Diduga penanaman modal asing berpengaruh positif dalam jangka panjang dan jangka pendek terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia tahun1976-2007.

e. Diduga secara bersama-sama semua variabel (konsumsi pemerintah, ekspor, tabungan domestik dan PMA) berpengaruh positif terhadap per tumbuhan ekonomi di Indonesia tahun1976-2007.


(60)

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan studi literatur yang bertujuan untuk menguji hipotesis yang diajukan yaitu menganalisis pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen dimana pokok pikirannya didasarkan pada penggalian data dan referensi dari berbagai literatur. B. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat kuantitatif dengan mengambil data time series dari tahun 1976-2007. Yang bertujuan mengetahui seberapa besar pengaruh konsumsi pemerintah, ekspor, tabungan domestik, dan penanaman modal asing terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Pemilihan periode waktu tersebut dimaksudkan karena pada periode tersebut kondisi investasi dan pertumbuhan ekonomi mengalami pertumbuhan yang sangat tajam pasca oil boom dan mengalami penurunan akibat krisis nilai tukar sehingga menarik untuk diamati.

C. Definisi Operasional Variabel

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini, dikelompokkan menjadi dua yaitu variabel dependen dan variabel independen. Definisi operasional dari masing-masing variabel adalah:


(61)

a. Variabel Dependen (variabel terikat), merupakan variabel yang dipengaruhi oleh variabel-variabel bebasnya. Adapun variabel dependen dalam penelitian ini adalah pertumbuhan ekonomi Indonesia. Pertumbuhan ekonomi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pertumbuhan ekonomi yang dihitung dari :

RPDBt = 100%

1 1 X PDB PDB PDB t t t   

... (3.1) PDB tersebut terlebih dahulu diubah kedalam angka indeks dengan tahun dasar 1993. Perubahan ke dalam angka indeks tersebut dimaksudkan untuk mengetahui perbandingan antara PDB pada suatu waktu tertentu dengan PDB pada waktu yang berbeda. Indeks PDB dengan metode sederhana ini dapat dirumuskan sebagai berikut : (Zainal Mustafa, dalam Nur Hidayah, 2006 )

Is = 100

0 x PDB

PDBn ... (3.2)

Dimana : PDBn = PDB pada tahun tertentu

PDB0 = PDB pada tahun dasar

b. Variabel Independen (variabel bebas), merupakan variabel yang mempengaruhi variabel dependen (terikat), antara lain :

1) Konsumsi Pemerintah

Konsumsi pemerintah adalah biaya yang dikeluarkan oleh pemerintah untuk membiayai kegiatan-kegiatannya atau untuk membiayai sektor-sektor, pengeluaran tersebut ditujukan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat, memperluas kesempatan kerja dan kesejahteraan masyarakat. Nilainya dalam milyar rupiah.


(62)

2) Ekspor

Ekspor merupakan barang dan jasa yang berasal dari dalam negeri dijual atau dipakai oleh penduduk luar negeri. Oleh karena itu, ekspor merupakan tambahan bagi pendapatan nasional seperti halnya investasi. Dalam penelitian ini nilai ekspor yang digunakan adalah nilai ekspor total Indonesia ke luar negeri periode 1976-2007 yang dinyatakan dalam juta dollar Amerika Serikat.

3) Tabungan Domestik

Tabungan domestik yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tabungan pemerintah dan tabungan masyarakat yang diterima oleh pemerintah, selisih dari penerimaan dan pengeluaran, yang jumlahnya dalam milyar rupiah.

4) Penanaman Modal Asing

Penanaman modal asing merupakan investasi yang dilakukan oleh swasta asing ke suatu negara tertentu. Penanaman modal asing yang dimaksud adalah penanaman modal asing yang disetujui oleh pemerintah menurut sektor yang jumlahnya dalam juta dollar.

D. Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berupa time series dari tahun 1976-2007. Data-data yang dimaksud adalah data pertumbuhan ekonomi, Konsumsi pemerintah, ekspor, tabungan pemerintah, dan penanaman modal asing. Data-data tersebut


(63)

diperoleh dari data Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia berbagai edisi Bank Indonesia.

E. Metode Analisis Data 1. Penentuan Model

Pemilihan bentuk fungsi model empirik merupakan masalah empirik yang sangat penting, karena teori ekonomi tidak secara spesifik menunjukkan apakah sebaiknya bentuk fungsi suatu model empirik dinyatakan dalam bentuk linear atau bentuk fungsi yang lain. Memilih bentuk fungsi model empirik ada banyak macam metodenya, diantaranya adalah : metode model transformasi Box_Cox, metode yang dikembangkan oleh Mac Kinnon, White dan Davidson (MWD test), metode bara dan Mc Aleer (B-M Test), dan metode Zarembaka. Dalam penelitian ini digunakan metode MWD test untuk memilih bentuk fungsi model yang tepat.

2. Analisis Error Correction Model (ECM)

Pada penelitian ini data yang digunakan adalah runtun waktu (time series). Model linear dinamik metode koreksi kesalahan (ECM) yang digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel baik dalam jangka pendek maupun panjang. ECM juga dapat meliput lebih banyak variabel dalam menganalisis fenomena ekonomi jangka pendek dan jangka panjang serta mengkaji konsisten tidaknya model empirik dengan teori ekonomi, mencari pemecahan terhadap persoalan variabel


(64)

(spurious regression) atau korelasi lancung (spurious correlation) dalam analisis ekonometrika. Penggunaan ECM ini juga bertujuan menganalisis secara teoritik dan empirik apakah model yang dihasilkan sesuai dengan teori atau tidak. Hal ini menjadi sangat penting terutama bila akan dilakukan pemilihan model empirik. (Aliman: Modul Ekonometrika Terapan, 2000)

Domowitz dan Elbadawi menawarkan fungsi biaya kuadrat tunggal yang cocok untuk menurunkan ECM yaitu dengan memasukkan vektor yang mempengaruhi variabel tak bebas pada komponen biaya penyesuaian. Dengan demikian fungsi biaya kuadrat tunggal untuk menurunkan ECM adalah sebagai berikut (Insukindro, dalam Nur Hidayah, 2006 : 75-81) :

a. Membuat hubungan persamaan dasar untuk menggambarkan hubungan antara pertumbuhan ekonomi sebagai variabel dependen dan inflasi, penanaman modal asing serta utang luar negeri pemerintah sebagai variabel independen. Maka hubungan variabel tersebut akan dirumuskan sebagai berikut:

RPDB = f (KONS,EKS,TAB,PMA) ………. (3.3) Dimana:

RPDB = Pertumbuhan Ekonomi KONS = Konsumsi Pemerintah EKS = Ekspor Pemerintah


(65)

TAB = Tabumgan Domestik PMA = Penanaman Modal Asing

b. Membentuk fungsi biaya dalam formulasi ECM. Fungsi biaya tersebut mengacu pada fungsi biaya kuadrat tunggal Domowitz-Elbadawi (Insukindro, 1999: 5 dalam Lina Apriliana Evasari, 2006: 61) yang dirumuskan sebagai berikut:

Ct = e1(Xt– Xt*)2 + e2 [(1 – B) Xt– ft (1 – B) Zt ]2 ...(3.4)

Dimana :

C t = Biaya kuadrat periode tunggal

e1 (Xt– X*t)2 = Biaya ketidakseimbangan

e2 [(1- B) Xt– ft (1 – B) Zt ]2 = Biaya penyesuaian

B = Backward-lag operator (t–1)

Zt = Vektor variabel yang menentukan

Pertumbuhan Ekonomi, dimana Zt = f

(KONS, EKS, TAB., PMA)

ft = Vektor deret memberi bobot Zt

RPDBt = c0 + c1 KONSt + c2 EKSt +c3 TABt + c4 PMAt……… (3.5)

Meminimasi fungsi biaya kuadrat tunggal persamaan (3.5) terhadap variabel RPDBt sehingga didapatkan:


(66)

t e t dX dC =0 ………..(3.6)

0 = 2e1 (Xt–X*t) + 2e2 [(1 – B) Xt - ft (1 – B) Zt ]

0 = e1 (Xt - X*t) + e2 [(1 – B) Xt– ft (1 – B) Zt ]

0 = e1 Xt– e1 X*t + e2 Xt– e2 BXt - e2 ft (1- B) Zt

e1 Xt + e2 Xt = e1 X*t + e2BXt + e2 ft (1 – B) Zt

(e1+ e2) Xt = e1X *

t + e2BXt + e2 ft (1- B) Zt

Xt= (

2 1 1 e e e

)Xt* + (

2 1 2 e e e

)BXt + (

2 1 2 e e e

) ft (1 – B) Zt ………....(3.7)

Persamaan diaras identik dengan :

Xt = e X*t + (1 - e) B Xt +(1 - e) ft (1 – B) Zt ………. (3.8)

Dimana :

e = 2 1 1 e e e

(1-e) = e2 / (e1 + e2 )

Xt = RPDB aktual pada tahun t

X*t = RPDB yang diharapkan pada tahun t

BXt = RPDBt– RPDBt-1

subtitusi model dasar kedalam persamaan (3.3), menghasilkan persamaan:


(67)

RPDBt = c0 +c1 e KONSt + c2 e EKSt +c3eTABt +c4ePMAt +(1 –

e)BRPDB + (1 -e ) f1(1- B) KONSt +(1 -e ) f2(1- B) EKSt +(1

-e ) f3(1- B) TABt + (1 - e ) f4 (1- B) PMAt………. (3.9)

Persamaan diatas identik dengan :

RPDBt = c0 + (c1 e( 1- e) f1) KONSt - (1 – e )f1 BKONSt + (c2 e( 1- e) f2)

EKSt - (1 – e )f2 BEKSt + (c3 e( 1- e) f3) TABt - (1 – e )f3BTABt

+ (c4 e( 1- e) f4) PMAt - (1 – e )f4 BPMAt + ( 1- e) BRPDBt

… ...(3.10)

Atau

RPDBt = b0 + b1KONSt + b2EKSt + b3TABt ++ b4PMAt

+ b5BKONSt ++ b6BEKSt + b7BTABt + b8BPMAt +

b9BRPDB………...(3.11)

Dimana : b0 = c0, sehingga

b1 = c1e +(1- e) f1

b2= c2e +(1- e) f2

b3 = c3e +(1- e) f3

b4 = c4e +(1- e) f4


(68)

b6= - (1- e) f2

b7= - (1- e) f3

b8 = -( 1- e) f4

b9 = (1- e)

RPDBt - BRPDBt = b0 + [b1 (KONSt - BKONSt) + b1 BKONS]

+[b2(EKSt - BEKSt) + b2 BEKS] +[b3(TABt - BTABt) + b3

BTAB] +[b4(PMAt - BPMAt) + b4 BPMA] + b5 KONSt+ b6

EKSt+ b7 TABt+ b8 PMAt+ b9 RPDBt + (b9 BKONS - b9

BKONS – BKONSt + BKONSt) + (b9 BEP- b9 BEKS – BEKSt

+ BEKSt) +(b9 BTAB - b9 BTAB – BTABt + BTABt) +(b9

BPMA- b9 BPMA– BPMAt + BPMAt) +

BRPDBt……… (3.12)

Persamaan diatas identik dengan :

(1 – B) BRPDBt = b0 + b1 (KONSt – BKONSt) + b1 BKONSt + b5

BKONSt + b9 BKONSt - BKONSt + b2(EKSt– BEKSt)

+ b2 BEKSt + b6 BEKSt + b9 BEKSt - BEKSt +

b3(TAB – BTABt) + b3 BTABt + b7 BTABt + b9 BTABt

+ BEKSt + b4 (PMAt – BPMAt) + b4BPMAt +

b8BPMAt + b9 BPMAt + BPMAt + BKONSt - b9

BKONSt + BEKSt - b9 BEKSt + BTABt - b9 BTABt +


(1)

Tabel Hasil Uji Determinasi Parsial (

) Variabel PMA – PMA Jangka

Pendek

Dependent Variable: D(PMA) Method: Least Squares Date: 06/06/09 Time: 19:33 Sample(adjusted): 1977 2007

Included observations: 31 after adjusting endpoints

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 2534.987 1572.974 1.611589 0.1179

PMA(-1) -0.180150 0.112122 -1.606734 0.1189 R-squared 0.081744 Mean dependent var 780.0968 Adjusted R-squared 0.050080 S.D. dependent var 6466.465 S.E. of regression 6302.466 Akaike info criterion 20.39761 Sum squared resid 1.15E+09 Schwarz criterion 20.49013 Log likelihood -314.1630 F-statistic 2.581593 Durbin-Watson stat 1.860666 Prob(F-statistic) 0.118948

Tabel Hasil Uji Determinasi Parsial (

) Variabel PMA – Konsumsi

Pemerintah Jangka Pendek

Dependent Variable: D(PMA) Method: Least Squares Date: 06/06/09 Time: 19:31 Sample(adjusted): 1977 2007

