Manfaat Penelitian Tinjauan Yuridis Tentang Pencabutan Keterangan Terdakwa Dalam Persidangan Dan Implikasinya Terhadap Kekuatan Alat Bukti (Studi Putusan Nomor : 43 / Pid. B / 2009/ PN-TTD)

1. Bagaimanakah Ketentuan Hukum tentang Pencabutan Keterangan Terdakwa Dalam Persidangan? 2. Bagaimana Implikasi Yuridis dari Pencabutan Keterangan Terdakwa terhadap kekuatannya sebagai alat bukti?

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah : a. Mengetahui bagaimana ketentuan hukum hukum terhadap pencabutan keterangan terdakwa dalam persidangan. b. Mengetahui bagaimana implikasi pencabutan keterangan terdawa dalam persidangan terhadap kekuatan alat bukti.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. manfaat teoritis 1. bagi penulis sebagai mahasiswa program pidana, untuk lebih memperdalam ilmu pengetahuan hukum pidana sesuai dengan program yang diambil. 2. untuk menambah pemikiran dan khazanah ilmu pengetahuan hukum pidana khususnya di bidang keterangan terdakwa dalam hal pencabutan keterangan terdakwa di Persidangan. Universitas Sumatera Utara b. manfaat praktis 1. memberikan kontribusi kepada masyarakat mengenai proses beracara di Pengadilan dan kedudukan alat bukti, khususnya keterangan terdakwa yang diharapkan dapat memberikan inspirasi bagi masyarakat untuk kebebasan berbicara dan mengeluarkan pendapat yang disertai dengan rasa tanggung jawab. 2. memberikan kontribusi bagi aparat penegak hukum agar dapat meningkatkan profesionalisme kerja dalam menyelesaikan permasalahan khususnya mengenai pencabutan keterangan terdakwa dalam persidangan dan implikasinya terhadap kekuatan alat bukti.

D. Keaslian Penulisan

Skripsi dengan judul, “ Tinjauan Yuridis Tentang Pencabutan Keterangan Terdakwa Dalam Persidangan dan Implikasinya Terhadap Kekuatan Alat Bukti Studi Putusan Nomor: 43 Pid. B 2009 PN-TTD ”, merupakan proses hasil kontemplasi indepth contemplation dari ide, pemikiran, gagasan dan usaha penulis sendiri atas apa yang diperoleh penulis dalam perkuliahan dan melihat aplikasinya sehingga dalam hal ini terdapat kesesuaian antara teori dan praktik. Sepengetahuan penulis, skripsi yang penulis angkat ini belum pernah di tulis oleh mahasiswa i di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara atau siapapun itu. Namun, apabila terdapat kesamaan atau kemiripan dengan karya ilmiah lain itu merupakan sesuatu yang tidak disengaja atau ketidaksengajaan dan tentunya memiliki objek kajian serta pembahasan permasalahan yang berbeda dan dapat dipertanggungjawabkan secara moral dan ilmiah. Universitas Sumatera Utara Penulisan skripsi ini berdasar pada data sekunder library research, yang kemudian dilengkapi dengan data primer field research. Hal ini dilakukan agar terdapat kesesuaian keseimbangan antara teori dan praktik. Segala sumber, data, dan kutipan yang terdapat dalam skripsi ini telah saya lampirkan sebagaimana mestinya melalui penelitian yang dilakukan.

E. Tinjauan Kepustakaan

Setiap karya ilmiah tentunya memerlukan suatu studi kepustakaan atau sering disebut dengan istilah tinjauan kepustakaan. Pada tahapan ini penelitian menjadi landasan teoritis dari permasalahan penelitiannya yang dilakukan bukanlah aktivitas yang bersifat “trial and error”. 1 Pencabutan Keterangan Terdakwa Alat bukti keterangan terdakwa merupakan urutan terakhir dalam Pasal 184 ayat 1 KUHAP. Penempatannya pada urutan terakhir inilah salah satu alasan yang dipergunakan untuk menempatkan proses pemeriksaan keterangan terdakwa dilakukan belakangan sesudah pemeriksaan saksi. Dalam HIR, alat bukti ini disebut, “ pengakuan tertuduh ”. Perubahannya menjadi “ keterangan terdakwa ” tidak disebutkan secara jelas di dalam kitab undang-undang hukum acara pidana. Ditinjau dari segi pengertian bahasa, terdapat ada perbedaan makna antara “ pengakuan ” dan “ keterangan ”. Pada pengakuan, terasa benar mengandung suatu “pernyataan” tentang apa yang dilakukan seseorang sedang pada “ keterangan ” terasa kurang menonjol pengertian pernyataan. Pengertian yang Universitas Sumatera Utara terkandung pada kata “ keterangan ” lebih bersifat suatu “penjelasan” akan apa yang dilakukan seseorang. 16 Umumnya, banyak pihak atau terdakwa yang mencabut keterangannya keterangan terdakwa dalam persidangan yang disebabkan oleh alasan-alasan tertentu. Ditinjau dari segi bahasa, pencabutan keterangan terdakwa berarti suatu proses keadaan dimana terdakwa menarik kembali pernyataannya atas apa yang dia utarakan dalam tingkat penyidikan berita acara pemeriksaan dikarenakan hal-hal tertentu. 17 2 Pengertian dan Pembagian Alat Bukti Pencabutan keterangan terdakwa dilakukan atas alasan yang sah dan bukti yang konkrit. Kekuatan alat bukti atau juga dapat disebut sebagai suatu efektifitas alat bukti terhadap suatu kasus sangat tergantung dari beberapa faktor. Sebut saja faktor itu adalah psiko-sosial kode etika, kualitas sikap penegak hukum, dan hubungan dengan masyarakat dan partisipasi masyarakat. Salah satu fungsi hukum, baik sebagai kaidah maupun sebagai tindak atau perilaku teratur adalah membimbing perilaku manusia dalam berinteraksi dengan sesamanya. Suatu sikap tindak atau perilaku hukum dianggap efektif, apabila sikap atau perilaku pihak lain menuju ke satu tujuan yang dikehendaki : artinya apabila pihak lain itu mematuhi hukum. Tetapi kenyataannya tidak jarang orang mengacuhkan atau 16 M. Yahya Harahap. 2006. Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP: Pemeriksaan Sidang Pengadilan, Banding, Kasasi, dan Peninjauan Kembali: Edisi Kedua. Jakarta: Sinar Grafika, hal. 318 17 Lihat Kamus Lengkap Bahasa Indonesia oleh Fahmi Idrus. Universitas Sumatera Utara bahkan melanggar dengan terang-terangan, yang berarti orang itu tidak taat pada hukum. Penerapan hukum itu mempunyai kekuatan pembuktian yang digolongkan ke dalam alat bukti. Pasal 184 ayat 1 telah menentukan secara “limitatif” alat bukti yang sah menurut undang-undang. Di luar alat bukti itu, tidak dibenarkan tidak dibenarkan membuktikan kesalahan terdakwa. Pembuktian dengan alat bukti di luar jenis alat bukti sebagaimana yang disebut dalam pasal 184 ayat 1, tidak mempunyai nilai serta tidak mempunyai kekuatan pembuktian yang mengikat. Adapun alat bukti yang sah menurut undang-undang sesuai dengan apa yang disebut dalam pasal 184 ayat 1, adalah: a. KeteranganSaksi

Dokumen yang terkait

Peranan Tes Deoxyribonucleic Acid (Dna) Dalam Pembuktian Tindak Pidana(Analisis Putusan Pengadilan Negeri No. 626 Pid. B / 2012 / PN. SIM, Putusan Mahkamah Agung No. 704 K / Pid / 2011, Putusan Mahkamah AgungNo. 1967 K/Pid/2007 dan Putusan Mahkamah Agung

2 84 105

Tinjauan Yuridis Tentang Pencabutan Keterangan Terdakwa Dalam Persidangan Dan Implikasinya Terhadap Kekuatan Alat Bukti (Studi Putusan Nomor : 43 / Pid. B / 2009/ PN-TTD)

0 63 101

Kekuatan Alat Bukti Keterangan Saksi Yang Mempunyai Hubungan Darah Dengan Terdakwa Dalam Tindak Pidana Pencurian Dalam Keluarga

6 110 102

Analisis Kriminologi Dan Yuridis Terhadap Penyalahgunaan Narkoba Yang Dilakukan Oleh Anak (Studi Kasus Putusan No. 1203 / Pid.B / 2006 / PN.MDN)

4 83 81

Tinjauan Yuridis Terhadap Kewenangan Hakim Dalam Membatalkan Akta Notaris Sebagai Alat Bukti Dalam Proses Pemeriksaan Perkara Di Persidangan

2 80 147

Kedudukan Keterangan Saksi Di Penyidikan Sebagai Alat Bukti Yang Sah Dalam Persidangan (Studi Putusan Pengadilan Negeri Stabat No.752/ Pid.B/ 2012/ PN.Stb)

2 96 102

Analisis Yuridis Putusan Hakim dalam Tindak Pidana Percobaan Pencurian dengan Pemberatan (Putusan Nomor : 87 / Pid.B / 2012 / PN.GS

0 7 8

ANALISIS YURIDIS TENTANG PUTUSAN BEBAS TERHADAP TINDAK PIDANA PEMERKOSAAN YANG KORBANNYA ANAK (Studi Putusan MA Nomor : 1638 K / Pid. Sus / 2010)

0 6 16

ANALISIS YURIDIS TENTANG PUTUSAN BEBAS TERHADAP TINDAK PIDANA PEMERKOSAAN YANG KORBANNYA ANAK (Studi Putusan MA Nomor : 1638 K / Pid. Sus / 2010)

0 7 11

ANALISIS PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP PEGAWAI NEGERI SIPIL PELAKU TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA (Studi Perkara Nomor : 43 / Pid / Sus / 2011 / PN.TK)

1 11 23