BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Indonesia sebagai negara yang sedang membangun, ingin mencoba untuk dapat membangun bangsa dan negaranya sendiri tanpa memperdulikan
bantuan dari negara lain. Indonesia pernah mencobanya tetapi sulit untuk terus bertahan di tengah derasnya laju globalisasi yang terus berkembang dengan
cepat tanpa mau menghiraukan bangsa lain yang masih membangun. Indonesia dalam keadaan tersebut akhirnya terpaksa mengikuti arus, mencoba untuk
membuka diri dengan berhubungan lebih akrab dengan bangsa lain demi menunjang pembangunan bangsanya terutama dari sendi ekonomi nasionalnya.
Menurut Boediono 1999: 22, pertumbuhan ekonomi merupakan tingkat pertambahan dari pendapatan nasional. Pertumbuhan ekonomi merupakan
sebagai proses kenaikan output perkapita dalam jangka panjang dan merupakan ukuran keberhasilan pembangunan.
Terdapat tiga faktor atau komponen utama pada pertumbuhan ekonomi pada setiap negara, pertama adalah akumulasi modal, meliputi semua
bentuk investasi baru yang di tanamkan pada tanah, peralatan fisik dan modal sumber daya manusia. Kedua, pertumbuhan penduduk yang beberapa tahun
selanjutnya akan memperbesar jumlah angkatan kerja. Ketiga, kemajuan teknologi. Akumulasi modal sangat diperlukan bagi terciptanya suatu iklim
investasi yang bertujuan bagi pembangunan ekonomi negara. Pembangunan di
1
suatu negara memang banyak dipengaruhi oleh ketiga faktor tersebut disamping ada faktor lain yang mempengaruhi di dalamnya. Akumulasi modal
sangat diperlukan bagi terciptanya suatu iklim investasi yang bertujuan bagi pembangunan ekonomi negara. Investasi yang masuk besar maka diharapkan
kegiatan ekonomi dan outputnya juga meningkat, sehingga pendapatan nasional negara tersebut juga akan meningkat. Negara mempunyai kewajiban
untuk dapat memanfaatkan modal atau sumber daya yang telah dimiliki supaya dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dan mencari solusi atau kebijakan
terhadap faktor-faktor yang dapat menghambat pertumbuhan ekonomi Todaro, 2000 : 88.
Menurut Sadono Sukirno 1994, pertumbuhan ekonomi merupakan perkembangan dalam kegiatan perekonomian yang menyebabkan barang dan
jasa yang diproduksikan dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat pun meningkat. Negara harus mencapai pertumbuhan ekonomi
yang teguh dalam jangka panjang karena ada dua alasan penting Sadono Sukirno, 1994: 25, pertama, untuk menyediakan kesempatan kerja kepada
tenaga kerja yang semakin bertambah. Kedua, untuk menaikkan tingkat kemakmuran masyarakat.
Kerapuhan perekonomian Indonesia disebabkan dengan tidak adanya dukungan mikro ekonomi yang kuat. Permasalahan yang masih tidak dapat
diselesaikan sampai saat ini adalah korupsi, kolusi dan nepotisme KKN yang terlalu tinggi di Indonesia, sumber daya manusia Indonesia kurang kompetitif,
jiwa entrepreneurship yang kurang, dan sebagainya. Meningkatnya
pertumbuhan investasi di Indonesia dimulai dengan ditetapkannya Undang- Undang No.1 tahun 1967 tentang penanaman modal asing PMA dan
Undang-Undang No.6 tahun 1968 tentang penanaman modal dalam negeri PMDN. Dengan diberlakukannya Undang-undang tersebut diharapkan dapat
mendorong peningkatan investasi di Indonesia dari waktu ke waktu yang kemudian menciptakan iklim investasi yang kondusif selama proses
pembangunan. Dana pembangunan dari dalam negeri berasal dari tabungan domestik
dan ekspor sedangkan dari luar negeri dapat berupa pinjaman bantuan maupun investasi asing. Sebagian besar negara menggabungkan kedua sumber dana
tersebut. Karena dana yang dihimpun dari dalam negeri tidak cukup untuk kebutuhan dana pembangunan. Sumber dana eksternal dimanfaatkan oleh
negara sebagai dana tambahan disamping tabungan domestik. Kendalanya adalah tingkat pendapatan yang rendah masyarakat sehingga menyebabkan
kekurangan kapital guna pembiayaan pembangunan. Akumulasi tabungan domestik yang ada tidak mampu memenuhi
kebutuhan biaya investasi yang dibutuhkan dalam proses memicu pertumbuhan ekonomi, dan disisi lain adalah kekurangan dalam memenuhi kebutuhan devisa
untuk membiayai kebutuhan impor barang-barang modal dan teknologi, dengan demikian untuk menutupi kekurangan tersebut negara mengusahakan
sumber daya eksternal berupa investasi. Arus masuk modal asing capital inflows juga berperan dalam
menutup gap devisa yang ditimbulkan oleh defisit pada transaksi berjalan.