Included observations: 31 after adjusting endpoints

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 376.3600 1612.401 0.233416 0.8171

KONS(-1) 0.009251 0.025215 0.366898 0.7164 R-squared 0.004620 Mean dependent var 780.0968 Adjusted R-squared -0.029703 S.D. dependent var 6466.465 S.E. of regression 6561.799 Akaike info criterion 20.47826 Sum squared resid 1.25E+09 Schwarz criterion 20.57077 Log likelihood -315.4130 F-statistic 0.134614 Durbin-Watson stat 2.030453 Prob(F-statistic) 0.716359


(2)

Tabel Hasil Uji Determinasi Parsial (

) Variabel PMA – Ekspor

Jangka Pendek

Dependent Variable: D(PMA) Method: Least Squares Date: 06/06/09 Time: 19:32 Sample(adjusted): 1977 2007

Included observations: 31 after adjusting endpoints

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 521.6843 2372.591 0.219880 0.8275

EKS(-1) 0.007059 0.056213 0.125577 0.9009 R-squared 0.000543 Mean dependent var 780.0968 Adjusted R-squared -0.033921 S.D. dependent var 6466.465 S.E. of regression 6575.223 Akaike info criterion 20.48235 Sum squared resid 1.25E+09 Schwarz criterion 20.57486 Log likelihood -315.4764 F-statistic 0.015770 Durbin-Watson stat 2.030287 Prob(F-statistic) 0.900933

Tabel Hasil Uji Determinasi Parsial (

) Variabel PMA – Tabungan

Domestik Jangka Pendek

Dependent Variable: D(PMA) Method: Least Squares Date: 06/06/09 Time: 19:32 Sample(adjusted): 1977 2007

Included observations: 31 after adjusting endpoints

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 596.7153 1512.738 0.394461 0.6961

TAB(-1) 0.000609 0.003142 0.193863 0.8476 R-squared 0.001294 Mean dependent var 780.0968 Adjusted R-squared -0.033144 S.D. dependent var 6466.465 S.E. of regression 6572.753 Akaike info criterion 20.48159 Sum squared resid 1.25E+09 Schwarz criterion 20.57411 Log likelihood -315.4647 F-statistic 0.037583 Durbin-Watson stat 2.026964 Prob(F-statistic) 0.847635


(3)

Tabel Uji Park untuk Mendeteksi Heteroskedastisitas

Dependent Variable: RESID01 Method: Least Squares Date: 03/10/09 Time: 22:29 Sample(adjusted): 1978 2007

Included observations: 30 after adjusting endpoints

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -0.851836 2.223276 -0.383144 0.7057

D(KONS) -1.58E-06 9.46E-05 -0.016740 0.9868 KONS(-1) -0.279835 0.224106 -1.248672 0.2262 D(EKS) 8.92E-06 0.000125 0.071479 0.9437 EKS(-1) -0.279796 0.224095 -1.248560 0.2262 D(TAB) -3.93E-06 1.47E-05 -0.267166 0.7921 TAB(-1) -0.279837 0.224095 -1.248743 0.2262 D(PMA) -1.96E-07 9.27E-05 -0.002117 0.9983 PMA(-1) -0.279841 0.224087 -1.248804 0.2262 ECT_HETERO 0.279835 0.224096 1.248729 0.2262 R-squared 0.079006 Mean dependent var -0.057150 Adjusted R-squared -0.335441 S.D. dependent var 1.964507 S.E. of regression 2.270210 Akaike info criterion 4.738823 Sum squared resid 103.0771 Schwarz criterion 5.205889 Log likelihood -61.08235 F-statistic 0.190630 Durbin-Watson stat 2.150987 Prob(F-statistic) 0.992659


(4)

Tabel Uji Breusch-Godfrey untuk Mendeteksi Autokorelasi

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:

F-statistic 0.424282 Probability 0.521873 Obs*R-squared 0.316794 Probability 0.573541 Test Equation:

Dependent Variable: RESID Method: Least Squares Date: 06/13/09 Time: 14:50

Presample missing value lagged residuals set to zero.

