NOSI Volume 5, Nomor 3, Februari 2017 _____________________________________ Halaman 370
kondisi awal 2,7 meningkat menjadi 4,5. Skor tertinggi 5 dan terendah 2.
Pada aspek latar ini menunjukkan bahwa
siswa mampu
mengembangkan latar yang jelas sesuai dengan objek yang diamati.
d Peningkatan Aspek Peristiwa
Peningkatan skor
rata-rata aspek
peristiwa pada
Tindakan Siklus II mengalami peningkatan
sebesar 0,9
kondisi awal
2,5 meningkat
menjadi 3,4.
Skor tertinggi
5 dan skor terendah 1.
Peningkatan aspek
peristiwa ini
menunjukkan bahwa siswa sudah
mampu mengembangkan peristiwa sesuai
dengan aturan
tahapan peristiwa
pada cerpen.
Mampu memunculkan konflik pada peristiwa
e Peningkatan Aspek Pengembangan dialog, monolog, dan deskripsi
cerita Peningkatan
skor rata-rata
aspek pengembangan
dialog, monolog, dan deskripsi cerita pada
Tindakan Siklus
II sebesar
0,9 kondisi awal 2,4 meningkat menjadi
3,3. Skor
tertinggi 4
dan skor
terendah 1.
Peningkatan aspek
Pengembangan dialog, monolog, dan deskripsi cerita ini, siswa mampu
menulis dialog,
monolog, serta
deskripsi sesuai dengan objek yang diamati.
Pada tabel 10, dapat diketahui bahwa skor rata-rata yang diperoleh
pada Tindakan Siklus II diketahui bahwa 12 siswa atau 80 sudah
tuntas belajar dan 3 siswa atau 20 siswa belum tuntas belajar. Perolehan
skor rata-rata mengalami peningkatan sebesar
4,27 kondisi awal 55,73 meningkat menjadi 60,00. Skor rata-
rata tiap aspek dalam penilaian juga mengalami peningkatan.
4. Hasil Tindakan Siklus II
1 Proses Tindakan Siklus II Proses
pembelajaran yang
diamati pada Siklus II ini mulai dari
kegiatan awal hingga akhir pembelajaran.
Hasil pengamatan
terhadap aktivitas
guru dalam
pembelajaran menulis cerpen dengan metode karya wisata pada Tindakan
Siklus II mendapat nilai 80,0 dengan kategori
Sangat Baik.
Selain pengamatan terhadap aktifitas guru,
hasil pengamatan terhadap aktifitas siswa memperoleh nilai 77,5 dengan
kategori Sangat Baik. 2
Hasil Tes
Menulis cerpen
Tindakan Siklus II Nilai rata-rata yang diperoleh
siswa sudah mengalami peningkatan dibandingkan
dengan hasil
tes menulis cerpen Tindakan Siklus I.
Hal ini terlihat dari perolehan nilai rata-rata siswa secara keseluruhan
sudah mencapai 73,33. Nilai rata-rata mengalami
peningkatan sebesar
10,33 Siklus I 60,00 meningkat menjadi
73,33. Nilai
rata- rata tersebut sudah berada di atas Kriteria
Ketuntasan Minimal yaitu 70,00.
Jumlah siswa
yang mencapai
ketuntasan belajar pada Tindakan Siklus II telah mencapai 12 siswa
atau 80. Peningkatannya sebesar 5 siswa atau 33 Siklus I, 7 siswa
atau 47 meningkat menjadi 12 siswa atau 80. Ketuntasan belajar
siswa ini sudah sesuai dengan kriteria keberhasilan penelitian yaitu 75.
Jumlah
siswa yang
mencapai keberhasilan
dalam penilaian
mencapai 12 siswa. Nilai tertinggi pada Tindakan Siklus II yaitu 92.
Nilai terendah yaitu 36.
Berdasarkan hasil tes menulis cerpen Tindakan Siklus II, dapat
dipaparkan peningkatan
skor tiap aspek
dalam penilaian
sebagai berikut.
a Peningkatan Aspek Judul
NOSI Volume 5, Nomor 3, Februari 2017 _____________________________________ Halaman 371
Peningkatan skor
rata-rata aspek judul pada Tindakan Siklus II
sebesar 1,4 Siklus I 3,8 meningkat menjadi 4,2. Skor tertinggi yang
dicapai siswa 5 dan skor terendah 3. Hal ini membuktikan bahwa judul
yang dibuat siswa sesuai dengan objek yang diamati dan sebagian
besar siswa sudah menulis sesuai dengan
aturan penulisan
judul. Meskipun demikian, ada 3 siswa yang
masih menulis judul belum sesuai aturan
penulisan seperti
judul “ASYIKNYA
MENGUNJUNGI WISATA KEBUN DUREN DIDESA
LUMBANG WATURITI”, “indahnya jalan-jalan ke kebun Durian Didesa
Lumbang waturiti” dan “Berkunjung Kearea wisata kebun durian didesa
lumbang waturiti”. b Peningkatan Aspek Tokoh
Peningkatan skor
rata-rata aspek tokoh pada Tindakan Siklus I
sebesar 0,7 kondisi awal 3 meningkat menjadi 3,7. Skor tertinggi 4 dan
terendah 2. Peningkatan aspek tokoh ini menunjukkan bahwa siswa sudah
mampu memilih deskripsi yang tepat untuk
tokoh. Tokoh
yang dikembangkan
juga sudah
mendukung jalan cerita akan tetapi, semua tokoh pada cerpen siswa masih
tetap menggunakan tokoh aku sebagai peran utama, belum bisa mengubah
tokoh aku dengan tokoh orang lain atau dengan nama lain.