Masuknya modal asing juga mampu menggerakkan kegiatan ekonomi yang lesu akibat kurangnya modal saving investment gap bagi pelaksanaan
pembangunan ekonomi. Modal asing ini selain sebagai perpindahan modal juga dapat memberikan kontribusi positif melalui aliran industrialisasi dan
modernisasi. Modal asing yang masuk tersebut tidak dikelola dengan baik, maka dapat menimbulkan dampak negatif yang besar terutama apabila
terjadinya capital flows reversal . Sampai saat ini terdapat dua pandangan yang berbeda mengenai
peranan modal asing terhadap pertumbuhan ekonomi negara-negara dunia ketiga. Pandangan pertama adalah mereka yang pro tentang perlunya modal
asing Chenery dan Cartel dalam Mudrajad Kuncoro, 1997 berpendapat: pertama, sumber dana eksternal modal asing dapat dimanfaatkan oleh negara
dunia ketiga sebagai dasar untuk mempercepat investasi dan pertumbuhan ekonomi. Kedua, pertumbuhan ekonomi yang meningkat perlu perubahan
strukur produksi dan perdagangan. Ketiga, modal asing dapat berperan penting dalam mobilisasi dana maupun transformasi struktural. Keempat, kebutuhan
modal asing akan semakin menurun jika terjadi perubahan struktural benar- benar terjadi meskipun modal asing di masa yang akan datang akan semakin
produktif. Kelompok kedua adalah mereka yang anti terhadap perlunya dana
eksternal berpendapat: pertama, penanaman modal asing atau bantuan luar negeri dalam jangka pendek akan memperbesar pertumbuhan ekonomi, namun
dalam jangka panjang nenghambat pertumbuhan ekonomi. Kedua, semakin
besar negara bergantung akan penanaman modal asing dan bantuan luar negeri makin besar perbedaan pendapatan yang pada akhirnya akan menimbulkan
pola ketergantungan terhadap negara-negara maju Sritua, 1999. Negara yang sedang berkembang dengan tingkat pendapatan yang
masih relatif rendah menyebabkan tingkat investasi dalam negeri yang tercemin dalan penanaman modal dalam negeri dan tabungan domestik juga
masih relatif kecil sehingga banyak sumber-sumber daya alam yang sebenarnya pontensial belum digunakan secara optimal. Penyebab kurang
optimalnya pemanfaatan sumber daya alam karena diperlukan investasi baru dan penggunaan modal yang besar.
Pengeluaran pemerintah di negara berkembang pada umumnya relatif besar. Di negara-negara berkembang pengeluaran terbesar dialokasikan untuk
pembangunan infrastuktur yang merupakan barang publik murni yang tidak dapat dihasilkan oleh pihak swasta seperti energi, pertahanan, juga umtuk
membiayai kegiatan sosial seperti : pendidikan, kesehatan dan lain lain. Besarnya pengeluaran pemerintah menjadi suatu yang mengundang kontroversi
pada ekonomi makro. Sementara negara-negara bergerak menuju pasar terbuka dan bebas, pengeluran pemerintah juga meningkat secara terus menerus.
Pengeluaran pemerintah melalui APBN tercermin dalam realisasi anggaran rutin, realisasi anggaran belanja pembangunan, sedangkan jumlah
seluruh penerimaan meliputi penerimaan dalam negeri dan penerimaan luar negeri yang disebut penerimaan pembangunan. Pengeluaran rutin jika di tinjau
dari tujuannya merupakan pengeluaran operasional dan mutlak dilakukan serta
konsumtif, tetapi tidak semua anggaran belanja rutin dapat dikategorikan sebagai pengeluaran konsumsi current expenditure misalnya, pembelian
inventaris kantor, pemeliharaan gedung. Sebaliknya terdapat elemen pengeluaran pembangunan yang sebagian besar merupakan pengeluaran untuk
investasi dapat di kategorikan sebagai pengeluaran yang bersifat konsumsi seperti berbagai jenis upah dan gaji tambahan.
Perekonomian Indonesia mengalami zaman keemasan akibat kenaikan harga minyak di pasaran dunia oil boom yang dapat dinyatakan sebagai titik
angka pertumbuhan yang relatif tinggi, dimana rata-rata mencapai 7. Indonesia pada waktu gejolak eksternal 1983-1986 dihadapkan pada
kenyataan bahwa pertumbuhan ekonomi merosot drastis menjadi hanya 4,88 per tahun. Penurunan pertumbuhan ekonomi ini diakibatkan oleh banyak
faktor, yang paling menonjol adalah menurunnya harga minyak mentah, akibatnya pendapatan pemerintah pun menurun. Menurunnya investasi dan
impor juga menyebabkan terjadinya penurunan pertumbuhan ekonomi tersebut. Utang luar negeri yang diperoleh tidak mampu menyelamatkan perekonomian
Indonesia. Pemerintah melakukan upaya untuk menjaga stabilitas ekonomi
makro dengan mengeluarkan berbagai kebijakan. Di bidang keuangan, pemerintah melakukan devaluasi pada Maret 1983 dan September 1986,
melakukan deregulasi perbankan 1 Juni 1983, Paket Oktober 1986, dan kebijakan pengetatan moneter tight monetary policy. Di bidang fiskal
diadakan reformasi perpajakan 1984,1985 dan penghematan fiskal fiscal
austerity. Dibidang perdagangan dan industri, pemerintah memperkuat kebijakan orientasi ke dalam melalui rasionalisasi tarif, memperkuat proteksi
melalui hambatan nontarif, reformasi bea masuk, dan peluncuran paket Mei 1986. Selain itu pemerintah masih terus melanjutkan kebijakan rasionalisasi
Badan Usaha Milik Negara BUMN dan regulasi perekonomian pasar Sundrum, dalam Nur Hidayah : 8.
