Penggunaan Bahasa bersifat Kolokial

Tabel 6 : Frekuensi penggunaan kata tingkat tutur akrab

4.3 Penggunaan Bahasa bersifat Kolokial

Kode bahasa lain yang muncul pada tataran percakapan pedagang dan pembeli adalah penggunaan bahasa kolokial. Bahasa yang kita kenal dengan bahasa berupa singkatan ini dalam beberapa potongan ujaran muncul sebagai ciri khas percakapan mereka yang cenderung bersifat efektif dan cepat. Contoh bahasa kolokial yang ada pada data dapat terlihat dari beberapa potongan percakapan berikut:

3. BL1 : ah ni sakitu

ah masa segitu 4. DL1 : eh nye:ta wayahna naek ayeunamah sakitu . sok atu:h naon deui juragan yaitulah mohon maklum sekarang naik harganya seperti itu iya atuh mau pesan apalagi juragan Kata “ni” yang muncul merupakan singkatan yang berasal dari kata “meni” yang bermakna seolah mengindahkan tawaran harga yang diberikan oleh DL1 sangat bersebrangan dengan harga yang sepantasnya. Kata meni ini memamng sangat sering mengalami pemendekan ucapan dalam penggunaanya karena menurut kebanyakan orang ini merupakan cara yang lebih efisien. Selain kata tersebut, kata yang sering dibuat menjadi kolokial adalah kata entong yang berarti jangan dan juga kata oge yang berarti juga dalam Bahasa Indonesia. Ini terlihat seperti dalan potongan percakpan berikut:

5. BP1 : tong sakitu atuh ah

jangan segitu yah

6. DL1 : e:hh eta ge dijual jinis bae da dibayarna mah isuk

eh itu juga dijual dengan harga beli, tidak apa-apa kan dibayarnya juga besok Namun yang cukup menarik dalam penggunaan bahasa yang bersifat kolokial adalah pemendekan pengucapan harga barang yang seolah dirubah 90 Agus Kusnandar, 2015 Analisis percakapan dan variasi kode bahasa pedagang dan pembeli di Pasar Tradisional Kec.Majalaya Kabupaten Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu nominalnya atau dengan kata lain sebutan yang digunakan dalam mempunyai arti yang berbeda dengan aslinya. Seperti pada percakapan berikut : Kode Percakapan :DL2BL2

8. DL2 : tilu lima saparapat

bontengna bade↑ tiga lima tiga ribu lima ratus seperempat timunnya mau 9. BL2 : lembut pisa:n 10. DL2 : euh da alu:s bonteng alus kok kecil sekali euh itu timun bagus timun bagus 11. BL2 : tos we eta heula Kata tilu lima yang diungkapkan oleh DL2 merupakan representasi dari kata “ tiga ribu lima ratus” sehingga maksud DL2 adalah menyingkat harga barang tersebut sehingga harga yang ditawarkan dapat disebutkan dengan singkat dan jelas. Pemilihan kata ini juga merupakan pilihan favorit yang dilakukan oleh pedagang dan pembeli lain. Potongan percakapan lain yang menggambarkan penyingkatan penyebutan harga ini adalah berikut : 5. BL2 : dua kilo we ceu dua kilo saja ceu 6. DL2 : mangga boleh 7. BL2 : .. sabaraha berapa

8. DL2 : opat belas wios tilu belas lima wae

empat belas ribu tidak apa-apa tiga belas ribu lima ratus saja. 9. BL1 : mangga ini memberikan uang Lagi-lagi terdapat pengungkapan kata harga yang diungkapkan oleh pedagang. Dalam percakapan ini DL2 menggunakan pilihan kata tilu belas lima yang sebenarnya mengungkap harga dengan jumlah yang berbeda, harga yang dia 91 Agus Kusnandar, 2015 Analisis percakapan dan variasi kode bahasa pedagang dan pembeli di Pasar Tradisional Kec.Majalaya Kabupaten Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu maksudkan adalah tiga belas ribu lima ratus namun dengan singkat ia memperpendek pengucapanya menjadi yang disebutkan diatas.

4.4 Pola Interaksi Percakapan pada Transaksi Pedagang dan Pembeli Masalah 2