“Informasi Elektronik danatau Dokumen Elektronik danatau hasil cetaknya sebagaimana dimaksud pada ayat 1 merupakan perluasan dari
alat bukti yang sah sesuai dengan Hukum Acara yang berlaku di Indonesia.
Penjelasan Pasal 5 angka 1 dan Pasal 5 angka 2 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik yang menyatakan
bahwa informasi elektronik danatau dokumen elektronik danatau hasil cetaknya merupakan perluasan dari alat bukti yang sah sesuai hukum acara yang berlaku di
Indonesia. Penggunaan dan pemanfaatan teknologi informasi harus tetap
dikembangkan untuk menjaga, memelihara, dan memperkukuh persatuan dan kesatuan nasional bersadarkan peraturan perundang-undangan demi kepentingan
nasional dan pemanfaatan teknologi berperan penting dalam perdagangan dan pertumbuhan perekonomian nasional untuk mewujudkan kesejahtraan
masyarakat. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk
mengambil judul Penggunaan Alat Pendeteksi Kebohongan Lie detector Pada Proses Peradilan Pidana Dikaitkan dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981
Tentang Hukum Acara Pidana Juncto Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik
B. Permasalahan
1. Bagaimana Penggunaan Alat Pendeteksi Kebohongan Pada Proses
Peradilan Pidana?
2. Bagaimana analisis hukum terhadap penggunaan alat pendeteksi
kebohongan pada proses peradilan pidana.
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan
1. Tujuan
a. Untuk mengetahui Penggunaan Alat Pendeteksi Kebohongan Pada
Proses Peradilan Pidana b.
Untuk mengetahui analisis hukum terhadap penggunaan alat pendeteksi kebohongan pada proses peradilan pidana dihubungkan
dengan Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana juncto Undang- undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi Dan Transaksi
Elektronik 2.
Manfaat a.
Secara Teoritis 1.
Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan dalam bidang hukum pidana, khususnya yang berkaitan penggunaan lie detector dalam
peradilan pidana 2.
Dapat memberi masukan kepada masyarakat, pemerintah, aparat penegak hukum tentang eksistensi Undang-undang serta pasal-
pasal yang berkaitan dengan penggunaan lie detector dalam proses peradilan pidana di Indonesia
b. Secara Praktis
Dapat diajukan sebagai pedoman dan bahan rujukan bagi rekan-rekan mahasiswa, masyarakat, praktisi hukum dan pemerintah dalam
melakukan penelitian yang berkaitan dengan penggunaan alat pendeteksi kebohongan dalam peradilan pidana di Indonesia.
D. Keaslian Penulisan
Berdasarkan pemeriksaan dan hasil-hasil penelitian yang ada, penelitian
mengenai “Penggunaan Alat Pendeteksi Kebohongan Lie detector Pada Proses Peradilan Pidana Dikaitkan dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun
1981 Tentang Hukum Acara Pidana Juncto Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik
” belum pernah dibahas oleh mahasiswa lain di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dan
skripsi ini asli disusun oleh penulis sendiri dan bukan plagiat atau diambil dari skripsi orang lain. Semua ini merupakan implikasi etis dari proses menemukan
kebenaran ilmiah. Sehingga penelitian ini dapat dipertanggung-jawabkan kebenarannya secara ilmiah. Apabila ternyata ada skripsi yang sama, maka
penulis akan bertanggung jawab sepenuhnya.
E. Tinjauan Kepustakaan