Batasan Masalah Rumusan Masalah

1. Studi Korelasi Studi artinya usaha belajar, dan korelasi artinya hubungan, sehingga studi korelasi adalah usaha untuk mempelajari suatu hubungan. 2. Persepsi Persepsi dalam penelitian ini adalah pandangan mahasiswa pendidikan seni tari yang berasal dari luar Daerah Istimewa Yogyakarta dalam belajar Tari klasik gaya Yogyakarta I yaitu Tari KlanaAlusSumyar, baik itu persepsi positif maupun negatif. 3. Motivasi Belajar Motivasi belajar dalam penelitian ini merupakan dorongan untuk melakukan sesuatu hal yang dapat timbul, baik dari dalam diri maupun dari luar diri. Hal ini dikhususkan,pada motivasi belajar mahasiswa luar Daerah Istimewa Yogyakarta dalam belajar Tari KlanaAlusSumyar. 4. Prestasi Belajar Prestasi belajar adalah nilai atau skor yang diperoleh seseorang setelah menyelesaikan masa belajar. Dalam penelitian ini, berupa nilai akhir yang diperoleh mahasiswa setelah menempuh mata kuliah Tari klasik gaya Yogyakarta I yaitu Tari KlanaAlusSumyar. 12

BAB II KAJIAN TEORI

A. Deskripsi Teori 1. Tari Klasik Gaya Yogyakarta

Suryobrongto 1981: 15 mengungkapkan bahwa, Tari klasik gaya Yogyakarta merupakan tari yang bersifat abstrak simbolis. Pencipta Tari gaya Yogyakarta yang berjiwa Joged Mataram itu ialah Sultan Hamengku Buwono I 1755-1792. Beliau mencipta Tari gaya Yogyakarta ini dalam suasana perang. Maka dari itu, dalam Tari Yogyakarta disiplinnya sangat keras ala militer, pedoman, dan peraturannya sangat ketat pula, sehingga Tari Yogya dirasakan amat berat dan sukar dipelajari. Ditambah oleh pernyataan Wibowo 2002: 7 bahwa, “Tari klasik gaya Yogyakarta yang disebut juga Joged Mataram merupakan warisan dari kesenian tari pada zaman Mataram. Joged Mataram ini dikembangkan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I semenjak perjanjian Giyanti. Orientasi perjuangan kekesatriaan Sri Sultan Hamengku Buwono I membuat Joged Mataram mengekspresikan sikap kegagah beranian, kekesatriaan, dan kepahlawanan. Tari klasik gaya Yogyakarta yang sering disebut juga Joged Mataram, memiliki landasan sikap dan gerak yang didasarkan pada orientasi menyatu, berkemauan yang kuat, berani, dan ulet serta setia secara bertanggung jawab. Hakikat inilah yang kemudian disebut sawiji, greget, sengguh, dan ora mingkuh. Adapun makna dari landasan filosofis Tari klasik gaya Yogyakarta, menurut Suryobrongto1981: 14 ialah sebagai berikut: