12
BAB II KAJIAN TEORI
A. Deskripsi Teori 1. Tari Klasik Gaya Yogyakarta
Suryobrongto 1981: 15 mengungkapkan bahwa, Tari klasik gaya Yogyakarta merupakan tari yang bersifat abstrak simbolis. Pencipta Tari gaya
Yogyakarta yang berjiwa Joged Mataram itu ialah Sultan Hamengku Buwono I 1755-1792. Beliau mencipta Tari gaya Yogyakarta ini dalam suasana perang.
Maka dari itu, dalam Tari Yogyakarta disiplinnya sangat keras ala militer, pedoman, dan peraturannya sangat ketat pula, sehingga Tari Yogya dirasakan
amat berat dan sukar dipelajari. Ditambah oleh pernyataan Wibowo 2002: 7 bahwa, “Tari klasik gaya
Yogyakarta yang disebut juga Joged Mataram merupakan warisan dari kesenian tari pada zaman Mataram. Joged Mataram ini dikembangkan oleh Sri Sultan
Hamengku Buwono I semenjak perjanjian Giyanti. Orientasi perjuangan kekesatriaan Sri Sultan Hamengku Buwono I membuat Joged Mataram
mengekspresikan sikap kegagah beranian, kekesatriaan, dan kepahlawanan. Tari klasik gaya Yogyakarta yang sering disebut juga Joged Mataram,
memiliki landasan sikap dan gerak yang didasarkan pada orientasi menyatu, berkemauan yang kuat, berani, dan ulet serta setia secara bertanggung jawab.
Hakikat inilah yang kemudian disebut sawiji, greget, sengguh, dan ora mingkuh. Adapun makna dari landasan filosofis Tari klasik gaya Yogyakarta, menurut
Suryobrongto1981: 14 ialah sebagai berikut:
13 a. Sawiji, konsentrasi yang bulat, seluruh sanubari isi penari dipusatkan pada
satu tekad untuk menari sebaik mungkin dalam batas kemampuannya, tetapi dengan menggunakan segala potensi yang dimilikinya.
b. Greget, dinamika dalam jiwanya disalurkan ke ungkapan geraknya dengan mengendalikan yang sempurna agar dapat menghindari kekasaran.
c. Sengguh, percaya pada kemampuannya sendiri, tetapi harusdikekang agar jangan sampai menjurus ke kesombongan.
d. OraMingkuh, pantang mundur, dalam keadaan apapun ia tidak akan meninggalkan kewajibannya sebagai penari.
Marwanto 2009: 86 mengungkapkan selain itu bahwa, Tari klasik gaya Yogyakarta merupakan teknik tari wiraga, danJoged Mataram sebagai isi atau
jiwa wirasa nya. Dua unsur yang berbeda, tetapi satu kesatuan ini harus
dikuasai dengan baik, jika ingin menjadi penari yangmumpuni. Saat kedua unsur itu sudah dapat dikuasai, maka kepekaan irama wirama dengan sendirinya akan
dapat dikuasainya juga. Dengan demikian, dari ketiga unsur yaitu wiraga, wirasa, dan wirama
dapat digambarkan dengan skema sebagai berikut :
Gambar 1 : Skema Konsep Joged Mataram
Wiraga Wirama
Wirasa