Pedagang Laki-laki Pengaruh Variasi Kode Bahasa dan Pola Interaksi Percakapan

4.5 Pengaruh Variasi Kode Bahasa dan Pola Interaksi Percakapan

terhadap Transaksi Pedagang dan Pembeli di Pasar Tradisional Beberapa gambaran yang telah dipaparkan seperti pada analisis dan bahasan tentang variasi kode dan pola interaksi yang ada pada tatanan masyarakat pedagang pasar Majalaya Kabupaten Bandung, maka akan dapat digambarkan mengenai dampaknya terhadap transaksi perdagangan yang dilakukan, maka pengaruh tersebut setidaknya akan seperti berikut:

4.5.1 Pedagang Laki-laki

Pedagang laki-laki secara garis besar menggunakan bahasa Sunda standar yang digunakan untuk berinteraksi dengan pembelinya. Sebaliknya pembeli pun sama. Penggunaan bahasa Sunda sebagai bahasa sehari-hari merupakan modal yang sangat berharga. Dengan bertutur menggunakan bahasa Sunda akan membuat lebih akrab situasi percakapan. Secara tingkat tutur yang dipergunakan baik pedagang dan pembeli menggunakan tingkat tutur akrab yang sekali-sekali ditambahi dengan ungkapan yang halus. Ini membuktikan bahwa bentuk bahasa yang dilakukan keduanya sangat bergantung pada sejauh mana keakraban yang terjadi. Pedagang laki-laki lebih berhati-hati dalam berbicara dengan pembelinnya. Ini dapat terlihat jika kita melihat penggunaan tingkat tutur akrab 63,82 dan lemes dengan 36,18 penggunaanya. Penggunaan bahasa lemes yang seperti itu akan membuat pembeli seolah dihormati atau dihargai sehingga secara langsung akan membuat pembeli ingin kembali membeli dikemudian hari. Penggunaan bahasa kolokial yang ada membuat percakapan 139 Agus Kusnandar, 2015 Analisis percakapan dan variasi kode bahasa pedagang dan pembeli di Pasar Tradisional Kec.Majalaya Kabupaten Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu menjadi lebih efektif dan cenderung terjadi dalam tempo yang cepat sehingga mengoptimalkan transaksi yang hendak dibuat. Ini artinya semakin panjang waktu percakapan maka akan lebih banyak juga transaksi yang terjadi. Penutupan dalam transaksi yang lebih banyak dilakukan dengan ungkapan menghitung barang dan harganya, membuat konsumnen menjadi lebih paham apa yang dia beli dan tidak. Tentunya ini menguntungkan pedagang juga karena ia dapat mengetahui harga dengan teliti dan juga mengetahui berapa banyak uang yang akan didapatkan. Jika melihat pada frekuensi pasangan ujaran yang diungkapkan oleh pedagang laki-laki maka pedagang laki-laki melakukan komunikasi yang efektif dengan tingkat terjadinya transaksi cukup seimbang dengan keseluruhan percakapan yang ada. Dalam 11 pasangan ujaran, terdapat 5 atau lebih pasangan ujaran yang menandakan persetujuan akan harga barang yang ditawarkan ini mencapai 50 dari keseluruhan ungkapan. Namun terdapat kelemahan yang ada pada seorang pedagang laki-laki adalah dimana mereka juga kurang banyak berbicara yang menimbulkan kurangnya peralihan tema pada transaksi yang dilakukan. Pedagang laki-laki tidak banyak menawarkan barang daganganya dan cenderung lebih memilih untuk melayani dan menjawab. Maka dari itu transaksi yang terjadi pada pedagang laki-laki lebih sederhana dengan tingkat penjualan hanya satu atau dua barang saja. Hal ini bahwa pedagang laki-laki berprinsip lebih senang untuk mengajak banyak pembeli dengan berharap banyak transaksi yang terjadi daripada harus membujuk seorang pembeli untuk memesan barang lebih banyak.

4.5.2 Pedagang Perempuan