Nurul Fadilah, 2015 KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DALAM PEMBELAJARAN PPKN UNTUK PENCAPAIAN
KOMPETENSI SIKAP SPIRITUAL DAN SOSIAL PESERTA DIDIK
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
kerangka sistemik Pendidikan Kewarganegaraan dibangun atas dasar paradigma sebagai berikut:
1. Pendidikan kewarganegaraan secara
kurikuler
dirancang sebagai subjek pembelajaran yang bertujuan untuk mengembangkan potensi individu agar
menjadi warga Negara Indonesia yang berakhlak mulia, cerdas, partisipatif, dan bertanggungjawab.
2. Pendidikan kewarganegaraan secara
teoretik
dirancang sebagai subjek pembelajaran yang memuat dimensi-dimensi kognitif, afektif, dan
psikomotorik yang bersifat
konfluen
atau saling terintegrasi dalam konteks substansi ide, nilai, konsep, dan moral pancasila, kewarganegaraan yang
demokratis, dan bela negara. 3.
Pendidikan kewarganegaraan secara
programatik
dirancang sebagai subjek pembelajaran yang menekankan pada isi yang mengusung nilai-nilai dan
pengalaman belajar dalam bentuk berbagai perilaku yang perlu diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari dan merupakan tuntunan hidup bagi warga
Negara dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Jadi dengan adanya pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan hendaknya dapat mempersiapkan para peserta didik untuk menjadi warga negara
yang baik dan cakap karakter, berakhlak mulia, cerdas, partisipatif, dan bertanggung jawab. Pengetahuan dan keterampilan tidak cukup untuk menjadikan
peserta didik dapat berinteraksi dengan baik terhadap lingkungan disekitarnya.
2.4.2 Strategi
Pembelajaran Pendidikan
Pancasila dan
Kewarganegaraan
Mengembangkan strategi
dan model
pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan dengan menggunakan pendekatan terpadu, diperlukan adanya analisis kebutuhan
needs assessment
siswa dalam belajar Pendidikan Kewarganegaraan. Dalam kaitan ini diperlukan adanya serangkaian kegiatan,
antara lain : a.
Mengidentifikasikan isu-isu sentral yang bermuatan moral dalam masyarakat untuk dijadikan bahan kajian dalam proses pembelajaran di
kelas dengan menggunakan metode klarifikasi nilai. b.
Mengidentifikasi dan menganalisis kebutuhan siswa dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan agar tercapai kematangan moral yang
komprehensif yaitu kematangan dalam pengetahuan moral perasaan moral,dan tindakan moral.
Nurul Fadilah, 2015 KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DALAM PEMBELAJARAN PPKN UNTUK PENCAPAIAN
KOMPETENSI SIKAP SPIRITUAL DAN SOSIAL PESERTA DIDIK
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
c. Mengidentifikasi dan menganalisis masalah-masalah dan kendala-kendala
instruksional yang dihadapi oleh para guru di sekolah dan para orang tua murid di rumah dalam usaha membina perkembangan moral siswa, serta
berupaya memformulasikan alternatif pemecahannya.
d. Mengidentifikasi dan mengklarifikasi nilai-nilai moral yang inti dan
universal yang dapat digunakan sebagai bahan kajian dalam proses pendidikan moral.
e. Mengidentifikasi sumber-sumber lain yang relevan dengan kebutuhan
belajar pendidikan moral. Dengan memperhatikan kegiatan yang perlu dilakukan dalam proses
aplikasi Pendidikan Kewarganegaraan tersebut, kaitannya dengan kurikulum yang senantiasa berubah sesuai dengan akselerasi politik dalam negeri, maka sebaiknya
pendidikan moral juga dilakukan penngkajian ulang untuk mengikuti
competetion velocities
dalam persaingan global. Bagaimanapun negeri ini memerlukan generasi yang cerdas, bijak dan bermoral sehingga bisa menyeimbangkan
pembangunan dalam keselarasan keimanan dan kemajuan jaman. Pertanyaannya adalah siapkah lingkungan sekolah
formal-informal
, masyarakat dan keluarga untuk membangun komitmen bersama mendukung keinginan tersebut.
Unsur ontologi Pendidikan Kewarganegaraan memiliki dua dimensi, yakni objek telaah dan objek pengembangan Winataputra, 2001. Objek telaah adalah
keseluruhan aspek idiil, instrumental, dan praksis Pendidikan Kewarganegaraan yang secara internal dan ekstemal mendukung sistem kurikulum dan pembelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan di sekolah dan di luar sekolah, serta format gerakan sosial-kutural kewarganegaraan masyarakat.
Pendidikan di sekolah tidak hanya kegiatan pengalihan pengetahuan, tetapi juga seluruh suasana, proses, keteladanan yang mempengaruhi secara langsung
atau tidak langsung perkembangan potensi insani seseorang. Proses belajar yang awalnya berpusat pada guru menjadi lebih berpusat pada siswa dan tidak hanya
menekankan pada materi pelajaran tetapi tetapi lebih menekankan pada pemecahan masalah.
Warganegara harus mampu melaksanakan dengan baik hak dan kewajiban sebagai warganegara, memiliki kepekaan dan tanggungjawab sosial maupun
memecahkan masalahnya sendiri, juga masalah kemasyarakatan secara cerdas
Nurul Fadilah, 2015 KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DALAM PEMBELAJARAN PPKN UNTUK PENCAPAIAN
KOMPETENSI SIKAP SPIRITUAL DAN SOSIAL PESERTA DIDIK
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
sesuai dengan fungsi dan perannya, juga memiliki sikap disiplin berpikir kritis, kreatif dan inovatif. Strategi pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan menurut
Gordon dan Jeannette ada tiga tujuan belajar yaitu: 1
Mempelajari keterampilan dan pengetahuan tentang materi-materi pelajaran spesifik.
2 Mengembangkan kemampuan konseptual umum dan mampu belajar
menerapkan konsep belajar yang sama atau yang berkaitan dengan bidang lain.
3 Mengembangkan kemampuan dan sikap pribadi yang secara mudah dapat
digunakan dalam segala tindakan. Melalui proses belajar tidak hanya melalui pemahaman, penghafalan dan
analisis namun juga melalui observasi, imajinasi, eksplorasi dan refleksi. Dalam kenyataan dilapangan masih ada guru dalam proses pembelajarannya hanya
menggunakan buku teks. Belajar hanya berada di ruangan kelas, guru bertindak sebagai pemberi informasi tunggal
teacher center
dan siswa sebagai objek atau pendengar yang baik sehingga dampaknya mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan sebagai mata pelajaran hapalan. Oleh sebab itu harus diubah cara pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan baik dari guru maupun siswanya.
Merubah pandangan terhadap strategi pembelajaran bahwa siswa bukan saja hanya belajar konsep Pendidikan Kewarganegaraan melaikan juga belajar
Pendidikan Kewarganegaraan. Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan berfungsi sebagai wahana
untuk membentuk warganegara yang cerdas, terampil dan berkarakter yang setia kepada bangsa dan negara Indonesia dengan merefleksikan dirinya dalam
kebiasaan kritis, rasional dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan dan bertindak sesuai dengan amanat Pancasila dan Undang-Undang Dasar negara
rebublik Indonesia tahun 1945. Pendidikan Kewarganegaraan sudah saatnya diarahkan untuk membangun
daya kreativitas belajar siswa melalui pendidikan yang demokrasi. Oleh karena secara konseptual Pendidikan Kewarganegaraan adalah suatu bentuk pendidikan
yang memuat demokrasi yang berlaku universal dimana prinsip umum demokrasi mengandung pengertian mekanisme sosial politik yang dilakukan melalui prinsip
Nurul Fadilah, 2015 KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DALAM PEMBELAJARAN PPKN UNTUK PENCAPAIAN
KOMPETENSI SIKAP SPIRITUAL DAN SOSIAL PESERTA DIDIK
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
dari, oleh dan untuk warganegara dalam hal ini siswa di sekolah yang menjadi dasar dan tujuannya.
Perubahan pada pendekatan Pendidikan Kewarganegaraan yang semula berorientasi pada tujuan dan isi semata menuju kearah yang lebih menekankan
pada proses kecerdasan dan pemecahan masalah. Pendekatan mengajar yang selama ini seperti menuangkan air kedalam gelas
watering down
sebaiknya diubah menjadi pendekatan Pendidikan Kewarganegaraan yang dapat membentuk
warganegara yang lebih mandiri dan kreatif dalam memahami dan mencari solusi terhadap masalah yang dihadapi serta mampu mengambil keputusan-keputusan
yang baik bagi dirinya lingkungan serta masyarakatnya. Melalui Pendidikan Kewarganegaraan siswa memiliki kepekaan sosial dan
memahami permasalahan yang terjadi di lingkungannya secara cerdas. Dengan pemahaman pada proses siswa diharapkan memiliki kecakapan dan kreativitas
belajar yang tinggi oleh sebab itu keterampilan dalam membuat atau mengambil keputusan dalam pemecahan masalah dan pemikiran yang kreatif perlu dilatihkan
dan dikembangkan secara terus-menerus agar siswa memiliki kecakapan dalam mengembangkan berbagai solusi alternatif untuk membuat keputusan yang tepat.
Menurut Djahiri, 1999, hlm. 41 starategi yang hendaknya dilakukan oleh guru adalah sebagai berikut:
1 Membina dan menciptakan keteladanan, baik fisik dan mental tat dan
aksesoris kelas, sekolah, kondisional suasana dalam proses belajar- mengajar maupun personal kepala sekolah dan guru.
2 Membiasakan apa yang diajarkan di sekolah, di rumah dan lingkungan
masyarakat. 3
Memotivasi dan gairah terlibat dalam proses belajar untuk kajian lanjutan serta membiasakannya.
Perubahan-perubahan yang diuraikan telah mengakibatkan segala sesuatu menjadi cepat ketinggalan dan menjadi tidak relevan dengan keadaan baru. Hal-
hal yang tadinya merupakan kekuatan berubah menjadi tidak berarti, bahkan menjadi kelemahan dan sesuatu yang pada awalnya merupakan keunggulan
menjadi sesuatu yang tidak punya nilai.
Nurul Fadilah, 2015 KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DALAM PEMBELAJARAN PPKN UNTUK PENCAPAIAN
KOMPETENSI SIKAP SPIRITUAL DAN SOSIAL PESERTA DIDIK
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
2.4.3 Komponen