c Peningkatan Aspek Latar
Peningkatan skor
rata-rata aspek latar pada Tindakan Siklus I
tidak mengalami
peningkatan melainkan
mengalami penurunan
sebesar 0,02 kondisi
awal 2,9
menurun menjadi 2,7. Skor tertinggi 4 dan terendah 1. Pada aspek latar ini
menunjukkan bahwa siswa masih belum mengembangkan latar yang
jelas sesuai dengan objeks yang diamati.
d Peningkatan Aspek Peristiwa Peningkatan
skor rata-rata
aspek peristiwa
pada Tindakan
Siklus I juga belum mengalami peningkatan melainkan mengalami
penurunan sebesar 0,1 kondisi awal 2,6 menurun menjadi
2,5. Skor tertinggi
4 dan skro terendah 1.
Peningkatan aspek kalimat efektif ini menunjukkan bahwa siswa belum
bisa mengembangkan perista sesuai dengan aturan tahapan peristiwa pada
cerpen. Belum bisa memunculkan konflik pada peristiwa . Hal ini
menunjukkan aspek peristiwa masih perlu ditingkatkan agar peristiwa pada
cerita terdapat konflik pada cerita. e Peningkatan Aspek Pengembangan
dialog, monolog, dan deskripsi cerita
Peningkatan skor
rata-rata aspek
pengembangan dialog,
monolog, dan deskripsi cerita pada Tindakan
Siklus I
sebesar 0,1
kondisi awal 2,3 meningkat menjadi 2,4.
Skor tertinggi
5 dan
skor terendah
1. Peningkatan
aspek Pengembangan dialog, monolog, dan
deskripsi cerita ini, siswa mampu menulis
dialog, monolog,
serta deskripsi sesuai dengan objek yang
diamati. Skor rata-rata yang diperoleh
pada Tindakan Siklus II diketahui bahwa 12 siswa atau 80 sudah
tuntas belajar dan 3 siswa atau 20 siswa belum tuntas belajar. Perolehan
skor rata-rata mengalami peningkatan sebesar
10,33 Siklus
I 60,00
meningkat menjadi
73,33. Skor
rata-rata tiap aspek dalam penilaian semua aspek mengalami peningkatan.
SIMPULAN 1. Peningkatan Proses
Kemampuan Menulis Cerpen dengan Menggunakan Metode
Karya Wisata
NOSI Volume 5, Nomor 3, Februari 2017 _____________________________________ Halaman 372
Peningkatan proses
keterampilan menulis cerpen pada tahap persiapan dilakukan dengan
siswa diminta
membaca contoh
cerpen yang
diberikan guru,
mengidentifikasi unsur-unsur intrinsik cerpen, menyimak penjelasan guru
tentang metode karya wisata serta siswa diberi penjelasan mengenai hal-
hal
yang harus dilakukan
ketika mengunjungi objek.
Peningkatan proses
kemampuan menulis cerpen pada tahap pelaksanaan dilakukan dengan
kegiatan tahap kedua dari metode karya wisata, yaitu Siswa diajak
mengunjungi objek yang berada di dekat sekolah. Siswa dibimbing guru
menggali informasi dan mencatatnya. Hasil pengamatan didiskusikan di
dalam kelas, dan membuat kerangka cerpen dengan menentukan judul,
latar, tokoh, dan rangkaian peristiwa. Siswa terlihat antusias membuat
kerangka
cerpen dengan
menggunakan metode karya wisata. Setelah melakukan kunjungan
siswa kembali ke kelas kemudian siswa menyusun karangan dengan
cara mengembangkan
kerangka cerpen yang memuat judul, tokoh,
latar, dan peristiwa menjadi cerpen utuh. Aktivitas siswa meningkat dari
sebelum
diadakannya penelitian.
Metode karya
wisata dapat
merangsang siswa
dalam mengembangkan kerangka cerpen
menjadi cerpen yang utuh dengan bukti adanya satu kesatuan cerita
dalam cerpen karya siswa. Pada siklus I sebagian besar siswa tampak
antusias dan tidak banyak mengalami kesulitan karena sebelumnya siswa
sudah membuat kerangka cerpen. Pada
siklus II,
tampak terjadi
peningkatan motivasi
sehingga sebagian besar siswa serius dan
antusias dalam
mengembangkan kerangka cerpen.
Peningkatan proses
kemampuan menulis cerpen pada tahap pelaksanaan dilakukan dengan
menyusun karangan dengan cara
mengembangkan kerangka cerpen menjadi sebuah cerpen yang utuh.
Berdasarkan paparan data dan proses menulis cerpen dengan metode karya
wisata, interaksi guru dan siswa tahap pelaksanaan berjalan dengan lancar
dan kondusif. Siswa antusias menulis cerpen baik siklus I maupun siklus II.
Peningkatan proses
kemampuan menulis cerpen pada tahap
tindak lanjut
perbaikan karangan dilakukan dengan kegiatan
tahap ketiga dari metode karya wisata yaitu siswa melakukan perbaikan dan
memublikasikan cerpen. Kegiatan perbaikan dapat membantu siswa
untuk memperbaiki cerpen siswa pada aspek ejaan, tanda baca, dan bahasa.
Penggunaan metode karya wisata dapat menumbuhkan rasa percaya diri
pada siswa untuk memublikasikan cerpen yang telah ditulis dengan
membacakannya
di depan kelas, mampu membangun interaksi sosial
antar siswa, dan merangsang siswa untuk menunjukkan prestasi.
2. Peningkatan Hasil Kemampuan Menulis Cerpen dengan