The Effect Of Fresh Extract Limut (Hydrilla verticillata L.) Toba Lake To Total Cholesterol And Microstructure Aortic Mice (Mus musculus L.)
DAN GAMBARAN MIKROSTRUKTUR AORTA MENCIT
(
Mus musculus
L.)
SKRIPSI
VENNY OTTESSA HUTAURUK
090805060
DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2014
(2)
DANAU TOBA TERHADAP KADAR KOLESTEROL TOTAL
DAN GAMBARAN MIKROSTRUKTUR AORTA MENCIT
(
Mus musculus
L.)
SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Sains
VENNY OTTESSA HUTAURUK
090805060
DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2014
(3)
PERSETUJUAN
Judul : Pengaruh Ekstrak Segar Limut (Hydrilla verticillata L.) Danau Toba terhadap Kadar Kolesterol Total dan Gambaran Mikrostruktur Aorta Mencit (Mus musculus L.)
Kategori : Skripsi
Nama : Venny Ottessa Hutauruk
Nomor Induk Mahasiswa : 090805060
Program Studi : Sarjana (S1) Biologi Departemen : Biologi
Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara
Disetujui di Medan, April 2014
Komisi Pembimbing :
Pembimbing 2 Pembimbing 1
Masitta Tanjung, S.Si., M.Si Dr. Salomo Hutahaean, M.Si NIP. 19710910 200012 2 001 NIP. 19651011 199501 1 001
Disetujui Oleh
Departemen Biologi FMIPA USU Ketua,
Dr. Nursahara Pasaribu, M.Sc NIP. 19630123 199003 2 001
(4)
ii
PERNYATAAN
PENGARUH EKSTRAK SEGAR LIMUT (
Hydrilla verticillata
L.)
DANAU TOBA TERHADAP KADAR KOLESTEROL TOTAL
DAN GAMBARAN MIKROSTRUKTUR AORTA MENCIT
(
Mus musculus
L.)
SKRIPSI
Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri. Kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.
Medan, April 2014
Venny Ottessa Hutauruk NIM: 090805060
(5)
PENGHARGAAN
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala berkat dan penyertaanNya sampai pada saat ini sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Pengaruh Ekstrak Segar Limut (Hydrilla verticillata L.) Danau Toba terhadap Kadar Kolesterol Total dan Gambaran Mikrostruktur Aorta Mencit (Mus musculus L.)”.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Dr. Salomo Hutahaean, M.Si selaku pembimbing I dan juga selaku penasehat akedemik serta Ibu Masitta Tanjung, S.Si., M.Si selaku pembimbing II atas segala arahan dan motivasi yang telah diberikan, serta segala waktu yang telah disediakan bagi penulis untuk berdiskusi sehingga penyusunan skripsi ini dapat terbentuk dengan baik. Terimakasih juga penulis ucapkan kepada Bapak Prof. Dr. Syafruddin Ilyas, M.Biomed selaku dosen penguji I dan Ibu Dra. Elimasni, M.Si selaku dosen penguji II atas segala kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan skripsi ini. Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada Ibu Dr. Nursahara Pasaribu, M.Sc selaku Ketua Departemen Biologi FMIPA USU, Bapak Dr. Sutarman, M.Sc selaku Dekan FMIPA USU, Ibu Dr. Marpongahtun, M.Sc selaku pembantu Dekan I, Bapak Drs. Nursal, M.Si selaku pembantu Dekan II, Bapak Drs. Kerista Sebayang, M.Si selaku pembantu Dekan III, Ibu Ipit dan kak Siti selaku Laboran Biologi, Bang Ewin, Kak Ros, Bapak dan Ibu Dosen Biologi serta seluruh staf pegawai FMIPA USU.
Ucapan terima kasih yang tak terhingga juga penulis sampaikan kepada orangtua tercinta Bapak (B. Hutauruk) dan Ibu (P. Banjarnahor) atas segala dukungan, materi, doa, dan kasih sayang yang tiada henti kepada penulis untuk dapat melewati banyak tantangan sehingga penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan. Penulis juga mengucapkan terimaksih kepada adek Van Basten Hutauruk, Lisa, Grace dan Amel yang menjadi semangat penulis dalam penyusunan skripsi ini sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik.
Penulis juga tidak lupa untuk mengucapkan terimakasih kepada Laura, Zuwanna dan Yuli selaku teman-teman seperjuangan di Fiswan yang banyak membantu dalam penelitian sehingga skripsi ini dapat terbentuk. Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan untuk sahabat-sahabat yang telah banyak memberi dukungan, motivasi, dan semangat kepada penulis selama penyusunan skripsi ini (Febrin, Julie, Frisshy, Monaria, Sabeth, Astri, Ledi, Yeni, Jesica, Silvia, Raymon, Uba, Anderson, Boy, Sahat, Hans, Hotman, Sepwin, Aan, Agustina, Suma). Terimakasih juga penulis ucapkan kepada teman-teman di Kuljar (Imam, Nuri, Ofi, dan Novi) yang telah membantu penulis selama pengamatan penelitian di lab. Kultur Jaringan Tumbuhan serta seluruh teman seangkatan stambuk 2009 yang tak bisa disebutkan satu per satu. Terimakasih juga penulis ucapkan untuk kakak asuh Kak Erlinda Manalu dan adek asuh Imelda Aritonang, Frico Situmeang, Mira (adek kost), kakak-abang Fiswan (Mela, Pesta, Destri, Igun, Eka, Riana, Sister, Asmi, Indri, Miduk), adek-adek Fiswan (Reni, Lintar, Jais, Sri Asianna), Persekutuan Keluarga Besar Kristen Biologi, seluruh adek stambuk 2010, 2011, 2012 dan 2013 untuk dukungan dan doa yang diberikan. Semoga Tuhan Memberkati. Amin
(6)
iv
PENGARUH EKSTRAK SEGAR LIMUT (
Hydrilla verticillata
L.)
DANAU TOBA TERHADAP KADAR KOLESTEROL TOTAL
DAN GAMBARAN MIKROSTRUKTUR AORTA MENCIT
(
Mus musculus
L.)
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh ekstrak segar limut (bahasa batak toba) terhadap kadar kolesterol total dan ketebalan dinding aorta mencit yang diberi diet kuning telur. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 6 perlakuan dan 4 ulangan. P1 (kontrol normal) tanpa perlakuan dan P2 (kontrol kolesterol) hanya diberi diet kuning telur selama 28 hari. P3, P4, P5 dan P6 diberi diet kuning telur selama 28 hari dan pada hari ke-8 sampai hari ke-21 diberi ekstrak segar limut dengan konsentrasi secara berurut 25%, 50%, 75% dan 100%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian ekstrak segar limut dengan konsentrasi 50%, 75% dan 100% selama dua minggu mampu menurunkan kadar kolesterol total mencit (P<0,05). Hasil ini juga mendukung hasil paramater ketebalan dinding aorta mencit bahwa pemberian ekstrak segar limut mampu mengurangi ketebalan dinding aorta mencit jika dibandingkan dengan P2 dan dengan konsentrasi 100% ketebalan dinding aorta mencit cenderung mendekati normal (P<0,05). Namun, pemberian diet kuning telur dan ekstrak segar limut tidak mempengaruhi pertambahan berat badan mencit. Kesimpulan dari penelitian ini adalah ekstrak segar limut mampu menurunkan kadar kolesterol total dan mengurangi ketebalan dinding aorta mencit cenderung mendekati normal.
(7)
THE EFFECT OF FRESH EXTRACT LIMUT (Hydrilla verticillata L.) TOBA LAKE TO TOTAL CHOLESTEROL AND MICROSTRUCTURE
AORTIC MICE (Mus musculus L.)
ABSTRACT
Research has been conducted to determine the effect of fresh extracts limut (Batak Toba’s language) to total cholesterol levels and the thickness of aorta wall mice fed with diets egg yolk. Research using completely randomized design (CRD) with 6 treatments and 4 replications. P1 (normal control) without treatment and P2 (cholesterol control) were given only the egg yolk diet for 28 days. P3 , P4 , P5 and P6 were given egg yolk diet for 28 days and on day 8 to day 21 were given the fresh extracts limut with a concentration in the order of 25%, 50%, 75% and 100%. The results showed that the fresh extract limut with a concentration 50%, 75% and 100% can reduce total cholesterol levels for two weeks (P<0.05). These results also support the results the thickness of aorta wall mice parameter that the fresh extract limut were able to reduce the thickness of the aortic wall will be closer to normal mice (P<0.05). However, provision of dietary egg yolk and the fresh extract limut does not affect the body weight of mice. The conclusion of this research is the fresh extract limut can lower total cholesterol levels and reduce the thickness of aorta wall mice will be closer to normal.
(8)
vi
DAFTAR ISI
Halaman
Persetujuan i
Pernyataan ii
Penghargaan iii
Abstrak iv
Abstract v
Daftar Isi vi
Daftar Gambar viii
Daftar Lampiran ix
Bab 1. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang 1
1.2Permasalahan 2
1.3Tujuan Penelitian 3
1.4Hipotesis Penelitian 3
1.5 Manfaat Penelitian 4
Bab 2. Tinjauan Pustaka
2.1 Limut (Hydrilla verticillata L.) 5 2.1.1 Deskripsi dan Klasifikasi Limut (Hydrilla verticillata L.) 5 2.1.2 Kandungan Limut (Hydrilla verticillata L.) 6
2.2 Kolesterol 8
2.3 Aterosklerosis 9
Bab 3. Metode Penelitian
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 12
3.2 Alat dan Bahan 12
3.3 Rancangan Penelitian 12
3.4 Prosedur Penelitian 14
3.4.1 Penyediaan Hewan Uji 14 3.4.2 Pengambilan Bahan Uji 14 3.4.3 Pembuatan Ekstrak dan Pemberian Dosis Ekstrak
pada Perlakuan 14
3.4.4 Pemberian Diet Khusus Menggunakan Kuning Telur 15 3.4.5 Pembuatan Irisan Mikroskopis Aorta Metode Parafin 15
3.5 Parameter Pengamatan 17
3.5.1 Pengukuran Berat Badan Mencit 17 3.5.2 Pengukuran Kadar Kolesterol Total 17 3.5.3 Pengamatan Preparat Mikrostruktur Aorta 17
(9)
Bab 4. Hasil dan Pembahasan
4.1 Pertambahan Berat Badan Mencit 19
4.2 Kadar Kolesterol Total Mencit 20
4.3 Gambaran Mikrostruktur Aorta Mencit 25 Bab 5. Kesimpulan dan Saran
5.1Kesimpulan 27
5.2 Saran 27
Daftar Pustaka 28
(10)
viii
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
Gambar
1. Limut (Hydrilla verticillata L.) 5
2. Potongan Melintang Aorta 11
3. Alur Penelitian 13
4. Pertambahan Berat Badan Mencit 19 5. Kadar Kolesterol Total Mencit pada Hari Ke-7 20 6. Perubahan Rerata Kadar Kolesterol Total Mencit pada Hari
Ke-14 21
7. Perubahan Rerata Kadar Kolesterol Total Mencit pada Hari
Ke-21 23
8. Perubahan Rerata Kadar Kolesterol Total Mencit pada Hari
Ke-28 24
9. Ketebalan Dinding Aorta Mencit 25
(11)
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
Lamp
1. Hasil Skrining Fitokimia Hydrilla verticillata L. 32 2. Hasil Pemeriksaan Sampel Limut (Hydrilla verticillata L.) 33 3. Surat Rekomendasi Persetujuan Etik Penelitian Kesehatan 34
4. Data Mentah Hasil Pengamatan 35
5. Analisis Statistik Pertambahan Berat Badan Mencit 36 6. Analisis Statistik Kadar Kolesterol Total (KKT) Mencit 37 7. Analisis Statistik Ketebalan Dinding Aorta Mencit 45
(12)
iv
PENGARUH EKSTRAK SEGAR LIMUT (
Hydrilla verticillata
L.)