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. D(KONS) 4.32E-06 0.000106 0.040791 0.9678

D(EKS) 5.23E-06 0.000137 0.038244 0.9699

D(PMA) 1.87E-06 9.62E-05 0.019461 0.9847

D(TAB) -2.52E-06 1.67E-05 -0.150459 0.8818 KONS(-1) 0.121438 0.243779 0.498148 0.6236 EKS(-1) 0.121449 0.243794 0.498162 0.6235 PMA(-1) 0.121496 0.243885 0.498168 0.6235 TAB(-1) 0.121484 0.243865 0.498161 0.6235 ECT -0.121477 0.243852 -0.498160 0.6235 RESID(-1) -0.235943 0.362228 -0.651367 0.5219 R-squared 0.010219 Mean dependent var 0.216578 Adjusted R-squared -0.413973 S.D. dependent var 2.226401 S.E. of regression 2.647426 Akaike info criterion 5.040749 Sum squared resid 147.1862 Schwarz criterion 5.503326 Log likelihood -68.13161 Durbin-Watson stat 1.874273


(5)

Tabel Uji Normalitas dengan Uji Jarque-Bera

0 2 4 6 8 10

-4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5

Series: Residuals Sample 1977 2007 Observations 31

Mean -3.60E-11 Median 0.109245 Maximum 4.828712 Minimum -3.959098 Std. Dev. 1.957523 Skewness 0.537424 Kurtosis 3.302399 Jarque-Bera 1.610377 Probability 0.447004


(6)

Tabel Uji Linearitas dengan Uji Ramsey

Ramsey RESET Test:

F-statistic 0.291568 Probability 0.602320 Log likelihood ratio 0.669538 Probability 0.413213 Test Equation:

Dependent Variable: D(RPDB) Method: Least Squares Date: 06/13/09 Time: 15:02 Sample: 1977 1997

Included observations: 21

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 7.162886 3.022877 2.369559 0.0419

D(KONS) 0.000493 0.000543 0.907614 0.3877 KONS(-1) -0.769589 0.280908 -2.739648 0.0229 D(EKS) 3.52E-05 0.000245 0.143673 0.8889 EKS(-1) -0.769606 0.280868 -2.740094 0.0228 D(TAB) 4.98E-05 6.28E-05 0.793380 0.4480 TAB(-1) -0.769529 0.280861 -2.739889 0.0229 D(PMA) -4.02E-05 0.000155 -0.259158 0.8013 PMA(-1) -0.769594 0.280839 -2.740335 0.0228

ECT 0.769531 0.280866 2.739855 0.0229

Z1 1.517307 2.350074 0.645642 0.5346

FITTED^2 -0.086623 0.160422 -0.539970 0.6023 R-squared 0.665554 Mean dependent var -0.103810 Adjusted R-squared 0.256786 S.D. dependent var 2.200858 S.E. of regression 1.897356 Akaike info criterion 4.414359 Sum squared resid 32.39963 Schwarz criterion 5.011229 Log likelihood -34.35077 F-statistic 1.628197 Durbin-Watson stat 1.948424 Prob(F-statistic) 0.236662


Dokumen yang terkait

Aspek Globalisasi Prinsip Akuntabilitas dalam Penanaman Modal Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007

0 36 80

Analisis Pengaruh Ekspor Sektor Industri Dan Penanaman Modal Asing Sektor Industri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

2 43 97

Analisis Pengaruh Arus Modal Asing dan Tabungan Domestik Terhadap PDB Indonesia

0 21 97

Analisis pengaruh penanaman modal asing (PMA), penanaman modal dalam negeri (PMDN), dan ekspor total terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia

2 10 111

ANALISIS PENGARUH PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI , PENANAMAN MODAL ASING , TENAGA KERJA, DAN EKSPOR TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN 1985

0 8 106

ANALISIS TINGKAT KINERJA PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI DAN PENANAMAN MODAL ASING TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI Analisis Tingkat Kinerja Penanaman Modal Dalam Negeri Dan Penanaman Modal Asing Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Indonesia Tahun 2000-2014.

0 2 17

ANALISIS TINGKAT KINERJA PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI DAN PENANAMAN MODAL ASING TERHADAP Analisis Tingkat Kinerja Penanaman Modal Dalam Negeri Dan Penanaman Modal Asing Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Indonesia Tahun 2000-2014.

0 2 14

PENGARUH PENANAMAN MODAL ASING DAN TABUNGAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA.

0 0 10

ANALISIS PENGARUH EKSPOR, PEMBENTUKAN MODAL, DAN PENGELUARAN PEMERINTAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA.

1 1 110

PENGARUH PENANAMAN MODAL ASING, UTANG LUAR NEGERI, DAN EKSPOR TERHADAP PRODUK DOMESTIK BRUTO INDONESIA TAHUN 1985 -2010

0 0 94