Komponen Pengertian Kompetensi Pedagogik

Nurul Fadilah, 2015 KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DALAM PEMBELAJARAN PPKN UNTUK PENCAPAIAN KOMPETENSI SIKAP SPIRITUAL DAN SOSIAL PESERTA DIDIK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2.4.3 Komponen

Pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Pembelajaran pada hakikatnya merupakan suatu proses penyampaian pengetahuan yang bertujuan membentuk menusia berbudaya melalui proses pewarisan dan upaya mempersiapkan peserta didik menjadi masyarakat yang baik. Pembelajaran merupakan konsep yang memiliki ruang lingkup luas, dan digunakan dalam banyak hal. Seperti yang dikemukakan oleh Sudjana dalam Himawan 2011, hlm. 81: Pembelajaran dapat diartikan sebagai setiap upaya yang sistematik dan disengaja untuk menciptakan kondisi-kondisi agar terjadi kegiatan belajar membelajarkan. Dalam kegiatan itu terjadi interaksi antara kedua belah pihak, yaitu peserta didik warga belajar yang melakukan kegiatan belajar, dengan pendidik sumber belajar yang melakukan kegiatan membelajarkan. Berdasarkan pengertian pembelajaran tersebut, maka pembelajaran mengandung makna bahwa seseorang akan menjadi warga masyarakat dan warga negara yang baik apabila dapat memberikan kontribusi yang baik pula bagi kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Dalam mencapai tujuan tersebut, seorang guru dapat menerapkan model dan metode pembelajaran yang disesuaikan dengan materi pelajaran. Hal tersebut dilakukan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik sesuai dengan tujuan pembelajaran. Dengan demikian, pembelajaran dapat meliputi segala pengalaman diaplikasikan guru kepada siswanya. Makin intensif pengalaman yang dihayati siawa, maka kualitas pembelajarannya akan semakin tinggi. Hal ini senada dengan pendapat Mulyasa 2003, hlm. 105 yang menyatakan bahwa pada hakekatnya pembelajaran dilakukan untuk mengembangkan aktifitas dan kreatifitas siswa, melalui berbagai interaksi dan pengalaman belajar. Pada proses ini, suasana yang tercipta didalam ruangan kelas antara peserta didik dan guru dapat menjalankan komponen-komponen pembalajaran seperti materi pembelajaran, model atau metode pembelajaran, sumbe pembelajaran dan evaluasi pembelajaran. Selain itu pembelajaran juga harus dipersiapkan agar tujuan pembelajaran tercapai. Jadi, sebelum melaksanakan proses pembelajaran, sebaiknya seorang guru harus Nurul Fadilah, 2015 KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DALAM PEMBELAJARAN PPKN UNTUK PENCAPAIAN KOMPETENSI SIKAP SPIRITUAL DAN SOSIAL PESERTA DIDIK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu mempersiapkan dan direncanakan segala sesuatunya guna mencapai tujuan yang diharapkan. Pembelajaran yang ada di sekolah meliputi seluruh bidang dalam kehidupan, salah satunya adalah pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Senada dengan hal tersebut, Djahiri dalam Himawan 2011, hlm. 82 mengemukakan bahwa: Pendidikan Kewarganegaraan merupakan program pendidikan pembelajaran yang secara programatik-prosedural berupaya memanusiakan humanizing dan membudayakan civilizing serta memberdayakan peserta didiksiswa diri dan kehidupannya supaya menjadi warga negara yang baik sebagaiman tuntutan keharusan yuridis konstitusional bangsanegara yang bersangkutan. Berdasarkan pengertian diatas, maka pembelajaran meliputi seluruh aspek kehidupan dan dapat diterapkan dalam lingkup yang lebih luas, salah satunya yakni dalam lingkup Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaan yang diajarkan di sekolah maupun dalam lingkungan di luar sekolah memiliki tujuan yakni menjadikan peserta didik maupun warga negara mengerti akan hak dan kewajibannya, beriman dan bertaqwa, serta dapat mencintai tanah airnya. Pembelajaran merupakan suatu proses penyampaian pengetahuan yang bertujuan membentuk manuasia berbudaya melalui proses pewarisan dan upaya mempersiapkan peserta didik menjadi manusia yang baik. Singkatnya manusia yang baik adalah yang tahu kak dan keajibanya sebagai warganegara yang dapat diperoleh melalui pembelajaran di sekolah. Seperti yang dikemukakan oleh Sudjana dalam Sugiartini, 2006, hlm. 29 bahwa : Pembelajaran dapat diartikan sebagai setiap upaya yang sistematik dan sengaja untuk menciptakan kondisi-kondisi agar terjadi kegiatan belajar membelajarkan. Dalam kegiatan itu terjadi terjadi interaksi antara kedua belah pihak, yaitu peserta didik yang melakukan kegiatan belajar dengan pendidik yang melakukan kegiatan pembelajaran. Pembelajaran merupakan proses interaksi edukatif antara dua belah pihak yaitu peserta didik dengan pendidik guna terjadinya perubahan, pembentukan dan pengendalian perilaku. Apabila dilihat dari hasil, maka pembelajaran merupakan Nurul Fadilah, 2015 KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DALAM PEMBELAJARAN PPKN UNTUK PENCAPAIAN KOMPETENSI SIKAP SPIRITUAL DAN SOSIAL PESERTA DIDIK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu hasil dari pengalaman yang dialami oleh setiap individu. Sedangkan dilihat dari fungsi, maka penekanan dari kegiatan pembelajaran itu adalah pada hal-hal atau aspek-aspek penting tertentu, seperti motivasi yang diyakini dapat membentu hasil belajar lebih baik. Oleh karena itu, pembelajaran diartikan sebagai suatu pembekalan yang dapat member hasil jika orang-orang berinteraksi dengan informasi. Berdasarkan pengertian pembelajaran tersebut, maka pembelajaran mengandung makna bahwa, seseorang akan menjadi warganegara yang baik apabila ia dapat menyumbangkan dirinya bagi kehidupan yang baik atau begin habitat for good living melalui proses, hasil dan fungsi pembelajaran. Untuk mencapai tujuan tersebut guru dapat melakukan modifikasi berbagai metode atau model pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan akan pencapain tujuan pembelajaraanya. Dengan demikian pembelajaran dapat meliputi segala pengalaman yang diaplikasikan guru kepada peserta didiknya. Makin intensif pengalaman yang dihayati peserta didik maka kualitas pembelajaran semakin tinggi. Intensitas pengalaman belajar ini dapat dilihat dari tingginya keterlibatan siswa dalam proses belajar baik di dalam kelas maupun diluar kelas. Hal ini sejalan dengan pendapat Mulyasa, 2002, hlm. 105 yang menyatakan bahwa : Pada hakikatnya pembelajaran dilakukan untuk mengembangkan aktifitas dan kreatifitas peserta didik melalui berbagai interaksi dan pengalaman belajar. Dalam hal ini suasana interaktif antara siswa dan guru dalam mengoperasionalisasikan komponen-komponen pembelajaran seperti materi, media, metode, sumber dan evaluasi pembelajaran. Pembelajaran di sekolah meliputi seluruh bidang kehidupan, salah satunya adalah pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Kaitan dengan hal tersebut Djahiri, 2006, hlm. 9 mengemukakan bahwa : Pendidikan Kewarganegaraan merupakan program pendidikan pembelajaran yang secara programatik-prosedural berupaya memanusiakan humanizing dan membudayakan civilizing serta memberdayakan peserta didiksiswa diri dan kehidupannya supaya menjadi warganegara yang baik sebagaimana tuntutan keharusanyuridis konstitusional bangsanegara yang bersangkutan. Nurul Fadilah, 2015 KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DALAM PEMBELAJARAN PPKN UNTUK PENCAPAIAN KOMPETENSI SIKAP SPIRITUAL DAN SOSIAL PESERTA DIDIK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Pendapat tersebut memposisikan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan sebagai wahana pokok dalam membentuk warganegara Indonesia yang baik dan cerdas. Hal tersebut dapat terwujud apabila dalam proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan siswa dibekali pengetahuan untuk menjadi warganegara yang melek politik dan hukum serta dilatih untuk menciptakan suasana kehidupan yang teratur serta mencerminkan kehidupan warganegara Indonesia yang melek politik dan hukum sehingga dapat melaksanakan hak dan keawjibannya sebagai warganegara. Sekaitan dengan hal di atas, Djahiri, 2006, hlm. 10 mengemukakan tentang karakteristik pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yaitu: Secara pragmatik memuat bahan ajar yang kafahutuh berupa bekal pengetahuan untuk melek politik dan hukum yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Secara prosedural target sasaran pembelajarannya ialah menyampaikan bahan ajar pilihan fungsional untuk membina, mengembangkan dan membentuk potensi diri secara kafah serta kehidupan siswa dan lingkungannya yang humanis dan fungsional. Pendidikan Kewarganegaraan sebagai kajian ilmu kependidikan yang memusatkan perhatian pada pengembangan warganegara yang cerdas, demokratis dan religious serta memiliki karakteristik yang multimensional perlu dilihat dalam tiga kedudukan. Pertama , Pendidikan Kewarganegaraan sebagai suatu bidang kajian ilmiah mengenai civic virture dan civic culture yang menjadi landasan Pendidikan Kewarganegaraan sebagai program kurikuler dan gerakan sosial budaya kewarganegaraan. Kedua , Pendidikan Kewarganegaraan sebagai program kurikuler yang memiliki visi dan misi pengembangan kualitas warganegaran yang cerdas, demokratis dan religious baik dalam lingkungan pendidikan di sekolah maupun diluar sekolah yang berfungsi sebagai dasar orientasi dari keseluruhan upaya akademis untuk memahami fenomena dan masalah-masalah social secara inter disipliner sehingga siswa dapat mengambil keputusan yang benar dan memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi individu, masyarakat, bangsa dan negara. Ketiga , Pendidikan Kewarganegaraan sebagai gerakan sosial-budaya kewarganegaraan yang sinergistik dilakukan dalam upaya membangun civic Nurul Fadilah, 2015 KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DALAM PEMBELAJARAN PPKN UNTUK PENCAPAIAN KOMPETENSI SIKAP SPIRITUAL DAN SOSIAL PESERTA DIDIK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu virture dan civic culture melalui partisipasi aktif secra cerdas, demokratis dan religius di lingkungannya Winataputra, 1999, hlm. 23. Berkaitan dengan hal tersebut Al Muchtar, 2000, hlm. 6-7 mengemukakan bahwa: Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan memiliki potensi yang sangat strategis karena secara estimologis dikembangkan dalam tradisi citizenship education antara lain mengembangkan nilai demokratis untuk menegakan Negara hukum. Dengan demikian, sangat menarik dikaji dan dikembangkan agar program pendidikan ini mampu mengembangkan nilai-nilai demokratis sehingga peserta didik memiliki wawasan dan kemampuan untuk berpikir, bersikap dan bertindak demokratis. Dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan adalah program pendidikan yang bertujuan membentuk warganegara yang bersikap dan berpikir cerdas, kritis serta serta berpartisipasi dan bertanggung jawab terhadap diri, masyarakat dan negaranya. Oleh karena itu, fokus dan target utama dari pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan adalah pembekalan pengetahuan dan membina sikap dan perilaku serta keterampilan sebagai warganegara demokratis, taat hukum dan taat asas dalam kehidupan masyarakat. Tujuan dan Ruang Lingkup Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan menurut Maftuh dan Sapriya 2005, hlm. 320 menyatakan bahwa: Tujuan negara mengembangkan Pendidikan Kewarganegaraan PKn adalah agar setiap warga negara menjadi warga negara yang baik to be good citizenship yakni warga negara yang memiliki kecerdasan civic intelegence , baik intelektual, emosional, sosial, maupun spiritual; memiliki rasa bangga dan tanggung jawab civic responsibility ; dan maupun berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara civic participation agar tumbuh rasa kebangsaan dan cinta tanah air. Sedangkan tujuan matapelajaran PPKn sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 37 ayat 1 dalam penjelasan ditegaskan bahwa “Pendidikan Kewarganegaraan dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air”. Selanjutnya lebih diperjelas lagi dalam Permendikbud Nomor 57, 58, 59 Tahun 2014 tentang Kurikulum SD, SMP, dan SMA secara umum tujuan Nurul Fadilah, 2015 KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DALAM PEMBELAJARAN PPKN UNTUK PENCAPAIAN KOMPETENSI SIKAP SPIRITUAL DAN SOSIAL PESERTA DIDIK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu matapelajaran PPKn pada jenjang pendidikan dasar dan menengah adalah mengembangkan seluruh potensi peserta didik dalam seluruh dimensi kewarganegraan, yakni 1 Sikap kewarganegaraan termasuk keteguhan, komitmen, dan tanggungjawab kewarganegaraan civic confidence, civic commitment, and civic responsibility ; 2 Pengetahuan kewarganegaraan; 3 Keterampilan kewarganegaraan termasuk kecakapan dan partisipasi kewarganegaraan civic competence and civic rsponsibility . Kemudian berdasarkan Permendikbud tersebut, tujuan matapelajaran PPKn secara khusus yaitu supaya siswa mampu: 1. menampilkna karakter yang mencerminkan penghayatan, pemahaman, dan pengalaman nilai dan moral Pancasila secara personal dan sosial. 2. memiliki komitmen konstitusional yang ditopang oleh sikap positif dan pemahaman utuh tentang Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 3. berpikir secara kritis, rasional dan kreatif serta memiliki semangat kebangsaan serta cinta tanah air yang dijiwai oleh nilai-nilai Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, semangat Bhineka Tunggal Ika, dan komitmen Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan 4. berpartisipasi secara aktif, cerdas, dan bertanggung jawab sebagai anggota masyarakat, tunas bangsa, dan warga negara sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang hidup bersama dalam berbagai tantangan sosial budaya. Kemudian dilihat dari ruang lingkup dalam Permendikbud Nomor 64 Tahun 2013 tentang Standar Isi matapelajaran PPKn memuat hal-hal sebagai berikut: 1 Menunjukkan sikap sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa dalam konteks keberagaman kehidupan di lingkungan rumah, sekolah, dan masyarakat sebagai perwujudan moral Pancasila. 2 Mengenal karakteristik individu, tata tertib, kesatuan, dan simbol-simbol Pancasila di rumah, sekolah, dan masyarakat. 3 Melaksanakan tata tertib dalam konteks beragam teman di keluarga dan sekolah sesuai Pancasila. 4 Menunjukkan sikap bangga sebagai bangsa Indonesia dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. 5 Melaporakan secara lisan dan tulisan dan melaksanakan kewajiban sesuai nilai-nilai dan moral Pancasila, melaksanakan kewajiban sesuai nilai-nilai dan moral Pancasila, menegakkan aturan dan menjaga ketertiban, Nurul Fadilah, 2015 KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DALAM PEMBELAJARAN PPKN UNTUK PENCAPAIAN KOMPETENSI SIKAP SPIRITUAL DAN SOSIAL PESERTA DIDIK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu kerjasama, nilai-nilai persatuan dan kesatuan, dan keberagaman di lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Dari penjabaran tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa tujuan dan ruang lingkup Pendidikan Pancasila dan Kewaganegaraan tidak hanya mementingkan pengetahuan dan keterampilan saja, tetapi juga harus memperhatikan sikap peserta didik. Hal ini dimaksudkan agar selain peserta didik menguasai pengetahuan dan keterampilan, tetapi juga memiliki sikap yang baik agar tercipta warga negara yang baik pula. Dalam mencapai tujuan tesebut, salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan melaksanakan proses pembelajaran disekolah. Berkaitan dengan hal tersebut Djahiri, 2005, hlm. 6 menyatakan bahwa proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan proses belajar siswa yang direkayasa oleh seluruh komponen belajar yang meliputi guru, materi, metoda media, sumber belajar, dan evaluasi pembelajaran. Sekaitan dengan hal tersebut, maka dapat dipaparkan penjelasan dari setiap komponen pembelajaran dalam konteks Pendidikan Kewarganegaraan. Adapun komponen dari pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di sekolah adalah sebagai berikut: a. Materi pembelajaran Materi yang tertuang dalam kurikulum sebaiknya dikembangkan oleh guru guna mencapai tujuan pembelejaran yang telah ditetapkan. Menurut Komalasari 2013, hlm. 37, dalam pengembangan materi pembelajaran tentunya dituntut kreativitas guru dengan tetap memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut: 1. Prinsip relevansi: materi pelajaran hendaknya relevan dengan pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar. 2. Prinsip konsistensi: jika kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa ada empat macam maka materi yang harus diajarkan juga harus meliputi empat macam. 3. Prinsip kecukupan: artinya materi yang diajarkan hendaknya cukup memadai dalam membantu siswa menguasai kompetensi dasar yang diajarkan. Berdasarkan penjelasan diatas, maka materi yang disampaikan dalam kelas haruslah disesuaikan dengan topik dan tema yang telah ditentukan. Dengan Nurul Fadilah, 2015 KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DALAM PEMBELAJARAN PPKN UNTUK PENCAPAIAN KOMPETENSI SIKAP SPIRITUAL DAN SOSIAL PESERTA DIDIK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu mengikuti prinsip-prinsip itu pula, materi yang disampaikan oleh guru diharapkan tidak melenceng dari SK dan KD yang sudah ada. Materi pembelajaran PKn ini juga dapat berupa lisan maupun terlulis, gambar-gambar, film, foto dan sebagainya. Materi pembelajaran merupakan subtansi yang akan disampaikan dalam proses pembelajaran Djamarah dan Zain, 2002, hlm. 50. Materi pembelajaran merupakan komponen penting dalam semua proses pembelajaran termasuk proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Tanpa materi pembelajaran, proses pembelajaran tidak akan berjalan. Materi pembelajaran dapat berupa fakta, konsep, prinsip maupun prosedur Sadiman, 1990, hlm. 162. Pemilihan materi harus spesifik agar lebih mudah membatasi ruang lingkup dan agar lebih jalas dan mudah dibandingkan dan dipisahkan dengan pokok bahasan lainnya. Guru mempunyai tugas yang penting dalam mengembangkan dan memperkaya materi pelajaran, karena hal tersebut merupakan salah satu factor penting dalam menentukan keberhasilan pembelajaran. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menetapkan materi pembelajaran yaitu: 1 Materi pembelajaran hendaknya sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai. 2 Materi pembelajaran hendaknya disesuaikan dengan tingkat perkembangan siswa pada umumnya. 3 Materi pembelajaran hendaknya terorganisasi secara sistematik dan berkesinambungan. 4 Materi pembelajaran hendaknya mencakup hal-hal yang bersifat tekstual maupun kontekstual Djamarah dan Zain, 2002, hlm. 51. Berdasarkan hal tersebut, maka meteri pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan harus mengacu pada kompetensi yang ingin dicapai. Materi yang dibelajarkan harus bermakna bagi siswa dan merupakanbahan yang benar- benar penting, baik dilihat dari kompetensi yang ingin dicapai maupun fungsinya untuk menentukan materi pada proses pembelajaran berikutnya. b. Metode pembelajaran Metode adalah suatu cara yang digunakan untuk mencapai kompetensi yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan pembelajaran metode diperlukan oleh guru dan penggunaanya bervariasi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai setelah Nurul Fadilah, 2015 KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DALAM PEMBELAJARAN PPKN UNTUK PENCAPAIAN KOMPETENSI SIKAP SPIRITUAL DAN SOSIAL PESERTA DIDIK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu kegiatan pembelajaran berakhir Djamarah, 2002, hlm. 72. Keberhasilan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan tidak hanya bergantung pada kemampuan guru dalam mengembangkan kompetensi dan materi pembelajaran saja, tetapi didukung oleh metode pembelajaran yang tepat. Pemilihan metode yang tepat dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan akan sangat membentu guru maupun siswa untuk mencapai keberhasilan pembelajaran yang dilaksanakan. Metode pembelajaran yang bervariasi dalam melaksanakan proses pembelajaran sangat diperlukan untuk menciptakan suasana belajar yang kondusif dan menyanangkan. Penggunaan metode pembelajaran yang dilakukan oleh guru di dalam kelas diharapkan dapat menjadikan peserta didik tidak bosan dalam belajar. c. Media pembelajaran Kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti „perantara atau pengantar‟. Media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan Sadiman dkk., 1990, hlm. 6; Arsyad, 2005, hlm. 3. Asosiasi Teknologi dan komunikasi Pendidikan Assosiation of Education and Communication Technology AECT di Amerika memberikan batasan media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan atau informasi. Gagne menyatakan bahwa media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar. Briggs berpendapat bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar. Batasan media yang agak berbeda berasal dari Asosiasi Pendidikan Nasional National Education Association NEA. NEA menyatakan bahwa media merupakan bentuk-bentuk komunikasi, baik tercetak maupun audiovisual serta peralatannya. Dengan demikian, buku, tape recorder, kaset, video, camera, video recorder, film, slide gambar bingkai, foto, gambar, grafik, televisi, dan komputer termasuk media. Berbagai batasan tersebut menyiratkan hal yang sama, yakni media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari Nurul Fadilah, 2015 KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DALAM PEMBELAJARAN PPKN UNTUK PENCAPAIAN KOMPETENSI SIKAP SPIRITUAL DAN SOSIAL PESERTA DIDIK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi. Media pembelajaran merupakan alat bantu yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan untuk mencapai tujuan pembelajaran Djamarah dan Zain, 2002, hlm. 139. Dalam proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan kehadiran media mempunyai arti yang sangat penting. Kerumitan materi yang akan disampaikan pada siswa dapat disederhanakan dengan menggunakan media. Bahkan keabstrakan materi pembelajaran dapat dapat dikonkritkan dengan kehadiran media. Media dapat mewakili apa yang tidak dapat guru sampaikan dengan kalimat. Namun perlu diingat, bahwa peranan media pembelajaran tidak akan terlihat apabila penggunaanya tidak sejalan dengan tujuan pembelajaran yang dirumuskan. Oleh karena itu, tujuan pembelajaran harus dijadikan sebagai pangkal acuan dalam menggunakan media pembelajaran. Adapun jenis media pembelajaran yang biasa digunakan dalam setiap mata pelajaran termasuk pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan adalah: 1 Media audio, yaitu media yang mengandalkan kemampuan susra saja, seperti radio, cassette recorder dan piringan hitam. 2 Media visual, yaitu media yang hanya mengandalkan indra penglihatan. Media ini ada yang menampilkan gambar diam seperti foto, lukisan dan sebagainya. Adapula media visual yang menampilkan benda bergerak seperti film bisu dan film kartun. 3 Media audiovisual yaitu media yang mempunyai unsure suara dan gambar. Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik karena meliputi kedua jenis media Djamarah dan Zain, 2002, hlm. 141. Media pembelajaran lebih erat kaitannya dengan adanya sarana dan prasarana yang ada di sekolah. Media pembelajaran sangat membantu guru dalam menyampaikan pembelajaran di kelas, namun bagi sekolah yang kurang lengkap dalam media pembelajaran dapat disesuaikan dengan kondisi yang ada d. Sumber pembelajaran Berbicara tentang sumber belajar sering dikaitkan dengan media pembelajaran. Kedua istilah tersebut menimbulkan berbagai pertanyaan, di antaranya apakah sumber belajar sama dengan media pembelajaran, apakah sumber belajar bagian dari media pembelajaran atau media pembelajaran Nurul Fadilah, 2015 KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DALAM PEMBELAJARAN PPKN UNTUK PENCAPAIAN KOMPETENSI SIKAP SPIRITUAL DAN SOSIAL PESERTA DIDIK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu merupakan bagian dari sumber belajar, dan adakah keterkaitan antara sumber belajar dan media pembelajaran. Rahadi 2003 menyatakan bahwa sumber belajar memiliki cakupan yang lebih luas daripada media pembelajaran. Sumber belajar dapat berupa pesan, orang, bahan, alat, teknik, dan latarlingkungan. Sumber belajar merupakan suatu yang dapat dipergunakan sebagai tempat terdapatnya materi pembelajaran atau sumber belajar untuk seseorang Winataputra dan Ardiniwata, 1991, hlm. 165. Dengan demikian, sumber belajar itu merupakan bahanmateri untuk menambah ilmu pengetahuan yang mengandung hal-hal baru bagi siswaselaku peserta didik. Sumber belajar pada hakikatnya terdapat dimana-mana seperti di sekolah, di rumah di pusat kota dan sebagainya. Pemanfaatan sumber-sumebr belajar tersebut tergantung pada kreativitas guru, waktu, biaya, serta kebijakan-kebajikan lainnya Sudiman,1990. Setidaknya terdapat lima macam sumber belajar yaitu manusia, buku, media masa, lingkungan lingkungan alam, lingkungan sejarah dan lingkungan masyarakat dan media pendidikan. e. Evaluasi pembelajaran Pada tahap evaluasi pembelajaran, hal ini merupakan tahap terakhir dalam proses pembelajaran. Rosyada dalam Afriyani 2013, hlm. 378 mengatakan bahwa evaluasi merupakan bagian penting dalam pembelajaran efektif yang dilakukan di akhir sesi pelajaran untuk perencanaan pembelajaran berikutnya. Tahap ini memiliki peran yang sangat penting, karena dalam tahap inilah dapat dilihat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar. Evaluasi pembelajaran dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut: 1. Observasi 2. Anecdotal Record 3. Wawancara 4. Portofolio 5. Skala bertingkat 6. Evaluasi diri Evaluasi merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar siswa yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan sehingga menjadi informasi Nurul Fadilah, 2015 KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DALAM PEMBELAJARAN PPKN UNTUK PENCAPAIAN KOMPETENSI SIKAP SPIRITUAL DAN SOSIAL PESERTA DIDIK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu yang bermakna dalam pengambilan keputusan Depdiknas, 2003, hlm. 20. Menurut Djahiri, 2005, hlm. 2 evaluasi pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan momentuminstrument untuk mengukurmenilai tingkat keberhasilan, kegagalan, kelebihan atau kekurangan proses dan hasil belajar serta momentum untuk melakukan relearning yang bersifat kontinyu, multidimensional dan terbuka. Dengan kata lain evaluasi merupakan media untuk mengukur ketercapaian kompetensi pembelajaran yang telah ditetapkan. Evaluasi pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan harus bersifat utuh, artinya evaluasi pembelajaran dilakukan baik dalam proses maupun hasil belajar yang menyangkut aspek kognitif, afektif maupun psikomotor Al Muchtar, 2001, hlm. 373. Dengan demikian semua ranah kehidupan siswa menjadi subjek evaluasi pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Evaluasi pembelajaran ini dilakukan untuk mengetahui hasil yang telah diperoleh dari setiap proses pembelajaran. Dengan adanya evaluasi ini dapat dijadikan bahan koreksi bagi guru untuk melakukan proses pembelajaran selanjutnya.

2.4.4 Kompetensi yang Dibentuk Melalui Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan