Penggunaan Ekstrak Biji Kesumba Keling ( Bixa Orellana L.) Sebagai Pewarna Dalam Formulasi Bedak Kompak

(1)

PENGGUNAAN EKSTRAK BIJI KESUMBA

KELING (

Bixa orellana

L.) SEBAGAI

PEWARNA DALAM FORMULASI

BEDAK KOMPAK

SKRIPSI

Diajukan untuk mekapi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi

niversitas Sumatera Utara

OLEH:

NOVIE ANGGRIANI

NIM 091524079

PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

PENGGUNAAN EKSTRAK BIJI KESUMBA

KELING (

Bixa orellana

L.) SEBAGAI

PEWARNA DALAM FORMULASI

BEDAK KOMPAK

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara

OLEH:

NOVIE ANGGRIANI

NIM 091524079

PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

PENGESAHAN SKRIPSI

PENGGUNAAN EKSTRAK BIJI KESUMBA KELING

(

Bixa orellana

L.) SEBAGAI PEWARNA DALAM

FORMULASI BEDAK KOMPAK

OLEH:

NOVIE ANGGRIANI 091524079

Dipertahankan di Hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

Pada Tanggal: 11 Oktober 2013 Disetujui Oleh:

Pembimbing I, Panitia Penguji,

Dra. Djendakita Purba, M.Si., Apt. Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt. NIP 195107031977102001 NIP 195807101986012001

Dra. Djendakita Purba, M.Si., Apt.

Pembimbing II, NIP 195107031977102001

Dra. Fat Aminah, M.Sc., Apt. Dra. Juanita Tanuwijaya, M.Si., Apt. NIP 195011171980022001 NIP 195111021977102001

Dra. Nazliniwaty, M.Si., Apt. NIP 196005111989022001

Medan, Januari 2014 Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara Dekan,

Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt. NIP 195311281983031002


(4)

KATA PENGANTAR

Segala Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan kemudahan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi yang berjudul “Penggunaan Ekatrak Biji Kesumba Keling (Bixa orellana L.) Sebagai Pewarna Dalam Formulasi Bedak Kompak”. Skripsi ini disusun untuk melengkapi salah satu syarat mencapai gelar Sarjana Farmasi dari Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi USU Medan, yang telah memberikan fasilitas sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan. Ibu Dra. Djendakita Purba, M.S., Apt., dan Ibu Dra. Fat Aminah, M.Sc., Apt., yang telah membimbing dan memberikan petunjuk serta saran-saran selama penelitian hingga selesainya skripsi ini. Ibu Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt., Ibu Dra. Juanita Tanuwijaya, M.Si., Apt., dan Ibu Dra. Nazliniwaty, M.Si., Apt., selaku dosen penguji yang telah memberikan kritik, saran, dan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Bapak dan Ibu staf pengajar Fakultas Farmasi USU Medan yang telah mendidik selama perkuliahan dan Bapak Prof. Dr. Jansen Silalahi, M.App.Sc., Apt., selaku penasehat akademik yang selalu memberikan bimbingan kepada penulis selama masa perkuliahan.

Penulis juga mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tiada terhingga kepada Ayahanda Suhardi dan Ibunda tercinta Nurlela Siregar yang


(5)

telah memberikan cinta kasih yang tidak ternilai dengan apapun, doa yang tulus serta pengorbanan baik materi maupun non-materi. Sahabat-sahabatku dan teman-teman Farmasi USU 2009 yang telah ikut membantu penulis yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis menerima kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberi manfaat bagi kita semua.

Medan, 11 Oktober 2013 Penulis

Novie Anggriani


(6)

PENGGUNAAN EKSTRAK BIJI KESUMBA KELING (Bixa orellana L.) SEBAGAI PEWARNA DALAM FORMULASI BEDAK KOMPAK

ABSTRAK

Sediaan bedak kompak adalah sediaan kosmetik yang digunakan untuk memoles kulit wajah dengan sentuhan artistik untuk meningkatkan penampilan wajah. Bedak kompak digunakan untuk menutupi kekurangan kecil pada kulit dan menutupi kulit yang mengkilap yang muncul akibat produksi minyak pada kulit atau keringat. Bedak kompak sering di beri pewarna agar bedak menjadi lebih sempurna. Zat warna ekstrak biji kesumba keling mempunyai warna yang menarik yaitu merah oranye mengandung flavonoid dan zat warna bixin. Tujuan penelitian ini adalah untuk membuat sediaan bedak kompak dengan menggunakan zat warna dari ekstrak biji kesumba keling (Bixa orellana L.) sebagai pewarna.

Ekstraksi zat warna dari biji kesumba keling dilakukan dengan metode maserasi menggunakan etanol 96% kemudian ekstrak dipekatkan dengan menggunakan penguap berputar sampai diperoleh ekstrak kental. Formula sediaan bedak kompak terdiri dari titanium dioksida, kaolin ringan, pati beras, seng stearat, magnesium karbonat, minyak mawar (oleum rosae), nipagin, talkum dan zat pengikat gom arab, gliserol dan air, serta pewarna ekstrak biji kesumba keling dengan konsentrasi 1, 2, 3, 4 dan 5%. Pengujian terhadap sediaan yang dibuat adalah pemeriksaan mutu fisik mencakup pemeriksaan homogenitas dan stabilitas sediaan, warna dan bau selama penyimpanan 30 hari pada suhu kamar. Selanjutnya dilakukan uji poles, uji kekerasan, uji keretakan, uji daya sebar, uji iritasi dan uji kesukaan.

Hasil uji kekerasan bedak kompak menggunakan ekstrak biji kesumba keling 1%, 2%, 3%, nilai masing-masing adalah 1,49 kg, 1,51 kg dan 1,30 kg. Kemudian pada sediaan bedak kompak dengan konsentrasi ekstrak biji kesumba keling 4% dan 5%, nilai masing-masing adalah 1,29 kg dan 1,56 kg. Warna dan bau dari semua sediaan yang dibuat tidak mengalami perubahan (stabil) selama 30 hari. Bedak kompak mudah dipoles dengan warna merata dan tidak menggumpal saat dipoleskan. Sediaan tidak mudah remuk dan pecah, tidak menyebabkan iritasi. Sediaan yang paling disukai adalah sediaan bedak kompak dengan konsentrasi ekstrak 2%. Ekstrak biji kesumba keling berpotensial digunakan sebagai pewarna dalam sediaan bedak kompak.

Kata kunci : bedak kompak, ekstrak biji kesumba keling (Bixa orellana L.), pewarna


(7)

THE USE OF KESUMBA KELING (Bixa orellana L.) SEED EXTRACT AS A DYE IN COMPACT POWDER FORMULATION

ABSTRACT

The compact powder preparation is cosmetic preparation used for burnich skin face with artistic touch, to enhance the appreance of face. Compact powder is used to cover up little lack of the skin and lostrously skin that caused by oil production on skin or sweat. Compact powder is often colored to become more perfect powder. The dye of kesumba keling seed extract has interesting color is red orange that contains flavonoid and bixin dyes. The Purpose of this research is to make compact powder preparation by using dye of kesumba keling seed extract (Bixa orellana L.) as the colouring.

The extraction of dye from kesumba keling seed was by maceration method used 96% ethanol then the extract was consentrated with used rotary evaporator to obtained a concentrated extract. Compact powder preparation consits of titanium dioxide, light kaolin, rice starch, zink stearate, magnesium carbonate, rose oil (olium rosae), nipagin, talc and gum arabic binder, gliserol and water and the dye of kesumba keling seed extract with concentrations of 1, 2, 3, 4 and 5%. The Examinated of the preparation has physical quality inspection, that consist of an examinated of the homogenity and stability of the preparation, color and smell during 30 days of stroge at room temperature. Then polish test, cracked test, hardness test, power spread test, irritation test and hedonic test was done.

Hardness test results of compact powder which use seed extract of kesumba keeling 1%, 2%, 3%, each value are 1.49 kg, 1.51 kg and 1.30 kg. The hardness test of the compact powder with the concentration of kesumba keling seed extract 4% and 5%, each value are 1.29 kg and 1.56 kg. The color and the smell of all preparations that made stable for 30 days. The compact powder is easily polished with evenly color, and doesn’t clot when polished. The preparation is not easily break and crack, and also doesn’t cause irritation. The most preffered dosage of compact powder is dosage with 2% concentration of extract. Kesumba keling seed extract potentially be used as a dye in compact powder preparation.

Keyword : compact powder, extract of kesumba keling (Bixa orellanan L.) seed, dye


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

HALAMAN JUDUL ………... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 3

1.3 Hipotesis ... 4

1.4 Tujuan Penelitian ... 4

1.5 Manfaat Penelitian ... 4

BAB 11 TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Uraian Tanaman Kesumba Keling (Bixa orellana L.) ... 5

2.1.1 Morfologi tanaman kesumba keling ... 5

2.1.2 Sistematika tanaman kesumba keling ... 6


(9)

2.1.4 Khasiat tanaman kesumba keling ... 7

2.2 Kulit ... 8

2.2.1 Fungsi kulit ... 8

2.2.2 Struktur kulit ... 11

2.2.3 Jenis kulit ... 12

2.3 Kosmetik ... 13

2.4 Kosmetik Dekoratif ... 14

2.5 Bedak ... 15

BAB III METODE PENELITIAN ... 17

3.1 Alat dan Bahan ... 17

3.1.1 Alat ... 17

3.1.2 Bahan-bahan yang Digunakan ... 17

3.2 Penyiapan Sampel ... 17

3.2.1 Pengumpulan Sampel ... 18

3.2.2 Determinasi Tumbuhan ... 18

3.2.3 Penyiapan biji kesumba keling ... 18

3.3 Pembuatan Ekstrak Biji Kesumba Keling ... 18

3.4 Pembuatan Formula ... 19

3.4.1 Formula yang dimodifikasi ... 19

3.4.2 Prosedur pembuatan bedak kompak ... 21

3.5 Pemeriksaan Mutu Fisik Bedak Kompak ... 22

3.5.1 Homogenitas bedak ... 22


(10)

3.5.3 Daya sebar ... 22

3.5.4 Uji kekerasan ... 23

3.5.5 Uji keretakan ... 23

3.6 Uji Iritasi ... 23

3.7 Uji Kesukaan (Hedonic Test) ... 24

3.8 Uji Stabilitas ... 24

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 25

4.1 Hasil Ekstrak Biji Kesumba Keling ... 25

4.2 Hasil Formulasi Sediaan Bedak Kompak ... 25

4.3 Hasil Pemeriksaan Fisik Bedak Kompak ... 26

4.3.1 Hasil uji homogenitas bedak ... 26

4.3.2 Hasil uji poles bedak ... 26

4.3.3 Hasil Uji daya sebar ... 26

4.3.4 Hasil Uji kekerasan ... 28

4.3.5 Hasil Uji keretakan ... 29

4.3.6 Hasil Uji iritasi ... 30

4.3.7 Hasil Uji kesukaan (Hedonic Test) ... 31

4.3.8 Hasil Uji stabilitas ... 33

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 35

5.1 Kesimpulan ... 35

5.2 Saran ... 35

DAFTAR PUSTAKA ... 36


(11)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 3.1 Formula sediaan bedak kompak ... 21 Tabel 4.1 Standar warna ... 25 Tabel 4.2 Data hasil pemeriksaan daya sebar pada sediaan

bedak kompak ... 27 Tabel 4.3 Data hasil pemeriksaan daya sebar pada sediaan

Bedak kompak yang beredar dipasaran ... 28 Tabel 4.4 Data pemeriksaan kekerasan pada sediaan bedak kompak .... 29 Tabel 4.5 Data pemeriksaan keretakan pada sediaan bedak kompak .... 30 Tabel 4.6 Data uji iritasi ... 31 Tabel 4.7 Data nilai uji kesukaan (Hedonic Test) ... 32 Tabel 4.8 Data pengamatan perubahan bentuk,warna


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan ... 38

Lampiran 2. Bagan alir pembuatan zat warna ekstrak biji kesumba keling ... 39

Lampiran 3. Gambar tumbuhan kesumba keling (Bixa orellana L.) .. 40

Lampiran 4. Gambar buah kesumba keling ... 41

Lampiran 5. Gambar biji kesumba keling ... 42

Lampiran 6. Gambar alat rotary evaporator ... 43

Lampiran 7. Gambar alat freeze drayer ... 44

Lampiran 8. Ekstrak biji kesumba keling ... 45

Lampiran 9. Perhitungan bahan ... 46

Lampiran 10. Gambar sediaan bedak kompak tanpa ekstrak biji kesumba keling ... 50

Lampiran 11. Gambar sediaan bedak kompak menggunakan pewarna ekstrak biji kesumba keling ... 51

Lampiran 12. Gambar hasil uji homogenitas bedak ... 52

Lampiran 13. Gambar hasil uji poles bedak kompak pada punggung tangan ... 53

Lampiran 14. Gambar hasil uji daya sebar bedak kompak sebelum ditambah pemberat ... 54

Lampiran 15. Gambar Hasil uji daya sebar bedak kompak setelah ditambah pemberat ... 55

Lampiran 16. Gambar alat uji kekerasan ... 56


(13)

Lampiran 18. Format surat pernyataan untuk uji iritasi ... 58 Lampiran 19. Perhitungan Hasil Uji kesukaan (hedonic test) ... 59


(14)

PENGGUNAAN EKSTRAK BIJI KESUMBA KELING (Bixa orellana L.) SEBAGAI PEWARNA DALAM FORMULASI BEDAK KOMPAK

ABSTRAK

Sediaan bedak kompak adalah sediaan kosmetik yang digunakan untuk memoles kulit wajah dengan sentuhan artistik untuk meningkatkan penampilan wajah. Bedak kompak digunakan untuk menutupi kekurangan kecil pada kulit dan menutupi kulit yang mengkilap yang muncul akibat produksi minyak pada kulit atau keringat. Bedak kompak sering di beri pewarna agar bedak menjadi lebih sempurna. Zat warna ekstrak biji kesumba keling mempunyai warna yang menarik yaitu merah oranye mengandung flavonoid dan zat warna bixin. Tujuan penelitian ini adalah untuk membuat sediaan bedak kompak dengan menggunakan zat warna dari ekstrak biji kesumba keling (Bixa orellana L.) sebagai pewarna.

Ekstraksi zat warna dari biji kesumba keling dilakukan dengan metode maserasi menggunakan etanol 96% kemudian ekstrak dipekatkan dengan menggunakan penguap berputar sampai diperoleh ekstrak kental. Formula sediaan bedak kompak terdiri dari titanium dioksida, kaolin ringan, pati beras, seng stearat, magnesium karbonat, minyak mawar (oleum rosae), nipagin, talkum dan zat pengikat gom arab, gliserol dan air, serta pewarna ekstrak biji kesumba keling dengan konsentrasi 1, 2, 3, 4 dan 5%. Pengujian terhadap sediaan yang dibuat adalah pemeriksaan mutu fisik mencakup pemeriksaan homogenitas dan stabilitas sediaan, warna dan bau selama penyimpanan 30 hari pada suhu kamar. Selanjutnya dilakukan uji poles, uji kekerasan, uji keretakan, uji daya sebar, uji iritasi dan uji kesukaan.

Hasil uji kekerasan bedak kompak menggunakan ekstrak biji kesumba keling 1%, 2%, 3%, nilai masing-masing adalah 1,49 kg, 1,51 kg dan 1,30 kg. Kemudian pada sediaan bedak kompak dengan konsentrasi ekstrak biji kesumba keling 4% dan 5%, nilai masing-masing adalah 1,29 kg dan 1,56 kg. Warna dan bau dari semua sediaan yang dibuat tidak mengalami perubahan (stabil) selama 30 hari. Bedak kompak mudah dipoles dengan warna merata dan tidak menggumpal saat dipoleskan. Sediaan tidak mudah remuk dan pecah, tidak menyebabkan iritasi. Sediaan yang paling disukai adalah sediaan bedak kompak dengan konsentrasi ekstrak 2%. Ekstrak biji kesumba keling berpotensial digunakan sebagai pewarna dalam sediaan bedak kompak.

Kata kunci : bedak kompak, ekstrak biji kesumba keling (Bixa orellana L.), pewarna


(15)

THE USE OF KESUMBA KELING (Bixa orellana L.) SEED EXTRACT AS A DYE IN COMPACT POWDER FORMULATION

ABSTRACT

The compact powder preparation is cosmetic preparation used for burnich skin face with artistic touch, to enhance the appreance of face. Compact powder is used to cover up little lack of the skin and lostrously skin that caused by oil production on skin or sweat. Compact powder is often colored to become more perfect powder. The dye of kesumba keling seed extract has interesting color is red orange that contains flavonoid and bixin dyes. The Purpose of this research is to make compact powder preparation by using dye of kesumba keling seed extract (Bixa orellana L.) as the colouring.

The extraction of dye from kesumba keling seed was by maceration method used 96% ethanol then the extract was consentrated with used rotary evaporator to obtained a concentrated extract. Compact powder preparation consits of titanium dioxide, light kaolin, rice starch, zink stearate, magnesium carbonate, rose oil (olium rosae), nipagin, talc and gum arabic binder, gliserol and water and the dye of kesumba keling seed extract with concentrations of 1, 2, 3, 4 and 5%. The Examinated of the preparation has physical quality inspection, that consist of an examinated of the homogenity and stability of the preparation, color and smell during 30 days of stroge at room temperature. Then polish test, cracked test, hardness test, power spread test, irritation test and hedonic test was done.

Hardness test results of compact powder which use seed extract of kesumba keeling 1%, 2%, 3%, each value are 1.49 kg, 1.51 kg and 1.30 kg. The hardness test of the compact powder with the concentration of kesumba keling seed extract 4% and 5%, each value are 1.29 kg and 1.56 kg. The color and the smell of all preparations that made stable for 30 days. The compact powder is easily polished with evenly color, and doesn’t clot when polished. The preparation is not easily break and crack, and also doesn’t cause irritation. The most preffered dosage of compact powder is dosage with 2% concentration of extract. Kesumba keling seed extract potentially be used as a dye in compact powder preparation.

Keyword : compact powder, extract of kesumba keling (Bixa orellanan L.) seed, dye


(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Kosmetika berasal dari kata kosmein (Yunani) yang berarti berhias. Bahan yang dipakai dalam usaha untuk mempercantik diri, dahulu diramu dari bahan-bahan alami yang terdapat di sekitar tempat tinggal (Wasitaatmadja, 1997).

Kosmetik dikenal manusia sejak berabad-abad yang lalu. Pada abad ke-19, pemakaian kosmetik mulai mendapat perhatian, yaitu selain untuk kecantikan juga untuk kesehatan. Bahkan sekarang teknologi kosmetik begitu maju dan merupakan paduan antara kosmetik dan obat (pharmaceutical) atau yang disebut kosmetik medik (cosmeceuticals) (Tranggono dan Latifah, 2007).

Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari lingkungan hidup manusia. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta merupakan cermin kesehatan dan kehidupan. Kulit sehat berarti kulit yang tidak menderita penyakit, baik penyakit yang mengenai kulit secara langsung ataupun penyakit dalam tubuh secara tidak langsung mempengaruhi kesehatan kulit. Penampilan kulit sehat dapat dilihat dari struktur fisik kulit berupa warna, konsistensi kelembaban, kelenturan, tebal dan tekstur kulit (Wasitaatmadja, 1997).

Bedak adalah sediaan kosmetik yang digunakan untuk memoles kulit wajah dengan sentuhan artistik untuk menutupi kekurangan kecil pada kulit


(17)

dan meningkatkan penampilan wajah, dengan menutupi kulit yang mengkilap akibat sekresi kelenjar sebaseus dan kelenjar keringat. Hal yang diinginkan dari bedak adalah tidak membuat kulit wajah tampak berminyak, kulit tampak lembut untuk waktu yang lama. Sehingga bahan-bahannya harus dapat menempel dengan waktu yang lama. Oleh karena itu tidak dibutuhkan pembedakan berulang kali (Ditjen POM, 1985).

Bedak padat adalah bedak kering yang telah diberi tekanan menjadi padatan dan biasanya digunakan dengan spons bedak. Komposisinya mirip dengan bedak tabur, tetapi efeknya pada kulit berbeda. Pengikat yang terkandung dalam bedak padat memberikan adhesi yang besar. Sebagai hasil dari proses pengepresan, ukuran partikel pada umumnya lebih kecil dari pada bedak tabur. Bedak padat harus dapat menempel dengan mudah pada spons bedak, dan padatan bedaknya harus cukup kompak, tidak pecah atau patah dengan penggunaan normal (Tandiarang, 2011).

Warna merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi penerimaan konsumen terhadap suatu produk kosmetik. Oleh karena itu pemilihan warna yang baik dan aman sangatlah penting. Sampai saat ini penggunaan pewarna sintetis begitu pesat digunakan dan sering kali disalahgunakan. Beberapa pewarna sintetik ternyata tidak aman digunakan karena sifatnya yang toksik, bahkan diantaranya bersifat karsinogenik (Andersen dan Bernard, 2001).

Dalam daftar lampiran Peringatan No. HM.03.03.1.43.14.12.8256 tanggal 27 Desember 2012 tentang kosmetika mengandung bahan berbahaya dan zat warna yang dilarang tercantum bahwa bahan pewarna methanil yellow


(18)

merupakan zat warna sintetis yang umumnya digunakan sebagai zat pewarna tekstil dan cat. Zat warna ini dapat menimbulkan tumor dalam berbagai jaringan hati dan jaringan kulit (Ditjen POM, 2012).

Untuk menghindari efek samping yang cukup berbahaya, maka telah banyak digunakan pewarna alami yang lebih sehat dan aman sebagai pengganti pewarna sintetik. Hal ini didukung juga oleh gaya hidup back to nature yang di usung oleh masyarakat modern.

Indonesia kaya akan akan sumber flora dan banyak diantaranya dapat digunakan sebagai bahan pewarna alami. Pewarna alami yang mempunyai potensi untuk dikembangkan sebagai pewarna dalam sediaan kosmetik adalah zat warna dari kesumba keling (Bixa orellana L.) yang bewarna merah oranye. Biji kesumba keling mengandung tanin, steroid/terpenoid, flavonoid, zat warna bixin/norbixin dan karotenoid. Zat warna merah dan kuning yang dihasilkan dari biji kesumba keling digunakan untuk mewarnai margarin, kornet, sosis, keju, minuman, cat kuku, lipstik. Selain itu serbuk dari biji kesumba keling juga bisa digunakan untuk pengobatan antidote pada keracunan singkong dan jarak pagar, dan untuk cacingan (Dalimartha, 2009; Anonim, 2010).

Berdasarkan hal di atas, penulis tertarik memanfaatkan zat warna biji kesumba keling (Bixa orellana L.) sebagai bahan pewarna untuk sediaan bedak kompak.

1.2Perumusan Masalah

a. Apakah zat warna ekstrak biji kesumba keling (Bixa orellana L.) dapat diformulasikan kedalam sediaan bedak kompak.


(19)

b. Apakah zat warna ekstrak biji kesumba keling dapat bercampur homogen dengan dasar bedak kompak.

c. Apakah formulasi sediaan bedak menggunakan warna dari ekstrak biji kesumba keling tidak menyebabkan iritasi.

1.3Hipotesis

a. Zat warna ekstrak biji kesumba keling dapat di formulasikan kedalam sediaan bedak kompak.

b. Zat warna ekstrak biji kesumba keling dapat bercampur homogen dengan dasar bedak kompak.

c. Formulasi sediaan bedak kompak menggunakan zat warna ekstrak biji kesumba keling sebagai pewarna tidak menyebabkan iritasi.

1.4Tujuan Penelitian

a. Untuk membuat sediaan bedak kompak menggunakan zat warna ekstrak biji kesumba keling.

b. Untuk mengetahui zat warna ekstrak biji kesumba keling dapat bercampur homogen dengan dasar bedak kompak.

c. Untuk mengetahui sediaan bedak kompak menggunakan zat warna ekstrak biji kesumba keling tidak menyebabkan iritasi.

1.5 Manfaat Penelitian

Untuk meningkatkan daya guna dari biji kesumba keling sebagai pewarna dalam sediaan bedak kompak.


