Karakteristik Karkas dan Non Karkas Domba Lokal Betina yang Berbeda Bangsa di TPH Maleber Bogor

KARAKTERISTIK KARKAS DAN NON KARKAS DOMBA
LOKAL BETINA YANG BERBEDA BANGSA
DI TPH MALEBER BOGOR

M NICO IRAWAN

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Karakteristik Karkas
dan Non Karkas Domba Lokal Betina yang Berbeda Bangsa di TPH Maleber
Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2013
M. Nico Irawan
NIM D14090012

ABSTRAK
M NICO IRAWAN. Karakteristik Karkas dan Non Karkas Domba Lokal
Betina yang Berbeda Bangsa di TPH Maleber Bogor. Dibimbing oleh
MUHAMAD BAIHAQI dan RUDY PRIYANTO.
Sebanyak 119 ekor domba lokal betina yang terdiri dari 18, 76 dan 25 ekor
domba garut (DG), domba ekor tipis (DET) dan domba ekor gemuk (DEG)
digunakan untuk mengevaluasi karakteristik karkas dan non karkas di tempat
potong hewan (TPH) di Maleber bogor. Data karkas dan non karkas dianalisis
menggunakan Analysis of Covariance (ANCOVA). Bobot potong domba sebagai
covariable. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bobot potong, bobot karkas,
bobot tubuh kosong dan persentase karkas antarbangsa tersebut tidak berbeda
nyata (P>0.05). Tidak ada perbedaan signifikan antar bangsa dalam komponen
bobot-bobot non karkas, kecuali ginjal dan kaki. Tidak terdapat perbedaan yang
signifikan antar bangsa dalam persentase komponen non karkas, kecuali

persentase ginjal. Secara umum, DG, DET dan DEG yang disembelih pada bobot
potong 20.46 kg, 15.67 kg dan 15.98 kg menghasilkan masing-masing persentase
karkas 46.62%, 46.77% dan 47.71%, dan persentase non karkas 33.56%, 32.73%
dan 33.32%.
Kata Kunci: bangsa, domba lokal, karkas, non karkas, TPH

ABSTRACT
M NICO IRAWAN. Carcass and Non carcass Characteristics of Local Ewe
at Slaughterhouse in Maleber Bogor. Supervised by MUHAMAD BAIHAQI and
RUDY PRIYANTO.
A total of 119 local ewe which consist of 18, 76 and 25 garut sheep, thintailed sheep and fat-tailed sheep was used to evaluate the characteristics of carcass
and non carcass at slaughterhouse in Maleber Bogor. The data were analyzed
using Analysis of Covariance (ANCOVA), with slaughter weight as a covariable.
The results showed that slaughter weight, carcass weight, empty body weight and
carcass percentage among these breeds were no significantly different (P>0.05).
There were no significantly differences among breeds in the weights of non
carcass components, except kidney and shank. There were no significantly among
breeds differences in percentage of non carcass components, except kidney
percentage. In general, the garut sheep, thin-tailed and fat-tailed slaughtered at
weight 20.46 kg, 15.73 kg and 15.98 kg had carcass percentages of 47.14%,

46.61% and 47.65%, and non carcass percentages of 33.56%, 32.73% and 33.32%
respectively.
Key words: breeds, carcass, local sheep, non carcass, slaughterhouse

KARAKTERISTIK KARKAS DAN NON KARKAS DOMBA
LOKAL BETINA YANG BERBEDA BANGSA
DI TPH MALEBER BOGOR

M NICO IRAWAN

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Peternakan
pada
Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR

2013

Judul Skripsi : Karakteristik Karkas dan Non Karkas Domba Lokal Betina yang
Berbeda Bangsa di TPH Maleber Bogor
Nama
: M Nico Irawan
NIM
: D14090012

Disetujui oleh

Muhamad Baihaqi, SPt MSc
Pembimbing I

Dr Ir Rudy Priyanto
Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Cece Sumantri, MAgrSc

Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Januari 2013 ini ialah
karkas dan non karkas domba, dengan judul Karakteristik Karkas dan Non Karkas
Domba Lokal Betina yang Berbeda Bangsa di TPH MaleberBogor.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Muhamad Baihaqi SPt MSc
dan Bapak Dr Ir Rudy Priyanto selaku pembimbing. Di samping itu, penghargaan
penulis sampaikan kepada Bapak Haji Agus Syaefudin Rizqon, Bapak Rusli,
Bapak Herman, dan Bapak Qomar selaku pemilik dan pegawai tempat potong
hewan di Maleber Bogor, yang telah membantu selama pengumpulan data.
Ungkapan terima kasih disampaikan kepada tim penelitian yaitu Agung Juliyanto,
Muhammad Rio dan Muhammad Syihan Fahmi yang telah membantu dan bekerja
sama selama penelitian. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah,
ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2013

M Nico Irawan

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan
Ruang Lingkup Penelitian
METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Alat
Bahan
Prosedur
Rancangan
Analisis Data
Peubah yang Diamati
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keadaan Umum Penelitian

Karakteristik Karkas
Bobot Potong dan Bobot Karkas
Bobot Tubuh Kosong
Persentase Karkas
Karakteristik Non Karkas
Bobot Komponen Non Karkas
Persentase Komponen Non Karkas
SIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

viii
1
1
2
2
2
2
2

2
3
3
4
4
5
5
6
6
7
7
8
8
10
11
1 11
11 13
19

DAFTAR TABEL

1 Jumlah pemotongan dalam seminggu (15-21 Februari 2013)
2 Umur domba yang dipotong selama penelitian di TPH Maleber
3 Rataan bobot (potong, karkas dan tubuh kosong) dan persentase (karkas
dan non karkas) domba garut (DG), ekor tipis (DET) dan ekor gemuk (DEG)
4 Rataan bobot komponen non karkas domba garut (DG), ekor tipis (DET)
dan ekor gemuk (DEG)
5 Rataan persentase komponen non karkas domba garut (DG), ekor tipis
(DET) dan ekor gemuk (DEG) (% bobot tubuh kosong)

5
5
6
8
9

DAFTAR LAMPIRAN

1 Hasil uji analisis ragam bobot potong
2 Hasil uji analisis peragam bobot karakteristik karkas dan non karkas


13

dengan data dikoreksi berdasarkan rataan bobot potong
3 Hasil uji analisis peragam persentase karakteristik karkas dan non
karkas dengan data dikoreksi berdasarkan rataan bobot potong

13
16

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kebutuhan sumber pangan di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun,
terutama produk hewani yaitu daging, baik itu daging unggas, ruminansia besar
maupun ruminansia kecil. Salah satu ternak ruminansia kecil yang memasok
kebutuhan daging atau karkas adalah domba. Hal ini terlihat dari produksi daging
domba nasional pada tahun 2010 sebanyak 44 865 ton/tahun dan tahun 2011
sebanyak 46 793 ton/tahun, sehingga mengalami peningkatan sebesar 4.30%.
Selain itu, banyaknya daging domba dipasaran berkaitan juga dengan jumlah
pemotongan yang dilakukan di RPH maupun TPH. Pemotongan ternak domba
nasional yang tercatat pada tahun 2011 adalah sebanyak 1 238 705 ekor/tahun dan