DANAU TOBA TERHADAP KADAR KOLESTEROL TOTAL
DAN GAMBARAN MIKROSTRUKTUR AORTA MENCIT
(
Mus musculus
L.)
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh ekstrak segar limut (bahasa batak toba) terhadap kadar kolesterol total dan ketebalan dinding aorta mencit yang diberi diet kuning telur. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 6 perlakuan dan 4 ulangan. P1 (kontrol normal) tanpa perlakuan dan P2 (kontrol kolesterol) hanya diberi diet kuning telur selama 28 hari. P3, P4, P5 dan P6 diberi diet kuning telur selama 28 hari dan pada hari ke-8 sampai hari ke-21 diberi ekstrak segar limut dengan konsentrasi secara berurut 25%, 50%, 75% dan 100%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian ekstrak segar limut dengan konsentrasi 50%, 75% dan 100% selama dua minggu mampu menurunkan kadar kolesterol total mencit (P<0,05). Hasil ini juga mendukung hasil paramater ketebalan dinding aorta mencit bahwa pemberian ekstrak segar limut mampu mengurangi ketebalan dinding aorta mencit jika dibandingkan dengan P2 dan dengan konsentrasi 100% ketebalan dinding aorta mencit cenderung mendekati normal (P<0,05). Namun, pemberian diet kuning telur dan ekstrak segar limut tidak mempengaruhi pertambahan berat badan mencit. Kesimpulan dari penelitian ini adalah ekstrak segar limut mampu menurunkan kadar kolesterol total dan mengurangi ketebalan dinding aorta mencit cenderung mendekati normal.
(13)
THE EFFECT OF FRESH EXTRACT LIMUT (Hydrilla verticillata L.) TOBA LAKE TO TOTAL CHOLESTEROL AND MICROSTRUCTURE
AORTIC MICE (Mus musculus L.)
ABSTRACT
Research has been conducted to determine the effect of fresh extracts limut (Batak Toba’s language) to total cholesterol levels and the thickness of aorta wall mice fed with diets egg yolk. Research using completely randomized design (CRD) with 6 treatments and 4 replications. P1 (normal control) without treatment and P2 (cholesterol control) were given only the egg yolk diet for 28 days. P3 , P4 , P5 and P6 were given egg yolk diet for 28 days and on day 8 to day 21 were given the fresh extracts limut with a concentration in the order of 25%, 50%, 75% and 100%. The results showed that the fresh extract limut with a concentration 50%, 75% and 100% can reduce total cholesterol levels for two weeks (P<0.05). These results also support the results the thickness of aorta wall mice parameter that the fresh extract limut were able to reduce the thickness of the aortic wall will be closer to normal mice (P<0.05). However, provision of dietary egg yolk and the fresh extract limut does not affect the body weight of mice. The conclusion of this research is the fresh extract limut can lower total cholesterol levels and reduce the thickness of aorta wall mice will be closer to normal.
(14)
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pola makan masyarakat telah berubah dari mengkonsumsi makanan tradisional menjadi makanan modern. Makanan tradisional banyak mengandung karbohidrat dan serat sedangkan makanan modern (fast food) banyak mengandung lemak dan sedikit serat sehingga menyebabkan timbulnya berbagai macam penyakit, salah satunya adalah kelebihan kolesterol. Peningkatan kadar kolesterol dalam darah merupakan penyebab utama terjadinya aterosklerosis (Dachriyanus et al. 2007).
Aterosklerosis adalah pengerasan dan penebalan dinding pembuluh arteri akibat plak (endapan kolesterol, kalsium dan lemak). Aterosklerosis juga disebabkan oleh berkumpulnya trombosit sehingga terjadi penggumpalan atau clotting yang dapat menyumbat aliran darah. Penggumpalan pada arteri koronaria disebut coronary thrombosis. Aterosklerosis mengarah pada terjadinya penyakit jantung koroner atau PJK (Handayani, 2009). Penyakit jantung koroner saat ini merupakan penyebab kematian nomor tiga di Indonesia dan tidak mustahil dengan bertambah majunya negara kemungkinan penyakit jantung koroner akan menjadi masalah kesehatan yang utama, seperti yang terjadi di negara-negara maju (Dahlianti, 2001). Banyak senyawa yang telah diketahui dapat menurunkan kadar kolesterol dalam darah seperti serat, vitamin C, karotenoid, klorofil, saponin dan senyawa yang lain. Salah satu tumbuhan air yang mengandung senyawa-senyawa tersebut adalah Hydrilla verticillata.
Menurut Silalahi (2010) Hydrilla verticillata (limut; dalam bahasa Batak Toba) merupakan jenis tumbuhan air yang dominan tumbuh di Danau Toba. Hydrilla verticillata dapat dimanfaatkan sebagai fitoremediasi pada pengolahan limbah. Menurut Artiyani (2011) Hydrilla verticillata berpotensi sebagai fitoremediasi pada pencemaran air buangan limbah tahu. Salah satu parameter yang dapat menunjukkan pencemaran oleh air buangan industri tahu adalah Nitrogen (N) total dan Fospor (F) total. Hydrilla verticillata ternyata mampu menurunkan konsentrasi Nitrogen total dan Fospor total. Menurut Said (2006)
(15)
kombinasi antara Hydrilla verticillata dan Lemma minor sebagai pakan harian menunjukkan hasil terbaik terhadap pertumbuhan berat dan panjang tubuh ikan nila merah. Potensi lain dari Hydrilla verticillata adalah sebagai sumber hara atau pupuk organik pada sistem budidaya kacang tanah (Tanor, 2004).
Menurut Kurniawan et al. (2010) potensi ekonomi tumbuhan air ini dalam bidang kesehatan belum banyak diteliti. Potensi ini berkaitan dengan pemanfaatan komponen yang terkandung di dalamnya, antara lain adalah kandungan pigmen (klorofil dan karotenoid) dan kandungan vitamin C. Hydrilla verticillata L. mengandung klorofil sebanyak 3,71 mg/l berdasarkan hasil pemeriksaan sampel (uji skrining) di Laboratorium Fisiologi dan Kultur Jaringan Tumbuhan, FMIPA USU. Menurut Tungka dan Rondo (1991, dalam Tanor, 2004) Hydrilla verticillata mengandung 1,74% protein, 0,54% lemak, 1,82% serat kasar, 1,51% abu, 3,97% karbohidrat dan 90,42% air. Dengan berbagai kandungan zat yang terdapat pada Hydrilla verticillata, diharapkan tumbuhan ini dapat berfungsi menurunkan kadar kolesterol yang tinggi. Mekanisme kerjanya yaitu merangsang sekresi cairan empedu sehingga kolesterol akan keluar bersama cairan empedu menuju usus dan merangsang sirkulasi darah sehingga mengurangi terjadinya pengendapan lemak pada pembuluh darah (Pidrayanti, 2008).
Penelitian ini untuk meningkatkan kadar kolesterol dilakukan dengan pemberian diet kuning telur. Pemberian kuning telur ternyata dapat meningkatkan kadar kolesterol total darah secara signifikan. Hal ini mendukung pernyataan bahwa kuning telur merupakan salah satu sumber kolesterol yang tinggi, satu kuning telur mengandung 220-250 mg kolesterol. Kuning telur juga mengandung lemak jenuh yang sangat signifikan yang dapat meningkatkan kolesterol darah (Wardiah, 2009).
1.2. Permasalahan
Pola makan masyarakat yang telah mengalami perubahan sehingga mengakibatkan meningkatnya kadar kolesterol dalam darah. Hydrilla verticillata mengandung senyawa-senyawa yang dapat menurunkan kadar kolesterol seperti serat, vitamin C, karotenoid, klorofil dan saponin. Menurut Schneeman dan Tietyen (1994, dalam Sihombing, 2003) serat pangan berperan dalam menurunkan
(16)
3
kadar kolesterol plasma. Vitamin C dapat membantu metabolisme kolesterol dengan cara membuang kolesterol dalam bentuk asam empedu yang diekskresikan melalui usus (Goodman, 2000). Salah satu turunan karotenoid adalah likopen yang ternyata mampu mengoksidasi LDL (low density lipoprotein) sehingga kadar LDL berkurang dan mengurangi resiko pembentukan aterosklerosis serta penyakit jantung koroner (Kurniawan et al. 2010). Klorofil mempunyai potensi sebagai komponen anti-aterosklerosis pada hewan percobaan (Alsuhendra, 2004). Saponin mampu menurunkan konsentrasi kolesterol serum darah dengan mengikat dan mencegah absorbsi kolesterol karena interaksi saponin dan kolesterol merupakan interaksi kompleks yang tidak larut (Aswin, 2008). Penelitian tentang potensi Hydrilla verticillata sebagai bahan obat belum pernah dilakukan sehingga mendorong penulis untuk melakukan penelitian ini.
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui pengaruh pemberian diet kuning telur terhadap kadar kolesterol total darah mencit (Mus musculus L.).
b. Untuk mengetahui pengaruh pemberian diet kuning telur terhadap ketebalan dinding aorta mencit (Mus musculus L.).
c. Untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak segar limut (Hydrilla verticillata L.) terhadap kadar kolesterol total darah mencit (Mus musculus L.) yang diberi diet kuning telur.
d. Untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak segar limut (Hydrilla verticillata L.) terhadap ketebalan dinding aorta mencit (Mus musculus L.) yang diberi diet kuning telur.
1.4. Hipotesis Penelitian
Hipotesis dari penelitian ini adalah:
a. Pemberian diet kuning telur dapat meningkatkan kadar kolesterol total darah mencit (Mus musculus L.).
b. Pemberian diet kuning telur dapat meningkatkan ketebalan dinding aorta mencit (Mus musculus L.).
(17)
c. Pemberian ekstrak segar limut (Hydrilla verticillata L.) dapat menurunkan kadar kolesterol total darah mencit (Mus musculus L.) yang diberi diet kuning telur.
d. Pemberian ekstrak segar limut (Hydrilla verticillata L.)dapat mengurangi ketebalan dinding aorta mencit (Mus musculus L.) yang diberi diet kuning telur.
1.5. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan akan bermanfaat sebagai sumber informasi tentang alternatif lain pengobatan yang aman untuk mengatur kadar kolesterol darah dan sebagai acuan untuk perkembangan penelitian lebih lanjut.
(18)
5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Limut (Hydrilla verticillata L.)
2.1.1. Deskripsi dan KlasifikasiLimut(Hydrilla verticillata L.)
Hydrilla verticillata adalah tumbuhan air yang merupakan bagian dari ekosistem danau dan berperan sebagai sumber daya baik langsung maupun tidak langsung (Tanor, 2004). Tumbuhan air adalah tumbuhan yang tumbuh di air atau sebagian siklus hidupnya berada di air. Keberadaan tumbuhan air di perairan terbuka tidak selalu menimbulkan kerugian. Hydrilla verticillata hidup secara submersum dan sering terdapat pada perairan-perairan tergenang seperti danau atau waduk (Shofawie, 1990).
Gambar 1.Limut (Hydrilla verticillata L.)