(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Tanaman Kesumba Keling

Tumbahan kesumba keling dengan nama lain Bixa orellana L. ini adalah termasuk suku Bixaceae. Tumbuhan ini dapat hidup dengan baik di tempat-tempat yang terbuka dan terkena sinar matahari secara langsung. Kesumba keling banyak ditanam di tepi jalan, pagar dan tumbuh liar di hutan dari ketinggian 1-1.200 m di atas permukaan laut.

Di Indonesia, kesumba keling dimanfaatkan sebagai tanaman peneduh, di pinggir jalan, di taman-taman kota. Daya tarik utama kesumba keling buahnya yang bewarna merah cerah mirip buah rambutan, permukaan kulitnya juga berbulu. Beda dengan buah rambutan, buah kesumba keling berkulit tipis, bentuknya agak pipih, dan bagian dalamnya berongga. Di dalam rongga buah kesumba keling terdapat sekitar 50 butir biji kecil bewarna merah cerah. Pada kulit biji kesumba keling ini terdapat pigmen warna merah dengan volume cukup besar (Dalimartha, 2009; Anonim, 2010).

2.1.1 Morfologi tanaman kesumba keling

Tumbuhan kesumba keling, perdu tegak atau pohon kecil dengan tinggi 2-8m. Daun tunggal bertangkai panjang dan besar. Helaian daun berbentuk bulat telur. Ujung runcing pangkal rata berbentuk jantung tepi rata. Pertulangan menyirip panjang 8-20 cm, lebar 5-12 cm bewarna hijau dan berbintik merah. Berbunga majemuk bewarna merah muda atau putih diameter 4-6 cm. buah


(21)

seperti rambutan, tertutup rambut singkat, bewarna hijau saat muda dan merah tua setelah masak, pipih, panjang 2-4 cm berisi biji kecil bewarna merah.

Nama daerah kesumba keling antara lain yaitu kasumbo, kasumba, kusumba, batang kesumba, galugu, galuga, kesumba king, pacar king, sombakling, kasombha, kasoba kleng (Jawa), sumba, tuwa, rapo parade, bunga parade, paparada, kusumba wo kayu (Sulawesi), taluka, galuga, kesumba, kasupa (Maluku), kasumba (Kalimantan) (Dalimartha, 2009; Anonim, 2010).

2.1.2 Sistematika tanaman kesumba keling

Sistematika tumbuhan (taksonomi), kesumba keling diklasifikasikan sebagai berikut (Herbarium Medanense(MEDA) Universitas Sumatera Utara): Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Cistales

Famili : Bixaceae Genus : Bixa

Spesies : Bixa orelllana L.

2.1.3 Kandungan tanaman kesumba keling

Kandungan kimia tananaman kesumba keling, terutama batang dan daunnya mengandung tannin, kalsium oksalat, saponin, dan lemak. Daun dan akar mengandung orellin, glukosida, zat samak dan damar. Di Amerika Latin serbuk biji kesumba keling juga menjadi bumbu aneka masakan yang disebut


(22)

saffron, dan digunakan dalam Arroz con Polio, semacam nasi goreng dengan lauk ayam. Sebagai bahan pewarna dalam industri makanan dan minuman, zat warna biji kesumba keling resmi bisa digunakan di seluruh dunia dengan kode dagang (E-number) El 60b (Anonim, 2010).

Di Negara-negara maju lainnya zat warna biji kesumba keling digunakan dalam industri margarin, korned, sosis, keju, minuman, cat kuku, lipstik, dan ginju (Dalimartha, 2009; Sutara, 2009; Anonim, 2010).

2.1.4. Khasiat tanaman kesumba keling

Bagian yang digunakan dalam pengobatan adalah daun, kulit kayu, kulit akar, daging buah, dan biji. Daun kesumba keling digunakan untuk disentri, diare, bengkak air (udem), perut kembung, masuk angin, sakit kuning, perdarahan, dan kurang nafsu makan. Kulit batang dan kulit akar digunakan untuk mengatasi demam dan influenza. Dan bubuk dari biji kesumba keling digunakan untuk pengobatan cacingan, antidote pada keracunan singkong dan jarak pagar (Jatropa curcas) (Dalimartha, 2009).

Masyarakat Indian Aztek Kuno memanfaatkan kesumba keling untuk mewarnai tubuh mereka pada saat upacara adat maupun perang. Mereka menyebut kesumba keling dengan nama achioti. Dari sinilah asal usul nama

achiote untuk menyebut kesumba keling. Selain itu tanaman penghasil zat warna ini juga disebut Annatto (Dalimartha, 2009; Sutara, 2009; Anonim, 2010).

Di Amerika Tengah dan Selatan, pigmen warna merah kesumba keling adalah bahan industri yang cukup penting Di Argentina, kesumba keling


(23)

diproduksi sebagai obat diare, demam, dan penguat fungsi jantung. Di Brasil, digunakan sebagai obat luka bakar, malaria, dan hepatitis. Di Kolombia dan di Kuba digunakan untuk gonorrhhea (kencing nanah). Kesumba keling juga digunakan secara luas di Meksiko, Paraguay, Peru, Trinidad, dan di beberapa negara lain. Di beberapa negara, kesumba keling bahkan dipercaya sebagai antioksidan dan bisa menyembuhkan kanker (Dalimartha, 2009; Sutara, 2009; Anonim, 2010).

2.2 Kulit

Kulit merupakan oragan tubuh yang menutupi dan melindungi tubuh dari pengubah eksternal dan dari kehilangan kelembaban. Luas permukaan kulit orang dewasa sekitar 1,6 m2. Ketebalan kulit tergantung umur, jenis kelamin, dan lokasinya. Kulit terluar terbagi dalam tiga lapisan, yaitu epidermis, dermis, dan jaringan subkutan. Berbagai tambahan, seperti rambut, kuku, dan kelenjar (keringat dan sebaseus) juga terdapat pada kulit (Mitsui, 1997).

2.2.1 Fungsi kulit

Kulit merupakan selimut yang menutupi permukaan tubuh dan memiliki fungsi utama sebagai pelindung dari berbagai macam gangguan dan rangsangan luar. Fungsi perlindungan ini terjadi melalui sejumlah mekanisme biologis, seperti pembentukan lapisan tanduk secara terus-menerus (keratinisasi dan pelepasan sel-sel yang sudah mati), respirasi dan pengaturan suhu tubuh, produksi sebum dan keringat, dan pembentukan pigmen melanin untuk


(24)

melindungi kulit dari bahaya ultra violet matahari, sebagai peraba dan perasa, serta pertahanan terhadap tekanan dan infeksi dari luar (Wirakusumah, 1994).

Kulit melindungi bagian dalam tubuh manusia terhadap gangguan fisik maupun mekanik, misalnya tekanan, gesekan, tarikan, gangguan kimiawi, seperti zat-zat kimia iritan (lisol, karbol, asam atau basa kuat lainnya), gangguan panas atau dingin, gangguan sinar radiasi atau sinar ultraviolet, gangguan kuman, jamur, bakteri atau virus. Gangguan fisik dan mekanik ditanggulangi dengan adanya bantalan lemak subkutis, tebalnya lapisan kulit dan serabut penunjang yang berfungsi sebagai pelindung bagian luar tubuh. Dengan adanya lemak pada kulit dapat melindungi kulit dari bahan–bahan kimia (Wirakusumah, 1994).

Kulit sebagai organ tubuh yang mempunyai fungsi sebagai berikut: 1. Proteksi

Elastis yang terdapat pada dermis serta jaringan lemak subkutan berfungsi mencegah trauma mekanik langsung terhadap interior tubuh. Lapisan tanduk dan mantel lemak kulit menjaga kadar air tubuh dengan cara mencegah masuknya air dari luar tubuh dan mencegah penguapan air, selain itu juga berfungsi sebagai barrier terhadap racun dari luar. Mantel asam kulit dapat mencegah pertumbuhan bakteri di kulit (Mitsui, 1997).

2. Thermoregulasi Kulit

Mengatur temperatur tubuh melalui mekanisme dilatasi dan konstriksi pembuluh kapiler dan melalui perspirasi, yang keduanya dipengaruhi saraf otonom. Pusat pengatur temperatur tubuh di hipotalamus. Pada saat


(25)

temperatur badan menurun terjadi vasokonstriksi, sedangkan pada saat temperatur badan meningkat terjadi vasodilatasi untuk meningkatkan pembuangan panas (Mitsui, 1997) .

3. Persepsi sensoris

Kulit sangat sensitif terhadap rangsangan dari luar berupa tekanan, raba, suhu dan nyeri. Beberapa reseptor pada kulit untuk mendeteksi rangsangan dari luar diantaranya adalah Benda Meissner, Diskus Merkell dan Korpuskulum Golgi sebagai reseptor raba, Korpuskulum Panici sebagai reseptor tekanan, Korpuskulum Ruffini dan Benda Krauss sebagai reseptor suhu dan Nervus End Plate sebagai reseptor nyeri. Rangsangan dari luar diterima oleh reseptor-reseptor tersebut dan diteruskan ke sistem saraf pusat selanjutnya diinterpretasi oleh korteks serebri (Mitsui, 1997).

4. Absorbsi

Beberapa bahan dapat diabsorbsi kulit masuk ke dalam tubuh melalui dua jalur yaitu melalui epidermis dan melalui kelenjer sebasea dari folikel rambut. Senyawa larut air tidak mudah diabsorpsi melalui kulit karena adanya sawar (barrier) terhadap senyawa larut air yang dibentuk oleh lapisan tanduk (Mitsui, 1997).

5. Fungsi Lain Kulit

Kulit menunjukkan keadaan emosional, seperti memerah dan ketakutan (pucat dan bulu kuduk berdiri tegak), dan digambarkan sebagai organ yang menunjukkan emosi. Kulit dapat juga mensintesa vitamin D dengan bantuan sinar ultraviolet (Mitsui, 1997) .


(26)

2.2.2 Struktur kulit

Kulit terdiri atas tiga bagian besar dengan fungsi yang berbeda-beda, yaitu lapisan kulit ari (epidermis), lapisan kulit jangat (dermis), dan lapisan hipodermis (subkutan) (Guyton dan Hall, 1996).

Gambar 2.1 Struktur kulit (Hadijah, 2011)

a. Epidermis

Lapisan ini terletak pada bagian paling luar atau paling atas (tipis sekitar 0,001 inci) dan sebagian besar terdiri dari sel-sel mati. Lapisan epidermis terdiri atas lima lapisan sel, yaitu: stratum Basale (stratum Germinativum), stratum Spinosum, stratum Granulosum, stratum Lucidum, dan stratum Korneum.

b. Dermis

Dermis tersusun atas pembuluh darah, ujung syaraf, kelenjar keringat, akar rambut, otot penegak rambut, dan kelenjar sebasea.

c. Hypodermis (Subkutan)

Lapisan ini terdiri atas jaringan konektif, pembuluh darah, dan sel-sel penyimpan lemak yang memisahkan dermis dengan otot, tulang dan struktur


(27)

lain. Lapisan hipodermis berfungsi sebagai cadangan makanan dan bantalan untuk melindungi tubuh dari benturan-benturan fisik serta berperan pula dalam pengaturan suhu tubuh. Jumlah lemak dalam lapisan ini akan meningkat bila makan berlebihan, sebaliknya bila tubuh memerlukan energi atau kalori ekstra maka lapisan ini akan memberikan energi atau kalori dengan cara memecah simpanan lemaknya.

2.2.3 Jenis kulit

Kulit merupakan organ tubuh paling besar yang dimiliki manusia. Organ ini melapisi seluruh bagian tubuh, membungkus daging, serta organ-organ yang ada di dalamnya. Fungsi utama kulit adalah melindungi bagian tubuh dari berbagai macam gangguan dari luar tubuh dan menanggapi (merespon) rangsangan dari luar tubuh.

Kulit digolongkan menjadi 4 jenis, yaitu sebagai berikut:

1. Kulit berminyak merupakan jenis kulit diakibatkan kelenjar lemak yang bekerja secara berlebihan. Hal itu membuat kulit terlihat mengkilat, tebal, tonus kuat, dan pori-pori besar. Jenis kulit ini mudah sekali mendapat masalah berupa jerawat , komedo, dan sejenisnya.