tahun 2012 sebanyak 1 299 455 ekor/tahun, sehingga mengalami peningkatan
sebesar 4.67%. Provinsi Jawa Barat merupakan daerah tempat pemotongan domba
terbanyak dibandingkan provinsi yang lainnya yaitu pada tahun 2011 sebanyak
450 904 ekor/tahun dantahun 2012 sebanyak 480 988 ekor/tahun, sehingga
mengalami peningkatan sebesar 6.25%. (DPKH 2012).
Domba garut (DG), domba ekor tipis (DET) dan domba ekor gemuk (DEG)
yang pada umumnya dibudidayakan oleh petani di Indonesia. Menurut FAO
(2004) terdapat tiga jenis domba di Jawa yaitu DG atau domba priangan dari Jawa
Barat, DET yang ditemukan di seluruh pulau Jawa dan DEG dari Jawa Timur.
DEG dan DG mempunyai kondisi tubuh yang lebih baik apabila dibandingkan
dengan DET yang kondisinya kurang baik dan ukuran tubuhnya relatif lebih kecil.
Menurut Edey (1983) karakteristik DET diantaranya bertubuh kecil, lambat
dewasa, tidak seragam, berbulu kasar dan hasil daging relatif sedikit dengan ratarata bobot potong 20 kg, sehingga persentase karkas menjadi sangat rendah
berkisar antara 45%-55% (Mulliadi 1996). DEG memiliki tubuh yang relatif lebih
besar dibandingkan DET (FAO 2004b), sehingga menurut Herman (1993) DEG
memiliki persentase karkas 52% pada bobot potong 25 kg dan bobot karkas 13 kg.
Sedangkan DG memiliki tingkat kesuburan tinggi atau prolific dan berpotensi
sebagai sumber daging (Mansjoer et al. 2007). Produktivitas dan kualitas DG
cukup baik serta memiliki keunggulan dalam performa, kekuatan dan bobot badan
yang dapat bersaing dengan domba impor (Gunawan dan Noor 2005). Ketiga
bangsa domba tersebut pada umumnya dipotong untuk dikonsumsi, tetapi
diperlukan ternak domba dengan ukuran tubuh yang besar dan kualitas daging
yang baik agar memenuhi kebutuhan masyarakat.
Secara umum konsumen membutuhkan karkas dan daging domba dengan
karakteristik dan kualitas baik untuk dikonsumsi, seperti jumlah daging yang
banyak, jumlah tulang yang sedikit dan jumlah lemak yang rendah. Kualitas
karkas dan daging tersebut dipengaruhi oleh faktor sebelum pemotongan, seperti
bangsa, genetik, spesies, tipe ternak, jenis kelamin, umur, pakan, dan stres
(Soeparno 2005). Selain itu, harus adanya informasi lebih lanjut yang diberikan
kepada konsumen terkait jumlah atau persentase dari bagian karkas maupun non
karkas dari ketiga bangsa domba tersebut agar digunakan untuk mensubsitusi
sebagian kebutuhan daging. Oleh karena itu, perlu diidentifikasi karakteristik
karkas maupun non karkas berdasarkan bangsa domba yang umum disembelih
oleh pedagang/peternak.

2
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi karakteristik karkas dan non
karkas domba lokal betina, yaitu, domba garut (DG), domba ekor tipis (DET) dan
domba ekor gemuk (DEG) yang disembelih pada Tempat Potong Hewan (TPH) di
Maleber Bogor.
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini mencakup pengukuran komponen karkas dan non karkas
dengan jumlah total sampel yang diteliti sebanyak 119 ekor daritiga bangsa
domba lokal yang berjenis kelamin betina dan berumur I0 hingga I3. Penelitian
dilakukan pada salah satu Tempat Potong Hewan (TPH) yang ada di Maleber
Bogor.
METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan selama satu bulan yaitu pada tanggal 25 Januari
hingga 25 Februari 2013. Penelitian ini dilaksanakan di tempat potong hewan
(TPH) milik Bapak Haji Agus Syaefudin Rizqon yang berada di Kampung
Maleber, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor.
Alat
Tempat potong hewan tersebut mempunyai kandang penampungan yang
berbentuk kandang panggung dengan alasnya berupa bambu. Kandang tersebut
dibagi menjadi 2 sekat/bagian, yaitu untuk domba muda berumur I0 dan domba
berumur I1, I2 dan I3. Peralatan yang digunakan yaitu terdiri dari timbangan
gantung, timbangan digital, alas timbangan, ember, sepatu bot, wearpack, kamera
digital, kalkulator, alat tulis, dan form data penelitian.
Bahan
Penelitian ini menggunakan 3 bangsa domba, yaitu DG, DET dan DEG yang
diperoleh dari Kampung Maleber, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor.

(a)

(b)

(c)

Gambar 1 (a) Domba Garut, (b) Domba Ekor Tipis, (c) Domba Ekor Gemuk

3
Pakan yang diberikan kepada domba yang akan dipotong hanya berupa
rumput segar. Total domba yang digunakan berjumlah 119 ekor berjenis kelamin
betina yang terdiri dari 18 ekor DG (umur I0, I1, I2, dan I3 secara berurutan
sebanyak 4, 3, 6 dan 5 ekor), 76 ekor DET (umur I0, I1, I2, dan I3 secara berurutan
sebanyak 41, 9, 12 dan 14 ekor), dan 25 ekor DEG (umur I0, I1, I2, dan I3 secara
berurutan sebanyak 11, 5, 5 dan 4 ekor).
Prosedur
Persiapan awal penelitian yang dilakukan adalah survey tempat dan
perizinan kepada pemilik TPH, selanjutnya persiapan peralatan yang akan
digunakan dalam pra penelitian maupun penelitian. Pra penelitian adalah
pengamatan secara umum alur pemotongan di tempat penelitian selama satu
minggu.
Proses pengambilan data yaitu, domba sebelum dipotong dilakukan
penimbangan untuk memperoleh bobot potong. Pemotongan dilakukan dengan
cara memotong bagian atas leher dekat rahang bawah atau persendian tulang atlas
(occipito-atlantis), sampai semua pembuluh darah (Vena jugularis dan Arteri
carotis), trachea dan oesophagus terpotong untuk mendapatkan pendarahan yang
sempurna, kemudian darah yang keluar ditampung dan ditimbang sebagai darah
tertampung. Sebelum dikuliti, domba digantung pada bagian tendon kaki belakang
(tendon Achilles) dan kemudian bagian kepala dan kaki depan dipisahkan dari
tubuh domba. Kulit dituris dari anus sampai leher di bagian-bagian perut dan dada,
kemudian dari arah kaki belakang dan kaki depan menuju irisan tadi. Kulit setelah
dilepaskan, kemudian ditimbang sebagai bobot kulit. Kepala yang telah
dilepaskan dari tubuh pada sendi occipito-atlantis, kemudian ditimbang sebagai
bobot kepala. Setelah dikuliti, kaki belakang dipotong pada sendi tarso-metatarsal
dan ditimbang bersama kaki depan yang dipotong pada sendi carpo-metacarpal
sebagai bobot kaki.
Selanjutnya karkas diletakkan pada gantungan besi dibagian kaki belakang
persendian tarso-metatarsal dan kemudian isi rongga perut dan rongga dada
dikeluarkan. Kemudian karkas ditimbang untuk mendapatkan bobot karkas. Isi
rongga perut dan dada berupa jeroan merah (jantung, hati, ginjal, limpa, paru-paru,
dan trachea) dan jeroan hijau (perut, usus halus dan usus besar) yang dikeluarkan
dan ditimbang masing-masing bobotnya. Lemak yang ada didalam rongga dada
dikeluarkan dan ditimbang bobotnya sebagai lemak ommental. Saluran
pencernaan setelah dibersihkan kemudian ditimbang kembali bobotnya agar
mendapatkan bobot tubuh kosong.
Rancangan
Model percobaan yang akan digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap
(RAL) dengan perlakuan tiga bangsa domba, yaitu DG, DET dan DEG. Ulangan
untuk perlakuan masing-masing secara berurutan adalah 18, 76 dan 25 ekor
domba. Model rancangan menurut Gasperz (1992) adalah sebagai berikut:

4
Yij = µ + Pi + Xij +

ij

Keterangan:

Yij
µ
Pi
Xij
ij

= Karakteristik karkas dan non karkas domba berdasarkan perbedaan bangsa ke-i dan
ulangan ke-j
= Nilai rataan umum karakteristik karkas dan non karkas domba
= Pengaruh perbedaan bangsa ke-i (DG, DET, DEG) terhadap karkas dan non
karkas domba
= Pengukuran kovariat yang dihasilkan bangsa ke-i pada ulangan ke-j yang berkaitan
dengan yij
= Pengaruh galat percobaan dari perlakuan bangsa domba ke-i pada ulangan ke-j

Analisis Data
Data bobot potong dianalisis menggunakan analisis ragam (ANOVA) yang
dengan uji lanjut melalui uji Duncan. Karakteristik karkas dan non karkas
dianalisis menggunakan analisis peragam (ANCOVA) dimana bobot potong
digunakan sebagai covariable. Karakteristik karkas dan non karkas tersebut
disesuaikan atau dikoreksi berdasarkan bobot potong domba yang sama, untuk
menghilangkan pengaruh keragaman yang besar dalam bobot potong domba.
Peubah yang Diamati
Bobot potong, dihitung dengan cara menimbang bobot tubuh ternak sebelum
dipotong;
Bobot tubuh kosong, bobot potong dikurangi bobot isi saluran pencernaan;
Bobot karkas, dihitung dengan cara menimbang bobot bagian tubuh setelah
dikurangi bobot darah, kepala, kaki, kulit, saluran pencernaan, jantung, trakhea,
paru-paru, ginjal, limpa, hati, dan lemak ommental yang melekat pada bagian
tubuh;
Persentase karkas, didapat dari hasil bagi bobot karkas dengan bobot potong
kemudian dikalikan 100%;
Bobot komponen non karkas, diperoleh dari penimbangan bobot darah, kepala,
kaki, kulit, isi saluran pencernaan, offal hijau (usus kecil, usus besar dan lambung),
dan offal merah (paru-paru, trachea, hati, limpa, jantung, ginjal, dan lemak
ommental);
Persentase komponen non karkas, diperoleh dari hasil bagi bobot komponen
non karkas dengan bobot tubuh kosong kemudian dikalikan 100%;
Persentase non karkas, diperoleh dari hasil bagi bobot non karkas dengan bobot
potong kemudian dikalikan 100%;
Persentase offal merah dan offal hijau, diperoleh dari hasil penjumlahan bobot
offal merah (bobot jantung, trachea, paru-paru, ginjal, limpa, dan hati) atau hasil
penjumlahan offal hijau (bobot usus kecil, usus besar, dan lambung) kemudian
dibagi bobot tubuh kosong dan dikalikan 100%;
Persentase isi saluran pencernaan, diperoleh dari hasil bobot isi saluran
pencernaan (selisih bobot offal hijau isi dengan offal hijau kosong), kemudian
dibagi bobot potong dan dikalikan 100%.

5

HASIL DAN PEMBAHASAN
Keadaan Umum Penelitian
Ternak DG, DET dan DEG diperoleh dari pasar Cianjur dan pasar Cicurug.
Domba dibeli setiap hari Senin dan Kamis dikarenakan pemesanan karkas domba
pada hari tersebut lebih banyak dibandingkan hari-hari lainnya. Rata-rata tiap
pembelian domba tersebut berkisar 40 hingga 50 ekor. Domba yang dibeli dari
pasar beragam dari segi ukuran tubuhnya, umur dan bobot potong yang berbedabeda. Domba dikandangkan dan diberi pakan rumput yang diambil dari sekitar
TPH.
Pemotongan domba dilakukan secara rutin setiap hari dan jumlah
pemotongan tertinggi pada hari Senin dan Kamis siang yaitu berkisar 15
ekor/pemotongan. Setiap minggu pemotongan domba mencapai 40 hingga 50 ekor
yang terdiri dari berbagai bangsa domba (DG, DET dan DEG). Jumlah
pemotongan yang dilakukan pada tanggal 15-21 Februari 2013 yang dapat dilihat
pada Tabel 1.
Tabel 1 Jumlah pemotongan domba dalam seminggu (15-21 Februari 2013)
Jumlah Pemotongan
Rataan Bobot Potong
(ekor)
(kg)
Bangsa
Jantan
Betina
Jantan
Betina
DG
0
7
0
19.25±6.07
DET
0
41
0
16.47±8.13
DEG
0
3
0
22.40±5.51
Total/Rataan
0
51
0
19.37±6.57
Pemotongan domba dalam seminggu (Tabel 1) menunjukkan bahwa domba
yang dipotong hanya berjenis kelamin betina dan tidak terdapat domba berjenis
kelamin jantan. Hal ini dikarenakan pemilik TPH hanya membeli dan memotong
domba betina yang harga belinya relatif lebih murah dibandingkan domba jantan.
Pemotongan domba betina seharusnya tidak diizinkan oleh pemerintah, apalagi
domba yang dipotong adalah betina produktif. Dasar hukum larangan pemotongan
domba betina produktif adalah Undang-Undang No. 18 Tahun 2009 tentang
Peternakan dan Kesehatan Hewan pasal 18 ayat (2) bahwa ternak ruminansia
betina produktif dilarang disembelih karena merupakan penghasil ternak yang
baik, kecuali untuk keperluan penelitian, pemuliaan atau untuk keperluan
pengendalian dan penanggulangan penyakit hewan (Permentan 2009).
Tabel 2 Umur domba yang dipotong selama penelitian di TPH Maleber
Bangsa
Umur
DG (ekor)
DET (ekor)
DEG (ekor)
I0
4
41
11
I1
3
9
5
I2
6
12
5
I3
5
14
4
Total
18
76
25

6
Domba yang dibeli selama penelitian (25 Januari-25 Februari 2013)
memiliki umur yang bervariasi pada tiap bangsanya yaitu I0 hingga I3.
Beragamnya umur domba tersebut dikarenakan adanya permintaan konsumen
yang menyukai keempukan daging domba muda, serta bobot daging domba
dewasa yang relatif lebih banyak. Umur domba pada bangsa DG, DET dan DEG
yang dipotong di TPH Maleber banyak berumur I0 pada bangsa DET dan domba
yang sedikit dipotong berumur I1 pada bangsa DG (Tabel 2).
Karakteristik Karkas
Karkas adalah bagian terpenting dari ternak potong. Hal ini dikarenakan
produksi daging dan nilai ekonomis ternak ditentukan oleh komposisi dan
produksi karkasnya. Karkas domba menurut Standar Nasional Indonesia No.
3925-2008 adalah bagian dari tubuh kambing atau domba sehat yang telah
disembelih secara halal sesuai dengan CAC/GL 24-1997, telah dikuliti, isi perut
dikeluarkan, dipisahkan kepala dan kaki mulai dari tarsus/karpus ke bawah, organ
reproduksi dan ambing, ekor serta lemak yang berlebih (BSN 2008). Menurut
Soeparno (2005) bobot potong yang semakin meningkat menghasilkan karkas
yang semakin meningkat pula, sehingga dapat diharapkan bagian dari karkas yang
berupa daging menjadi lebih besar. Tabel 2 menunjukkan hasil penelitian
diperoleh rataan bobot potong, bobot karkas, bobot tubuh kosong (EBW), dan
persentase karkas tiap bangsa DG, DET dan DEG.
Tabel 3 Rataan bobot (potong, karkas dan tubuh kosong) dan persentase (karkas
dan non karkas) domba garut (DG), ekor tipis (DET) dan ekor gemuk
(DEG)
Peubah
*

Bobot potong (kg)
Bobot karkas (kg)**
Bobot tubuh kosong (kg)**
Persentase karkas (%)**
Persentase non karkas (%) **
Persentase isi sal. Penc.(%)**

DG (n=18)
20.46±9.17
7.81±0.18
13.58±0.22
46.62±1.00
33.56±0.65
17.24±1.48

Bangsa
DET (n=76)
15.67±7.80
7.75±0.87
13.83±0.10
46.77±0.47
32.73±0.31
16.41±0.71

DEG (n=25)
15.98±5.94
7.95±0.15
13.76±0.18
47.71±0.83
33.32±0.54
16.81±1.23

Keterangan:(*) Angka-angka pada baris yang sama diolah berdasarkan Anova.
(**)Data dikoreksi berdasarkan rata-rata bobot potong domba pada 16.46 kg (Ancova).

Bobot Potong dan Bobot Karkas
Hasil analisis menunjukkan bahwa perlakuan perbedaan bangsa tidak
berpengaruh nyata terhadap bobot potong dan bobot karkas (P>0.05). Rataan
bobot potong DG dalam penelitian ini terlihat lebih besar dibandingkan DEG dan
DET (Tabel 3). Hal ini dapat dimungkinkan karena bangsa DG yang dipotong di
TPH tidak dipuasakan sebelum proses pemotongan, sehingga disaat sebelum
pemotongan DG banyak memakan rumput yang disediakan dan berat badannya
bertambah. Pengaruh lainnya dikarenakan faktor genetik, yaitu DG merupakan
bangsa domba ukuran tubuh besar/tipe besar sehingga lebih berdaging (lean),

7
lebih banyak mengandung protein, proporsi tulang lebih tinggi, dan lemak lebih
rendah dari pada bangsa domba ukuran kecil/tipe kecil (Soeparno 2005). Selain
itu, menurut Amsar (1984) bahwa bobot karkas DG betina banyak menimbun
lemak dari pada jantan, tetapi DG jantan memperkuat proporsi tulangnya.
Produksi karkas berhubungan erat dengan bobot badan karena dengan
meningkatnya bobot badan akan diikuti oleh peningkatan bobot potong dan bobot
karkasnya juga semakin meningkat. Apabila dilihat dari bobot karkas tiap bangsa
(Tabel 3), maka bobot potong berkorelasi positif terhadap bobot karkas. Menurut
Soeparno (2005) bobot potong yang semakin meningkat menghasilkan karkas
yang semakin meningkat pula, sehingga dapat diharapkan bagian dari karkas yang
berupa daging menjadi lebih besar. Hasil bobot karkas yang diperoleh dalam
penelitian ini (Tabel 3) masih lebih rendah dibandingkan dengan penelitian
Nugraha (2012) yaitu bobot karkas panas DG 13.48 kg dan bobot karkas panas
DET adalah 12.15 kg, sedangkan bobot karkas DEG pada penelitian Baihaqi dan
herman (2012) sebesar 17.68 kg (bobot potong 32.5 kg) dan 21.25 kg (bobot
potong 40 kg).
Bobot Tubuh Kosong
Hasil analisis peragam menunjukkan bahwa perlakuan perbedaan bangsa
tidak berpengaruh nyata terhadap bobot tubuh kosong (P>0.05). Rataan bobot
tubuh kosong DG dalam penelitian ini terlihat lebih besar jika dibandingkan DET
dan DEG (Tabel 3). Hasil tersebut lebih rendah jika dibandingkan dengan
penelitian Nugraha (2012) yang menggunakan DG dan DET umur sebelas bulan
dengan ransum limbah tauge, sehingga memperoleh bobot tubuh kosong
mencapai 22.67 kg (DG) dan 22.41 kg (DET). Hal ini dikarenakan adanya
hubungan dengan pengaruh bobot potong domba.
Domba garut memiliki bobot potong yang relatif lebih besar dari pada DEG
dan DET, sehingga bobot tubuh kosong domba berbanding lurus. Pernyataan
tersebut didukung oleh Meiaro (2008) yang menyatakan bahwa bobot potong pada
domba lokal memiliki korelasi positif dengan bobot tubuh kosong, apabila bobot
potong domba semakin tinggi, maka bobot tubuh kosong akan semakin tinggi
pula.
Persentase Karkas
Persentase karkas yang diperoleh dalam penelitian ini tidak berbeda nyata
antar bangsa yang berkisar 46%-47%. Hasil persentase karkas tersebut relatif
hampir samajika dibandingkan dengan hasil penelitian Nugraha (2012) berkisar
48%-49% yang menggunakan DG dan DET umur sebelas bulan yang digemukkan
dengan ransum mengandung limbah tauge dan relatif lebih rendah dengan
persentase hasil penelitian Baihaqi dan Herman (2012) berkisar 53%-55% yang
menggunakan DG dan DEG pada bobot potong 32.5 kg dan 40 kg.
Persentase karkas yang tidak berbeda nyata tersebut dikarenakan bobot
potong domba belum optimal dan belum mencapai masak tubuh domba sehingga
kandungan lemaknya rendah (Sudarmono dan Sugeng 1987) dan dipengaruhi
jenis kelamin betina serta umur domba yang relatif muda (Soeparno 2005).
Pernyataan lainnya dari Davendra (1983) bahwa persentase karkas dipengaruhi oleh

8
bobot karkas, bobot dan kondisi ternak, bangsa, proporsi bagian-bagian non karkas,
ransum, umur, jenis kelamin, dan pengebirian.

Karakteristik Non Karkas
Selain karkas, bagian domba yang dapat diperoleh dari hasil proses
pemotongan adalah bagian non karkas. Bagian tersebut dapat dibagi menjadi dua
kategori, yaitu organ internal dan organ eksternal. Hasil analisis peragam bagian
komponen bobot non karkas (Tabel 4) diperoleh berdasarkan penyeragaman
bobot potong dan komponen persentase non karkas (Tabel 5) diperoleh
berdasarkan hasil bagi bobot tubuh kosong.
Tabel 4 Rataan bobot komponen non karkas dombagarut (DG), ekor tipis (DET)
dan ekor gemuk (DEG)
Bangsa
Peubah
DG (n=18)
DET (n=76)
DEG (n=25)
Komponen non karkas (kg)
Non Karkas
5.44±0.108
5.31±0.052
5.41±0.090
Offal Merah
0.64±0.026
0.61±0.012
0.63±0.022
Hati
0.28±0.015
0.27±0.007
0.27±0.012
Limpa
0.03±0.002
0.03±0.001
0.03±0.001
Paru-paru dan trachea
0.18±0.011
0.17±0.005
0.19±0.009
Jantung
0.09±0.005
0.08±0.002
0.09±0.004
Ginjal
0.07±0.003a
0.06±0.001b
0.06±0.002b
Offal Hijau
1.10±0.051
1.12±0.024
1.17±0.042
Lambung & esofagus
0.56±0.028
0.55±0.013
0.58±0.023
Usus kecil
0.30±0.019
0.31±0.009
0.32±0.016
Usus besar
0.24±0.019
0.28±0.009
0.27±0.016
Lemak ommental
0.36±0.055
0.42±0.026
0.38±0.045
Isi saluran pencernaan
2.90±0.220
2.64±0.105
2.70±0.183
Darah tertampung
0.47±0.026
0.42±0.012
0.41±0.021
Kepala
1.05±0.024
1.05±0.011
1.09±0.020
Kulit
1.39±0.070
1.27±0.033
1.32±0.058
Kaki
0.44±0.01B
0.40±0.004A
0.41±0.008A
Keterangan: aangka-angka pada baris yang sama yang diikuti oleh huruf kecil yang berbeda
berpengaruh nyata (P