Menurut Silalahi (2010) Hydrilla verticillata memiliki ciri-ciri yaitu, daun berukuran kecil berbentuk lanset yang tersusun mengelilingi batang. Batangnya bercabang dan tumbuh mendatar sebagai stolon yang pada tempat tertentu membentuk akar serabut. Tumbuhan ini merupakan tumbuhan yang seluruh
(19)
bagian tubuhnya tenggelam di bawah permukaan air. Perkembangbiakan Hydrilla verticillata terjadi dengan pesat dengan adanya stolon. Hydrilla verticillata merupakan vegetasi akuatik yang mendominasi di perairan Danau Toba.
Menurut Steenis dan Kruseman (1957) klasifikasi dari Hydrilla verticillata adalah:
Kingdom : Plantae
Super Divisi : Spermatophyta Divisi : Magnoliophyta Kelas : Liliopsida Ordo : Hydrocharitales Famili : Hydrocharitaceae Genus : Hydrilla
Spesies : Hydrilla verticillata (L. f.) Royle
2.1.2. Kandungan Limut (Hydrilla verticillata L.)
Menurut Kurniawan et al. (2010) Hydrilla verticillata memiliki kandungan klorofil total sebesar 4,43 ml/g, karotenoid 0,92 ml/g dan vitamin C 4,70 mg/30g. Klorofil sebenarnya merupakan pigmen tanaman yang paling penting karena terlibat dalam proses fotosintesis serta transformasi cahaya matahari menjadi energi kimia. Klorofil dan beberapa senyawa turunannya sekarang telah diketahui dapat memberikan manfaat bagi manusia yaitu mempunyai potensi sebagai komponen anti-aterosklerosis pada hewan percobaan (Alsuhendra, 2004).
Karoten yang dikenal sebagai prekursor vitamin A (beta karoten), saat ini telah dikembangkan sebagai agensia protektif melawan sel kanker, penyakit jantung, mengurangi penyakit mata, antioksidan dan regulator dalam sistem imun tubuh. Turunan dari karoten adalah likopen. Likopen yang terkandung dalam tomat ternyata mampu mengoksidasi LDL (low dencity lipoprotein) sehingga kadar LDL berkurang dan mengurangi resiko pembentukan aterosklerosis serta penyakit jantung koroner (Kurniawan et al. 2010). Vitamin C dapat membantu metabolisme kolesterol dengan cara membuang kolesterol dalam bentuk asam empedu yang diekskresikan melalui usus. Vitamin C meningkatkan kadar HDL, tingginya HDL berhubungan dengan rendahnya resiko penyakit jantung (Goodman, 2000).
Hydrilla verticillata mengandung 1,74% protein, 0,54% lemak, 1,82% serat kasar, 1,51% abu, 3,97% karbohidrat dan 90,42% air (Tungka & Rondo,
(20)
7
1991, dalam Tanor, 2004). Menurut Schneeman dan Tietyen (1994, dalam Sihombing, 2003) serat pangan berperan dalam menurunkan kadar kolesterol plasma. Serat yang dapat menurunkan kadar kolesterol adalah jenis serat yang larut dalam air sedangkan yang tidak larut tidak mempunyai pengaruh. Berdasarkan kelarutannya dalam air, serat dapat diklasifikasikan menjadi serat yang larut dan yang tidak larut. Serat yang larut yaitu pektin, gum, psilium, β -glukan dan musilages sedangkan serat yang tidak larut yaitu hemisellulosa, sellulosa dan lignin (Tala, 2009). Menurut Effendi et al. (2009) ada pengaruh pemberian diet serat tinggi terhadap kadar kolesterol darah pada pasien penyakit jantung koroner. Kadar kolesterol darah menurun setelah diberikan makanan berserat tinggi.
Hasil uji skrining fitokimia yang telah dilakukan di Laboratorium Kimia Bahan Alam Hayati FMIPA USU limut mengandung saponin yang sangat tinggi (++++) dan mengandung sedikit alkaloid (+). Saponin merupakan senyawa glikosida kompleks dengan berat molekul tinggi yang dihasilkan terutama oleh tanaman, hewan laut tingkat rendah dan beberapa bakteri. Saponin larut dalam air tetapi tidak larut dalam eter (Aswin, 2008).
Berdasarkan struktur kimianya, saponin dikelompokkan menjadi tiga kelas utama yaitu kelas streroid, kelas steroid alkaloid, dan kelas triterpenoid. Sifat yang khas dari saponin antara lain berasa pahit, berbusa dalam air, beracun bagi binatang berdarah dingin, mempunyai aktivitas hemolisis (merusak sel darah merah) dan tidak beracun bagi binatang berdarah panas (Mutiah et al. 2011).
Saponin dapat mengganggu penyerapan mineral dan vitamin dalam tubuh. Saponin dapat menekan konsentrasi Fe hati melalui penyerapan Fe yang tidak sempurna dengan membentuk kompleks Saponin-Fe. Saponin mampu menurunkan konsentrasi kolesterol serum darah dengan mengikat dan mencegah absorbsi kolesterol karena interaksi saponin dan kolesterol merupakan kompleks yang tidak larut. Absorbsi kolesterol yang rendah menurunkan konsentrasi kolesterol serum darah dan memaksa meningkatnya metabolisme kolesterol dalam hati. Saponin juga dapat mengurangi kolesterol darah dengan membatasi penyerapan kembali dan meningkatkan ekskresi. Namun perlu diperhatikan
(21)
bahwa penurunan konsentrasi kolesterol serum darah hanya dapat terjadi jika terjadi hiperkolesterol (Aswin, 2008).
2.2. Kolesterol
Kolesterol adalah lemak berwarna kekuningan yang menyerupai lilin yang diproduksi oleh tubuh, terutama di dalam hati (Heslet, 1997). Kolesterol dihasilkan oleh tubuh untuk bermacam-macam fungsi, yaitu komponen umum dalam membran sel hewan, membuat hormon steroid, hormon adrenal kortikoid dan garam empedu. Hormon steroid dalam tubuh meliputi hormon pria dan wanita yaitu, testosteron, estrogen, dan progesteron (Sloane, 2003).
Kolesterol masuk-keluar jaringan tubuh melalui dua proses berdaur. Salah satu diantaranya berkaitan dengan pergantian lipoprotein, sedangkan yang lain melibatkan pergantian asam empedu. Kolesterol dan senyawa-senyawa yang berasal dari kolesterol sendiri dikeluarkan terutama bersama tinja. Kolesterol yang hilang ini sebagian diganti oleh kolesterol diet dan sebagian lagi oleh kolesterol yang disintesis tubuh dari asetil koenzim A (McGilvery & Goldstein, 1996).
Kolesterol berasal dari dua sumber, yaitu dari diet (makanan) sehari-hari yang disebut dengan kolesterol eksogen dan dari hasil sintesa tubuh terutama oleh hati dan usus yang disebut dengan kolesterol endogen. Kolesterol eksogen diabsorpsi setiap hari di saluran pencernaan, sedangkan kolesterol endogen disintesa tubuh dalam jumlah yang lebih besar (Guyton & Hall, 1997). Sebagian besar kolesterol dalam darah terikat ke protein-protein plasma tertentu dalam bentuk kompleks lipoprotein yang larut dalam darah (Sherwood, 2001).
Menurut Sloane (2003) lipoprotein adalah partikel kecil yang komposisinya serupa kilomikron. Lipoprotein terutama disintesis di hati. Lipoprotein dipakai untuk transfer lemak antar jaringan dan bersirkulasi dalam darah pada tahap postabsorbtif setelah kilomikron dikeluarkan dari darah. Lipoprotein terbagi menjadi tiga kelas sesuai densitasnya, yaitu:
a. VLDL (Very Low Density Lipoprotein) mengandung kurang lebih 60% trigliserida dan 15% kolesterol dan memiliki massa terkecil. VLDL mentranspor trigliserida dan kolesterol menjauhi hati menuju jaringan untuk disimpan atau digunakan.
(22)
9
b. LDL (Low Density Lipoprotein) mengandung hampir 50% kolesterol dan membawa 60% sampai 70% kolesterol plasma yang disimpan dalam jaringan adiposa dan otot polos. Konsentrasinya bergantung pada banyak faktor, terutama pada faktor asupan makanan yang mengandung kolesterol dan lemak jenuh. Konsentrasi LDL tinggi dalam darah dihubungkan dengan insidensi tinggi penyakit jantung koroner.
c. HDL (High Density Lipoprotein) mengandung 20% kolesterol, kurang dari 5% trigliserida dan 50% protein dari berat molekulnya. HDL penting dalam pembersihan trigliserida dan kolesterol dari plasma karena HDL membawa kolesterol kembali ke hati untuk proses metabolisme bukan untuk disimpan dalam jaringan lain. Konsentrasi HDL tinggi dalam darah dihubungkan dengan insidensi rendah penyakit jantung koroner.
2.3. Aterosklerosis
Aterosklerosis adalah suatu penyakit arteri degeneratif progresif yang menyebabkan oklusi (sumbatan gradual) pembuluh yang terkena sehingga aliran darah melalui pembuluh tersebut berkurang. Diperkirakan bahwa aterosklerosis berawal sebagai suatu ateroma, yaitu tumor jinak (nonkanker) sel-sel otot polos di dalam dinding pembuluh darah. Sel-sel ini bermigrasi dari lapisan otot pada pembuluh darah ke posisi tepat di bawah lapisan endotel, tempat sel-sel tersebut terus membelah diri dan membesar. Kemudian, kolesterol dan lemak lain menumpuk di sel-sel otot polos abnormal ini dan membentuk plak. Plak menonjol ke dalam lumen pembuluh seiring dengan pertumbuhannya (Sherwood, 2001). Menurut Marinetti (1990, dalam Suryana, 2001) plak merupakan timbunan kolesterol, fosfolipid, sel-sel mati, kalsium dan komponen lain seperti kolagen. Plak dapat menebal sehingga dapat menghambat kelancaran aliran darah menuju jaringan.
Lesi aterosklerotik ditandai oleh penebalan setempat dari tunika intima, proliferasi sel-sel otot polos dan elemen ekstrasel dari jaringan ikat serta penimbunan kolesterol dalam sel-sel otot polos dan makrofag. Bila penuh terisi lipid, sel-sel ini disebut sebagai sel busa dan membentuk berkas-berkas lemak dan plak yang tampak mencirikan aterosklerosis. Perubahan ini dapat meluas ke
(23)
bagian dalam tunika media dan penebalan ini dapat begitu hebatnya hingga menyumbat pembuluh (Junqueira et al. 1997). Kalsium juga seringkali mengendap pada lesi ini, sehingga membentuk plak kalsifikasi yang mengakibatkan arteri menjadi sangat keras. Plak menyebabkan penyempitan pembuluh darah yang membatasi aliran darah dan mengurangi elastisitas pembuluh darah pada jantung, otak dan paru-paru (Linder, 1992). Arteri koronaria termasuk yang sering terkena aterosklerosis (Junqueira et al. 1997).
Banyak produk peradangan yang merangsang proliferasi sel otot polos sehingga sel-sel otot polos tumbuh ke dalam tunika intima. Kolesterol dan lemak plasma mendapat akses ke tunika intima karena permeabilitas lapisan endotel meningkat. Agregasi trombosit meningkat dan mulai terbentuk bekuan darah (trombus) apabila cedera dan peradangan terus berlanjut. Sebagian dinding pembuluh diganti oleh jaringan parut sehingga struktur dinding berubah. Hasil akhirnya adalah penimbunan kolesterol dan lemak, pembentukan jaringan parut, pembentukan bekuan yang berasal dari trombosit, dan poliferasi sel otot polos. Semua faktor ini menyebabkan berkurangnya garis tengah arteri dan peningkatan kekakuan arteri (Corwin, 1997).
Menurut Leeson et al. (1996) setiap arteri memperlihatkan pola tata-bentuk yang umum. Dinding arteri pada umumnya terdiri atas tiga tunika, yaitu: a. Tunika intima (interna) yang paling dalam, terdiri atas selapis sel endotel
sebelah dalam, diluarnya diliputi oleh lapisan subendotel yang merupakan jaringan ikat fibroelastis halus, dan yang paling luar berupa sabuk serat elastis yang disebut membran elastika interna (tunika elastika interna), yang mungkin tidak terdapat pada pembuluh yang lain.
b. Tunika media, lapis tengah, terutama terdiri atas sel otot polos yang tersusun melingkar. Serat-serat elastin dan kolagen dalam jumlah yang beragam terselip di antara sel-sel otot polos.
c. Tunika adventisia, lapisan luar, terutama terdiri atas jaringan ikat yang kebanyakan unsurnya tersusun sejajar sumbu panjang pembuluh (memanjang). Berbatasan dengan tunika media mungkin terdapat tunika elastika eksterna yang jelas. Tata bangun dan ketebalan relatif dari setiap lapisan tergantung pada jenis dan ukuran pembuluh.
(24)
11
Gambar 2. Potongan Melintang Aorta. A. Aorta Normal. Pewarnaan Hematoksilin-Eosin. Perbesaran 50x. 1= tunika adventisia; 2= tunika media; 3= membran elastika interna; 4= lumen aorta; 5= tunika intima, 6= endotelium (Fiore, 1986). B. Aorta Abnormal. Pewarnaan von Kossa. a= kalsifikasi pada aorta; b= lumen aorta Penyebab aterosklerosis masih belum jelas. Banyak faktor-faktor resiko-tinggi tertentu yang dikaitkan dengan peningkatan insidensi aterosklerosis dan penyakit jantung koroner. Diantara faktor-faktor tersebut adalah predisposisi genetik, kegemukan, usia lanjut, merokok, hipertensi, diabetes melitus, kurang berolahraga, ketegangan saraf, dan yang paling signifikan adalah kelebihan kolesterol dalam darah (Sherwood, 2001).
Menurut Libby (1998) faktor resiko aterosklerosis dapat dibagi dua yaitu faktor resiko yang dapat diubah dan yang tidak dapat diubah. Faktor resiko yang dapat diubah meliputi hiperkolesterolemia, level HDL yang rendah, hipertensi, merokok, inaktifitas fisik, obesitas, stres psikologis, diet tinggi lemak jenuh, oksidasi kolesterol, dan kalori. Faktor resiko yang tidak dapat diubah yaitu jenis kelamin pria, riwayat keluarga, dan usia.
B A
1 2 3 4 5 6
a
(25)
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juni sampai dengan September 2013 di Laboratorium Struktur Hewan dan Laboratorium Fisiologi Hewan, Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara, Medan.
3.2. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah untuk pemeliharaan hewan uji yaitu kandang plastik dan penutup kawat. Alat untuk pemberian perlakuan yaitu timbangan digital, jarum gavage, spit 1 ml, mortar, beaker glass, batang pengaduk, gelas ukur, alat test kolesterolEasyTouch®, botol zat dan toolbox. Alat untuk pembuatan sediaan histologis yaitu bak bedah, dissecting set, sample cup, botol balsem, botol Winkler, hotplate, holder, mikrotom, kuas, cover glass, object glass, pipet tetes, erlenmeyer, freezer, cutter, spatula, bunsen, chumber, plat parafin, kotak preparat, kertas saring, kertas millimeter, kertas label, kamera digital dan mikroskop Primo Star Zeiss Axio Cam Erc 5C.
Bahan yang digunakan adalah mencit (Mus musculus L.) jantan strain DDW, limut (Hydrilla verticillata), kuning telur bebek, striptest kolesterol EasyTouch®, aluminium foil, pellet pakan mencit tipe Pb551, sekam, aquadest, alkohol, Formalin 10%, larutan NaCl 0,9%, perak nitrat, sodium tiosulfat, safranin, canada balsam, xylol dan parafin.
3.3. Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 6 perlakuan, yaitu 2 kontrol (tanpa perlakuan dan diet kuning telur) serta 4 perlakuan ekstrak segar limut (diberi diet kuning telur dan ekstrak segar limut dengan berbagai konsentrasi).
(26)
13
Pembagian masing-masing perlakuan, yaitu:
a. Perlakuan 1 : Kontrol normal (tanpa perlakuan) selama 28 hari
b. Perlakuan 2 : Kontrol kolesterol (hanya diberi diet kuning telur) selama 28 hari c. Perlakuan 3 : Diet kuning telur selama 28 hari + ekstrak segar limut konsentrasi
25% selama 14 hari yaitu mulai dari hari ke-8 sampai hari ke-21 d. Perlakuan 4 : Diet kuning telur selama 28 hari + ekstrak segar limut konsentrasi
50% selama 14 hari yaitu mulai dari hari ke-8 sampai hari ke-21 e. Perlakuan 5 : Diet kuning telur selama 28 hari + ekstrak segar limut konsentrasi
75% selama 14 hari yaitu mulai dari hari ke-8 sampai hari ke-21 f. Perlakuan 6 : Diet kuning telur selama 28 hari + ekstrak segar limut konsentrasi
100% selama 14 hari yaitu mulai dari hari ke-8 sampai hari ke-21 Bagan kerja penelitian selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 3.
Periode pemberian diet kuning telur
0 7 14 21 28
Periode pemberian ekstrak segar limut
Gambar 3. Alur Penelitian. 0= hari ke-0 (pengukuran KKT awal mencit); 7= hari ke-7 (pengukuran KKT mencit setelah diberi DKT); 14= hari ke-14 (pengukuran KKT mencit setelah 7 hari diberi ekstrak segar limut); 21= hari ke-21 (pengukuran KKT mencit setelah 14 hari diberi ekstrak segar limut); 28= hari ke-28 (pengukuran KKT akhir mencit dan pengambilan sampel organ aorta).
Jumlah ulangan untuk setiap perlakuan ditentukan dengan menggunakan rumus Federer (Chairul et al. 1992) yaitu:
(t - 1) (n - 1) ≥ 15
Keterangan:
t = jumlah perlakuan n = jumlah ulangan
(27)
Jumlah ulangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 4 ekor masing-masing perlakuan, sehingga jumlah mencit jantan yang digunakan adalah sebanyak 24 ekor.
3.4. Prosedur Penelitian 3.4.1. Penyediaan Hewan Uji
Penelitian ini menggunakan mencit (Mus musculus L.) jantan strain DDW yang diperoleh dari Balai Pengujian Penyidikan Veteriner (BPPV) Sumatera Utara, Medan sebanyak 24 ekor. Mencit dipelihara dalam kandang yang terbuat dari plastik yang diberi alas sekam yang dilakukan pergantian sekam dua kali seminggu. Berat badan mencit yang digunakan ± 30 g (Smith & Mangkoewidjoyo, 1988). Pemberian pakan dan air ledeng dilakukan secara ad-libitum (Hrapkiewicz & Medina, 2007).
3.4.2. Pengambilan Bahan Uji
Bahan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah limut (Hydrilla verticillata L.) yang diperoleh dari wilayah perairan Danau Toba, Desa Marbun Toruan, Kecamatan Baktiraja, Kabupaten Humbang Hasundutan. Limut diambil pada sore hari dari dalam danau kemudian dimasukkan ke dalam botol yang sudah diisi dengan air dan disimpan di dalam toolbox.
3.4.3. Pembuatan Ekstrak dan Pemberian Dosis Ekstrak pada Perlakuan
Pembuatan ekstrak dilakukan dengan cara mencuci limut, ditiriskan di atas kertas saring lalu dihaluskan dengan menggunakan mortar. Bahan uji yang sudah dihaluskan diperas hingga diperoleh perasan 100% limut. Hasil perasan tersebut dimasukkan ke dalam beaker glass dan dibagi menjadi beberapa konsentrasi yaitu 25%, 50%, 75% dan 100% dengan penambahan aquadest kemudian dimasukkan ke dalam botol coklat dan disimpan di dalam freezer. Pergantian ekstrak segar limut dilakukan sekali tiga hari untuk mendapatkan ekstrak yang tetap segar. Bahan uji yang digunakan untuk sekali pembuatan ekstrak ± 50 g.
Ekstrak yang telah didapatkan diberikan kepada hewan uji mencit jantan secara oral dengan menggunakan jarum gavage (Hrapkiewicz & Medina, 2007).
(28)
15
Volume pemberian ekstrak adalah 0,3 ml/ekor/hari, yang ditentukan mengikuti Lisminingsih (1996, dalam Hutapea, 2006), yaitu 0,1 ml/10gBB/hari. Ekstrak segar limut diberikan selama 14 hari.
3.4.4. Pemberian Diet Khusus Menggunakan Kuning Telur
Diet khusus untuk menaikkan kadar kolesterol total mencit dilakukan dengan menggunakan kuning telur sebanyak 0,3 ml/ekor/hari (Hutagalung, 2012). Pembuatan diet kuning telur dilakukan dengan cara memisahkan kuning telur dari putihnya dan membuat emulsi kuning telur dengan cara mengocok perlahan. Diet kuning telur diberikan secara oral dengan menggunakan jarum gavage selama 28 hari (Wardiah, 2009). Kuning telur berasal dari telur bebek yang diperoleh dari pasar.
3.4.5. Pembuatan Irisan Mikroskopis Aorta Metode Parafin
Irisan pembuluh darah diambil dari aorta mencit dari setiap perlakuan. Mencit dari setiap perlakuan dipuasakan sehari sebelum dibedah yaitu pada hari ke-28 dan kandang dibersihkan lalu alas sekam diganti.
Tahapan-tahapan dalam pembuatan irisan mikoskopis aorta adalah sebagai berikut, tahapan pertama yaitu: fiksasi, mencit (Mus musculus L.) didislokasi leher dan dibedah. Organ aorta diambil dan dicuci dengan larutan NaCl 0,9% kemudian difiksasi selama 1 malam dengan Formalin buffer 10%. Washing (pencucian) dilakukan dengan alkohol 70% dengan cara dishaker sampai benar-benar jernih dan direndam dengan alkohol 70% selama 1 malam.
Dehidrasi dilakukan dengan merendam aorta sambil dishaker dengan menggunakan alkohol bertingkat yaitu dari alkohol 70%, 80% dan 96% selama 1 jam pada masing-masing konsentrasi. Clearing dilakukan dengan merendam aorta ke dalam xylol di dalam botol balsem selama 1 malam. Infiltrasi dilakukan dengan merendam aorta ke dalam xylol selama 1 jam pada suhu kamar kemudian dipindahkan lagi ke dalam xylol yang baru yang berada di dalam oven pada suhu 560C selama 1 jam. Aorta selanjutnya direndam ke dalam parafin murni I, II, III masing-masing selama 1 jam pada suhu 560C, yang selama proses pengerjaannya dilakukan dalam oven.
(29)
Embedding (penanaman) dilakukan dengan cara meletakkan aorta pada kotak berbentuk segi empat yang telah dipersiapkan sebelumnya sebagai cetakan. Parafin yang telah cair dituang ke dalam kotak tersebut, kemudian aorta ditanam dalam kotak yang telah berisi parafin dan diatur posisinya lalu diberi label. Parafin dibiarkan sampai dingin sehingga membentuk blok parafin dan dimasukkan ke dalam freezer. Blok-blok tersebut dirapikan dan ditempelkan pada holder yang terbuat dari kayu berbentuk persegi dengan bantuan lampu bunsen.
Cutting (pemotongan) dilakukan dengan memotong blok-blok parafin yang telah diholder pada mikrotom sehingga membentuk pita-pita parafin dengan ukuran ketebalan 6µ m. Attaching (penempelan) dilakukan dengan mengambil beberapa pita parafin dengan skapel, kemudian diletakkan pada object glass, dan dicelupkan pada air dingin dan kemudian pada air hangat. Object glass yang telah ditempel dengan pita parafin diletakkan di atas hotplate beberapa detik untuk melekatkan pita parafin dan membersihkan sebagian parafin yang melekat pada aorta.
Deparafinasi dilakukan dengan cara mencelupkan object glass pada xylol sampai parafin habis kira-kira selama ± 5 menit. Dealkoholisasi dilakukan dengan cara mencelupkan object glass ke dalam alkohol bertingkat dengan konsentrasi menurun, yaitu dari alkohol 96%, 80%, 70%, 60%, 50%, 40%, 30% dan kemudian ke dalam aquadest, masing-masing konsentrasi dicelupkan ± 3-5 detik.
Sediaan aorta diwarnai dengan menggunakan metode pewarnaan von Kossa (Sheehan & Hrapchak, 1980). Pewarnaan dilakukan dengan cara preparat dimasukkan kedalam larutan perak nitrat 5% selama satu jam di bawah lampu 60 watt, diletakkan kaca dibelakang staining jar untuk merefleksikan cahaya atau diletakkan di bawah sinar matahari sampai kalsium berubah menjadi warna hitam, lalu dicuci dengan aquadest sebanyak tiga kali, lalu dimasukkan ke dalam larutan hipo 5% (sodium tiosulfat) selama 5 menit, dicuci dengan air mengalir kemudian dimasukkan ke dalam larutan safranin 1% selama 5 menit sebagai warna pembanding, lalu dicuci dengan air mengalir, kemudian direndam ke dalam xylol selama 1 menit.
Mounting dilakukan dengan menutup preparat dengan canada balsam. Diusahakan supaya tidak terdapat gelembung udara. Labelling, preparat yang
(30)
17
telah selesai dimounting diberi label di bagian pinggir object glass (Suntoro, 1983).
3.5. Parameter Pengamatan
3.5.1. Pengukuran Berat Badan Mencit
Pengukuran berat badan masing-masing mencit dilakukan setiap hari sebelum diberi perlakuan, data yang diambil adalah data pada saat awal dan akhir sesuai masing-masing perlakuan.
3.5.2. Pengukuran Kadar Kolesterol Total
Kadar kolesterol total masing-masing mencit diukur dengan menggunakan alat test kolesterol. Darah diambil dari bagian ekor mencit dengan menggunakan jarum frank. Darah tersebut dimasukkan ke dalam bagian darah striptest kolesterol. Hasil pengukuran akan tampil pada layar setelah ± 2 menit kemudian dicatat. Pengukuran kadar kolesterol total awal dilakukan setelah seminggu adaptasi mencit. Pengukuran kadar kolesterol total selanjutnya dilakukan seminggu setelah diberi diet kuning telur dan seminggu setelah pemberian ekstrak segar limut. Pengukuran kadar kolesterol total dilakukan setiap sekali seminggu dari setiap perlakuan. Kadar kolesterol total mencit diukur dengan alat test kolesterol EasyTouch®.
3.5.3. Pengamatan Preparat Mikrostruktur Aorta
Pengamatan gambaran mikrostruktur aorta dilakukan untuk mendeteksi adanya penebalan dinding aorta. Ketebalan dinding aorta diukur dengan menggunakan mikroskop Primo Star Zeiss Axio Cam Erc 5C. Preparat diamati dengan menggunakan perbesaran 40x (okuler 10x, obyektif 4x), ketebalan penampang lintang aorta diukur dari tunika intima sampai tunika adventisia pada 8 zona, yaitu jam 12.00, 13.30, 15.00, 16.30, 18.00, 19.30, 21.00, dan 22.30. Hasil pengukuran dari 8 zona tersebut selanjutnya dirata-ratakan (Nugroho, 2005).
(31)
3.6. Analisis Statistik
Data yang didapat dari setiap parameter (variabel) pengamatan dicatat dan disusun ke dalam bentuk tabel. Data kuantitatif (variabel dependen) yang didapatkan, diuji kemaknaannya terhadap pengaruh kelompok perlakuan (variabel independen) dengan bantuan program statistik komputer SPSS release 15. Urutan uji untuk setiap parameter diawali dengan uji normalitas dan uji homogenitas. Apabila hasil uji normalitas dan uji homogenitas menunjukkan p>0,05 maka dilanjutkan uji sidik ragam (ANOVA) satu arah untuk data dengan pengamatan berulang (lebih dari 2 kali) atau lebih dari 2 perlakuan. Jika berbeda nyata (p<0,05) maka dilanjutkan dengan uji analisis Post Hoc-Scheffe taraf 5%.
(32)
19
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian tentang pengaruh ekstrak segar limut (Hydrilla verticillata L.) Danau Toba terhadap kadar kolesterol total dan gambaran mikrostruktur aorta mencit (Mus musculus L.) didapatkan hasil sebagai berikut:
4.1. Pertambahan Berat Badan Mencit
Pemberian ekstrak segar limut tidak berpengaruh terhadap pertambahan berat badan mencit yang diukur pada awal dan akhir penelitian (P>0,05). Dari hasil analisis statistik menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang nyata terhadap pertambahan berat badan mencit pada setiap perlakuan yang diuji dengan sidik ragam (ANOVA). Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Pertambahan Berat Badan Mencit Setelah Pemberian Ekstrak Segar Limut. P1= K, P2= DKT, P3= DKT+L25%, P4= DKT+L50%, P5= DKT+L75%, P6= DKT+L100%. K= kontrol normal; DKT= diet kuning telur; L= limut
Pertambahan berat badan mencit dari setiap perlakuan bervariasi, terlihat pada P1 dan P2 sebesar 3,2 g, P3= 2 g, P4= 3,4 g, P5= 2,5 g dan P6= 2,1 g. Namun, setelah dianalisis statistik tidak berbeda nyata. Hal ini dapat dikatakan bahwa perlakuan tidak berpengaruh terhadap pertambahan berat badan mencit.
Menurut Smith dan Mangkoewidjoyo (1988) banyak faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan mencit salah satunya adalah faktor lingkungan yaitu
P1 P2 P3 P4 P5 P6
Series1 3,2 3,2 2 3,4 2,5 2,1
0 1 2 3 4
B
e
r
at
B
ad
an
M
e
n
c
it
(g)
(33)
kualitas makanan yang dikonsumsi oleh mencit. Kualitas makanan dapat berpengaruh terhadap kondisi mencit secara keseluruhan. Faktor-faktor tersebut dapat mempengaruhi kemampuan mencit untuk bertumbuh.
4.2. Kadar Kolesterol Total (KKT) Mencit 4.2.1. Kadar Kolesterol Total Mencit Hari ke-0
Rerata KKT mencit hari ke-0 (KKT normal) adalah KKT awal sebelum diberi diet kuning telur. Hasil pengamatan terhadap KKT mencit dari setiap perlakuan didapat rerata KKT mencit percobaan adalah 123 mg/dl. Hal ini tidak jauh berbeda dengan hasil penelitian Dachriyanus et al. (2007) yang menggunakan hewan uji mencit jantan yaitu didapatkan rerata KKT pada kelompok kontrol negatif (tanpa perlakuan) adalah 117,23 mg/dl.
4.2.2. Kadar Kolesterol Total Mencit Hari ke-7
Rerata KKT mencit hari ke-7 adalah KKT mencit setelah diberi diet kuning telur (DKT) selama 7 hari. Pemberian DKT berpengaruh terhadap kadar kolesterol total mencit (P<0,05). Pemberian DKT menyebabkan peningkatan KKT mencit dibandingkan dengan kontrol normal yang tidak diberi DKT.
Hasil uji beda rata-rata (uji T) menunjukkan adanya perbedaan yang nyata antara kontrol normal jika dibandingkan dengan perlakuan yang diberi DKT. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Kadar Kolesterol Total Mencit pada Hari ke-7. K= kontrol normal; DKT= diet kuning telur
K DKT
Series1 121,5 173,7
a b 0 50 100 150 200 K ad ar K o le ste r o l To tal M e n c it (m g/ d l) Perlakuan
(34)
21
Rerata KKT mencit pada perlakuan yang diberi DKT mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan perlakuan kontrol normal. Hal ini menunjukkan bahwa kuning telur dapat meningkatkan kadar kolesterol total secara signifikan.
Hasil tersebut mendukung pernyataan bahwa kuning telur merupakan salah satu sumber kolesterol yang tinggi, satu kuning telur mengandung 220-250 mg kolesterol. Kuning telur juga mengandung lemak jenuh yang sangat signifikan yang dapat meningkatkan kolesterol darah (Wardiah, 2009).
4.2.3. Perubahan Kadar Kolesterol Total Mencit Hari ke-14 Dibandingkan dengan Hari Ke-7
Pemberian ekstrak segar limut selama 7 hari setelah diberi diet kuning telur (DKT) berpengaruh terhadap KKT mencit. Perubahan rerata KKT mencit hari ke-14 dibandingkan dengan hari ke-7 mengalami perbedaan yang significant (P<0,05). Pemberian ekstrak segar limut menyebabkan penurunan KKT mencit pada P3 sebesar 16,75 mg/dl, P4 sebesar 19,5 mg/dl, P5 sebesar 23 mg/dl dan pada P6 penurunan mencapai 24,25 mg/dl jika dibandingkan dengan P2 (kontrol kolesterol) yang hanya diberi DKT.
Hasil uji analisis Post Hoc-Scheffe taraf 5% menunjukkan adanya perbedaan yang nyata antara P2 (kontrol kolesterol) dengan setiap perlakuan yang diberi ekstrak segar limut. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6. Perubahan Rerata Kadar Kolesterol Total Mencit Hari ke-14 (7 Hari Setelah Pemberian Ekstrak Segar Limut). P1= K, P2= DKT, P3= DKT+L25%, P4= DKT+L50%, P5= DKT+L75%, P6= DKT+L100%. K= kontrol normal; DKT= diet kuning telur; L= limut
P1 P2 P3 P4 P5 P6
Series1 14,25 20,25 -16,75 -19,5 -23 -24,25
a a
b
b b b
-30 -20 -10 0 10 20 30 K ad ar K o le ste r o l To tal M e n c it (m g/ d l) Perlakuan
(35)
Perubahan rerata KKT mencit hari ke-14 dibandingkan dengan hari ke-7 setelah diberi ekstrak segar limut selama 7 hari menunjukkan adanya penurunan yang signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian ekstrak segar limut mampu menurunkan KKT mencit percobaan yang diberi DKT. Hal ini mungkin disebabkan oleh adanya kandungan senyawa-senyawa yang terdapat dalam limut. Senyawa-senyawa tersebut seperti klorofil total, karotenoid, vitamin C (Kurniawan et al. 2010). Berdasarkan hasil pemeriksaan sampel (uji skrining) di Laboratorium Fisiologi dan Kultur Jaringan Tumbuhan, FMIPA USU, limut mengandung klorofil total sebesar 3,71 ml/g.
Menurut Alsuhendra (2004) klorofil dan beberapa senyawa turunannya mempunyai potensi sebagai komponen anti-aterosklerosis pada hewan percobaan. Salah satu turunan dari karoten yaitu likopen mampu mengoksidasi LDL (low dencity lipoprotein) sehingga kadar LDL berkurang dan mengurangi resiko pembentukan aterosklerosis (Kurniawan et al. 2010). Vitamin C dapat membantu metabolisme kolesterol dengan cara membuang kolesterol dalam bentuk asam empedu yang diekskresikan melalui usus. Vitamin C juga meningkatkan kadar HDL (high dencity lipoprotein), tingginya HDL berhubungan dengan rendahnya resiko penyakit jantung (Goodman, 2000).
Limut juga mengandung senyawa-senyawa seperti protein, lemak, serat kasar, abu, karbohidrat dan sebagian besar air (Tungka & Rondo, 1991, dalam Tanor, 2004). Menurut Schneeman dan Tietyen (1994, dalam Sihombing, 2003) serat pangan berperan dalam menurunkan kadar kolesterol plasma.
4.2.4. Perubahan Kadar Kolesterol Total Mencit Hari ke-21 Dibandingkan dengan Hari ke-7
Pemberian ekstrak segar limut selama 14 hari setelah diberi diet kuning telur (DKT) berpengaruh terhadap KKT mencit. Perubahan rerata KKT mencit hari ke-21 dibandingkan dengan hari ke-7 mengalami perbedaan yang significant (P<0,05). Pemberian ekstrak segar limut selama 14 hari menyebabkan penurunan KKT mencit pada P4 sebesar 40 mg/dl, P5 sebesar 42,5 mg/dl dan P6 sebesar 34 mg/dl jika dibandingkan dengan P2 (kontrol kolesterol) yang hanya diberi DKT, sedangkan pada P3 mengalami peningkatan KKT mencit.
(36)
23
Hasil uji analisis Post Hoc-Scheffe taraf 5% menunjukkan adanya perbedaan yang nyata antara P2 dengan P4, P5 dan P6, sedangkan pada P3 jika dibandingkan dengan P2 tidak berbeda nyata. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7. Perubahan Rerata Kadar Kolesterol Total Mencit Hari ke-21 (14 Hari Setelah Pemberian Ekstrak Segar Limut). P1= K, P2= DKT, P3= DKT+L25%, P4= DKT+L50%, P5= DKT+L75%, P6= DKT+L100%. K= kontrol normal; DKT= diet kuning telur; L= limut Hal ini menunjukkan bahwa dengan pemberian ekstrak segar limut (selama 14 hari) dengan konsentrasi 25% pada P3 belum mampu menurunkan KKT mencit secara signifikan. Hal ini mungkin disebabkan oleh rendahnya konsentrasi ekstrak segar limut yang diberikan karena selama pemberian ekstrak segar limut diberikan diet kuning telur juga masih tetap diberikan. Pada perlakuan P4, P5 dan P6 mampu menurunkan KKT secara signifikan. Hal ini mungkin disebabkan pada P4, P5 dan P6 memiliki kandungan saponin relatif lebih tinggi jika dibandingkan dengan P3 yang terdapat pada limut.
Berdasarkan hasil skrining fitokimia di Laboratorium Kimia Bahan Alam Hayati, FMIPA USU, limut mengandung saponin yang sangat tinggi (++++). Saponin merupakan senyawa glikosida kompleks dengan berat molekul tinggi yang dihasilkan terutama oleh tanaman. Saponin mampu menurunkan konsentrasi kolesterol serum darah dengan mengikat dan mencegah absorbsi kolesterol karena interaksi saponin dan kolesterol merupakan interaksi kompleks yang tidak larut (Aswin, 2008).
P1 P2 P3 P4 P5 P6
Series1 14,75 32,25 13,5 -40 -42,5 -34
ab b ab
a a a
-60 -40 -20 0 20 40 P e r u b ah an K ad ar K o le ste r o l To tal M e n c it (m g/ d l) Perlakuan
(37)
4.2.5. Perubahan Kadar Kolesterol Total Mencit Hari ke-28 Dibandingkan dengan Hari ke-7
Rerata KKT mencit hari ke-28 adalah KKT mencit setelah pemberian ekstrak segar limut diberhentikan pada hari ke-22 sedangkan DKT masih tetap diberikan. Perubahan rerata KKT mencit hari ke-28 dibandingkan dengan hari ke-7 mengalami perbedaan yang significant (P<0,05). Pemberian ekstrak segar limut selama 14 hari ternyata mampu menurunkan KKT mencit meskipun telah diberhentikan pada hari ke-22 yang menyebabkan penurunan KKT mencit pada P4 sebesar 21,75 mg/dl, P5 sebesar 26,75 mg/dl dan P6 mencapai 39,75 mg/dl jika dibandingkan dengan P2 (kontrol kolesterol) yang hanya diberi DKT, sedangkan pada P3 mengalami peningkatan KKT mencit. Hasil uji analisis Post Hoc-Scheffe taraf 5% menunjukkan adanya perbedaan yang nyata antara P2 dengan P4, P5 dan P6, sedangkan pada P3 jika dibandingkan dengan P2 tidak berbeda nyata. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 8.
Gambar 8. Perubahan Rerata Kadar Kolesterol Total Mencit Hari ke-28 (Setelah Pemberian Ekstrak Segar Limut Diberhentikan). P1= K, P2= DKT, P3= DKT+L25%, P4= DKT+L50%, P5= DKT+L75%, P6= DKT+L100%. K= kontrol normal; DKT= diet kuning telur; L= limut
Hasil pengamatan ini sama dengan hasil pengamatan perubahan rerata kadar kolesterol total mencit hari ke-21 jika dibandingkan dengan hari ke-7. Hal ini menunjukkan bahwa kandungan senyawa-senyawa yang terdapat dalam limut seperti saponin mampu menurunkan KKT mencit meskipun pemberian ekstrak segar limut telah diberhentikan dan pemberian DKT masih tetap dilanjutkan. Menurut Aswin (2008) saponin juga dapat mengurangi kolesterol darah dengan membatasi penyerapan kembali dan meningkatkan ekskresi. Penurunan konsentrasi kolesterol serum darah hanya dapat terjadi jika terjadi hiperkolesterol.
P1 P2 P3 P4 P5 P6
Series1 8,5 45,5 17,75 -21,75 -26,75 -39,75 ab
b
ab
a a a
-60 -40 -20 0 20 40 60 P e ru b a h a n Ka d a r Ko le st e ro l T o ta l M e n ci t (m g/d l) Perlakuan
(38)
25
4.3. Gambaran Mikrostruktur Aorta Mencit
Pemberian Ekstrak segar limut berpengaruh terhadap ketebalan dinding aorta mencit yang diuji dengan sidik ragam (ANOVA).
Hasil uji analisis Post Hoc-Scheffe taraf 5% menunjukkan adanya perbedaan yang nyata antara antara P1 (kontrol normal) jika dibandingkan dengan P2 (kontrol kolesterol). Hasil uji analisis Post Hoc-Scheffe taraf 5% menunjukkan adanya perbedaan yang nyata antara P6 jika dibandingkan dengan P2 (kontrol kolesterol). Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 9.
Gambar 9. Ketebalan Dinding Aorta Mencit. P1= K, P2= DKT, P3= DKT+L25%, P4= DKT+L50%, P5= DKT+L75%, P6= DKT+L100%. K= kontrol normal; DKT= diet kuning telur; L= limut
Hasil rerata ketebalan dinding pembuluh darah aorta mencit pada P2 (kontrol kolesterol) mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan P1 (kontrol normal) dan P6. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian DKT dapat meningkatkan ketebalan dinding aorta mencit. Hasil pengamatan ini sesuai dengan hasil penelitian Lamanepa (2005) dan Nugroho (2005) bahwa pemberian diet kuning telur dapat meningkatkan ketebalan dinding aorta hewan percobaan.
Diet kolesterol yang tinggi berpengaruh terhadap terjadinya aterosklerosis, baik dengan adanya jejas lain maupun tidak (Prasetyo et al. 2000). Hiperkolesterolemia merupakan faktor penting dalam patogenesis aterosklerosis, terutama karena kenaikan kadar LDL. Kadar LDL darah yang tinggi, menyebabkan meningkatnya jumlah partikel LDL yang masuk ke sub intima pembuluh darah di daerah predileksi. LDL kemudian akan ditangkap makrofag melalui pengikatan pada reseptor LDL, dan karena kapasitas makrofag untuk menangkap LDL terbatas maka jumlah partikel LDL sub intima meningkat.
P1 P2 P3 P4 P5 P6
Series1 100,24 125,35 108,62 106,61 102,77 101,1
a
b ab
ab
ab a
0 50 100 150 Ket e b a la n D in d in g A o rt a M e n ci t (µ m ) Perlakuan
(39)
Akibatnya, terdapat sejumlah sisa partikel LDL yang akan dioksidasi oleh makrofag dan otot polos, menghasilkan ion mo-LDL (mildly oxidized LDL) dan ox-LDL (oxidized LDL) atau LDL-oks. LDL-oks kemudian ditangkap oleh makrofag melalui reseptor ScR (scavenger-resceptor) secara terus menerus dan berubah menjadi sel busa. LDL-oks bersifat sitotoksik sehingga menimbulkan kematian sel busa dan terjadi penumpukan lemak (kolesterol) ekstrasel. Kadar LDL yang tinggi dan penebalan dinding aorta abdominalis merupakan penyebab
primer aterosklerosis (Suryohudoyo, 2000). Aterosklerosis adalah bentuk umum beberapa penyakit yang menyebabkan
dinding pembuluh darah menebal dan kurang elastis, ditandai dengan akumulasi lipid ekstrasel, recruitment dan akumulasi leukosit, pembentukan sel busa, migrasi dan proliferasi monosit, dan deposit matriks ekstrasel (kolagen, kalsium). Prasetyo (2000) membuktikan bahwa tikus Wistar jantan yang diinjeksi adrenalin dan dilanjutkan dengan pemberian diet kuning telur intermitten dapat mengalami proses aterosklerosis. Penelitian tersebut juga membuktikan adanya hubungan antara tingginya kadar kolesterol darah dengan terbentuknya aterosklerosis yang diukur melalui ketebalan dinding aorta. Limut yang mengandung berbagai senyawa penting diharapkan mampu mempertahankan ketebalan dinding aorta cenderung mendekati normal dan dapat digunakan sebagai dasar penelitian selanjutnya, sehingga didapatkan suatu inovasi baru dalam pencegahan aterosklerosis. Hasil gambaran mikrostrukturnya dapat dilihat pada Gambar 10.
Gambar 10. Gambaran Mikrostruktur Dinding Aorta Mencit. Pewarnaan von Kossa. Perbesaran 4x10. Garis merah= zona pengukuran ketebalan dinding aorta mencit
(40)
27
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa: a. Pemberian diet kuning telur dapat meningkatkan kadar kolesterol total darah
mencit (Mus musculus L.).
b. Pemberian diet kuning telur dapat meningkatkan ketebalan dinding aorta mencit (Mus musculus L.).
c. Pemberian ekstrak segar limut selama 14 hari dapat menurunkan kadar kolesterol total darah mencit (Mus musculus L.) dengan konsentrasi 50%, 75% dan 100% yang diberi diet kuning telur.
d. Pemberian ekstrak segar limut selama 14 hari dapat mengurangi ketebalan dinding aorta mencit (Mus musculus L.) dan dengan konsentrasi 100% ketebalan dinding aorta mencit cenderung mendekati normal.