2. Kulit kering disebabkan oleh kelenjar lemak yang bekerja kurang aktif. Hal itu membuat kulit kelihatan kusam, tipis, bersisik, tidak halus, dan lebih cepat timbul keriput.

3. Kulit normal merupakan jenis kulit ideal. Kelenjar minyak pada jenis kulit ini berfungsi secara normal. Hal ini adalah yang menyebabkan jenis kulit ini kelihatan segar dan bagus. Selain itu, pengeluaran kotoran dan penyerapan


(28)

zat-zat yang berguna melalui kulit serta peredaran zat-zat yang berguna melalui kulit serta peredaran berjalan dengan baik. Pada jenis kulit ini, jarang sekali timbul gangguan.

4. Kulit campuran. Jenis kulit ini, pada bagian tengah muka (sekitar hidung, dagu, dan dahi) kadang-kadang berminyak atau normal. Sedangkan pada bagian lain normal atau kering (Fitryane, 2011).

2.3 Kosmetik

Definisi kosmetik dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No.445/MenKes/1998 adalah sediaan atau paduan bahan yang siap untuk digunakan pada bagian luar badan (epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ kelamin bagian luar), gigi dan rongga mulut untuk membersihkan, menambah daya tarik, mengubah penampilan, melindungi supaya tetap dalam keadaan baik, memperbaiki bau badan tetapi tidak dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan suatu penyakit. Dalam definisi kosmetik diatas, yang dimaksud dengan “tidak dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan penyakit” adalah sediaan tersebut seyogyanya tidak mempengaruhi struktur dan faal kulit.

Tujuan penggunaan kosmetik pada masyarakan untuk kebersihan tubuh, meningkatkan daya tarik, meningkatkan rasa percaya diri dan perasaan tenang, melindungi kulit dan rambut dari kerusakan sinar UV, polusi dan faktor lingkungan yang lain, mencegah penuaan dan secara umum, membantu seseorang lebih menikmati hidup (Tranggono dan Latifah, 2007).


(29)

2.4 Kosmetik Dekoratif

Tujuan awal penggunaan kosmetika adalah mempercantik diri yaitu usaha untuk menambah daya tarik. Usaha tersebut dapat dilakukan dengan cara merias setiap bagian tubuh yang terpapar oleh pandangan sehingga terlihat lebih menarik dan sekaligus juga menutupi kekurangan (cacat) yang ada.

Kosmetika dekoratif semata-mata hanya melekat pada bagian tubuh yang dirias dan tidak bermaksud untuk diserap ke dalam kulit serta mengubah secara permanen kekurangan (cacat) yang ada. Kosmetika dekoratif terdiri atas bahan aktif berupa zat warna dalam berbagai bahan dasar (bedak, cair, minyak, krim, tingtur, aerosol) dengan pelengkap bahan pembuat stabil dan parfum.

Berdasarkan bagian tubuh yang dirias, kosmetika dekoratif dapat dibagi menjadi: 1) Kosmetika rias kulit (wajah); 2) Kosmetika rias bibir; 3) Kosmetika rias rambut; 4) Kosmetika rias mata; dan 5) Kosmetika rias kuku (Wasitaatmadja, 1997). Peran zat warna dan zat pewangi sangat besar dalam kosmetika dekoratif. Pemakaian kosmetika dekoratif lebih untuk alasan psikologis daripada kesehatan kulit. Persyaratan untuk kosmetika dekoratif antara lain:

a. Warna yang menarik

b. Bau yang harum menyenangkan c. Tidak lengket

d. Tidak menyebabkan kulit tampak berkilau


(30)

Pembagian kosmetika dekoratif (Tranggono dan Latifah, 2007):

a. Kosmetika dekoratif yang hanya menimbulkan efek pada permukaan dan pemakaiannya sebentar. Misalnya: bedak, pewarna bibir, pemerah pipi, eye shadow, dan lain-lain.

b. Kosmetika dekoratif yang efeknya mendalam dan biasanya dalam waktu yang lama baru luntur. Misalnya: kosmetika pemutih kulit, cat rambut, pengeriting rambut, pelurus rambut, dan lain-lain.

2.5 Bedak

Bedak pada dasarnya adalah produk kosmetik yang memiliki fungsi utama yaitu mampu menyempurnakan warna kulit dengan memberikan efek akhir seperti lembut. Bedak harus mampu memberikan efek bersifat cukup tahan lama sehingga tidak dibutuhkan pembedakan berulang kali (Aurel, 2010).

Bedak wajah digunakan untuk menutupi kekurangan kecil pada kulit dan mengurangi kilauan yang muncul akibat produksi minyak pada kulit atau keringat. Hal yang diingatkan dari bedak adalah tidak membuat wajah tampak berminyak, lembut pada kulit untuk waktu yang lama. Sehingga bahan-bahannya harus dapat menempel dengan baik pada kulit (Aurel, 2010).

Klasifikasi bedak yaitu: a. Bedak tabur

Pertimbangan utama dalam pembuatan bedak adalah pemilihan bahan dasarnya. Spektrum dari bahan dasar yang digunakan cukup sempit, sebab kualitas dari masing-masing komponen lebih penting karena hal ini akan


(31)

memberikan keterlibatan yang sangat penting dalam penentuan formulasi bedak. Bedak tabur dalam bentuk bubuk yang halus, biasanya dipakai setelah dipoleskan alas bedak terlebih dahulu. Bahannya mudah menyerap minyak diwajah dan menutupi pori-pori wajah lebih sempurna. Tapi untuk penggunaaanya agak kurang praktis karena serbuknya sering kali berjatuhan dan mengotori baju (Aurel, 2010).

b. Bedak padat

Bedak padat adalah bedak kering yang komposisinya mirip dengan bedak tabur, tapi efeknya pada kulit berbeda pada beberapa tingkat. Pengikat yang terkandung dalam bedak padat memberikan adhesi yang besar. Sebagai hasil dari proses pengepresan, ukuran partikel umumnya lebih besar pada bedak padat daripada bedak tabur. Bedak padat harus dapat menempel dengan mudah pada spons bedak, dan padatan bedaknya harus cukup kompak, tidak pecah atau patah dengan penggunaan normal. Bedak kompak, digunakan setelah pemakaian alas bedak. Bahan-bahan yang terkandung didalamnya membuat bedak jenis padat ini cepat menyerap sekaligus mengurangi minyak. Bentuknya beragam tidak mudah tumpah hingga praktis dibawa kemanapun. Dilihat dari segi formula bedak tabur tidak menggunakan zat pengikat, sedangkan bedak padat formulanya menggunakan zat pengikat (Aurel, 2010).


(32)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian ini adalah eksperimental. Penelitan meliputi penyiapan sampel, pembuatan ekstrak, formulasi sediaan, pemeriksaan mutu fisik sedian, uji iritasi terhadap sediaan, dan uji kesukaan (hedonic test) terhadap variasi sediaan yang dibuat.

3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain adalah alat-alat gelas laboratorium, neraca listrik, lumpang dan alu porselen, lemari pengering, wadah bedak kompak, rotary evaporator, freeze dryer, alat pencetak, Hardness Tester (Copley), kaca pembesar, lempeng kayu.

3.1.2 Bahan-bahan yang digunakan

Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah biji kesumba keling, etanol 96%, aquades, titaniumdioksida, kaolin ringan, pati beras, seng stearat, talk, magnesium karbonat, gom arab, gliserol, nipagin, parfum.

3.2 Penyiapan Sampel

Penyiapan sampel meliputi pengumpulan sampel, determinasi tumbuhan dan penyiapan biji kesumba keling.


(33)

3.2.1 Pengumpulan sampel

Pengumpulan sampel dilakukan secara purposif yaitu tanpa membandingkan dengan tumbuhan serupa dari daerah lain. Sampel yang digunakan adalah biji tumbuhan kesumba keling yang di ambil dari Desa Siumbut Baru, Kecamatan Kisaran Timur, Kabupaten Asahan, Sumatera Utara.

3.2.2 Determinasi tumbuhan

Determinasi tumbuhan dilakukan di Herbarium Medanense (MEDA) Departemen Biologi FMIPA Universitas Sumatera Utara. Jalan Bioteknologi No.1 Kampus USU Medan. Hasil identifikasi dapat dilihat pada Lampiran 1.

3.2.3 Penyiapan biji kesumba keling

Buah kesumba keling yang telah dikumpulkan, disortasi, di timbang berat buah kesumba keling sebagai berat basah 6,1 kg. Kemudian dikeringkan dengan cara diangin-anginkan di udara terbuka selama ± 5 hari. Setelah kering, ditimbang berat buahnya sebagai berat kering 3,1 kg dan dipisahkan biji dari kulit buahnya. Setelah itu ditimbang berat biji kering seluruhnya diperoleh berat biji kering yaitu 1,5 kg. Sebelum digunakan, biji disimpan ditempat kering.

3.3 Pembuatan Ekstrak Biji Kesumba Keling

Biji kesumba keling yang telah dikeringkan ditimbang sebanyak 600 g, kemudian dimaserasi dengan 4500 ml etanol 96% ditutup, dibiarkan selama 5 hari terlindung dari cahaya sambil sering diaduk, kemudian disaring, lalu ampas dicuci dengan cairan penyari hingga diperoleh 6000 ml (Ditjen POM,


(34)

1979; Anonim, 2010), maserat dikumpulkan, dan dipekatkan dengan rotary evaporator pada suhu ± 40°C sampai diperoleh ekstrak zat warna biji kesumba keling. Kemudian hasil rotary tersebut dikeringkan di freeze dryer selama 48 jam pada suhu -40°C dengan tekanan 2 atm sampai diperoleh ekstrak zat warna biji kesumba keling.

3.4 Pembuatan Formula

Formula yang dipilih berdasarkan formula standar yang terdapat pada Formularium Kosmetika Indonesia (1985).

R/ Titanium dioksida 4 g Kaolin ringan 16,5 g

Pati beras 4 g

Seng stearat 6 g

Talk 60 g

Magnesium karbonas 5 g

Zat warna 4 %

Parfum 0,5 g

3.4.1 Formula yang dimodifikasi

Dalam penelitian ini, Formula yang dipilih adalah Formula Standar yang terdapat pada Formularium Kosmetika Indonesia (1985), dan dalam penelitian ini menggunakan pigmen ekstrak biji kesumba keling yang dibuat dalam sediaan bedak kompak dengan modifikasi formula sebagai berikut:


(35)

R/ Titanium dioksida 4 Kaolin ringan 16,5

Pati beras 4

Seng stearat 6 Magnesium karbonas 5 Kesumba keling x%

Parfum 0,5

Nipagin 0,1

Pengikat q.s

Talk (g) ad 100

Pengikat gom arab: Gom arab 5% Gliserol 5% Air 90%

Keterangan x = 1%, 2%, 3%, 4%, 5%

Konsentrasi ekstrak biji kesumba keling yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: 1%, 2%, 3%, 4%, 5% dan blanko (tanpa zat warna). Adapun formula yang digunakan sebagai berikut:


(36)

Tabel 3.1 Formula sediaan bedak kompak

Komposisi Sediaan

1 2 3 4 5 6

Titanium dioksida (gr) 4 4 4 4 4 4

Kaolin ringan (gr) 16,5 16,5 16,5 16,5 16,5 16,5

Pati beras (gr) 4 4 4 4 4 4

Seng stearat (gr) 6 6 6 6 6 6

Magnesium karbonas (gr) 5 5 5 5 5 5

Kesumba keling (%) - 1 2 3 4 5

Parfum (gr) 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5

Nipagin (gr) 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1

Pengikat (gr) 12 12 12 12 12 12

Talk (gr) ad 100 100 100 100 100 100

Keterangan:

Formula 1: Formula tanpa ekstrak biji kesumba keling

Formula 2: Formula dengan konsentrasi ekstrak biji kesumba keling 1% Formula 3: Formula dengan konsentrasi ekstrak biji kesumba keling 2% Formula 4: Formula dengan konsentrasi ekstrak biji kesumba keling 3% Formula 5: Formula dengan konsentrasi ekstrak biji kesumba keling 4% Formula 6: Formula dengan konsentrasi ekstrak biji kesumba keling 5%

3.4.2 Prosedur pembuatan bedak kompak

Masing–masing bahan serbuk digerus hingga halus didalam lumpang. Kemudian masukkan zat pewarna kesumba keling, talk dan magnesium karbonat campur dan digerus hingga halus dan homogen. Kemudian dibasahkan dengan larutan pengikat dan di tambahkan parfum gerus hingga di


(37)

peroleh massa yang homogen. Ayak dengan pengayak mesh 60. Masukkan ke dalam lemari pengering (keringkan). Kemudian dikempa lalu dimasukkan ke dalam wadah.

3.5 Pemeriksaan Mutu Fisik Bedak Kompak

Pemeriksaan mutu fisik dilakukan terhadap masing-masing sediaan bedak kompak. Pemeriksaan mutu fisik sediaan meliputi: pemeriksaan homogenitas, dan stabilitas sediaan yang mencakup pengamatan terhadap perubahan bentuk, warna dan bau dari sediaan, uji poles dan daya sebar.

3.5.1 Homogenitas bedak

Dispersi warna diuji dengan menyebarkan serbuk pada permukaan kertas putih dan diamati dengan kaca pembesar. Jika warna menyebar secara merata maka bedak dikatakan homogen. (Butler, 2000).

3.5.2 Uji poles bedak

Uji poles bedak dilakukan dengan menggunakan puff. Dengan cara memoleskan bedak pada kulit punggung tangan. Uji poles bedak dikatakan baik jika bedak yang menempel pada kulit dapat merata dan melekat dengan baik (Butler, 2000).

3.5.3 Daya sebar

Sebanyak 0,5 gram serbuk diletakkan ditengah-tengah kaca bulat ditutup dengan kaca lain yang telah ditimbang beratnya dan dibiarkan selama 1


(38)

menit. Kemudian diukur diameter sebarnya, setelah itu ditambah beban 50 gram dan dibiarkan selama 1 menit, lalu diukur diameter sebarnya. Dilakukan terus menerus hingga diperoleh diameter yang cukup untuk melihat pengaruh beban terhadap perubahan diameter sebar sediaan (Garg, dkk., 2002).

3.5.4 Uji kekerasan

Sediaan yang dibuat diuji kekerasannya dengan cara mempergunakan alat Hardness Tester (Copley) yaitu dengan memasukkan sebuah sediaan diantara anvil dengan punch, lalu tekan tombol sampai sediaan retak dan pecah lalu di catat angka yang ditunjukkan oleh alat.

3.5.5 Uji keretakan

Uji keretakan dilakukan dengan cara menjatuhkan bedak pada permukaan kayu beberapa kali pada ketinggian 8-10 inci. Bedak kompak dikatakan baik, jika setelah dijatuhkan beberapa kali tidak pecah atau retak. (Butler, 2000).

3.6 Uji Iritasi

Uji iritasi dilakukan dengan cara mengoleskan sediaan uji pada kulit normal panel manusia untuk mengetahui apakah sediaan tersebut dapat menimbulkan iritasi pada kulit atau tidak.

Teknik yang digunakan pada uji iritasi ini adalah uji tempel terbuka (Open Test) pada lengan bawah bagian dalam terhadap 10 orang panelis yang bersedia dan mengisi surat pernyataan. Uji tempel terbuka dilakukan dengan mengoleskan sediaan yang dibuat pada lokasi lekatan dengan luas tertentu (2,5


(39)

x 2,5 cm), dibiarkan terbuka dan diamati apa yang terjadi. Uji ini dilakukan sebanyak 3 kali sehari selama 2 hari berturut-turut (Tranggono dan Latifah, 2007).

3.7 Uji Kesukaan (hedonic test)

Uji kesukaan ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kesukaan panelis terhadap sediaan yang dibuat. Semakin banyak jumlah panel untuk uji kesukaan, semakin baik. Pada penelitian ini dilakukan terhadap 30 orang panelis. Penilaian meliputi warna bedak, tekstur dan mudah tidaknya bedak kompak dipoles.

Kriteria Panelis (Soekarto,1980):

1. Memiliki kepekaan dan konsistensi yang tinggi.

2. Panelis yang digunakan adalah panelis yang tidak terlatih yang diambil secara acak.

3. Berbadan sehat.

4. Tidak dalam keadaan tertekan

5. Mempunyai pengetahuan dan pengalaman tentang penilaian organoleptik.

3.8 Uji Stabilitas

Uji ini dilakukan pengamatan terhadap adanya perubahan bentuk, warna, dan bau dari sediaan pewarna pipi dilakukan terhadap masing-masing sediaan selama penyimpanan pada suhu kamar pada hari ke 1, hari ke 5, hari ke 10 dan selanjutnya setiap 5 hari sekali hingga hari ke-30.


(40)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Ekstrak Biji Kesumba Keling

Hasil ekstraksi yang diperoleh dari 600 gram biji kesumba keling berupa ekstrak kental bewarna merah orange sebanyak 44,9 gram. Randeman yang diperoleh yaitu 7,48 %.

4.2 Hasil Formulasi Sediaan Bedak Kompak

Variasi konsentrasi pewarna ekstrak biji kesumba keling yang digunakan menghasilkan perbedaan warna pada sediaan bedak kompak. Bedak kompak dengan konsentrasi ekstrak biji kesumba keling 1% menghasilkan warna ivory dan pada konsentrasi 2% menghasilkan warna white yellow, pada konsentrasi 3%, menghasilkan warna yellow beige, konsentrasi 4% dan konsentrasi 5% menghasilkan warna gold (Tabel 4.1). Aroma bedak kompak adalah aroma khas oleum rosae.

Tabel 4.1 Standart warna

No Warna

1.

(Anonim, 2011) 2. (Tokopedia, 2012) 3. (Berseri, 2011) 4. (Anonim, 2011)


(41)

Keterangan:

1. Warna ivory 3. Warna yellow beige

2. Warna white yellow 4. Warna gold

4.3 Hasil Pemeriksaan Fisik Bedak Kompak 4.3.1 Hasil uji homogenitas bedak

Hasil uji dispersi warna menunjukkan bahwa sediaan yang dibuat terdispersi merata dan tidak ditemukan adanya perbedaan warna pada saat di taburkan pada kertas putih. Uji ini dilakukan sebelum proses pengepresan, sehingga apabila sediaan bedak kompak telah dicetak tidak ditemukannya bintik-bintik warna. Yang dikarenakan adanya warna yang tidak tercampur secara homogen.

4.3.2 Hasil uji poles bedak

Sediaan bedak kompak menghasilkan pemolesan yang baik jika sediaan memberikan warna yang intensif, merata dan homogen saat pemolesan pada punggung tangan. Berdasarkan uji poles diperoleh hasil bahwa sediaan yang menghasilkan pemolesan yang baik adalah sediaan pada konsentrasi ekstrak biji kesumba keling 1%, 2%, 3% dan 4%. Hal ini di tandai dengan satu kali pemolesan sediaan telah memberikan warna dan homogen saat pemolesan pada kulit punggung tangan. Sedangkan, sediaan dengan konsentrasi ekstrak biji kesumba keling 5% memberikan warna yang intensif dan merata setelah 3 kali pemolesan. Hasil uji poles dapat dilihat pada Lampiran 13.


(42)

4.3.3 Hasil uji daya sebar

Dari hasil perbandingan uji daya sebar yang dilakukan pada sediaan bedak kompak dengan ekstrak biji kesumba keling dan sediaan bedak kompak yang beredar di pasaran tidak terdapat perbedaan yang signifikan.

Hasil uji daya sebar dari masing-masing sediaan bedak kompak dapat dilihat pada Tabel 4.2 berikut ini.

Tabel 4.2 Data hasil pemeriksaan daya sebar pada sediaan bedak kompak

Sediaan Keterangan Perlakuan ke 1 Perlakuan ke 2 Perlakuan ke 3 Nilai rata – rata 1 Sebelum ditambah

pemberat 2,5 cm 2,5 cm 2,5 cm

2,5 cm Setelah ditambah

pemberat 2,6 cm 2,6 cm 2,6 cm

2,6 cm

2

Sebelum ditambah

pemberat 2,5 cm 2,5 cm 2,5 cm

2,5 cm Setelah ditambah

pemberat 2,7 cm 2,6 cm 2,6 cm

2,63 cm

3

Sebelum ditambah

pemberat 2,5 cm 2,5 cm 2,5 cm

2,5 cm Setelah ditambah

pemberat 2,7 cm 2.6 cm 2,7 cm

2,66 cm

4

Sebelum ditambah

pemberat 2,6 cm 2,6 cm 2,5 cm

2,56 cm Setelah ditambah

pemberat 2,7 cm 2,7 cm 2,6 cm

2,66 cm

5

Sebelum ditambah

pemberat 2,5 cm 2,5 cm 2,5 cm

2,5 cm Setelah ditambah

pemberat 2,6 cm 2,6 cm 2,6 cm

2,6 cm

6

Sebelum ditambah

pemberat 2,5 cm 2,6 cm 2,5 cm

2,53 cm Setelah ditambah

pemberat 2,6 cm 2,7 cm 2,6 cm


(43)

Keterangan:

Sediaan 1: Formula tanpa ekstrak biji kesumba keling Sediaan 2: Formula dengan ekstrak biji kesumba keling 1% Sediaan 3: Formula dengan ekstrak biji kesumba keling 2% Sediaan 4: Formula dengan ekstrak biji kesumba keling 3% Sediaan 5: Formula dengan ekstrak biji kesumba keling 4% Sediaan 6: Formula dengan ekstrak biji kesumba keling 5%

Hasi uji daya sebar dari masing-masing sediaan bedak kompak yang beredar dipasaran dapat dilihat pada Tabel 4.3 berikut ini.

Tabel 4.3 Data hasil pemeriksaan daya sebar pada sedian bedak kompak yang beredar dipasaran

Sediaa Keterangan Perlakuan ke 1

Perlakaua n ke 2

Perlakuan ke 3 Nilai rata – rata 1 Sebelum ditambah

pemberat 2,8 cm 2,8 cm 2,8 cm

2,8 cm Setelah ditambah

pemberat 3 cm 3 cm 3 cm

3 cm

2

Sebelum ditambah

pemberat 2,9 cm 2,9 cm 2,8 cm

2,86 cm Setelah ditambah

pemberat 3 cm 3 cm 2,9 cm

2,96 cm

3

Sebelum ditambah

pemberat 2,8 cm 2,8 cm 2,8 cm

2,8 cm Setelah ditambah

pemberat 2,9 cm 2,9 cm 2,9 cm

2,9 cm

4

Sebelum ditambah

pemberat 2,9 cm 2,9 cm 2,9 cm

2,9 cm Setelah ditambah

pemberat 3 cm 3 cm 3 cm

3 cm

Keterangan:

Sediaan 1: Sediaan bedak kompak Belia (ivory)

Sediaan 2: Sediaan bedak kompak Caring (white yellow) Sediaan 3: Sediaan bedak kompak Pixy (yellow beige) Sediaan 4: Sediaan bedak kompak fanbo (gold)


(44)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian ini adalah eksperimental. Penelitan meliputi penyiapan sampel, pembuatan ekstrak, formulasi sediaan, pemeriksaan mutu fisik sedian, uji iritasi terhadap sediaan, dan uji kesukaan (hedonic test) terhadap variasi sediaan yang dibuat.

3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain adalah alat-alat gelas laboratorium, neraca listrik, lumpang dan alu porselen, lemari pengering, wadah bedak kompak, rotary evaporator, freeze dryer, alat pencetak, Hardness Tester (Copley), kaca pembesar, lempeng kayu.

3.1.2 Bahan-bahan yang digunakan

Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah biji kesumba keling, etanol 96%, aquades, titaniumdioksida, kaolin ringan, pati beras, seng stearat, talk, magnesium karbonat, gom arab, gliserol, nipagin, parfum.

3.2 Penyiapan Sampel

Penyiapan sampel meliputi pengumpulan sampel, determinasi tumbuhan dan penyiapan biji kesumba keling.


(45)

3.2.1 Pengumpulan sampel

Pengumpulan sampel dilakukan secara purposif yaitu tanpa membandingkan dengan tumbuhan serupa dari daerah lain. Sampel yang digunakan adalah biji tumbuhan kesumba keling yang di ambil dari Desa Siumbut Baru, Kecamatan Kisaran Timur, Kabupaten Asahan, Sumatera Utara.

3.2.2 Determinasi tumbuhan

Determinasi tumbuhan dilakukan di Herbarium Medanense (MEDA) Departemen Biologi FMIPA Universitas Sumatera Utara. Jalan Bioteknologi No.1 Kampus USU Medan. Hasil identifikasi dapat dilihat pada Lampiran 1.

3.2.3 Penyiapan biji kesumba keling

Buah kesumba keling yang telah dikumpulkan, disortasi, di timbang berat buah kesumba keling sebagai berat basah 6,1 kg. Kemudian dikeringkan dengan cara diangin-anginkan di udara terbuka selama ± 5 hari. Setelah kering, ditimbang berat buahnya sebagai berat kering 3,1 kg dan dipisahkan biji dari kulit buahnya. Setelah itu ditimbang berat biji kering seluruhnya diperoleh berat biji kering yaitu 1,5 kg. Sebelum digunakan, biji disimpan ditempat kering.

3.3 Pembuatan Ekstrak Biji Kesumba Keling

Biji kesumba keling yang telah dikeringkan ditimbang sebanyak 600 g, kemudian dimaserasi dengan 4500 ml etanol 96% ditutup, dibiarkan selama 5 hari terlindung dari cahaya sambil sering diaduk, kemudian disaring, lalu ampas dicuci dengan cairan penyari hingga diperoleh 6000 ml (Ditjen POM,


(46)

1979; Anonim, 2010), maserat dikumpulkan, dan dipekatkan dengan rotary evaporator pada suhu ± 40°C sampai diperoleh ekstrak zat warna biji kesumba keling. Kemudian hasil rotary tersebut dikeringkan di freeze dryer selama 48 jam pada suhu -40°C dengan tekanan 2 atm sampai diperoleh ekstrak zat warna biji kesumba keling.

3.4 Pembuatan Formula

Formula yang dipilih berdasarkan formula standar yang terdapat pada Formularium Kosmetika Indonesia (1985).

R/ Titanium dioksida 4 g Kaolin ringan 16,5 g

Pati beras 4 g

Seng stearat 6 g

Talk 60 g

Magnesium karbonas 5 g Zat warna 4 %

Parfum 0,5 g

3.4.1 Formula yang dimodifikasi

Dalam penelitian ini, Formula yang dipilih adalah Formula Standar yang terdapat pada Formularium Kosmetika Indonesia (1985), dan dalam penelitian ini menggunakan pigmen ekstrak biji kesumba keling yang dibuat dalam sediaan bedak kompak dengan modifikasi formula sebagai berikut:


(47)

R/ Titanium dioksida 4 Kaolin ringan 16,5 Pati beras 4 Seng stearat 6 Magnesium karbonas 5 Kesumba keling x%

Parfum 0,5

Nipagin 0,1

Pengikat q.s

Talk (g) ad 100

Pengikat gom arab: Gom arab 5% Gliserol 5% Air 90%

Keterangan x = 1%, 2%, 3%, 4%, 5%

Konsentrasi ekstrak biji kesumba keling yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: 1%, 2%, 3%, 4%, 5% dan blanko (tanpa zat warna). Adapun formula yang digunakan sebagai berikut:


(48)

Tabel 3.1 Formula sediaan bedak kompak

Komposisi Sediaan

1 2 3 4 5 6

Titanium dioksida (gr) 4 4 4 4 4 4 Kaolin ringan (gr) 16,5 16,5 16,5 16,5 16,5 16,5

Pati beras (gr) 4 4 4 4 4 4

Seng stearat (gr) 6 6 6 6 6 6

Magnesium karbonas (gr) 5 5 5 5 5 5

Kesumba keling (%) - 1 2 3 4 5

Parfum (gr) 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 Nipagin (gr) 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1

Pengikat (gr) 12 12 12 12 12 12

Talk (gr) ad 100 100 100 100 100 100

Keterangan:

Formula 1: Formula tanpa ekstrak biji kesumba keling

Formula 2: Formula dengan konsentrasi ekstrak biji kesumba keling 1% Formula 3: Formula dengan konsentrasi ekstrak biji kesumba keling 2% Formula 4: Formula dengan konsentrasi ekstrak biji kesumba keling 3% Formula 5: Formula dengan konsentrasi ekstrak biji kesumba keling 4% Formula 6: Formula dengan konsentrasi ekstrak biji kesumba keling 5%

3.4.2 Prosedur pembuatan bedak kompak

Masing–masing bahan serbuk digerus hingga halus didalam lumpang. Kemudian masukkan zat pewarna kesumba keling, talk dan magnesium karbonat campur dan digerus hingga halus dan homogen. Kemudian dibasahkan dengan larutan pengikat dan di tambahkan parfum gerus hingga di


(49)

peroleh massa yang homogen. Ayak dengan pengayak mesh 60. Masukkan ke dalam lemari pengering (keringkan). Kemudian dikempa lalu dimasukkan ke dalam wadah.

3.5 Pemeriksaan Mutu Fisik Bedak Kompak

Pemeriksaan mutu fisik dilakukan terhadap masing-masing sediaan bedak kompak. Pemeriksaan mutu fisik sediaan meliputi: pemeriksaan homogenitas, dan stabilitas sediaan yang mencakup pengamatan terhadap perubahan bentuk, warna dan bau dari sediaan, uji poles dan daya sebar.

3.5.1 Homogenitas bedak

Dispersi warna diuji dengan menyebarkan serbuk pada permukaan kertas putih dan diamati dengan kaca pembesar. Jika warna menyebar secara merata maka bedak dikatakan homogen. (Butler, 2000).

3.5.2 Uji poles bedak

Uji poles bedak dilakukan dengan menggunakan puff. Dengan cara memoleskan bedak pada kulit punggung tangan. Uji poles bedak dikatakan baik jika bedak yang menempel pada kulit dapat merata dan melekat dengan baik (Butler, 2000).

3.5.3 Daya sebar

Sebanyak 0,5 gram serbuk diletakkan ditengah-tengah kaca bulat ditutup dengan kaca lain yang telah ditimbang beratnya dan dibiarkan selama 1


(50)

menit. Kemudian diukur diameter sebarnya, setelah itu ditambah beban 50 gram dan dibiarkan selama 1 menit, lalu diukur diameter sebarnya. Dilakukan terus menerus hingga diperoleh diameter yang cukup untuk melihat pengaruh beban terhadap perubahan diameter sebar sediaan (Garg, dkk., 2002).

3.5.4 Uji kekerasan

Sediaan yang dibuat diuji kekerasannya dengan cara mempergunakan alat Hardness Tester (Copley) yaitu dengan memasukkan sebuah sediaan diantara anvil dengan punch, lalu tekan tombol sampai sediaan retak dan pecah lalu di catat angka yang ditunjukkan oleh alat.

3.5.5 Uji keretakan

Uji keretakan dilakukan dengan cara menjatuhkan bedak pada permukaan kayu beberapa kali pada ketinggian 8-10 inci. Bedak kompak dikatakan baik, jika setelah dijatuhkan beberapa kali tidak pecah atau retak. (Butler, 2000).

3.6 Uji Iritasi

Uji iritasi dilakukan dengan cara mengoleskan sediaan uji pada kulit normal panel manusia untuk mengetahui apakah sediaan tersebut dapat menimbulkan iritasi pada kulit atau tidak.

Teknik yang digunakan pada uji iritasi ini adalah uji tempel terbuka (Open Test) pada lengan bawah bagian dalam terhadap 10 orang panelis yang bersedia dan mengisi surat pernyataan. Uji tempel terbuka dilakukan dengan mengoleskan sediaan yang dibuat pada lokasi lekatan dengan luas tertentu (2,5


(51)

x 2,5 cm), dibiarkan terbuka dan diamati apa yang terjadi. Uji ini dilakukan sebanyak 3 kali sehari selama 2 hari berturut-turut (Tranggono dan Latifah, 2007).

3.7 Uji Kesukaan (hedonic test)

Uji kesukaan ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kesukaan panelis terhadap sediaan yang dibuat. Semakin banyak jumlah panel untuk uji kesukaan, semakin baik. Pada penelitian ini dilakukan terhadap 30 orang panelis. Penilaian meliputi warna bedak, tekstur dan mudah tidaknya bedak kompak dipoles.

Kriteria Panelis (Soekarto,1980):

1. Memiliki kepekaan dan konsistensi yang tinggi.

2. Panelis yang digunakan adalah panelis yang tidak terlatih yang diambil secara acak.

3. Berbadan sehat.

4. Tidak dalam keadaan tertekan

5. Mempunyai pengetahuan dan pengalaman tentang penilaian organoleptik.

3.8 Uji Stabilitas

Uji ini dilakukan pengamatan terhadap adanya perubahan bentuk, warna, dan bau dari sediaan pewarna pipi dilakukan terhadap masing-masing sediaan selama penyimpanan pada suhu kamar pada hari ke 1, hari ke 5, hari ke 10 dan selanjutnya setiap 5 hari sekali hingga hari ke-30.


(52)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Ekstrak Biji Kesumba Keling

Hasil ekstraksi yang diperoleh dari 600 gram biji kesumba keling berupa ekstrak kental bewarna merah orange sebanyak 44,9 gram. Randeman yang diperoleh yaitu 7,48 %.

4.2 Hasil Formulasi Sediaan Bedak Kompak

Variasi konsentrasi pewarna ekstrak biji kesumba keling yang digunakan menghasilkan perbedaan warna pada sediaan bedak kompak. Bedak kompak dengan konsentrasi ekstrak biji kesumba keling 1% menghasilkan warna ivory dan pada konsentrasi 2% menghasilkan warna white yellow, pada konsentrasi 3%, menghasilkan warna yellow beige, konsentrasi 4% dan konsentrasi 5% menghasilkan warna gold (Tabel 4.1). Aroma bedak kompak adalah aroma khas oleum rosae.

Tabel 4.1 Standart warna

No Warna

1.

(Anonim, 2011) 2. (Tokopedia, 2012) 3. (Berseri, 2011) 4. (Anonim, 2011)


(53)

Keterangan:

1. Warna ivory 3. Warna yellow beige 2. Warna white yellow 4. Warna gold

4.3 Hasil Pemeriksaan Fisik Bedak Kompak 4.3.1 Hasil uji homogenitas bedak

Hasil uji dispersi warna menunjukkan bahwa sediaan yang dibuat terdispersi merata dan tidak ditemukan adanya perbedaan warna pada saat di taburkan pada kertas putih. Uji ini dilakukan sebelum proses pengepresan, sehingga apabila sediaan bedak kompak telah dicetak tidak ditemukannya bintik-bintik warna. Yang dikarenakan adanya warna yang tidak tercampur secara homogen.

4.3.2 Hasil uji poles bedak

Sediaan bedak kompak menghasilkan pemolesan yang baik jika sediaan memberikan warna yang intensif, merata dan homogen saat pemolesan pada punggung tangan. Berdasarkan uji poles diperoleh hasil bahwa sediaan yang menghasilkan pemolesan yang baik adalah sediaan pada konsentrasi ekstrak biji kesumba keling 1%, 2%, 3% dan 4%. Hal ini di tandai dengan satu kali pemolesan sediaan telah memberikan warna dan homogen saat pemolesan pada kulit punggung tangan. Sedangkan, sediaan dengan konsentrasi ekstrak biji kesumba keling 5% memberikan warna yang intensif dan merata setelah 3 kali pemolesan. Hasil uji poles dapat dilihat pada Lampiran 13.


(54)

4.3.3 Hasil uji daya sebar

Dari hasil perbandingan uji daya sebar yang dilakukan pada sediaan bedak kompak dengan ekstrak biji kesumba keling dan sediaan bedak kompak yang beredar di pasaran tidak terdapat perbedaan yang signifikan.

Hasil uji daya sebar dari masing-masing sediaan bedak kompak dapat dilihat pada Tabel 4.2 berikut ini.

Tabel 4.2 Data hasil pemeriksaan daya sebar pada sediaan bedak kompak

Sediaan Keterangan Perlakuan ke 1 Perlakuan ke 2 Perlakuan ke 3 Nilai rata – rata 1 Sebelum ditambah

pemberat 2,5 cm 2,5 cm 2,5 cm

2,5 cm Setelah ditambah

pemberat 2,6 cm 2,6 cm 2,6 cm

2,6 cm

2

Sebelum ditambah

pemberat 2,5 cm 2,5 cm 2,5 cm

2,5 cm Setelah ditambah

pemberat 2,7 cm 2,6 cm 2,6 cm

2,63 cm

3

Sebelum ditambah

pemberat 2,5 cm 2,5 cm 2,5 cm

2,5 cm Setelah ditambah

pemberat 2,7 cm 2.6 cm 2,7 cm

2,66 cm

4

Sebelum ditambah

pemberat 2,6 cm 2,6 cm 2,5 cm

2,56 cm Setelah ditambah

pemberat 2,7 cm 2,7 cm 2,6 cm

2,66 cm

5

Sebelum ditambah

pemberat 2,5 cm 2,5 cm 2,5 cm

2,5 cm Setelah ditambah

pemberat 2,6 cm 2,6 cm 2,6 cm

2,6 cm

6

Sebelum ditambah

pemberat 2,5 cm 2,6 cm 2,5 cm

2,53 cm Setelah ditambah

pemberat 2,6 cm 2,7 cm 2,6 cm


(55)

Keterangan:

Sediaan 1: Formula tanpa ekstrak biji kesumba keling Sediaan 2: Formula dengan ekstrak biji kesumba keling 1% Sediaan 3: Formula dengan ekstrak biji kesumba keling 2% Sediaan 4: Formula dengan ekstrak biji kesumba keling 3% Sediaan 5: Formula dengan ekstrak biji kesumba keling 4% Sediaan 6: Formula dengan ekstrak biji kesumba keling 5%

Hasi uji daya sebar dari masing-masing sediaan bedak kompak yang beredar dipasaran dapat dilihat pada Tabel 4.3 berikut ini.

Tabel 4.3 Data hasil pemeriksaan daya sebar pada sedian bedak kompak yang beredar dipasaran

Sediaa Keterangan Perlakuan ke 1

Perlakaua n ke 2

Perlakuan ke 3 Nilai rata – rata 1 Sebelum ditambah

pemberat 2,8 cm 2,8 cm 2,8 cm

2,8 cm Setelah ditambah

pemberat 3 cm 3 cm 3 cm

3 cm

2

Sebelum ditambah

pemberat 2,9 cm 2,9 cm 2,8 cm

2,86 cm Setelah ditambah

pemberat 3 cm 3 cm 2,9 cm

2,96 cm

3

Sebelum ditambah

pemberat 2,8 cm 2,8 cm 2,8 cm

2,8 cm Setelah ditambah

pemberat 2,9 cm 2,9 cm 2,9 cm

2,9 cm

4

Sebelum ditambah

pemberat 2,9 cm 2,9 cm 2,9 cm

2,9 cm Setelah ditambah

pemberat 3 cm 3 cm 3 cm

3 cm

Keterangan:

Sediaan 1: Sediaan bedak kompak Belia (ivory)

Sediaan 2: Sediaan bedak kompak Caring (white yellow) Sediaan 3: Sediaan bedak kompak Pixy (yellow beige) Sediaan 4: Sediaan bedak kompak fanbo (gold)


(56)

4.3.4 Hasil uji kekerasan

Hasil uji kekerasan yang didapat terhadap sediaan bedak kompak dengan konsentrasi 1%, 2%, 3%, 4% dan 5% menunjukkan hasil yang berbeda. Hal ini disebabkan karena alat mencetak bedak kompak tidak seragam tekanannya, dilakukan secara manual.

Hasil uji kekerasan dari masing-masing sediaan bedak kompak dapat dilihat pada Tabel 4.4 berikut ini.

Tabel 4.4 Data pemeriksaan kekerasan pada sediaan bedak kompak

Sediaan Hasil Uji Kekerasan

1 1,15 kg

2 1,28 kg

3 1,49 kg

4 1,51 kg

5 1,30 kg

6 1,29 kg

7 1,56 kg

Keterangan:

Sediaan 1: Sediaan bedak kompak yang beredar di pasaran (Caring) Sediaan 2: Formula tanpa ekstrak biji kesumba keling

Sediaan 3: Formula dengan konsentrasi ekstrak biji kesumba keling 1% Sediaan 4: Formula dengan konsentrasi ekstrak biji kesumba keling 2% Sediaan 5: Formula dengan konsentrasi ekstrak biji kesumba keling 3% Sediaan 6: Formula dengan konsentrasi ekstrak biji kesumba keling 4% Sediaan 7: Formula dengan konsentrasi ekstrak biji kesumba keling 5%


(57)

4.3.5 Hasil uji keretakan

Hasil pemeriksaan yang didapat terhadap sediaan bedak kompak dengan uji keretakan menunjukan bahwa semua sediaan yang dibuat tidak pecah. Dan seluruh sediaan memenuhi persyaratan uji keretakan (Butler, 2000).

Hasil uji keretakan yang dilakukan pada masing-masing sediaan bedak kompak dapat dilihat pada Tabel 4.5 berikut ini.

Tabel 4.5 Data pemeriksaan keretakan pada sediaan bedak kompak

Sediaan

Di jatuhkan pada permukaan kayu dengan ketinggian 8-10 (inci) dengan 3 (tiga) kali penjatuhan

1 Tidak pecah

2 Tidak pecah

3 Tidak pecah

4 Tidak pecah

5 Tidak pecah

6 Tidak pecah

Keterangan:

Sediaan 1: Formula tanpa ekstrak biji kesumba keling

Sediaan 2: Formula dengan konsentrasi ekstrak biji kesumba keling 1% Sediaan 3: Formula dengan konsentrasi ekstrak biji kesumba keling 2% Sediaan 4: Formula dengan konsentrasi ekstrak biji kesumba keling 3% Sediaan 5: Formula dengan konsentrasi ekstrak biji kesumba keling 4% Sediaan 6: Formula dengan konsentrasi ekstrak biji kesumba keling 5% 4.3.6 Hasil uji iritasi

Berdasarkan hasil uji iritasi yang dilakukan pada 10 orang panelis yang dilakukan dengan cara memoleskan sediaan bedak kompak pada kulit lengan bawah bagian dalam selama 2 hari berturut-turut, menunjukkan bahwa semua


(58)

panelis tidak menunjukkan reaksi terhadap parameter reaksi iritasi yang diamati yaitu adanya eritema dan edema.

Dari hasil uji iritasi tersebut dapat disimpulkan bahwa sediaan bedak kompak yang dibuat tidak menyebabkan iritasi (Tranggono dan Latifah, 2007). Hasil uji iritasi dapat dilihat pada Tabel 4.6 berikut ini.

Tabel 4.6 Data uji iritasi

Reaksi

Panelis

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Erythema 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Edema 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Keterangan: system skor Federal Hazardous Substance Act (Barel, dkk., 2001). Erythema

Tidak erythema 0

Sangat sedikit erythema 1

Sedikit erythema 2

Erythema sedang 3

Erythema sangat parah 4

Edema

Tidak edema 0

Sangat sedikit edema 1

Sedikit edema 2

Edema sedang 3


(59)

4.3.7 Hasil uji kesukaan (Hedonic test)

Data yang diperoleh dari lembar penilaian (kuesioner) ditabulasi dan ditentukan untuk setiap sediaan dengan mencari hasil rata-rata pada setiap panelis pada tingkat kepercayaan 95%.

Setiap panelis diminta untuk memoleskan masing-masing sediaan bedak kompak yang dibuat pada kulit punggung tangannya. Parameter pengamatan pada uji kesukaan adalah kemudahan pemolesan bedak kompak, homogenitas dan intensitas warna dari bedak kompak saat dipoleskan. Panelis memberikan penilaian dengan mengisi kuesioner yang telah diberikan. Hasil uji kesukaan dapat dilihat pada Tabel 4.7 berikut ini.

Tabel 4.7 Data nilai uji kesukaan (Hedonic Test)

No Nama Umur

Sediaan

1% 2% 3% 4% 5%

1. Sarly 21 Tahun 5 8 7 8 5

2. Rapita 23 Tahun 5 8 6 7 3

3. Rara 24 Tahun 5 8 6 7 2

4. febrina 22 Tahun 5 8 6 7 3

5. Fera 24 Tahun 5 8 6 7 3

6. Maya 21 Tahun 5 8 7 7 3

7. yuni 23 Tahun 5 8 7 7 7

8. Uci 24 Tahun 7 7 7 7 7


(60)

10. Karitta 24 Tahun 5 9 7 8 6

11. fauziah 25 Tahun 5 7 6 7 3

12. Bettika 22 Tahun 5 7 6 6 3

13. Fibrin 23 Tahun 5 7 6 7 3

14. Evi 23 Tahun 7 7 6 6 4

15. Fitri 23 Tahun 6 7 6 6 6

16. Romauli 25 Tahun 8 8 8 8 8

17. Fida 22 Tahun 4 8 6 7 6

18. rina 25 Tahun 5 7 6 4 3

19. Ditya 21 Tahun 7 8 5 5 5

20. wati 22 Tahun 7 9 6 3 3

21. Melva 25 Tahun 7 7 9 8 5

22. Mona 20 Tahun 8 7 8 5 6

23. Rugun 20 Tahun 7 6 5 5 5

24. Nova 22 Tahun 8 6 5 4 3

25. Lisa 24 Tahun 6 6 8 8 7

26. Zulha 24 Tahun 5 7 4 5 3

27. Ade 20 Tahun 7 5 3 4 5

28. Ova 29 Tahun 8 9 9 7 7

29. Novita 24 Tahun 9 7 6 5 5

30. Eva 24 Tahun 9 8 7 5 5


(61)

Keterangan:

Amat sangat suka = 9 Tidak suka = 3

Sangat suka = 8 Sangat tidak suka = 2

Suka = 7 Amat sangat tidak suka = 1

Agak suka = 6

Netral = 5

Agak tidak suka = 4

Berdasarkan data uji kesukaan (Hedonic Test) terhadap 30 orang

panelis, diketahui bahwa sediaan bedak kompak yang paling disukai adalah sediaan 2 yaitu bedak kompak konsentrasi zat warna ekstrak biji kesumba keling 2% dengan persentase kesukaan 7,09 % panelis menyukai sediaan ini. Hal ini karena sediaan bedak kompak dengan konsentrasi 2% sangat mudah dipoles dan memberikan warna yang netral. Sediaan 3 dan 4 yaitu bedak kompak dengan konsentrasi zat warna ekstrak biji kesumba keling 3% dan 4% dengan persentase 5,88% dan 5,76% panelis agak menyukai karena sesuai dengan warna kulit wajah panelis yang berwarna sawo matang. Persentase kesukaan pada sediaan 1 yaitu dengan konsentrasi ekstrak biji kesumba keling 1% dengan persentase kesukaan 5% kemungkinan panelis menyukai warna yg terang karena sesuai dengan warna kulit wajah panelis. Dan pada sediaan 5 yaitu bedak kompak dengan konsentrasi ekstrak biji kesumba keling 5% dengan persentase kesukaan 4,1% agak tidak suka. Perhitungan hasil uji kesukaan (Hedonic Test) pada Lampiran 19.

4.3.8 Hasil uji stabilitas

Hasil uji stabilitas sediaan bedak kompak menunjukkan bahwa seluruh sediaan yang dibuat tetap stabil penyimpanan suhu kamar selama 30 hari pengamatan. Parameter yang diamati dalam uji kestabilan fisik ini meliputi


(62)

perubahan bentuk, warna dan bau sediaan. Dari hasil pengamatan bentuk, didapatkan hasil bahwa seluruh sediaan bedak kompak yang dibuat tidak terjadi perubahan bentuk dari bentuk awal pencetakan dan selama 30 hari pada penyimpanan suhu kamar. Bertambahnya konsentrasi zat warna ekstrak biji kesumba keling yang digunakan maka bertambah pekat warna bedak yang dihasilkan. Bedak kompak dengan konsentrasi ekstrak biji kesumba keling 1%

memberikan warna ivory, konsentrasi 2% memberikan warna white yellow,

konsentrasi 3% memberikan warna yellow beige, konsentrasi 4% dan 5%

memberikan warna gold. Sedangkan bau yang dihasilkan dari seluruh sediaan bedak kompak adalah bau khas dari parfum yang digunakan yaitu oleum rosae. Bau sediaan tetap stabil dalam penyimpanan 30 hari pengamatan pada suhu kamar. Hasil uji stabilitas sediaan bedak kompak dapat dilihat pada Tabel 4.8 berikut ini.

Tabel 4.8 Data pengamatan perubahan bentuk, warna dan bentuk sediaan.

Pengamatan

Sediaan

Lama pengamatan (Hari)

1 5 10 15 20 25 30

Bentuk

1 b b b b b b b

2 b b b b b b b

3 b b b b b b b

4 b b b b b b b

5 b b b b b b b


(63)

Warna

1 p p p p p p p

2 i i i i i i i

3 wy wy wy wy wy wy wy

4 yb yb yb yb yb yb yb

5 g g g g g g g

6 g g g g g g g

Bau

1 bk bk bk bk bk bk bk

2 bk bk bk bk bk bk bk

3 bk bk bk bk bk bk bk

4 bk bk bk bk bk bk bk

5 bk bk bk bk bk bk bk

6 bk bk bk bk bk bk bk

Keterangan:

b : bentuk (baik) p : putih wy: white yellow bk : bau khas i : ivory g : gold


(64)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1Kesimpulan

a. Zat warna ekstrak biji kesumba keling dapat digunakan sebagai pewarna

dalam formulasi sediaan bedak kompak. Bertambahnya konsentrasi ekstrak biji kesumba keling yang digunakan dalam formula maka bertambah pekat warna sediaan bedak kompak yang dihasilkan. Bedak dengan konsentrasi 1% bewarna ivory, bedak dengan konsentrasi 2% bewarna white yellow,

bedak dengan konsentrasi 3% bewarna yellow beige, bedak dengan

konsentrasi 4% dan 5% bewarna gold.

b. Zat warna ekstrak kesumba keling dapat bercampur homogen dengan dasar

bedak. Hasil penentuan mutu fisik sediaan, menunjukkan bahwa seluruh sediaan yang dibuat stabil, tidak terjadi perubahan bentuk, warna dan bau dalam penyimpanan selama 30 hari

c. Dari uji kesukaan sediaan yang paling disukai adalah bedak dengan

konsentrasi zat warna ekstrak biji kesumba keling 2%. Berdasarkan hasil uji iritasi yang dilakukan terhadap 10 orang panelis menunjukkan sediaan bedak kompak yang dibuat tidak menyebabkan iritasi.

5.2 Saran

Disarankan untuk penelitian selanjutnya mengenai pemanfaatan

pewarna alami biji kesumba keling untuk formulasi sediaan kosmetik lainnya, seperti eye shadow.


(65)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2010). Galinggem Sebagai Bahan Pewarna. Diakses 19 September

2011. Jakarta.http://bataviase.co.id.

Anonim. (2011). Fanbo All Product. Diakses 29 Maret 2013.

Anonim. (2012). Belia Compact Powder. Diakses 3 April 2013. www.

Belia.com/product/10/compactpowder.

Andersen, O.M., dan Bernard, K. (2001). Chemistry, Analysis and Application of Anthocyanin Pigments from Flowers, Fruits and Vegetables. Diakses Mei 2011. Available at

Aurel. (2010). Teknologi Kosmetik-Bedak. Diakses 1 Juli 2012.

Penelitian/Teknologi-Kosmetik Bedak vew.Html.

Barel, A.O., Paye, M., dan Maibach, H.I. (2001). Handbook of Cosmetic

Science and Technology. New York: Marcel Dekker Inc. Hal. 110.

Berseri, B. (2011). Pixy Compact Powder. Diakses 3 April 2013.

www.bungaberseriblogspot.com.

Butler, H. (2000). Poucher’s Perfumes, Cosmetics and Soaps. Edisi Kesepuluh. Dordrecht: Kluwer Academic Publishers. Hal. 188-189.

Dalimartha, S. (2009). Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Jilid 6. Jakarta:

Pustaka Bunda. Hal. 58.

Ditjen POM. (1979). Farmakope Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Depkes RI. Hal. 9.

Ditjen POM. (1985). Formularium Kosmetika Indonesia. Jakarta: Depkes RI.

Hal. 184-185, 188.

Ditjen POM. (2012). Public Warning/Peringatan

No.HM.03.03.1.43.14.12.8256 Tanggal 27 Desember 2012 Tentang Kosmetika Mengandung Pewarna Dilarang. Jakarta: Depkes RI.

Fitryane, R. (2011). Kiat Cantik Dan Menarik. Bandung: Yrama Widya. Hal. 7-8.

Garg, A., Aggarwal, D., Garg, S., dan Singla, A.K. (2002). Spreading of


(66)

www.pharmtech.com/pharmtech/data/articlestandard/pharmtech/36200 2/30365/article.pdf.

Guyton, A.C., dan Hall, J.E. (1996). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi Kesembilan. Penerjemah: Ken Ariata Tengadi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal. 682-684.

Hadijah. (2011). Anatomi Sistem Intergumen. Diakses 07 November 2011.

http:hadijah-arsyad.blogspot.com/2011/11/anfis-sistem-intergumen.html.

Mitsui, T. (1997). New Cosmetic Science. Edisi Kesatu. Amsterdam: Elsevier Science B.V. Hal. 19-21, 377.

Soekarto. (1980). Penilaian Organoleptik. Pusat Pengembangan Teknolongi

Pangan. Bogor: IPB Press. Hal. 145.

Sutara, K.P. (2009). Jenis Tumbuhan Sebagai Pewarna Alam Pada Beberapa

Perusahaan Tenun Di Gianyar. Bali: Jurusan Biologi, Fakultas MIPA. Universitas Udayana, kampus Bukit Jimbaran. Hal. 217-218.

Tandiarang, M. (2011). Kosmetik Bedak. Diakses 21 mei 2012.

Makasar.

Tokopedia. (2012). Bedak Dac Ever Last Caring Colours. Diakses 3 April

2013. www.tokopedia.com

Tranggono, R.I.S., dan Latifah, F. (2007). Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan

Kosmetik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Hal. 3-5.

Wasitaatmaja, S. (1997). Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Jakarta: Universitas Indonesia. Hal. 3, 26-28, 62.

Wirakusumah, E.S. (1994). Cantik dan Bugar dengan Ramuan Nabati. Edisi


(67)

LAMPIRAN


(68)

Lampiran 2. Bagan alir pembuatan zat warna ekstrak biji kesumba keling

Buah kesumba keeling

Disortasi

Ditimbang (sebagai berat basah) Dikeringkan dengan cara diangin-anginkan di udara terbuka ± 5 hari Ditimbang (sebgai berat kering)

Dipisahkan biji dari kulit buah kesumba keling

Ditimbang Berat biji kering kesumba

keeling

Ditimbang 600 gram biji kesumba keling yang telah dipecah-pecah Dimasukkan ke dalam beker glass Dimaserasi dengan 4500 ml etanol 96%

Ditutup dengan aluminium foil

Dibiarkan selama 5 hari sambil diaduk secara berkala selang waktu 6 jam

Disaring

Dicuci ampas dengan cairan penyari hingga diperoleh 6000 ml

Dipekatkan dengan rotary evaporator pada suhu ± 50°C

Difreezee dryer selama 48 jam pada suhu -40°C dengan tekanan 2 atm Ekstrak kental zat warna

biji kesumba keeling Maserat


(69)

(70)

(71)

(72)

(73)

(74)

(1)

Lampiran 18. Format surat pernyataan untuk uji iritasi

SURAT PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin :

Alamat :

Menyatakan bersedia menjadi panelis untuk uji iritasi dalam penelitian dari Novie Angriani dengan Judul penelitian Penggunaan Ekstrak Biji

Kesumba Keling (Bixa orellana L.) Sebagai Pewarna Dalam Formulasi Bedak

Kompak, yang memenuhi kriteria sebagai panelis uji iritasi sebagai berikut: 1. Wanita

2. Usia antara 20-30 tahun

3. Berbadan sehat jasmani dan rohani 4. Tidak memiliki riwayat penyakit alergi

5. Menyatakan kesediannya dijadikan panelis uji iritasi

Apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan selama uji iritasi, panelis tidak akan menuntut kapada peneliti (Ditjen POM, 1985).

Demikian surat pernyataan ini dibuat, atas partisipasinya peneliti mengucapakan terimakasih.

Medan, Januari 2013


(2)

Keterangan: n = banyaknya panelis S2

1,96 = koefisien standar deviasi pada taraf 95% = keseragaman nilai

x = nilai rata-rata xi

s = simpangan baku

= nilai dari panelis ke i, dimana i = 1, 2, 3, ...n;

P = tingkat kepercayaan µ = rentang nilai

1. Sediaan dengan konsentrasi ekstrak biji kesumba keling 1%


(3)

Lampiran 19 (Lanjutan)

S2= 1,8896

30 56,69 30

) 23 , 6 9 ( ... ) 23 , 6 5 ( ) 23 , 6 5 ( 6,23)

-(5 2 2 2 2

= =

− + + −

+ −

+

= 1,97

s =√1,8896

P(6,23-(1,96.1,97/√30)≤ µ ≤ (6,23+(1,96.1,97/√30) P(6,23-0,70)≤ µ ≤ (6,23+0,70)

P(5,53≤ µ ≤ 6,93)

Nilai yang diambil adalah nilai terkecil yaitu 5,53 dan dibulatkan menjadi 5 (netral).

2. sediaan dengan konsentrasi ekstrak biji kesumba keling 2%


(4)

30 30

s = �0,9506 = 0,97

P(7,43-(1,96.0,97/√30)≤ µ ≤ (7,43+(1,96.0,97/√30)

P(7,43-0,34)≤ µ ≤ (7,43+0,34)

P(7,09 ≤ µ ≤ 7,77)

Nilai yang diambil adalah nilai terkecil yaitu 7,09 dan dibulatkan menjadi 7 (suka).

3. Sediaan dengan konsentrasi ekstrak biji kesumba keling 3%

x = 190/30 = 6,33

S2 1,6363

30 49,09 30

) 33 , 6 7 ( ... ) 33 , 6 6 ( ) 33 , 6 6 ( 6,33)

-(7 2 + − 2 + − 2 + + − 2 = =

=


(5)

Lampiran 19 (Lanjutan)

P(6,33-(1,96.1,27/√30)≤ µ ≤ (6,33+(1,96.1,27/√30) P(6,33-0,45)≤ µ ≤ (6,33+0,45)

P(5,88 ≤ µ≤ 6,78)

Nilai yang diambil adalah nilai terkecil yaitu 5,88 dan dibulatkan menjadi 6 (agak suka).

4. Sediaan dengan konsentrasi biji kesumba keling 4%

x = 188/30 = 6,26

S2 1,988

30 59,64 30

) 26 , 6 5 ( ... ) 26 , 6 7 ( ) 26 , 6 7 ( 6,26)

(8 2 2 2 2

= =

− + + −

+ −

+ =

s = √1,988= 1,40

P(6,26-(1,96.1,40/√30)≤ µ ≤ (6,26+(1,96.1,40/√30) P(6,7-0,50)≤ µ ≤ (5,7+0,50)


(6)

Nilai yang diambil adalah nilai terkecil yaitu 5,76 dan dibulatkan menjadi 6 (agak suka).

5. Sediaan dengan konsentrasi ekstrak biji kesumba keling 5%

x = 141/30 = 4,7

S2 2,865

30 85,95 30

) 7 , 4 5 ( ... ) 7 , 4 2 ( ) 7 , 4 3 ( 4,7)

(5 2 2 2 2

= =

− + + −

+ −

+ =

s = 2,865 =1,69

P(4,7-(1,96.1,69/√30)≤ µ ≤ (4,7+(1,96.1.69/√30) P(4,7-0,60)≤ µ ≤ (4,7+0,60)

P(4,1 ≤ µ≤ 5,34)

Nilai yang diambil adalah nilai terkecil yaitu 4,1dan dibulatkan menjadi 4 (agak tidak suka).