Selama periode 1993-1995 rata-rata pertumbuhan ekonomi pertahun meningkat menjadi 7,3 persen hingga 8,2 persen, tetapi akibat krisis yang
melanda Indonesia laju pertumbuhan ekonomi Indonesia menurun drastis. Memasuki triwulan ke-4 tahun 1997, Indonesia di guncang oleh krisis moneter
yang di akibatkan oleh penurunan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika. Krisis nilai tukar rupiah berlanjut menjadi krisis ekonomi, industri banyak yang
gulung tikar bermula dari ketidak mampuan membeli bahan baku impor dan krisis perbankan. Bank Indonesia pada tanggal 14 Agustus 1997 melakukan
kebijakan dengan melepaskan intervensi terhadap rupiah dan menerapkan sistem nilai tukar mengambang bebas freely floating. Bank Indonesia tidak
mampu lagi menahan besarnya permintaan valuta asing tersebut, setelah kehilangan sejumlah besar cadangan devisa yang dimilikinya untuk
mempertahankan sistem mengambang terkendali. Pada tahun 1998 laju pertumbuhan ekonomi Indonesia minus 13,13 persen dengan laju inflasi
sebesar 77,63 persen. Kondisi ini sangat memprihatinkan dimana harga-harga melambung tinggi sehingga masyarakat kesulitan untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya Tambunan, 2001: 12-13 dalam Dwi dan Yuni, 2004: 43
Respon pertama Indonesia terhadap masalah ini adalah menaikkan tingkat suku bunga domestik untuk mengendalikan naiknya inflasi dan
melemahnya nilai tukar rupiah, dan memperketat kebijakan fiskalnya. Indonesia dan International Monetary Fund IMF pada Oktober 1997,
mencapai kesepakatan tentang program reformasi ekonomi yang diarahkan pada penstabilan ekonomi makro dan penghapusan beberapa kebijakan
ekonomi yang dinilai merusak, antara lain Program Permobilan Nasional dan monopoli, yang melibatkan anggota keluarga Presiden Soeharto. Rupiah masih
belum stabil dalam jangka waktu yang cukup lama, hingga pada akhirnya Presiden Soeharto terpaksa mengundurkan diri pada Mei 1998. Di bulan
Agustus 1998, Indonesia dan IMF menyetujui program pinjaman dana di bawah Presiden B.J Habibie. Presiden Gus Dur yang terpilih sebagai presiden
pada Oktober 1999 kemudian memperpanjang program tersebut Wijino, Wirjo, 2005
Tabel 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Per Kwartal Pertumbuhan Ekonomi
Bulan Tahun 1998
Tahun 1999 Tahun 2000
Maret -4,49
-6,13 3,64
Juni -13,34
1,79 4,98
September -16
2,85 4,08
Desember -18,26
5,36 6,91
Pertumbuhan Ekonomi Bulan
Tahun 2001 Tahun 2002
Tahun 2003
Maret 4,8
2,5 3,4
Juni 3,79
3,5 3,8
September 3,15
3,9 3,9
Desember 1,6
3,8 4,4
Pertumbuhan Ekonomi Bulan
Tahun 2004 Tahun 2005
Tahun 2006
Marer 4,5
6,4 4,6
Juni 4,3
5,5 5,2
September 5,0
5,3 5,5
Desember 6,7
4,9 6,1
Sumber : data Bank Indonesia
Perekonomian Indonesia pada tahun 1999 mulai membaik, walau pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya 0,88. Pertumbuhan ekonomi pada
2000 naik menjadi 4,92 dan antara tahun 2001-2004 rata-rata pertumbuhan ekonomi mencapai di atas 4 serta kisaran tahun 2005-2007 sudah di atas 5.
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, tertarik untuk melakukan penelitian mengenai faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Penelitian ini mengambil periode waktu dari tahun 1976-2007. Dasar permasalahan yang muncul diatas, maka
penelitian ini mengambil judul “Analisis Pengaruh Konsumsi Pemerintah , Ekspor, Tabungan Domestik dan Penanaman Modal Asing Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia Tahun 1976-2007” .
B. PERUMUSAN MASALAH