5.2. Saran
Sebaiknya dilakukan penelitian serupa dengan sampel yang lebih banyak dan masa perlakuan diperpanjang untuk mengetahui dimana pengaruh pemberian ekstrak segar limut dalam tahap aterogenesis dan diperlukan ketelitian yang lebih pada berbagai faktor teknis dalam melakukan penelitian.
(41)
DAFTAR PUSTAKA
Alsuhendra. 2004. Daya Anti-Aterosklerosis Zn-Klorofil Turunan Klorofil dari Daun Singkong (Manihot esculenta Crantz) pada Kelinci Pecobaan. [Disertasi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Artiyani, A. 2011. Penurunan Kadar N-Total dan P-Total pada Limbah Cair Tahu dengan Metode Fitoremediasi Aliran Batch dan Kontinyu Menggunakan Tanaman Hydrilla verticillata. Jurnal Spectra. 9(18): 9.
Aswin, L. 2008. Pengaruh Ekstrak Kulit Buah Rambutan (Nephelium lappaceum L.) terhadap Kadar Kolesterol Total Serum pada Tikus Wistar. Jurnal Penelitian Sains & Teknologi. 5(3).
Chairul, Harapini, M. dan Daryati, Y. 1992. Pengaruh Ekstrak Kencur (Kaempferia galanga L.) Terhadap Kehamilan Mencit Putih (Mus musculus L.). Seminar Nasional Indonesia V. Pokjanas. Bandung: Universitas Padjajaran dan Laboratorium Treub Puslitbang Biologi LIPI Bogor.
Corwin, E. J. 1997. Patofisiologi. EGC. Jakarta.
Dachriyanus, Delpa, O. K., Rika, O., Olvia, E., Suhatri dan Husni, M. 2007. Uji Efek A-Mangostin terhadap Kadar Kolesterol Total, Trigliserida, Kolesterol HDL dan Kolesterol LDL Darah Mencit Putih Jantan serta Penentuan Lethal Dosis 50 (LD50). Jurnal Sains Teknologi Farmasi. 12(2): 64.
Dahlianti, V. 2001. Ekstrak Jamur Kuping (Auricularia polytricha) sebagai Antihiperlipidemia pada Tikus Putih Galur Wistar. [Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Effendi, E., Yuli, H., dan Arief, D. S. H. 2009. Pemberian Diet Serat Tinggi dan Pengaruhnya terhadap Penurunan Kadar Kolesterol Darah pada Pasien Penyakit Jantung Koroner di Ruang Rawat Inap Penyakit Dalam RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2008. Jurnal Pembangunan Manusia. 9(3): 6-7.
Fiore, M. S. H. di. 1986. Atlas Histologi Manusia. Ed-V. Penerjemah H. M. Martoprawiro, S. K. Siswoyo, I. Suryono dan S. Wonodirekso. EGC. Jakarta.
Goodman, S. 2000. Ester C Vitamin Generasi III. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
(42)
29
Guyton, A.C. dan Hall, E. J. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed ke-9. EGC. Jakarta.
Handayani, T. M. 2009. Pengaruh Daging Buah Alpukat (Persea americana Mill.) terhadap Kadar Estradiol, IGS, dan Rasio Kolesterol-LDL/Kolesterol-HDL Tikus (Rattus norvegicus L.) Putih. [Tesis]. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
Heslet, L. 1997. Kolesterol yang Perlu Anda Ketahui. Cet ke-3. Kesaint Blanc. Jakarta.
Hrapkiewicz, K. dan Medina, L. 2007. Laboratory Animal. Blackwell Publishing. USA.
Hutagalung, L. 2012. Pengaruh Pemberian Tepung Biji Pepaya (Carica papaya L.) terhadap Penurunan Kolesterol Mencit (Mus musculus L.) Jantan. [Skripsi]. Medan: Universitas Negeri Medan, Jurusan Biologi.
Hutapea, A. 2006. Pengaruh Ekstrak Rimpang Jahe Merah (Zingiber offinale var. Amarum) terhadap Gambaran Histologi Ovarium Mencit (Mus musculus) Betina Strain DDW. [Skripsi]. Medan: Universitas Sumatera Utara.
Junqueira, L.C., Carneiro, J. dan Kelley, R.O. 1997. Histologi Dasar. Penerjemah Jan Tambayong. EGC. Jakarta.
Kurniawan, M., Munifatul, I., dan Yulita, N. 2010. Kandungan Klorofil, Karotenoid, dan Vitamin C pada Beberapa Spesies Tumbuhan Akuatik. Buletin Anatomi dan Fisiologi. 18(1): 29, 33-35.
Lamanepa, M. E. L. 2005. Perbandingan Profil Lipid dan Perkembangan Lesi Aterosklerosis pada Tikus Wistar yang Diberi Diet Perasan Pare dengan Diet Perasan Pare dan Statin. [Tesis]. Semarang: Universitas Diponegoro. Leeson, C. R., Thomas, S. L. dan Anthony, A. P. 1996. Buku Ajar Histologi. Ed
ke-5. Penerjemah S. Koesparti Siswojo, J. Tambayong, S. Wonodirekso, I. A. Suryono, R. Tanzil, R. Soeharto, S. Roewijoko, I. Goeritnoko dan H. M. Martoprawiro. EGC. Jakarta.
Libby. P. 1998. Atherosclerosis Harrison’s Principal of Internal Medicine. Mc graw Hill Companies, Inc. New York.
Linder, M. C. 1992. Biokimia Nutrisi dan Metabolisme dengan Pemakaian secara Klinis. Cet ke-1. Penerjemah Aminuddin Parakkasi. UI Press. Jakarta.
McGilvery, R. W. dan Gerald, W. G. 1996. Biokimia Suatu Pendekatan Fungsional. Ed ke-3. Penerjemah T. M. Sumarno, S. Utari, V. P.
(43)
Wibowo, P. Sutjipto, E. Rianto dan S. Sigit. Airlangga University Press. Surabaya.
Mutiah, N. D., Asharani, A. P., Dewi dan N.,Wulandari. 2011. Khasiat Biji Pepaya (Carica papaya L.) bagi Penurunan Kolesterol Tikus. [Skripsi]. Yogyakarta: Universitas Muhammadiyah.
Nugroho, A. O. 2005. Pengaruh Pemberian Suplemen Melatonin terhadap Jumlah Sel Busa dan Ketebalan Dinding Aorta Abdominalis Tikus Wistar yang Diinduksi Aterosklerosis. [Skripsi]. Semarang: Universitas Diponegoro. Pidrayanti, L. T. M. U. 2008. Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Salam (Eugenia
polyantha) terhadap Kadar LDL Kolesterol Serum Tikus Jantan Galur Wistar Hiperlipidemia. [Skripsi]. Semarang: Universitas Diponegoro. Prasetyo, A., Sadhana, U. dan Miranti I. P. 2000. Profil Lipid dan Ketebalan
Dinding Arteri Abdominalis Tikus Wistar pada Injeksi Inisial Adrenalin Bitatras Intravena dan Diet Kuning Telur Intermitten. Media Medika Indonesia.
Said, A. 2006. Pengaruh Komposisi Hydrilla verticillata & Lemma minor sebagai Pakan Harian terhadap Pertumbuhan dan Sintasan Ikan Nila Merah (Oreochromis niloficus X Oreochromis mossambicus) dalam Keramba Jaring Apung di Perairan Umum DAS Musi. Prosiding Seminar Nasional Ikan IV. hlm. 146.
Sheehan, D. and Hrapchak, B. 1980. Theory and Practice of Histotechnology. 2nd Ed. Battelle Press. Ohio.
Sherwood, L. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Ed ke-2. Penerjemah Brahm U. Pendit. EGC. Jakarta.
Shofawie, A. T. 1990. Studi tentang Kemampuan Konsumsi Harian Ikan Koan (Ctenopharyngodon idella) terhadap Ganggang (Hydrilla verticillata). [Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Sihombing, A. B. H. 2003. Pemanfaatan Rumput Laut sebagai Sumber Serat Pangan dalam Ransum untuk Menurunkan Kadar Kolesterol Darah Tikus Percobaan. [Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Silalahi, J. 2010. Analisis Kualitas Air dan Hubungannya dengan Keanekaragaman Vegetasi Akuatik di Perairan Balige Danau Toba. [Tesis]. Medan: Universitas Sumatera Utara.
(44)
31
Smith, J. B. dan Mangkowidjoyo, S. 1988. Pemeliharaan, Pembiakan dan Penggunaan Hewan Percobaan di Daerah Tropis. Universitas Indonesia Press. Jakarta.
Steenis, M. J. and Kruseman. 1957. Flora Malesiana. Vol 5. Wolters-Noordhoff Publishing. Netherlands.
Suntoro, S. H. 1983. Metode Pewarnaan. Bhratara Karya Aksara. Jakarta.
Suryana, Y. 2001. Kajian Gambaran Histopatologi Pembuluh Darah pada Tikus Strain Wistar dengan Hiperlipidemia Pasca Pemberian Ekstrak Air Daun Jati Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.) dan Ekstrak Jamur Kuping (Auricularia polytricha). [Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Suryohudoyo, P. 2000.Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler. CV Sagung Seto. Jakarta.
Tala, Z. Z. 2009. Manfaat Serat bagi Kesehatan. USU Repository. hlm. 4.
Tanor, M. N. 2004. Hydrilla verticillata sebagai Sumber Hara pada Sistem Budidaya Kacang Tanah. Eugenia. 10(1): 92.
Wardiah, N. A. 2009. Efek Bawang Putih (Allium sativum) danCabe Jawa (Piper retrofractum Vahl.) terhadap Jumlah Limfosit pada Tikus yang Diberi Suplemen Kuning Telur. [Laporan Akhir Penelitian Karya Tulis Ilmiah].
(45)
(46)
33
(47)
(48)
35
Lampiran 4. Komposisi Kuning Telur Bebek
Informasi Rinci Komposisi Kandungan Nutrisi/Gizi pada Telur Bebek
Banyaknya Telur Bebek yang diteliti (Food Weight) = 100 gr Jumlah Kandungan Energi Telur Bebek = 189 kkal
Jumlah Kandungan Protein Telur Bebek = 13,1 gr Jumlah Kandungan Lemak Telur Bebek = 14,3 gr Jumlah Kandungan Karbohidrat Telur Bebek = 0,8 gr Jumlah Kandungan Kalsium Telur Bebek = 56 mg Jumlah Kandungan Fosfor Telur Bebek = 175 mg Jumlah Kandungan Zat Besi Telur Bebek = 3 mg Jumlah Kandungan Vitamin A Telur Bebek = 1230 IU Jumlah Kandungan Vitamin B1 Telur Bebek = 0,18 mg Jumlah Kandungan Vitamin C Telur Bebek = 0 mg
Sumber Informasi Gizi : Berbagai Publikasi Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
(49)
Lampiran 5. Data Mentah Hasil Pengamatan
No Perlakuan Pertambahan
Berat Badan (gram) Mencit KKT Awal Mencit (mg/dl) Hari ke-0 KKT Mencit (mg/dl) Hari ke-7 Perubahan KKT Mencit Hari ke-14 dengan Hari ke-7 Perubahan KKT Mencit Hari ke-21 dengan Hari ke-7 Perubahan KKT Mencit Hari ke-28 dengan Hari ke-7 Ketebalan Dinding Aorta Mencit (µm)
1 P1U1 2,4 118 123 13 15 5 100,04
2 P1U2 3,6 122 121 13 8 11 98,25
3 P1U3 5,3 118 118 27 36 23 102,45
4 P1U4 1,5 133 124 4 - -5 100,23
5 P2U1 0,4 121 133 22 38 50 110,75
6 P2U2 2 122 174 19 25 27 130,25
7 P2U3 3,4 134 168 22 34 52 134,39
8 P2U4 7,2 125 165 18 32 53 126,03
9 P3U1 2,5 119 144 -14 26 63 125,52
10 P3U2 0,2 123 158 -22 24 -2 106,77
11 P3U3 0,4 122 145 -22 -20 4 107,39
12 P3U4 5 109 127 -9 24 6 94,82
13 P4U1 4,9 129 234 -46 -103 -46 96,44
14 P4U2 0,9 117 156 -21 -37 -38 106,54
15 P4U3 2,7 118 132 -3 -1 30 125,43
16 P4U4 5,3 121 154 -8 -19 -33 98,03
17 P5U1 1,8 123 193 -19 -41 -24 102,51
18 P5U2 3,9 127 199 -18 -22 -18 96,55
19 P5U3 1,6 127 203 -34 -60 -38 108,46
20 P5U4 3 125 179 -21 -47 -27 103,57
21 P6U1 1,2 121 216 -25 -34 -37 100,4463
22 P6U2 1,1 130 210 -23 -20 -25 98,53
23 P6U3 3,7 125 184 -22 -34 -70 107,22
(50)
37
Lampiran 6. Analisis Statistik Pertambahan Berat Badan Mencit
Tests of Normality
Perlakuan Kolmogorov-Smirnov(a) Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Pertambahan_Berat_ Badan_Mencit
P1
,187 4 . ,976 4 ,876
P2 ,229 4 . ,951 4 ,723
P3 ,266 4 . ,884 4 ,358
P4 ,260 4 . ,913 4 ,497
P5 ,264 4 . ,909 4 ,476
P6 ,282 4 . ,881 4 ,343
a Lilliefors Significance Correction
Test of Homogeneity of Variance
Levene
Statistic df1 df2 Sig. Pertambahan_Berat_
Badan_Mencit
Based on Mean
,915 5 18 ,494
Based on Median ,751 5 18 ,596
Based on Median and with
adjusted df ,751 5 9,334 ,605
Based on trimmed mean ,912 5 18 ,495
ANOVA Pertambahan_Berat_Badan_Mencit
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 7,297 5 1,459 ,379 ,856
Within Groups 69,242 18 3,847
(1)
4.
Analisis Statistik Perubahan KKT Mencit Hari ke-21 Dibandingkan
dengan Hari ke-7
Tests of Normality
Perlakuan Kolmogorov-Smirnov(a) Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig. Perubahan_Kadar_
Kolesterol_Total
P1
,244 4 . ,939 4 ,648
P2 ,232 4 . ,968 4 ,827
P3 ,431 4 . ,667 4 ,004
P4 ,277 4 . ,899 4 ,428
P5 ,212 4 . ,982 4 ,911
P6 ,250 4 . ,945 4 ,683
a Lilliefors Significance Correction
Test of Homogeneity of Variance
Levene
Statistic df1 df2 Sig. Perubahan_Kadar_Kolesterol_
Total
Based on Mean
2,261 5 18 ,092
Based on Median 1,178 5 18 ,358
Based on Median and with
adjusted df 1,178 5 7,372 ,403
Based on trimmed mean 1,970 5 18 ,132
ANOVA
Perubahan_Kadar_Kolesterol_Total
Sum of
Squares df Mean Square F Sig. Between Groups 21917,833 5 4383,567 8,409 ,000 Within Groups 9383,500 18 521,306
(2)
Multiple Comparisons
Dependent Variable: Perubahan_Kadar_Kolesterol_Total Scheffe
(I) Perlakuan (J) Perlakuan
Mean Difference
(I-J) Std. Error Sig. 95% Confidence Interval
Lower Bound
Upper Bound
Lower
Bound Upper Bound Lower Bound P1 P2 -17,50000 16,14474 ,942 -77,6146 42,6146 P3 1,25000 16,14474 1,000 -58,8646 61,3646 P4 54,75000 16,14474 ,088 -5,3646 114,8646 P5 57,25000 16,14474 ,068 -2,8646 117,3646 P6 48,75000 16,14474 ,159 -11,3646 108,8646 P2 P1 17,50000 16,14474 ,942 -42,6146 77,6146 P3 18,75000 16,14474 ,924 -41,3646 78,8646 P4 72,25000(*) 16,14474 ,013 12,1354 132,3646 P5 74,75000(*) 16,14474 ,010 14,6354 134,8646 P6 66,25000(*) 16,14474 ,025 6,1354 126,3646 P3 P1 -1,25000 16,14474 1,000 -61,3646 58,8646 P2 -18,75000 16,14474 ,924 -78,8646 41,3646 P4 53,50000 16,14474 ,100 -6,6146 113,6146 P5 56,00000 16,14474 ,077 -4,1146 116,1146 P6 47,50000 16,14474 ,178 -12,6146 107,6146 P4 P1 -54,75000 16,14474 ,088 -114,8646 5,3646 P2 -72,25000(*) 16,14474 ,013 -132,3646 -12,1354 P3 -53,50000 16,14474 ,100 -113,6146 6,6146 P5 2,50000 16,14474 1,000 -57,6146 62,6146 P6 -6,00000 16,14474 1,000 -66,1146 54,1146 P5 P1 -57,25000 16,14474 ,068 -117,3646 2,8646 P2 -74,75000(*) 16,14474 ,010 -134,8646 -14,6354 P3 -56,00000 16,14474 ,077 -116,1146 4,1146 P4 -2,50000 16,14474 1,000 -62,6146 57,6146 P6 -8,50000 16,14474 ,998 -68,6146 51,6146 P6 P1 -48,75000 16,14474 ,159 -108,8646 11,3646 P2 -66,25000(*) 16,14474 ,025 -126,3646 -6,1354 P3 -47,50000 16,14474 ,178 -107,6146 12,6146 P4 6,00000 16,14474 1,000 -54,1146 66,1146 P5 8,50000 16,14474 ,998 -51,6146 68,6146 * The mean difference is significant at the .05 level.
(3)
Homogeneous Subsets
Perubahan_Kadar_Kolesterol_Total
Scheffe
Perlakuan
N Subset for alpha = .05
1 2 1
P5 4 -42,5000
P4 4 -40,0000
P6 4 -34,0000
P3 4 13,5000 13,5000 P1 4 14,7500 14,7500
P2 4 32,2500
Sig. ,068 ,924
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 4,000.
5.
Analisis Statistik Perubahan KKT Mencit Hari ke-28 Dibandingkan
dengan Hari ke-7
Tests of Normality
Perlakuan Kolmogorov-Smirnov(a) Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Perubahan_Kadar_Kolesterol _Total
P1 ,165 4 . ,997 4 ,989
P2 ,392 4 . ,719 4 ,019
P3 ,401 4 . ,733 4 ,026
P4 ,376 4 . ,770 4 ,058
P5 ,238 4 . ,963 4 ,796
P6 ,302 4 . ,815 4 ,133
a Lilliefors Significance Correction
Test of Homogeneity of Variance
Levene
Statistic df1 df2 Sig. Perubahan_Kadar_Kolesterol_Total Based on Mean 2,013 5 18 ,125
Based on Median ,380 5 18 ,856
Based on Median and with
adjusted df ,380 5 9,075 ,851
(4)
Perubahan_Kadar_Kolesterol_Total
Sum of
Squares df Mean Square F Sig. Between Groups 20723,500 5 4144,700 8,471 ,000 Within Groups 8807,000 18 489,278
Total 29530,500 23
Post Hoc Tests
Multiple Comparisons
Dependent Variable: Perubahan_Kadar_Kolesterol_Total Scheffe
(I) Perlakuan (J) Perlakuan
Mean Difference
(I-J) Std. Error Sig. 95% Confidence Interval
Lower Bound
Upper Bound
Lower
Bound Upper Bound Lower Bound P1 P2 -37,00000 15,64094 ,385 -95,2386 21,2386 P3 -9,25000 15,64094 ,996 -67,4886 48,9886 P4 30,25000 15,64094 ,598 -27,9886 88,4886 P5 35,25000 15,64094 ,437 -22,9886 93,4886 P6 48,25000 15,64094 ,144 -9,9886 106,4886 P2 P1 37,00000 15,64094 ,385 -21,2386 95,2386 P3 27,75000 15,64094 ,680 -30,4886 85,9886 P4 67,25000(*) 15,64094 ,018 9,0114 125,4886 P5 72,25000(*) 15,64094 ,010 14,0114 130,4886 P6 85,25000(*) 15,64094 ,002 27,0114 143,4886 P3 P1 9,25000 15,64094 ,996 -48,9886 67,4886 P2 -27,75000 15,64094 ,680 -85,9886 30,4886 P4 39,50000 15,64094 ,317 -18,7386 97,7386 P5 44,50000 15,64094 ,206 -13,7386 102,7386 P6 57,50000 15,64094 ,054 -,7386 115,7386 P4 P1 -30,25000 15,64094 ,598 -88,4886 27,9886 P2 -67,25000(*) 15,64094 ,018 -125,4886 -9,0114 P3 -39,50000 15,64094 ,317 -97,7386 18,7386 P5 5,00000 15,64094 1,000 -53,2386 63,2386 P6 18,00000 15,64094 ,926 -40,2386 76,2386 P5 P1 -35,25000 15,64094 ,437 -93,4886 22,9886 P2 -72,25000(*) 15,64094 ,010 -130,4886 -14,0114 P3 -44,50000 15,64094 ,206 -102,7386 13,7386 P4 -5,00000 15,64094 1,000 -63,2386 53,2386 P6 13,00000 15,64094 ,981 -45,2386 71,2386
(5)
Homogeneous Subsets
Perubahan_Kadar_Kolesterol_Total
Scheffe
Perlakuan
N Subset for alpha = .05
1 2 1
P6 4 -39,7500
P5 4 -26,7500
P4 4 -21,7500
P1 4 8,5000 8,5000
P3 4 17,7500 17,7500
P2 4 45,5000
Sig. ,054 ,385
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 4,000.
(6)
Tests of Normality
Perlakuan Kolmogorov-Smirnov(a) Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Ketebalan_dinding_aorta _mencit
P1
,253 4 . ,958 4 ,769
P2 ,276 4 . ,900 4 ,429
P3 ,289 4 . ,935 4 ,622
P4 ,252 4 . ,857 4 ,250
P5 ,229 4 . ,974 4 ,867
P6 ,313 4 . ,801 4 ,103
a Lilliefors Significance Correction
Test of Homogeneity of Variance
Levene
Statistic df1 df2 Sig. Ketebalan_dinding_aorta
_mencit
Based on Mean 1,571 5 18 ,218
Based on Median 1,079 5 18 ,405
Based on Median and with
adjusted df 1,079 5 10,377 ,426
Based on trimmed mean 1,488 5 18 ,243
ANOVA
Ketebalan_dinding_aorta_mencit
Sum of
Squares df Mean Square F Sig. Between Groups 1746,966 5 349,393 4,293 ,010 Within Groups 1464,962 18 81,387
Total 3211,928 23
Ketebalan_dinding_aorta_mencit
Perlakuan N Subset for alpha = .05
1 2 1
Scheffe(a) P1 4 100,2425
P6 4 101,1066
P5 4 102,7725 102,7725 P4 4 106,6100 106,6100